MAKALAH
ETIKA BISNIS ISLAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi dan Bisnis Islam Dosen Pengampu: Kus Irawan Prabowo, M.Pd.
Disusun Oleh:
1. Salsa Ria Wardani (126405212151) 2. Titis Hidayah Indriana (126405212159) 3. Vita Yulistia Ayu Wulandari (126405212164) 4. Intania Hafni Y.I (126405212173)
5. Wiko (126405212169)
KELAS 3D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2022
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Etika Bisnis Islam" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi dan Bisnis Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang etika bisnis islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada BapakKus Irawan Prabowo,M.Pd., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Ekonomi dan Bisnis Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Tulungagung, 1 Oktober 2022
Kelompok 2
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penulisan ... 4
BAB II ... 5
PEMBAHASAN ... 5
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Etika Bisnis dalam Islam ... 5
2.2 Tujuan Utama Etika Bisnis ... 6
2.3 Etika Bekerja dan Budaya Organisasi dalam Islam ... 7
2.4 Etika Kegiatan Ekonomi dalam Islam ... 9
BAB III ... 13
PENUTUP ... 13
3.1 Kesimpulan ... 13
3.2 Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 15
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu ekonomi dewasa ini semakin marak dengan penerapan sistem perekonomian yang berbeda pada setiap negara. Pada pelaksanaan dan penerapan perekonomian ini hendaknya memberikan tanggung jawab dan kewajiban yang seimbang pada kelestarian dan kesetaraan seluruh manusia. Hal ini memungkinkan peranan etika dalam perkembangan ilmu ekonomi sangat diperlukan supaya tujuan sistem ekonomi yang sesungguhnya dapat terwujud.
Salah satu penerapan ekonomi yaitu pada pelaksanaan bisnis. Pentingnya sebuah etika dalam menjalankan bisnis saat ini perlu adanya peningkatan, khususnya para pelaku bisnis yang muslim. Islam tidak membiarkan begitu saja seseorang bekerja sesuka hati untuk mencapai tujuan dan keinginannya dengan menghalalkan segala cara seperti melakukan penipuan, kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan perbuatan batil lainnya. Tetapi dalam Islam diberikan suatu batasan atau garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh, yang benar dan salah serta yang halal dan yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah yang dikenal dengan istilah etika. Perilaku dalam berbisnis atau berdagang juga tidak luput dari adanya nilai moral atau nilai etika bisnis. Penting bagi para pelaku bisnis untuk mengintegrasikan dimensi moral ke dalam kerangka atau ruang lingkup bisnis.
Penerapan etika berbisnis tidak hanya mengenai untung dan rugi maupun pemasaran saja, tetapi pentingnya penerapan etika bisnis dalam seluruh interaksi ekonomi atau juga disebut dengan bermuamalah juga perlu diperhatikan lebih serius. Oleh karena itu, interaksi ekonomi atau bisnis ini telah menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia. Tujuan umum dalam bisnis adalah untuk mendapatkan keuntungan bahkan untuk keuntungan yang sebesar-besarnya namun terkadang usaha mencari keuntungan tersebut ditempuh dengan cara yang tidak etis sehingga menjadikan kesan bisnis yang tidak baik maka sangat wajar jika Islam memberi tuntunan tentang bagaimana mengelola dan menjalankan bisnis yang baik sehingga menjadikan bisnis selain untuk mendapatkan keuntungan namun juga untuk mendapatkan keridhaan Allah.
Disamping itu, kesadaran para cendikiawan muslim untuk kembali ke ajaran Al- Qur’an dan hadits semakin menguatkan untuk melakukan kegiatan bisnis yang berdasarkan pada syariah Islam. Kesadaran mereka muncul karena ternyata sistem ekonomi yang dijalankan selama ini tidak menyebabkan kondisi ekonomi global semakin membaik khususnya di
2 negara-negara muslim. Kemiskinan justru paling banyak dialami oleh negara-negara muslim. Sistem ekonomi kapitalis membuat negara-negara muslim yang kebanyakan adalah negara sedang berkembang dieksploitasi oleh negara maju sehingga menyebabkan ketergantungan yang semakin tinggi pada negara maju. Dengan demikian, adanya kesadaran pebisnis menjalankan bisnisnya dengan penerapan ajaran Islam memungkinkan mereka untuk mengubah pola pikir yang sebelumnya menggunakan sistem kapitalis menjadi sistem ekonomi Islam.
Munculnya kesadaran tersebut menyebabkan penerapan sistem ekonomi Islam dalam berbisnis akan mempertimbangkan etika bisnis Islam didalamnya. Karena dalam etika bisnis Islam mengajarkan umatnya bahwa dalam menjalankan sebuah bisnis tidak hanya terpatok dengan bagaimana kita menggunakan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan untung sebesarbesarnya atau pada dasarnya hanya tujuan duniawi saja. Akan tetapi, dalam etika bisnis Islam juga mengajarkan bahwa setiap ikhtiar atau usaha dalam bisnis tidak akan menghasilkan tujuan secara optimal apabila tidak diiringi dengan tujuan mendapat keberkahan dan keridaan dari Allah SWT atas apa yang diusahakan. Dalam ajaran agama Islam sangat mementingkan adanya keseimbangan antara penjual dan pembeli dalam berbisnis yang diiringi dengan penerapan perilaku positif yang diajurkan agama dan tidak melakukan larangan dari Agama Islam. Dengan demikian, diharapkan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya maupun hubungan horizontal antar manusia tetap seimbang dalam menjalankan aktivitas bisnis tersebut.
Etika bisnis Islam juga mengajarkan bagaimana seseorang berperilaku dalam bekerja yang berhubungan dengan bagaimana kinerja karyawan dalam sebuah organisasi atau juga disebut dengan budaya organisasi. Menurut Anwar P Mangkunegoro, 2005 sumber daya memiliki peran sentral sebagai pelaksana kegiatan, sehingga perlu didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang memadahi. Interaksi antar manusia dalam melaksanakan pekerjaan dipandu oleh norma, aturan yang diwujudkan dalam budaya organisasi. Budaya organisasi dapat berperan sebagai alat untuk memanfaatkan peluang dan memecahkan masalah yang berada di lingkungan perusahaan.
Menurut Robin, 2008 budaya organisasi dapat menggambarkan cara pekerjaan di lakukan perusahaan tersebut sehingga akan terlihat ciri khusus perusahaan satu di banding perusahaan lainnya. Nilai nilai yang dikembangkan di dalam organisasi akan membantu bagaimana perusahaan mengarahkan sumber daya organisasi, untuk mencapa tujuan yang telah ditetapkan. Peranan etika bisnis dalam setiap bidang usaha memiliki ciri yang berbeda sesuai dengan tujuan organisasi masing-masing, namun semua etika bisnis yang
3 diterapkan selalu bersifat positif yang bertujuan menunjang tercapainya tujuan dan hasil perusahaan yang akan dicapai. Sehingga, pemilihan sumber daya manusia yang berkompeten dan beretika sangat diperlukan dalam pelaksanaan sistem ekonomi, terutama sistem ekonomi Islam. Karena, pegawai yang beretika pasti akan berhati-hati dalam bertindak dan memutuskan sesuatu, sehingga meminimalisir terjadinya suatu kecurangan dalam praktik bisnis. Selain itu, etika pegawai baik juga memengaruhi kinerja karyawan tersebut dalam organisasi, kinerja karyawaan yang baik akan meningkatkan perkembangan suatu perusahaan dan meningkatkan kepuasan konsumen kepada bisnis yang dijalankan.
Bisnis dan manusia merupakan dua hal yang saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan. Setiap hari manusia melakukan kegiatan bisnis, manusia berperan sebagai produsen, perantara, maupun konsumen. Produsen menghasilkan produk dalam kegiatan bisnis, dimana produk tersebut akan menghasilkan keuntungan dan nilai tambah bagi konsumen. Seiring dengan perkembangan zaman, maka dewasa ini bisnis semakin kompleks. Seorang pebisnis tidak hanya dituntut untuk memiliki keberanian dalam mengambil tindakan bisnis, namun juga pengetahuan dan wawasan yang mendukung, sehingga keputusan bisnis yang diambil bisa diminimalisir risikonya, dan dioptimalkan keuntungannya.
Dengan adanya berbagai kasus tentang penerapan etika bisnis dalam Islam yang saat ini banyak yang kurang menyadarinya, khususnya tentang bagaimana seorang karyawan yang memiliki etika baik dan bagaimana sebaiknya kegiatan ekonomi ini seharusnya dilakukan, maka dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut terkait dengan bagaimana etika bisnis Islam itu semestinya beserta dasar-dasar pelaksanaannya, tujuan penerapan etika bisnis Islam tersebut, etika bekerja dan budaya organisasi dalam Islam, serta etika kegiatan ekonomi dalam Islam.
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah berisi pertanyaan mengapa dan bagaimana terkait penelitian atau topik yang dibahas dalam karya tulis ilmiah.Sesuai judul dan penjelasan latar belakang, penulis dapat memberikan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana yang dimaksud dengan etika bisnis dalam Islam dan apa saja dasar- dasarnya?
2. Bagaimana tujuan umum etika bisnis dalam Islam?
3. Bagaimana etika bekerja dan budaya organisasi dalam Islam?
4 4. Bagaimana etika kegiatan ekonomi dalam Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan merupakan tindak lanjut dari adanya rumusan masalah. Dengan demikian, penulis memiliki tujuan penulisan sesuai dengan rumusan masalah dan merujuk pada hasil yang akan dicapai sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tentang etika bisnis dalam Islam dan dasar-dasarnya.
2. Untuk mengetahui tentang tujuan umum etika bisnis dalam Islam.
3. Untuk mengetahui tentang etika bekerja dan budaya organisasi dalam Islam.
4. Untuk mengetahui etika kegiatan ekonomi dalam Islam.
5 BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum
a. Pengertian Etika Bisnis dalam Islam
Etika adalah cabang filsafat yang mencari hakikat nilai-nilai baik dan buruk yang berkaitan dengan perbuatan dan tindakan seseorang, yang dilakukan dengan penuh kesadaran berdasarkan pertimbangan dan pemikirannya. Etika bisnis adalah nilai tentang baik dan buruk serta benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip moralitas. Etika bisnis bisa juga diartikan sebagai prinsip atau norma yang harus ditaati dalam menjalankan sebuah bisnis.1
Sedangkan etika bisnis dalam Islam adalah proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan salah untuk menentukan hal-hal yang berkenaan dengan bisnis yang sedang dijalankan. Dalam etika bisnis Islam mempelajari kualitas moral kebijakan organisasi, konsep umum, standart perilaku moral dalam bisnis, serta perilaku yang baik dan dapat diterima. Artinya etika bisnis Islam merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan. 2
Karakteristik standart bisnis Islam yaitu:
1. Harus memperhatikan tingkah laku untuk kesejahteraan manusia.
2. Menegakkan hukum dan keadilan secara konsisten pada prinsip-prinsip kebenaraan.3
b. Hukum Etika Bisnis dalam Islam
Sistem etika Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pandangan hidup Islam. Dalam kaidah perilaku individu terdapat suatu keadilan atau keseimbangan.
Sepertinya yang telah disebutkan dalam QS Al-Baqarah: 143 yang berbunyi:
1 Abdul, Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam,... hlm.20
2 Abdul, Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam,... hlm.35
3 Abdul, Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam,... hlm.36
6 َن ْوُكَي َو ِساَّنلا ىَلَع َءۤاَدَهُش ا ْوُن ْوُكَتِ ل اًطَس َّو ًةَّمُا ْمُكٰنْلَعَج َكِلٰذَك َو ٓاَهْيَلَع َتْنُك ْيِتَّلا َةَلْبِقْلا اَنْلَعَج اَم َو ۗ اًدْيِهَش ْمُكْيَلَع ُل ْوُس َّرلا
ىَلَع َّلَِّا ًة َرْيِبَكَل ْتَناَك ْنِا َو ِۗهْيَبِقَع ىٰلَع ُبِلَقْنَّي ْنَّمِم َل ْوُس َّرلا ُعِبَّتَّي ْنَم َمَلْعَنِل َّلَِّا ُهاللّٰ َناَك اَم َوۗ ُ هاللّٰ ىَدَه َنْيِذَّلا
َعْي ِضُيِل
ٌمْي ِح َّر ٌف ْوُء َرَل ِساَّنلاِب َ هاللّٰ َّنِا ۗ ْمُكَناَمْيِا Artinya: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (QS Al-Baqarah: 143).4
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa pelaku bisnis cenderung berorientasi pada memperoleh keuntungan sebesar yang bisa dilakukan. Karena itu, telah disebutkan dalam QS Al-Baqarah ayat 188 yang berbunyi:
َا ْن ِم اًقْي ِرَف ا ْوُلُكْأَتِل ِماَّكُحْلا ىَلِا ٓاَهِب ا ْوُلْدُت َو ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلا َوْمَا ا ْٓوُلُكْأَت َلَّ َو ْثِ ْلَّاِب ِساَّنلا ِلا َوْم
َن ْوُمَلْعَت ْمُتْنَا َو ِم
Artinya: Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.5
2.2 Tujuan Utama Etika Bisnis
a. Mendorong kesadaran moral pebisnis
Tujuan dari adanya etika bisnis yang pertama adalah mendorong kesadaran moral bagi pebisnis itu sendiri. Di dalam jalannya sebuah kegiatan berbisnis yang baik adalah tidak hanya berorientasi pada keuntungan, produksi barang dan kegiatan operasional. Tetapi juga harus memperhatikan tingkat moralitas yang baik dari seorang pebisnis dan perusahaan pengelola itu sendiri.
b. Menjaga tata sikap dan perilaku dalam berbisnis
Dalam bisnis sendiri tentu saja ada aturan dan standar operasional kerja yang berlaku dimana salah satunya memiliki etika bisnis. Hal ini dibuktikan dengan adanya
4 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, , (Bandung:Jumanatul Ali -ART, 2005), 36
5 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, , (Bandung:Jumanatul Ali -ART, 2005), 46
7 penjagaan tata sikap dan perilaku ketika menjalankan bisnis. Misalnya sama-sama menghargai privacy klien dan perusahaan pengelola atau memberikan transparansi data sesuai kenyataan.
c. Memberikan batasan untuk tetap menjalankn bisnis yang baik
Tujuan dari diadakannya sebuah etika yang baik dalam berbisnis adalah agar adanya batasan kerja yang profesional di antara kedua pihak.
d. Memberikan citra perusahaan yang baik
Tujuan lainnya dari adanya kemampuan menjaga moralitas dan etika ini adalah mampu memberikan citra perusahaan yang baik. Citra ini jelas mampu terbentuk dengan adanya pembuktian komitmen dari sebuah perusahaan yang memiliki etos kerja ini.6
2.3 Etika Bekerja dan Budaya Organisasi dalam Islam a. Etika Kerja dalam Islam
Etika kerja yang Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa), namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram. Etika kerja dalam Syari’at Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai suatu yang baik dan benar. 7
Etika bekerja dalam Islam berarti melaksanakan pekerjaannya sesuai aturan halal dan haram, apabila telah berpegang teguh pada nilai- nilai Islam dan hanya mengharap rida Allah SWT, maka tidak perlu ada kekhawatiran.
Selain landasan yang menjadi dasar etika dalam bekerja, ada sejumlah parameter kunci sistem etika Islam, yang telah dirangkum oleh Rafik Issa Beekum (2004), di dalam bukunya menjelaskan beberapa bagian dari kunci sistem etika Islam, sebagai berikut:
1) Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahui apapun niat seseorang sepenuhnya dan secara sempurna.
6 Accurate, Etika Bisnis: Pengertian, Tujuan, Contoh, dan Manfaatnya untuk Bisnis
7 Abdul Basyit, “BUDAYA ORGANISASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM” Jurnal Pemikiran dan Pencerahan (Rausyan Fikr, 2020) Vol,16 No,01 hlm.46-48
8 2) Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat
yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
3) Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak berdasarkan apapun keinginannya, namun tidak dalam hal tanggung jawab dan keadilan.
4) Percaya kepada Allah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal apapun atau siapa pun kecuali Allah.
5) Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas tidak secara langsung berarti bersifat etis dalam dirinya. Etika bukanlah permainan mengenai jumlah.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa etika kerja Islam merupakan cara pandang seseorang dalam menyikapi, melakukan dan bertindak dalam bekerja, melalui aturan atau kemauan organisasi, instansi, maupun perusahaan yang sesuai dengan prinsip syariat Islam dan perintah Allah SWT, sehingga pekerjaan pun dapat dilaksanakan dengan baik. Sikap mental seseorang atau kelompok orang dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan diwujudkan sebagai perilaku kerja antara lain disiplin, tanggung jawab, kerja keras, ikhlas dalam bekerja, dan jujur.
b. Budaya Organisasi
Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang artinya akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai:
“hal-hal yang bersangkut-paut dengan akal.” Dalam istilah “antropologi- budaya”
8pengertian “budaya” sama dengan “kebudayaan”. E.B. Taylor, Bapak dan pakar dunia Antropologi Budaya dalam Haryo S Martodirjdo, mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh anggota- anggota suatu masyarakat.
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik”.
8 Abdul Basyit, “BUDAYA ORGANISASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM” Jurnal Pemikiran dan Pencerahan (Rausyan Fikr, 2020) Vol,16 No,01 hlm.46-48
9 Budaya diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait masalah-masalah tersebut.
Dengan demikian, bentuk atau wujud dari pengertian budaya dapat dilihat dalam tiga hal, yaitu:
1) Budaya itu abstrak, budaya itu merupakan kepercayaan, asumsi dasar, gagasan, moral, norma, adat-istiadat, hukum atau peraturan.
2) Budaya itu berupa sikap yang merupakan pola perilaku atau kebiasaan dari kegiatan manusia dalam lingkungan masyarakat, yang menggambarkan kemampuan beradaptasi, baik secara internal maupun eksternal.
3) Budaya itu tampak secara fisik yang merupakan bentuk fisik hasil karya manusia.
Jadi budaya dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi landasan bagi tingkah lakunya.
c. Budaya Organisasi dalam Islam Di dalam Islam
Budaya merupakan norma, aturan atau nilai-nilai yang harus di patuhi dan dilaksanakan oleh organisasi, selama norma dan aturan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pengorganisasian atau organizing secara alamiah merupakan fase kedua (setelah planning). Disamping secara faktual, dalam tataran syariah dari setiap sistem organisasi besar atau sekecil apapun.
2.4 Etika Kegiatan Ekonomi dalam Islam
Etika ekonomi Islam sebagaimana dirumuskan oleh para ahli ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kemaslahatan dan kemafsadatan dalam kegiatan ekonomi dengan memerhatikan amal perbuatan manusia sejauhmana dapat diketahui menurut akal pikiran (rasio) dan bimbingan wahyu (nash). 9Etika ekonomi dipandang sama dengan akhlak karena keduanya sama-sama membahas tentang kebaikan dan keburukan pada tingkah laku manusia. Tujuan etika Islam menurut kerangka berpikir filsafat adalah memperoleh suatu kesamaan ide bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku dan baik buruk sejauhmana dapat dicapai dan diketahui menurut akal pikiran manusia. Namun demikian, untuk mencapai tujuan tersebut, etika ekonomi Islam
9 Muhammad. 2004. Etika Ekonomi Islami. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN
10 mengalami kesulitan karena pandangan masing-masing golongan di dunia ini berbeda-beda perihal standar normatif baik dan buruk. Masing-masing mempunyai ukuran dan kriteria yang berbeda-beda pula. Sebagai cabang dari filsafat, ajaran etika bertitik tolak dari akal pikiran dan tidak dari ajaran agama. Adapun etika ekonomi Islam tersebut antara lain:
a. Shiddiq (Jujur)
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur dalam arti luas artinya tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ada fakta, tidak berkhianat serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Karena berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam berdagang, juga akan mewarnai dan berpengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga itu sendiri. Dalam Alquran, keharusan bersikap jujur dalam berdagang, berniaga atau jual beli, sudah diterangkan dengan sangat jelas dan tegas yang antara lain kejujuran itu di beberapa ayat dihubungkan dengan pelaksaan timbangan dalam jual beli, sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.” (QS. Al-An’am:152).
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi ini dengan membuat kerusakan.” (QS. Asy-Syu’ara: 181- 183). “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.
Al-Isra’: 35). “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS. Ar-Rahmaan: 9). Penyimpangan dalam menimbang, menakar, dan mengukur merupakan wujud kecurangan dalam ekonomi, sekalipun dampak yang ditimbulkan tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan kejahatan lain, tapi kebiasaan melakukan kecurangan menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia ekonomi, akan menjadi cikal bakal dari bentuk kejahatan lain yang jauh lebih besar. Kecurangan, dalam hal menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia ekonomi, merupakan suatu perbuatan yang sangat keji dan culas, karena tindak kejahatan tersebut bersembunyi pada hukum dagang yang telah disahkan baik oleh agama, pemerintah maupun oleh masyarakat. Jika perampokan, pencurian sudah jelas merupakan tindakan memakan harta orang lain dengan cara batil, namun tindakan penyimpangan atau kecurangan dalam menimbang, menakar dan mengukur barang
11 dagangan, yang dilakukan secara terang-terangan, pada hakikatnya adalah juga pencuri, perampok, yang bersembunyi di balik lambang keadilan, yakni timbangan, takaran dan ukuran yang mereka gunakan dalam berdagang. Allah swt akan memberikan azab yang pedih kepada pelaku ekonomi yang tidak jujur. Firman Allah swt yang artinya:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang ini menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam ini.” (QS.
Al-Muthaffifin: 1-6). 10 b. Amanah (Tanggung jawab)
Amanah ini ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal dan ihsan (kebajikan) dalam segala hal. Maknanya adalah bahwa setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha serta pekerjaan sebagai pedagang.
Tanggung jawab dalam hal ini artinya mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara otomatis terbeban di pundaknya.
Tanggung jawab pedagang di sini misalnya menyediakan barang dan jasa atau jasa kebutuhan masyarakat dengan harga yang wajar, jumlah yang cukup serta kegunaan dan manfaat yang memadai. Oleh sebab itu para pedagang dilarang keras untuk melakukan penimbunan barang dagangannya. Menimbun barang dengan tujuan meningkatkan permintaan dengan harga yang selangit sesuai dengan keinginan penimbun barang, merupakan salah satu bentuk kecurangan dari para pedagang dalam rangka memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Ada beberapa hadis Nabi Muhammad saw yang mencela pelaku yang menimbun barang., yang artinya: “Barang siapa yang melakukan penimbunan terhadap makanan kaum muslimin, Allah akan menimpanya dengan kerugian atau akan terkena penyakit lepra”. (HR. Ahmad).
“Barang siapa yang menimbun makanan selama 40 hari. Maka ia akan lepas dari tanggung jawab Allah dan Allah pun akan cuci tangan dari perbuatannya.” (HR.
Ahmad).
10 Suryadhie, Etika Ekonomi Islam,www.suryadhie.wordpress.com/2007/07/04/islam-artikel-umum.,
12 c. Tidak Menipu
Tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: “Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi” (QS. 83: 112). Pasar merupakan tempat orang bertemu dengan beragam latar belakang yang berbeda, yang tentunya sangat potensial untuk terjadinya berbagai macam tindak kejahatan dalam transaksi ekonomi. 11
Pasar juga disinyalir didalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu, keserakahan, perselisihan dan keburukan tingkah laku pola manusia lainnya.
Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya: “Dua orang yang sedang melakukan jual beli dibolehkan tawar menawar selama belum berpisah, jika mereka itu berlaku jujur dan menjelaskan ciri dagangannya, maka mereka akan diberi barakah dalam ekonominya itu, tetapi jika mereka berdusta dan menyembunyikan ciri dagangannya, barakah dagangan itu akan dihapus”. (HR. Bukhari).
d. Menepati Janji
Seorang yang berprofesi sebagai pedagang dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi janji kepada Allah swt.Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada pembeli, misalnya: tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang kualitasnya, kuantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan perjanjian semula, memberi pelayanan purna jual, garansi dan lain-lain. Sementara janji yang harus ditepati kepada sesama pedagang misalnya: pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat. Sedangkan janji kepada Allah yang harus ditepati oleh para pedagang Muslim misalnya adalah shalat. Seperti firman Allah yang artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadaNya dan mereka tinggalkan kamu12
11 Suryadhie, Etika Ekonomi Islam,www.suryadhie.wordpress.com/2007/07/04/islam-artikel-umum.,
12 Suryadhie, Etika Ekonomi Islam,www.suryadhie.wordpress.com/2007/07/04/islam-artikel-umum.,
13 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika bisnis adalah nilai tentang baik dan buruk serta benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip moralitas. Etika bisnis bisa juga diartikan sebagai prinsip atau norma yang harus ditaati dalam menjalankan sebuah bisnis. Sedangkan etika bisnis dalam Islam adalah proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan salah untuk menentukan hal-hal yang berkenaan dengan bisnis yang sedang dijalankan.
Dalam etika bisnis mempunyai tujuan untuk mendorong kesadaran moral pebisnis, menjaga tata sikap dan perilaku dalam berbisnis, memberikan Batasan untuk tetap menjalankan bisnis yang baik, dan memberikan citra perusahaan yang baik.
Kemudian dalam etika bisnis terdapat etika islami dalam bekerja dan budaya organisasi.
Yang dimaksud etika bekerja islami yaitu cara pandang seseorang dalam menyikapi, melakukan dan bertindak dalam bekerja, melalui aturan atau kemauan organisasi, instansi, maupun perusahaan yang sesuai dengan prinsip syariat Islam dan perintah Allah SWT, sehingga pekerjaan pun dapat dilaksanakan dengan baik. Budaya merupakan norma, aturan atau nilai-nilai yang harus di patuhi dan dilaksanakan oleh organisasi, selama norma dan aturan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Etika ekonomi Islam sebagaimana dirumuskan oleh para ahli ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kemaslahatan dan kemafsadatan dalam kegiatan ekonomi dengan memerhatikan amal perbuatan manusia sejauhmana dapat diketahui menurut akal pikiran (rasio) dan bimbingan wahyu (nash). Adapun etika ekonomi Islam tersebut antara lain: shiddiq (jujur), Amanah, tidak menipu,dan menepati janji.
3.2 Saran
Melalui makalah ini penulis dapat menjabarkan beberapa saran dari materi yang dibahas antara lain sebagai berikut.
1. Kepada mahasiswa, penulis menyarankan untuk memepelajari makalah yang kami tulis ini dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Makalah ini dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa yang akan melakukan usaha maupun yang sudah melakukan usaha dan sudah bekerja untuk memerhatikan pentingnya etika bisnis dalam Islam dalam dunia bisnis, organisasi, dan kerja.
14 2. Kepada para pelaku usaha, penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu untuk dapat menjaga dan meningkatkan etika bisnis yang sesuai syariah Islam.
3. Kepada masyarakat, penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memberi gambaran tentang bagaimana dalam melaksanakan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan ajaran etika dalam Islam, seperti bagaimana etika seseorang dalam melakukan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi yang baik sesuai dengan syariah Islam.
15 DAFTAR PUSTAKA
Basyit, A. (2020). "BUDAYA ORGANISASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM". Jurnal Pemikiran dan Pencerahan, Vol,16 No,01 46-48.
Dahwal, S. (2013). ETIKA BISNIS MENURUT HUKUM ISLAM (Suatu Kajian Normatif).
UNIB Scholar Repository, 17-30.
Gie. (2020, Juni 10). accurate. Diambil kembali dari Etika Bisnis: Pengertian, Tujuan, Contoh, dan Manfaatnya untuk Bisnis: http://www.acccurate.id
Handayani, D. L. (2019). ETIKA BISNIS ISLAM: SEBUAH KAJIAN KOMPARATIF.
JURNAL Baabu Al-Ilmi, 39-40.
iain tulungagung. (t.thn.). Etika Bisnis Islam. 16-19.
Martinelli, I. (2018). MENELISIK DIMENSI ETIKA DALAM KEGIATAN EKONOMI MENURUT PERSPEKTIF ISLAM. Jurnal EduTech Vol.4 No.1, 40-49.
Muhammad. (2004). Etika Ekonomi Islami. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Suryadhie. (2007, Juli 4). Etika Ekonomi. Diambil kembali dari suryadhie:
www.suryadhie.com