• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Hutan Mangrove Dan Nilai M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik Hutan Mangrove Dan Nilai M"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Hutan Mangrove Dan Nilai Manfaat Terhadap Produksi Perikanan Di Wilayah Pesisir Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo

Nuddin Harahab, Harsuko Riniwati, Mohammad Mahmudi, Abubakar Sambah

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Abstrak

Hutan mangrove merupakan suatu ekosisem pesisir yang kompek dan khas, memiliki daya dukung tinggi bagi kehidupan. Oleh karena itu kawasan pesisir pantai menjadi bagian yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan dan perekonomian. Hutan mangrove memberikan dukungan yang tinggi terhadap kegiatan perikanan rakyat maupun perikanan indusry dan juga merupakan habitat pengasuhan berbagai biota. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis karakterisik wilayah ekosistem hutan mangrove, (2) Menghitung nilai manfaat ekosistem hutan mangrove terhadap produksi perikanan. Untuk mendapatkan nilai manfaat terhadap produksi perikanan digunakan konsep economic valuation. Nilai manfaat yang dihasilkan dari ekosistem mangrove terhadap produksi perikanan adalah Rp. 3.478.802.500 per tahun pada uas hutan mangrove 146 hektar.

Kata Kunci : hutan mangrove, nilai manfaat, produksi perikanan , penilaian ekonomi.

Caracterisic Mangrove Foresry And The Benefit Value For Fisheries Product In Coasal Zone Gending Probolinggo Regency

Abstract

Caracterisic mangrve foresry and the benefit value For fisheries product in coasal zone gending Probolinggo regency. Mangrove forest is coasal ecosysem which has own characterisics and complexity, and support a lot of life. Moreover, coastal area has become an important part on development and economic area. Mangroves support diverse local fisheries, commercial fisheries, and also provide nursery habitat. The purposes of this rsearch are : 1. Characteristic analysis of mangrove ecosystem, 2. Counting of the benefit value for fisheries product of mangrove ecosystem. To get the number value of fisheries product, the economic valuation concept was used. The result of the benefit value for fisheries product of mangrove ecosystem on 146 hectare is 3.478.802.500 per year.

(2)

PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan sumber daya pesisir yang memiliki daya dukung tinggi bagi kehidupan truama dari fungsi yang dikandungnya (biologi, kimia, fisik dan ekonomi). Oleh karena itu kawasan pesisir berhuan mangrove menjadi bagian yang sanga penting dalam kegiatan pemangunan dan perekonomian. Seperti yang diperkirakan (Dahuri, 1993; 1996; 1997; Dahuri et al., 2001; Bengen, 2005) bahwa dengan adanya kecenderungan sumberdaya daratan yang semakin langka, maka sumberdaya pesisir dan laut akan menjadi sumber pertumbuhan baru dan tumpuhan harapan bagi pembangunan di Indonesia.

Manfaat ekonomi ekosistem hutan mangrove diartikan sebagai niai ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya, dalam hubungan ini nilai ekonomi hutan mangrove adaah manfaat penggunaan langsung (direct use value: DUV). Sedangkan niai ekologi berkaitan dengan fungsi yang dikandungnya dan berkaitan dengan jasa-jasa lingkungan. Oleh karena itu nilai ekologi merupakan nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value: IUV) terhadap ekosisem tersebut. Pengelompokan berbagai macam manfaat dan fungsi ekosistem hutan mangrove disampaikan dengan berbagai versi (Dixon, 1989; Khalil, 1999; Rawana, 2002; De Groot et al., 2002; Arief, 2003; Gunarto, 2004; Pagoray, 2004; Hudspeth et al., 2007), yang pada intinya terdiri dari manfaat secara ekonomi dan ekologi. Sedangkan teknik penilaian sumberdaya alam banyak dijelaskan dalam Hufscmidt, et al., (1987), Dixon (1989), Pearce dan Turner (1990), Pomeroy (1992), Munasinghe (1993), Pearce dan Moran (1994), Fauzi (2004).

Nilai manfaat yang dikandung dari ekosistem hutan tersebut akan sangat ditentukan oleh keragaman dan keadaan tumbuhan yang ada. Dengan begitu karakterisik hutan mangrove yang ada dalam suatu lokasi akan menentukan seberapa tinggi nilai manfaat yang dikandungnya.

Nilai total ekonomi sumberdaya tersebut sangat penting diketahui dan diintegrasikan dalam perncanaan wilayah.

Dengan kata lain, perncanaan wilayah pesisir dengan berbagai macam aktifitas penggunaan ahan harus memperhitungkan nilai-nilai yang terkandung dalam ekosisem sumberdaya. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rumusan perencanaan wilayah pesisir yang memperhatikan nilai ekonomi dan ekologi sumberdaya. Sedangkan secara umum tujuan penelitian tahun pertama ini adalah untuk mengetahui karakterisik ekosistem hutan mangrove di wilayah Kecamatan Gending, dan nilai manfaat terhadap produksi perikanan.

METODE PENELITIAN

Peneitian ini dilakukan di wiayah pesisir Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Wilayah ini dipilih karna kondisi mangrove yang cukup baik, dna memiliki luas wilayah pesisir (559 hektar) paling luas diantara beberapa wilayah pesisir yang ada di Kabupaten Probolinggo.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive kepada para pengguna jasa ingkungan dan stakeholders. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari beberapa kegiatan observasi, wawancara terhadap responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data dokumen dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan BPS Kabupaten Probolinggo.

(3)

komoditi tersebut dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun dikalikan dengan harga jual.

Nilai komoditi = (T x H) – B (Rp/ha/th) Dimana :

T = Tangkapan komoditi tersebut (ikan, udang, kepiting atau kerang) (kg/ha/th)

H = Harga jual (Rp/Kg) B = Biaya operasional (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik hutan Mangrove Analisis karakteristik ekosisem hutan mangrove, menjelaskan karakteristik hutan mangrove dengan mengetahui keadaan vegetasi dan keadaan ekologi dalam ekosistem hutan mangrove. Fungsi dan manfaat ekosisem hutan mangrove terkait erat dengan keadaan vegetasi, melalui jenis dan tegakan tanaman mangrove, jumah serasah daun yang jatuh, maupun sisem perakaran. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis mangrove. Sedangkan hubungan ekologi dalam ekosisem mangrove dijelaskan melalui mekanisme daya dukung hutan mangrove terhadap organisme atau biota di sekitarnya.

Vegetasi mangrove menunjukkan peranan suatu jenis tanaman mangrove dalam ekosisem, keadaan tersebut ditunjukkan oleh indeks nilai penting. Indeks nilai penting (INP) diperoleh dari penjumahan nilai kerapatan relatif jenis, frekuensi relatif jenis dan penutupan relatif jenis. Dari tiga nilai unsur tersebut, kondisi sempurna ditunjukkan dengan nilai 100 persen pada masing-masing unsur, hal ini umumnya tercapai pada wilayah hutan hasil reboisasi.

Hutan mangrove di lokasi peneitian merupakan hutan mangrove yang cukup baik dan vegetasi sedikit beragam. Jenis mangrove yang dominan yaitu Rhizophora mucronata (bakau), Sonneratia alba (pedada) dan Avecennia alba (api-api). Dari beberapa desa yang ada di wilayah Kecamatan Gending, vegetasi mangrove paling baik berada di Desa Curahsawo.

Mangrove di Desa Curahsawo sebagian merupakan hasil reboisasi pada tahun 1980-an dan sebagian juga dari tanaman alami yang masih terplihara dengan baik. wilayah ini pernah memperoleh penghargaan tingkat Nasional pada tahun 1998. Pada saat itu mangrove dikelola

oleh kelompok tani “Mina Bakau” yang

sudah berdiri sejak tahun 1982, dipelopori oleh Bpk. Mustakim (almarhum), saat ini

nama kelompok menjadi ‘”Bentar Indah”.

Luas hutan mangrove di Kecamatan Gending sekitar 146, hektar, membentang di sepanjang hamparan paantai Kecamatan Gending, berada di 5 desa, meliputi Desa Curahsawo, Pajurangan, Gending, Pesisir dan Desa Klasemen, sekitar 75% berada di Desa Curahsawo. Pada saat ini uas wilayah yang sedang dilakukan reboisasi sekitar 50 hektar. Hasil reboisasi tahun 2004-2006 adalah 20 hektar, kondisi hidup dan baik jumah daun rata-rata sudah mencapai 10 per individu tanaman. Kegiatan rehabilitasi ini dilakukan atas kerja masyarakat pengguna ekosisem mangrove khususnya unsur kelompok rehabilitasi mangrove

“Bentar Indah dan kelompok petani

nelayah “Curah Mulya” yang sepenuhnya

didanai dari yayasan OISCA-International (The Organization for Indusrial, Spiritual and Cultural Advancement) dalam program TMMP (Tokyo Marine Mangrove Project). Kerjasama dilakukan dselama 5 tahun dimulai tahun 2004 sampai dengan 2009. Target khusus di wilayah Kabupaten Probolinggo (Kecamatan Gending) sampai akhir tahun 2009 adaah 50 hektar.

(4)

nama api-api di temukan di sepanjang pinggiran sungai dan tumbuh menyebar di beberapa tempat dan belukar dengan ketinggian pohon sekitar 25 meter. Sedangkan keadaan mangrove di empat desa yang lain menunjukkan kondisi yang kurang baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa kerapatan dan ketebalan hutan mangrove masih rendah (140 meter hanya di beberapa titik) sedangkan diwiayah ini seisih pasang tertinggi dan terndah bisa mencapai 3 s/d 5 meter. Dengan demikian secara ideal ketebalan hutan mangrove minimal (140 x 3,5) atau 490 m.

Daya dukung ekosistem hutan mengrove terhadap biota perairan secara khusus diakukan dengan menggunakan pendekatan melalui pelepasan nutrien dari serasah daun mangrove yang dihasilkan. Dari produksi serasah daun mangrove yang dihasilkan, setelah mengalami proses grazing, ekspor dan dekomposisi, serasah daun menghasilkan nutrien (N dan P), kemudian diperoleh nilai produktivitas primer tersebut pada akhirnya akan menentukan stok ikan di perairan. Hasil penelitian Weir et al., (2005) menjelaskan bahwa kotoran burung Cormorant yang jatuh di perairan sebagai pupuk berperan penting sebagai suppy dalam perputaran nutrien (N dan P) yang pada akhirnya menentukan stok ikan. Dengan demikian betapa penting fungsi nutrien N dan P dalam pendugaan produktivitas perairan.

Selain produkivitas primer dari serasah, di perairan juga terdapat produktivitas primer dari fitopankton yang teah ada di perairan. Berdasarkan kedua niai produktivitas primer tersebut, maka produksi ikan herbivor di perairan mangrove dapar dihitung. Menurut Mahmudi et al., (2007), ditemukan jumah produksi ikan herbivor dan karnivor merupakan produksi ikan total yang dihasilkan di perairan ekosistem mangrove di wilayah Nguling Kabupaten Pasuruan, yaitu 1315,93 kg/ha/tahun. Artinya, bahwa ekosisem mangrove diperairan tersebut mampu menymbang sebesar 1315,93 kg ikan per hektar mangrove per tahun. Apabila niai daya dukung ini dipakai untuk menghitung pada luasan mangrove di Kecamatan Gending

yaitu sekitar 146 hektar, maka produksi ikan yang disumbangkan oleh ekosisem mangrove adalah 192,2 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan ekosisem mangrove terhadap perikanan pantai.

Pentingnya ekosistem hutan mangrove terhadap perikanan pantai tersebut dapat dilihat di lapangan, dimana kebradaan ekosisem hutan mangrove mampu menderivasi kegiatan perikanan tangkap dan budidaya. Kegiatan nelayan baik mencari ikan, udang maupun mencari biota air lainnya semakin tinggi dengan adanya hutan mangrove yang semakin baik, demikian pula kegiatan budidaya air payau (tambak udang) . keadaan seprti itu dapat diihat pada lokasi dimana kondisi hutan mangrove semakin luas dan baik (di Desa Curahsawo Kabupaten Probolinggo, Desa Panunggul Kabupaten Pasuruan, Desa Wringinputih Kabupaten Banyuwangi). Keadaan semacam ini sama seperti yang dijelaskan oleh Barbier dan Ivar Stand (1997) bahwa berkurangnya habitat mangrove menunjukkan secara pasti berkurangnya produksi udang baik jumlah maupun keuntungan, sehingga mangrove sama pentingnya dengan input produksi udang. Kemudian Khalil (1999) menjeaskan bawha perikanan udang yang berhasi di Pakisan seluruhnya bergantung pada ekosistem mangrove.

(5)

metode penilaian mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Dixon et al., (1988) dan Pomeroy (1992), dengan menerapkan beberapa metode yang sesuai dengan kondisi di apang. Hasil perhitungan nilai manfaat ekosistem hutan mangrove terhadap produksi perikanan di Kecamatan Gending sebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi nilai manfaat ekosistem mangrove terhadap produksi Perikanan di Kecamatan Gending No. Uraian Luas Areal

146 Ha. (Rp/Tahun)

1 Ha. (Rp/Tahun) 1 Penangkapan

Udang, produksi 29.472 kg/tahun

818.800.000 5.608.219,1

2. Penangkapan Kepiting, produksi 93.000 kg/tahun

1.131.000.000 7.746.575,3

3. Penangkapan Tiram, produksi 120.960 kg/tahun

850.200.000 5.823.287,6

4. Daya dukung Produksi tangkapan ikan (ikan Belanak, kakap, bawal)

678.802.500 4.649.332,1

Jumlah 3.478.802.500 23.827.344,1

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Karakteristik hutan mangrove di 5 desa pesisir di Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo membutuhkan upaya perlindungan dan reboisasi, mengingat ketebalan dan kerapatan vegetasi masih terlalu rendah; (2) Perhitungan nilai manfaat ekosistem hutan mangrove terhadap produksi perikanan di Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo dalam luas 146 hektar, didapatkan nilai Rp 3.478.802.500 per tahun.

Saran. Secara khusus bagi para pengelola lingkungan, bahwa ekosistem hutan mangrove tersebut dapat menciptakan aktivitas ekonomi masyarakat khususnya kegiatan perikanan dan nilai manfaat yang diberikan cukup tinggi. Dengan demikian disarankan dalam perncanaan wilayah pesisir mangrove, harus

mempertimbangkan nilai-nilai ekosistem hutan mangrove tersebut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dana penelitian kepada DP2M Dikti, Depdiknas melalui proyek PHB desentralisasi dengan nomer: 320/SP2H/PP/DP2M/III/2008.

DAFTAR PUSAKA

Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove; Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Barbier, E.B and Ivar Strand. 1997. Valuing mangrove-fisheries : a Case Study of Campeche, Mexico. Paper prpard for the 8th annual

confrnce of european association of enviromental and resource economics (EAERE). Tilburg University. The Netherlands.

Bengen, Dietriech G. 2005. Menuju Pengelolaan Wiayah Pesisir Terpadu Berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS). Interaksi daraan dan lauan pengaruhnya terhadap sumberdaya dan lingkungan. Lembaga Pengetahuan Indonesia, LIPI Press Jakarta.

Dahuri, Rochmin, 1993. Pengembangan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Berganda Hutan Mangrove di Sumatra, Pusat Peneitian Lingkungan Hidup. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri, Rochmin, 1997. Pengelolaan

Kawasan Laut dan Pesisir Secara Terpadu di Indonesia. Makalah kursus pengelolaan kawasan pesisir dan laut. Pusat Penelitian Kepndudukan dan lingkungan Hidup, LP-ITS. Surabaya dengan PPPSL. Surabaya 2-11 Januari 1997.

(6)

Terpadu/. Cetakan kedua, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.

De Groot, Rudolf S; Matthew A. Wison; Roelof M.J boumans, 2002. A typoogi for the clasification, description and valuation of ecosystem function, goods and services. Ecological Economics 41 (2002) 393-408. Elsevier.

Dixon, John A. 1989. Valuaion of Mangrove : Tropical coastal area management. Vol 4, No. 3. Metro Mania Philipines.

Fauzi, Ahmad. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayari Perikanan Panai. Jurnal Libang Pertanian, 23 (1)

Hudspeth, Thomas R; Joshua Fary; Roelof boumans, 2007. Valuing philipines Mangrove Forest via Ecological Economics. University of Vermon Environtmental Program and Rubenstain Shool of Environmental and Natural Resources , Burlington.

Thomas.Hudspeth@uvm.edu

Hufschimdt, M. Maynard; David E. James; Anthon D. Meister; Bair T.Bowe; John a. Dixon. 1987. Environmental Natural System and Developtment, an Economic Valuation Guide. (Edisi Indonesia: Lingkungan Sisem Alami dan Pembangunan, Petunjuk Peniaian Ekonomis. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Khalil, Samina. 1999. The Economic Value of The Environment : Cases from South Asia. IUNC.

www.iucnus.org/publication.html.

Mahmudi, Muhammad; Nuddin H; Diana, A. 2007. Daya Dukung Ekologi

dan Ekonomi Ekosistem Mangrove Terhadap Produksi Perikanan Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Mangrove di Wilayah Pesisir. Risek, Kementrian Negara Riset Dan Teknologi Republik Indonesia, Jakarta

Munangsihe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainabel Developtment. World Bank Environment Paper Number 2.

Pagoray, Henny. 2004. Lingkungan Pesisir dan Masalahnya Sebagai Daerah Aliran Buangan Limbah. Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Pearce, D dan R. K. Turner. 1990. Economics of Natura Resources and The Environment. Harverser Wheatsheaf.

Pearce, D dan D. Moran. 1994. The Economics Value of Biodiversity. IUNC. Earthscan Publication, London.

Pomeroy, R.S. 1992. Economics Valuation Available Methode. P. 149-162. In T.E Chua and LF Scura (eds.) Integrative framwork and methodes for coastal area management. ICLARM Conf. Proc, 37,169p.

Rawana, 2002. Probematika Rehabilitasi Mangrove Berkelanjutan. Materi Pelatian dan Workshop Rehabilitasi Mangrove Tingkat Nasional. Jogjakarta.

Ruitenbek, H.Jack. 1992. Mangrove Management: An Economics Analysis of Management Options With a Focus on Bintuni Bay, Irian Jaya. Environmental Management Development in Indonesia Project (EMDI). Jakarta.

(7)

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi nilai manfaat ekosistem mangrove terhadap produksi Perikanan di Kecamatan Gending

Referensi

Dokumen terkait

Subjek dalam makalah ini ialah orang pribumi yang mulai berdamai dengan kenyataan bahwa pengaruh bahasa asing sungguh luar biasa, tidak hanya menawarkan “rasa

Ward dkk membuat katalis berbasis Fe/Cr yang memiliki luas permukaan 5 m 2 /g dengan menggunakan metode kopresipitasi sedangkan katalis berbasis Fe/Cr yang dihasilkan

viii Dalam penelitian ini yang dibahas adalah mengenai salah satu bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yaitu Merek. Merek merupakan suatu tanda yang melekat pada suatu barang

=0.01 (< alpha 5%), maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan dukungan emosional keluarga dengan pelaksanaan program pengobatan pada pasien HIV/AIDS

Formula tablet yang digunakan menghasilkan sifat fisik dengan kualitas yang baik yaitu bobot yang seragam, kekerasan 16,60 ± 1,97 Kp, dan waktu hancur 4 menit 15

Edible coating pati ganyong dengan variasi konsentrasi bubuk kunyit putih (1, 2, dan 3 %) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap masa simpan pada susut bobot,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa amilum umbi gadung, gembili dan porang memiliki bentuk bulat tidak beraturan serta tipe konsentris, sedangkan amilum umbi uwi

Menurut Mulyasa (2005a), implementasi kurikulum mencakup tiga.. kegiatan pokok yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Berkenaan dengan pembuatan