LITERATUR REVIEW: PENTINGKAH ETIKA BISNIS BAGI PERUSAHAAN ?
Hanie Kurniawati (125211048)
Jurusan Administrasi Niaga Program Studi D-III Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Bandung
Januari 2015
Abstract
Business activities that develop in Indonesia, will trigger a very tight competition going and sometimes lead to business person justifies all means to achieve the goal, so that frequent competition in business. This competition can harm many people but also in the long term can be detrimental to the business itself. Not only does this ethic problems existed at small businesses, but the big scale business have the same problem, the problems of ethics in business. Business ethics is the ethics pertaining to the guidelines in the business activities in which the business ethics is to apply the General rules regarding ethical business behaviour. Business ethics concerns the moral, social contacts, rights and obligations, the principles and rules. Business ethics became important to companies because in such a tight business competition as it is now, only companies that visionary who understands that the company can continue to survive if he uses the ethics in business, today a co-worker including customers demanding the quality of goods and services, so by performing actions based on ethic can produce a trust for the company, and that belief can grow the company's survival for the medium or long term.
Keyword : Etika, Bisnis, Tanggung Jawab Sosial
Pendahuluan
bisnis skala kecil, namun tidak jarang bisnis dalam skala besarpun mengahadapi permasalahan yang sama yaitu permasalah etika dalam bisnis. Tina Dacin (2011:1) mengatakatan bahwa penipuan tetap merupakan masalah yang sulit dipecahkan dan mahal dalam organisasi saat ini. Sebuah survey menemukan bahwa sekitar sepertiga dari organisasi di seluruh dunia adalah korban dari kejahatan ekonomi.
Dalam bisnis aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat mempengaruhi terwujudnya persaingan yang sehat. Munculnya persaingan yang tidak sehat menunjukkan bahwa peranan hukum dan etika bisnis dalam persaingan bisnis ekonomi belum berjalan sebagaimana semestinya. Dengan munculnya berbagai masalah pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan banyaknya tuntutan untuk menerapkan etika kegiatan bisnis, dengan diterapkannya etika dalam bisnis akan meminimalisir hal-hal negatif yang tidak diinginkan, dan secara tidak lansung dapat membantu tatanan perkonomian.
Bisnis merupakan suatu hal yang tidak dapat terlepas dari masyarakat, dalam kata lain masyarakat merupakan bagian dalam bisnis dan sebaliknya. Karena bisnis tidak dapat terlepas dari masyarakat maka bisnis seharusnya patuh pada norma-norma yang ada di masyarakat. Tata hubungan bisnis dengan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan tersebut telah menciptakan etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnis, baik etika bisnis antar sesama pelaku bisnis ataupun etika bisnis terhadap masyarakat, baik dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dalam beberapa dekade kebelakang, etika bisnis telah menjadi isu yang begitu hangat dan penting dalam sebuah perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan bisnis tentunya perusahaan harus berusaha untuk menghindari efek negatif kepada masyarakat yang berada diseklilingnya. Masyarakat yang dimaksud di sini adalah para pekerja, perusahaan lain, pelanggan, pemasok, investor dan masyakarat atau penduduk disekitarnya. Begitu hangatnya isu mengenai etika bisnis, maka dalam
kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai “Apakah etika bisnis itu
penting bagi perusahaan ?”
Pembahasan
Apa itu Etika Bisnis ?
Sebelum kita mengetahui apa yang dimaksud dengan etika bisnis, seyogyanya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan etika dan etiket.
seperti apa yang boleh dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan yang pantas atau tidak, dan sebagainya.”
Dari beberapa definisi di atas mengenai etika, dapat kita tarik kesimpulan bahwa etika adalah hal yang penuh dengan pandangan atau nilai yang dianut oleh masyarakat, di mana dasar nilai itu dibangun dari kebiasaan yang mereka lakukan. Membahas mengenai etika, maka kita akan masuk pada ranah kebiasaan yang terjadi pada suatu masyarakat, etika akan berbicara mengenai benar atau salah. Kebiasaan yang berlaku disuatu tempat biasanya mengacu pada adat istiadat, norma, peraturan, budaya dan lainnya. Semakin seseorang sesuai dengan kebiasaan setempat, maka dapat dikatakan ia semakin beretika di tempat yang bersangkutan.
Bila kita lihat lebih jauh, ada perbedaan yang nyata antara etika dan etiket. Etiket berasal dari Bahasa Prancis “Etiquette” yang berarti kartu undangan yang dipakai oleh raja-raja prancis dalam mengadakan acara formal. Pada kartu undangan tersebut tertera aturan yang harus diikuti bila akan menghadiri undangan seperti: pakaian, dasi, tempat duduk dan sebagainya. Dalam perkembangannya
etiket lebih menitik beratkan pada sikap dan perbuatan yang lebih real
(applicative), ia berbicara apa yang seharusnya dilakukan sesuai aturan yang ada. Dalam wujudnya etiket dapat dilihat dari tata karma, sopan santun, norma, perbuatan, kelakuan dan tindak tanduk. (Wursanto dalam Harmon, 2013:238).
Bisnis adalah kegiatan-kegiatan teratur melayani dalam suatu kebutuhan yang bersifat umum (artinya: non personal) sambil memperoleh pendapatan (income) (Pandji:113). Hal ini dipertegas Skinner dalam Pandji (2007:6) “bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna
sebagai the buying and selling of goods and services. Sedangkan perusahaan bisnis
adalah organisasi yang terlibat dalam pertukaran barang, jasa, atau uang untuk
menghasilkan keuntungan.”
Dahulu bisnis dilakukan dengan cara barter¸ yaitu kegiatan tukar-menukar
barang atau jasa yang terjadi tanpa menggunakan uang sebagai perantara, selanjutnya manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa apa yang mereka hasilkan sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkannya. Jadi barter adalah kegiatan tukar menukar barang.
Menurut Pandji (2007:113) etika bisnis adalah Etika (Ethics) yang menyangkut tata pergaulan di dalam kegiatan-kegiatan bisnis. Bisnis adalah kegiatan-kegiatan teratur yang melayani kebutuhan yang bersifat umum (artinya:
non-personal) sambil memeperoleh pendapatan (Income). Jika di dalam
“pendapatan” itu dikalkulasikan laba, maka bisnis tersebut bersifat komersial.
Menurut Wikipedia Indonesia (2014) etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berikatan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nila, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun huubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/ mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Etika adalah ilmu atau pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang
tidak baik untuk dijunjung tinggi atau untuk diperbuat (Ethics is the science of good
and bad). Jadi dapat kita tarik benang mewah bahwa etika bisnis adalah ilmu yang menyangkut tata pergaulan di dalam kegiatan-kegiatan bisnis dimana etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis ini menyangkut moral, kontak sosial, hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Pembentuk Nilai Etika
Menurut Mamduh (2003:74) etika individu dipengaruhi atau dibentuk oleh beberapa hal :
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat tumbuhnya seorang individu, karena keluarga mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan etika seorang individu. Individu akan berperilaku mencontoh perilaku orang tuanya atau keluarga dekat, atau berperilaku seperti yang disusruh oleh orang tuanya.
2. Pengaruh Faktor Situasional
Siatuasi akan menentukan etika individu. Sebagai contoh, jika seseorang mencuri barangkali mempunyai alasan karena ia membutuhkan uang tersebut karena anakanya sakit. Meskipun nampaknya jalan yang diambil merupakan jalan pintas, tetapi situasi semacam itu membantu memahami kenapa seseorang dapat melakukan tindakan yang tidak etis.
3. Nilai, Moral, dan Agama.
Seseorang yang memprioritaskan sukses pribadi dan pencapaian tujuan keuangan tentunya mempunyai perilaku yang lain dibandingkan mereka yang memprioritaskan untuk menolong orang lain. Keputusan dan perilaku manajer seringkali dipengaruhi oleh kepercayaanya.
4. Pengalaman Hidup
tertangkap barangkali akan terdorong mencuri kembali di masa mendatang. Sebaliknya, jika ia tertangkap dan dihukum, dapat membuatnya jera untuk melakukan pencurian lagi.
5. Pengaruh Teman
Teman sebaya terutama akan berpengaruh terhadap pembentukan etika seseorang. Contoh yang paling baik adalah masa anak-anak. Jika seorang anak berteman dengan anak yang nakal, maka ada kecenderungan anak teresbut tertular nakal. Demikian juga dengan teman pernainan pada waktu seorang individu menginjak remaja. Jika lingkungan mempunyai standar etika yang tinggi, seorang individu akan cenderung mempunyai etika yang tinggi juga.
Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis
Menurut pendapat Michael Josephson dalam Pandji (2007:125), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, tidak curang, dan tidak berbohong. 2. Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan terhormat, tulus
hati, berani dan penuh pendirian, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh dalam kerahasiaan; begitu juga dalam suatu konteks professional, jaga/lindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan. 5. Kewajaran/Keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk
mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain. Seema Gupta (2010:11) menyatakan bahwa konsep keadilan secara tradisional telah berkaitan dengan hak dan kewajiban.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, barbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat manusia, menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan memperlakukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain. 8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam hal baik dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin dan penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasar kemampuan, mengmbangkan, dan memperhahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10.Dapat dipertanggung jawabkan, yaitu memilki tanggung jawab, meneri,a tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu mencari contoh.
Sementara Sonny Keraf dalam Sorta (2008:18) menyebutkan bahwa secara umum ada lima prinsip etika bisnis, yaitu :
1. Prinsip Otonomi
Menurut pandji (2007:127), ada beberapa cara untuk mempertahankan standar etika, dianataranya adalah sebagai berikut :
1. Ciptakan kepercayaan perusahaan, kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang berdasar tanggung jawab etika bagi stakeholders.
2. Kembangkan kode etik, kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten, manajer harus mengambil tindakan apabila merasa melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan, akhir dari semua keputusan setiap etika sangat tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan-keputusan etika seseorang harus memiliki :
a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis
dan melakukan sesuatu yang benar,
b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika
dari suatu situasi,
c. Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan
suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
6. Lakukan audit etika secara periodic, audit merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar iseng.
7. Pertahankan standar yang tinggitentang tingkah laku, jangan hapus aturan. Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan bahwa betapa pentignya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegoisasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat. Etika diawali dari atasan, atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan. 10.Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
diberi kesempatan untuk memebrikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
Tanggung Jawab Perusahaan
Menurut Sandono, dkk (2004:353) prinsip-prinsip utama tanggung jawab sosial yang berkembang di Amerika Serikat ialah:
1. Prinsip Charity, membawa ide bahwa anggota masyarakat yang lebih kaya
seharusnya menolong anggota masyarakat yang kurang bernasib baik seperti orang cacat, orang tua dan orang sakit. Pada masa kini kita dapat melihat suatu tren perubahan telah berlaku pada konsep ini apabila pihak
koporat mulai memberi perhatian dan sumbangan kepada charity
berbanding dengan masa lalu di mana ia dibuat oelh individu-individu tertentu.
2. Prinsip Stewardship adalah suatu konsep yang diambil dari ajaran yang
mengehendaki individu yang kaya, menganggap diri mereka sebagai pemegang amanah terhadap harta benda mereka untuk kebajikan seluruh masyarakat. Ini termasuk melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat awam, kepada lingkungan, pekerja, konsumen, dan investor.
Prinsip ini digunakan untuk mendorong perkembangan rasa tanggung jawab pengusaha terhadap masyarakat.
Hal serupa dikemukakan Zimmere dalam Pandji (2007:128) ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu :
Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
2. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan.
Menurut Ronal J.Ebert dalam Pandji (2007:128) semua aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti perekrutan, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi, kesemuanya dlam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan. Menurut Zimmere dalam Pandji (2007:129) tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara :
- Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat mereka.
- Minta input kepada karyawan.
- Berikan umpan balik baik negatif maupun positif.
- Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
- Biarakan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka
harapkan.
- Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
- Percayalah kepada mereka.
3. Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan
Menurut Sutrisno dan Suherman (2007:35) pelanggan adalah pembeli atau pemakai produk yang harus dihormati, karena merekalah kelangsungan hisup perusahaan dapat terjamin. Untuk itu tanggung jawab perusahaan kepada pelanggan sangatlah penting. Tangung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronal J. Ebert dalam Pandji (2007:129) ada dua kategori, yaitu:
(1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas,
(2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar
Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya ada 4 hak pelanggan, yaitu :
(1) Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
(2) Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
(3) Hak untuk didengar.
(4) Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmerer dalam Pandji (2007) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima :
(1) Hak keamanan, barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus
berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
(2) Hak untuk mengetahui, konsumen berhak untuk mengetahui barang dan
(3) Hak untuk didengar, komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
(4) Hak atas pendidikan, pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya
pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
(5) Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi
hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antitrust.
Hak-hak pelangganpun diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, di mana hak konsumen adalah :
a. Hak atas kenyamanan, kemanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;
b. Hak untu memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/ atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian,
apabila barang dan/ atau jasa ang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan-undangan
lainnya.
4. Tanggung jawab terhadap investor
Tanggung jawab perusahaan terhadap investor adalah menyediakan
pengembalian (return) investasi yang menarik di antaranya dengan
memamksimuman laba. Selain itu perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Ronald J Ebert dan Ricky M dalam Pandji (2007:128) mengatakan bahwa etika sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial yang mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda.
Argumen Pro dan Kontra terhadap Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial merupakan pelaksanaan tuntutan etika oleh organisasi, dalam kaitannya dengan tuntutan lingkungan atau pihak-pihak yang berkaitan dengan organisasi. Meskipun nampaknya argumen tanggung jawab sosial perusahaan cukup kuat, tetapi masih ada kontroversi terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Tabel berikut ini menyajikan ringkasan argumen pro dan kontra tanggung jawab sosial perusahaan. (Mamduh, 2003:78)
Tabel 1 Pro dan Kontra Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Argumen Pro Tanggung Jawab Sosial
1. Bisnis merupakan anggota masyarakat, karena itu berkepentingan terhadap
kemajuan dan kebaikan masyarakat dimana bisnis itu berada.
2. Tindakan sosial dapat meningkatkan keuntungan.
3. Merupakan hal yang etis.
4. Meningkatkan kesan baik (image) bisnis di mata publik.
5. Bisnis ada karena memberi sumbangan kepada masyarakat. Masyarakat
dapat menarik kembali penugasan tersebut jika bisnis tidak dapat memberi sumbangan yang terbaik.
6. Perlu dilakukan untuk menghindari peraturan pemerintah.
7. Norma sosial mengharuskan bisnis melakukan tanggung jawab sosial.
8. Hukum tidak dapat dibuat untuk setiap situasi, karena itu bisnis harus
memelihara ketentraman hokum dengan mengisi gap tersebut.
9. Konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Tanggung jawab sosial
akan meningkatkan harga saham karena bisnis menjadi semakin kecil risikonya, yaitu kecil kemungkinannya untuk diserang oleh masyarakat publik.
10.Masyarakat harus memberi kesempatan kepada bisnis memecahkan masalah
yang tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah.
11.Bisnis mempunyai sumberdaya manusia dan keuangan untuk menyelesaikan
masalah sosial.
12.Mencegah masalah lebih baik disbanding mengobatinya, biarkan bisnis
menyelesaikan masalahnya sebelum masalah tersebut membesar.
13.Bisnis menciptakan maslah, karena itu mereka harus memecahkannya.
14.Bisnis merupakan partner di masyarakat, bersama dengan pemerintah
masyarakat.
Argumen Kontra Tanggung Jawab Sosial
1. Tindakan sosial tidak dapat diukur.
3. Keterlibatan dalam pekerjaan sosial membuat bisnis mempunyai kekuasaan yang semakin besar.
4. Bisnis tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan program-program
sosial.
5. Ada potensi konflik kepentingan.
6. Biaya tanggung jawab sosial terlalu tinggi.
7. Akan menekan neraca pembayaran karena produk menjadi tidak kompetitif
di pasaran internasional.
Sumber : Manajemen, Mamduh M. Hanafi
Mamduh (2003:79) menjelaskan bahwa Argumen pro pada dasarnya menganggap bahwa perusahaan merupakan bagian dari masyarakat. Kemudian, perusahaan atau bisnis mempunyai kekuasaan yang cukup besar. Mereka dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang ditarik, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Karena keuasaan tersebut, perusahaan mempunyai kewajiban untuk mempertahankan atau meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kekuasaan harus disertai dengan kewajiban. Program sosial yang dilakukan perusahaan akan menngkatkan profitabilitas perusahaan, paling tidak dalam jangka panjang. Dengan demikian, dengan melakukan tanggung jawab sosial, perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya.
Argumen kontra berpendapat bahwa jika perusahaan diharuskan menjalankan tanggung jawab sosial, maka akan ada konflik antara tujuan ekonomi dengan tujuan sosial. Perusahaan tidak akan bertahan karena dipaksa untuk mengerjakan tugas yang kontradiktif tersebut. Salah satu tokoh pendukung argumen kontra adalah Milton Friedman, ekonom dari Amerika Serikat. Friedman berpendapat bahwa tanggung jawab sosial bahkan menjadi sesuatau yang tidak etis, karena manajer dipaksa untuk mengeluarkan uang yang seharusnya menjadi miliki pemegang saham.
Berdasarkan penelitian terhadap 560 eksekutif perusahaan yang dilakukan oleh Mamduh (2003:80) mengenai potensi efek positif dan negatif dari tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan bahwa ada sekita 97,4% responden yang mengaharapkan peningkatan reputasi organisasi. Pengharapan tersebut merupakan pengharapan paling tinggi. Sementara untuk efek negatif, ada 59,7% yang menganggap tanggung jawab sosial menyebabkan penurunan profitabilitas jangka pendek. Secara umum efek positis memperoleh tingkat penghatapan (potensi) yang lebih tinggi dibandingkan dengan efek negatif.
Relevansi Etika Bisnis dan Perusahaan
perusahaan bisnis? Sonny Keraf dalam Sorta (2008:16) menyatakan bahwa etika bisnis justru hanya memiliki relevansi bagi para pelaku bisnis yang menginginkan bisnisnya sukses dan bertahan lama. Etika bisnis sulit memiliki relevansi bagi para pelaku bisnis yang hanya berpikir tentang bisnis hari ini dan keuntungan sesaat. Bisnis modern saat ini adalah bisnis yang diwarnai oleh persaingan ketat. Dalam konteks bisnis yang kompetitif, setiap perusahaan berusaha untuk unggul berdasarkan kekuatan manajemen dan profesionalisme suatu perusahaan.
Kesimpulan
Jadi, etika bisnis merupakan suatu pedoman yang sangat penting dalam kegiatan bisnis, pelaku bisnis harus mampu memahami dan mengintrepretasikan apa yang dimaksud dengan etika bisnis. Etika bisnis menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan, maksudnya adalah keberlangsungan hidup suatu perusahaan bergantung pada bagaimana cara penerapan etika bisnis oleh pelaku bisnis.
Dengan terapkannya etika dalam bisnis, maka secara tidak langsung dapat menumbuhkan kepercayaan dari rekan kerja, masyarakat, dan pelanggan, di mana kepercayaan merupakan sebuah modal yang sangat penting agar kelangsungan hidup perusahaan tetap terjamin. Maka dari itu, perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan standar etika.
Dengan terciptanya kesadaran akan pentingnya etika bisnis, maka akan ada banyak pihak yang mendapat keuntungan, diantaranya adalah pelaku bisnis itu sendiri, pelanggan, serta masyarakat serta pemerintah. Dengan menerapkan etika bisnis, dapat membantu tatanan ekonomi menjadi lebih baik dan dapat mengingkatkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Daftar Pustaka
Anogara, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis Dalam Era
Globalisasi. Jakarta: Rineka Cipta
Chaniago, Harmon. 2013. Manajemen Kantor Kontemporer. Bandung: Akbar
Limas Perkasa CV.
Dacin, Tina. dkk. 2011. Artikel “Unethical Conduct Within Organizations: Understanding and Preventing Fraudulent Behavior” dalam Journal of Business Ethics. Tersedia: http://aaahq.org/calls/JBE_Fraud_Issue.pdf (19 Desember 2014)
Google. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen”. Tersedia
http://www.esdm.go.id/prokum/uu/1999/uu-8-1999.pdf. (29 Desember
Gupta, Seema. 2010. “A Multidimensional Ethics Scale for Indian Managers' Moral Decision Making” dalam Electronic Journal of Business Ethics and
Organization Studies Vol.15, No.1. Tersedia:
http://ejbo.jyu.fi/pdf/ejbo_vol15_no1.pdf. (19 Desember 2014)
Gustina. 2008. Artikel “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai dan Moral dalam Bisnis” dalam jurnal Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 3 No 8.
Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen. Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perushaan YKKL.
Riana, Sorta. 2008. Artikel “Etika Bisnis”. Tersedia:
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126015-RB06P31e-Etika%20bisnis-Literatur.pdf (29 Desember 2014)
Sukirno, Sandono. dkk. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta: Prenada Meria
Sutirsno dan Suherman. 2007. Melakukan Proses Administrasi Transaksi. Jakarta:
Yudhistira.
Wikipedia. “Barter”. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Barter. (29 Desember 2014)