• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN DAN REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARAHAN DAN REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN DAN REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN BERKAITAN DENGAN EROSI TEBING SUNGAI DILIHAT DARI ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN KELURAHAN JATIREJO KECAMATAN NGAMPEL Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan

(TKP 150)

Disusun Oleh: Kelompok 4 Kelas B

Aulia Finti Alda (21040111130030)

Vicky Rasyid Maulana (21040111130046)

Rizky Maulana (21040111130052)

Febriana Ayu Kusumadewi (21040111130066)

Pulung Priyo Utomo (21040111130074)

Lina Nurul Ikhsani (21040111130076)

Utari Ardiyanti (21040111130082)

Tiasa Adimagistra (21040111130086)

Muhammad Alvan Nur Tsani (21040111140104)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

KATA PENGANTAR

Pujisyukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Arahan dan Rekomendasi Penggunaan Lahan Berkaitan dengan Erosi Tebing Sungai Dilihat dari Aspek Geologi Lingkungan Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel”.Penulisan laporan adalah merupakan persyaratan dalam memenuhi tugas besar mata kuliah Geologi Lingkungan TKP (150).

Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :

1. Bapak Ir. Hadi Nugroho. Dipl. EGS. MT sebagai dosen pengampu mata kuliah Geologi Lingkungan yang telah membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga tugas besar ini dapat diselesaikan dengan baik dan penulis memiliki ilmu dan wawasan yang lebih luas.

2. Orang tua yang telah memberikan do’a dan restu untuk penyelesaian laporan. 3. Seluruh tim asisten dosen yang telah membantu, memberikan arahan, memberikan

kritikan, dan memberikan masukan kepada tim penulis dalam mengerjakan laporan sehingga laporan dapat terselesaikan.

4. Perangkat Desa Jatirejo yang telah membantu penulis dalam penyelesaian laporan. 5. Teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan untuk menyelesaikan

laporan ini.

6. Seluruh pihak yang telah membantu kami selama ini, yang tidak dapat kami ucapkan satu-persatu.

(3)

penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Semarang,Juni 2012 Tim Penulis

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR PETA...viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan dan Sasaran...2

1.4 Ruang Lingkup...3

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah...3

1.4.2 Ruang Lingkup Materi...3

1.5 Metodologi Penulisan Laporan...4

1.5.1 Metode Pengumpulan Data...4

1.5.2 Metode Analisis...5

1.6 Kerangka Pikir...7

1.7 Sistematika Penulisan...8

(5)

2.1 Pengertian dan konsep geologi lingkungan...9

2.2 Aspek - aspek Geologi Lingkungan...10

2.2.1 Morfologi...10

2.2.2 Topografi...12

2.2.3 Litologi...13

2.2.4 Stratigrafi...15

2.2.5 Klimatologi...17

2.2.6 Hidrologi...20

2.2.7 Hidrogeologi...21

2.2.8 Bahaya geologi...24

2.2.9Struktur Geologi...29

2.3 Alat-Alat analisis...30

2.3.1 SWOT...30

2.3.2 Overlay Peta...31

2.3.3 Skoring...31

BAB III IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KECAMATAN NGAMPEL ; KELURAHAN JATIREJO...34

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Ngampel...34

3.2 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Ngampel...35

3.3 Aspek Fisik Kecamatan Ngampel...35

3.3.1 Morfologi...35

(6)

3.3.3 Topografi...36

3.3.4 Klimatologi...37

3.3.5 Stratigrafi...38

3.3.6 Hidrologi...38

3.3.7 Hidrogeologi...38

3.3.8 Bahaya Geologi...39

3.3.9 Tata Guna Lahan...40

3.3.10 Utilitas Umum...40

3.4 Gambaran Umum Kelurahan Jatirejo...43

3.5 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kelurahan Jatirejo...44

3.6 Aspek Fisik Kelurahan Jatirejo...45

3.6.1 Morfologi...45

3.6.2 Litologi...45

3.6.3 Topografi...46

3.6.4 Klimatologi...46

3.6.5 Stratigrafi...46

3.7.6 Hidrologi...46

3.6.7 Hidrogeologi...46

3.6.8 Bahaya Geologi...47

3.6.9 Tata Guna Lahan...47

3.6.10 Utilitas Umum...47

(7)

4.1 Analisis Aspek Geologi Lingkungan...50

4.1.1 Analisis Morfologi...50

4.1.2 Analisis Litologi...50

4.1.3 Analisis Topografi...52

4.1.4 Analisis Klimatologi...53

4.1.5 Analisis Stratigrafi...54

4.1.6 Analisis Hidrologi...54

4.1.7 Analisis Hidrogeologi...56

4.1.8Analisis Bahaya Geologi...59

4.1.9Analisis Tata Guna Lahan...61

4.2Analisis Kelayakan Lahan...61

4.3Analisis Potensi dan Kendala...62

4.4Kesesuaian Lahan...63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...64

5.1.1 Potensi dan Kendala di Kelurahan Jatirejo...64

5.2 Arahan Tata Guna Lahan Wilayah Studi Kelurahan Jatirejo...64

5.3 Rekomendasi Mengenai Wilayah Studi...65

5.3.1 Rekomendasi Pemanfaatan Lahan Kelurahan Jatirejo...65

5.3.2 Rekomendasi bagi Pemerintah Kelurahan Jatirejo...65

5.3.3 Rekomendasi bagi Developer atau Swasta Kelurahan Jatirejo...66

5.3.4 Rekomendasi bagi Masyarakat Kelurahan Jatirejo...66

5.3.5 Rekomendasi dalam Penanggulangan erosi tebing sungai...67

(8)

DAFTAR PETA

Peta Geologi Regional Kendal...3

Peta Administrasi Kecamatan Ngampel ...3

Peta Administrasi Kelurahan Jatirejo...3

Peta Morfologi Kecamatan Ngampel...35

Peta Geomorfologi Kecamatan Ngampel...35

Peta Jenis Batuan Kecamatan Ngampel...35

Peta Jenis Tanah Kecamatan Ngampel...35

Peta topografi Kecamatan Ngampel...36

Peta Klimatologi Kecamatan Ngampel...36

Peta Statigrafi Kecamatan Ngampel...37

Peta Hidrologi Kecamatan Ngampel...37

Peta Hidrogeologi Kecamatan Ngampel...38

Peta Bahaya Geologi Kecamatan Ngampel...39

Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Ngampel...40

Peta Morfologi Kelurahan Jatirejo...44

Peta Geomorfologi Kelurahan Jatirejo...44

Peta Jenis Tanah Kelurahan Jatirejo...44

Peta Jenis Batuan Kelurahan Jatirejo...44

Peta Topografi Kelurahan Jatirejo...45

(9)

Peta Statigrafi Kelurahan Jatirejo...45

Peta Hidrologi Kelurahan Jatirejo...45

Peta Hidrogeologi Kelurahan Jatirejo...45

Peta Bahaya Geologi Kelurahan Jatirejo...46

Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Jatirejo...46

Peta Analisis Morfologi Kelurahan Jatirejo...49

Peta Analisis Geomorfologi Kelurahan Jatirejo...49

Peta Analisis Jenis Batuan Kelurahan Jatirejo...50

Peta Analisis Jenis Tanah Kelurahan Jatirejo...50

Peta Analisis Topografi Kelurahan Jatirejo...51

Peta Analisis Klimatologi Kelurahan Jatirejo...53

Peta Analisis Statigrafi Kelurahan Jatirejo...54

Peta Analisis Hidrologi Kelurahan Jatirejo...54

Peta Analisis Hidrogeologi Kelurahan Jatirejo...55

Peta Analisis Bahaya Geologi Kelurahan Jatirejo...58

Peta Analisis Tata Guna Lahan Kelurahan Jatirejo...60

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Sifat Kelerengan Tanah...12

Tabel II.2 Jenis Jenis Tanah...15

Tabel II.3 Jenis Jenis Stratigrafi...16

Tabel II.4 Data Pembagian Nilai Q Menurut Schmidt=Fergusson...19

Tabel II.5 Intensitas Hujan Harian Rata Rata...19

Tabel II. 6 Kriteria Dan Tata Cara Penentuan Kawasan Lindung Dan Budidaya...31

Tabel II. 7 Kelas Lereng Dan Nilai Skor...31

Tabel II. 8 Kelas Tanah Menurut Kepekaan Erosi Dan Nilai Skor...32

Tabel II. 9 Intensitas Hujan Harian Rata-Rata Dan Nilai Skor...32

Tabel II. 10 Klasifikasi Tingkat Erosi Dan Skoringnya Untuk Penentuan Lahan Kritis...32 Tabel III.1 Curah Hujan Kecamatan Ngampel Tahun 2008...36

Tabel III.2 Kondisi jalan Kecamatan Ngampel...40

Tabel III.3 Sistem Pengeloalaan Lahan...42

Tabel III.4 Jumlah penduduk Kelurahan Jatirejo...43 Tabel III.5 Sistem pengelolaan lahan Kelurahan Jatirejo...48

Tabel IV.1Tabel Topografi Kelurahan Jatirejo Tahun 2012...51

Tabel IV.2 Tabel Skoring...61

Tabel IV. 3 Matriks Analisis SWOT...63

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Siklus Hidrologi...20

Gambar III.1 Bahaya Geologi banjir...39

Gambar IV.1 Tanah latosol coklat...50

Gambar IV.2 Daerah Jatirejo yang cukup datar sebagai lahan pemukiman...52

Gambar IV.3 Tebing curam di Kelurahan jatirejo bagian selatan...52

Gambar IV.4 Tanah yang kering akibat curah hujan rendah dan suhu tinggi...53

Gambar IV.5 Sungai Blorong mempunyai densitas tinggi...54

Gambar IV.6 Aliran Sungai Blorong di sekitar pemukiman...55

Gambar IV.7 Sumur bor swadaya masyarakat...56

Gambar IV.8 Sumur bor sumbangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah...56

Gambar IV.9 Air sumur bor yang keruh dan berbau...57

Gambar IV.10 Sumur bor sumbangan Pemerintah Kabupaten Kendal...57

Gambar IV.11 Air sumur bersih dan tidak berbau...58

Gambar IV.12 Bronjong Sungai Blorong yang mengalami erosi akibat aliran air sungai...58

Gambar IV.13 Rumah yang terletak di daerah penurunan tanah mengalami keretakan...59

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses perencanaan wilayah, ketersediaan sumber daya alam harus menjadi pertimbangan utama di dalam menetapkan kebijakan tata guna lahan. Persoalan-persoalan yang muncul sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dari proses pembangunan kiranya perlu diminimalkan melalui suatu paradigma pembangunan yang akrab lingkungan, yaitu pembangunan yang didasarkan atas pengetahuan yang lebih baik tentang karakteristik alam dan manusia (masyarakat). Geologi lingkungan sebagai ilmu terapan dari pengetahuan geologi yang ditujukan dalam upaya memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif dan efisien guna memenuhi kebutuhan hidup manusia masa kini dan masa mendatang dengan seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya.

(14)

Proses pembangunan di setiap daerah pasti memiliki aspek aspek geologi, dan begitu juga dengan wilayah Kecamatan Ngampel tepatnya di Kelurahan Jatirejo. Wilayah ini merupakan daerah yang terletak di bawah perbukitan, dimana masih banyak terdapat lahan kosong atau hutan dengan tanah yang subur, sehingga mata pencarian penduduk sebagian besar adalah bertani.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi di Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel ini adalah terjadinya erosi pada tebing sungai (river bank).Penyebab utama dari erosi tebing sungai ini adalah terjadi sebagai akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang megalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada belokan sungai. Hal tersebut terjadi karenaarus air yang ingin berbelok di tikungan sungai dengan energi yang sangat besar, arus air yang kencang ini akan mengerus tebing sungai dengan tekanan yang kuat sehingga materialnya penyusunnya terlepas dan terbawa air. Sungai yang terletak di kelurahan Jatirejo merupan sungai yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar sebab digunakan sebagai pengairan sawah dan MCK (mandi, cuci, kakus) sehingga apabila tidak ditanggulangi akan merugikan dan membahayakan bagi masyarakat.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Laporan ini dibuat dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut:

Tujuan dari analisis laporan ini yaitu mengetahui kondisi fisik di lingkungan Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Ngampel sehingga mampu mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan fisik alamiahnya dan dapat memberikan arahan dan gambaran mengenai kebijakan tata guna lahan yang terdapat di wilayah studi.

(15)

2. Menganalisis aspek-aspek geologi lingkungan, seperti morfologi, topografi, litologi, klimatologi, hidrologi, dan tata guna lahan.

3. Memahami permasalahan-permasalahan geologi dan mengedentifikasi potensi-potensi alam yang terdapat di lingkungan wilayah studi

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Pada pembahasan laporan ini, ruang lingkup terbagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.

a. Ruang Lingkup Makro

Ruang lingkup makro mencakup wilayah Kecamatan Ngampel seluas 33, 88 km2, dengan batas batas administrasi Kecamatan Ngampel dapat dilihat pada

lampiran peta.

b. Ruang Lingkup Mikro

Ruang lingkup mikro mencakup kelurahan yang ada di Kecamatan Ngampel,yaitu Kelurahan Jatirejo dengan batas batas administrasinya dapat dilihat pada lampiran peta.

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Materi yang dibahas dalam laporan ini meliputi keadaan fisik wilayah kecamatan ngampel, kelurahan Jatirejo ditinajau dari aspek fisik seperti:

(16)

Aspek-aspek tersebut diteliti kemudian dianalisis untuk mendapatkan suatu pemecahan masalah geologi yang terjadi.

1.5 Metodologi Penulisan Laporan

Dalam proses penelitian wilayah studi ini mengugunakan metode analisis untukmengetahui keadaan wilayah Kelurahan Jatirejo, Kabupaten Kendal.

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data kami peroleh dari dua survei yaitu survei primer dan survei sekunder.

 Data Primer

Data primer adalah cara data yang dikumpulkan dengan mencari langsung data tersebut. Survei primer dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait seperti tokoh masyarakat ataupun warga masyarakat.Berkenaan dengan itu juga diadakan tinjauan langsung ke lokasi Kelurahan Jatirejo, Kabupaten Kendal untuk mengetahui kondisi fisik dan geologi secara riil dari kawasn tersebut.Pengambilan sampel tanah dan bebatuan juga dirasa penting untuk mendukung penelitian ini.Selain itu juga telah diadakan sesi wawancara terhadap tokoh masyarakat seperti kepala desa dan kepala kelurahan.  Data Sekunder

(17)

1.5.2 Metode Analisis

Metode analisis diperlukan untuk mencari kesinambungan antara keadaan geologi ditinjau dari topografi, litologi, klimatologi, morfologi, hidrologi, struktur geologi, statigrafi, hidrogeologi, dan lain-lain yang meyebabkan bahaya geologi. Sehingga dari analisis tersebut dapat diperkirakan bahaya geologi yang dapat terjadi, yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk memberikan solusi permasalahan geologi bagi wilayah Jatirejo Kabupaten Kendal.

a. Metode Analisis Kuantitatif

Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat numerik (jumlah).Variabel yang diolah dengan metode kuantitatif adalah topografi, klimatologi, dan litologi.

b. Metode Analisis Kualitatif

Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang tidak mempunyai nominal angka tertentu tetapi lebih mengutamakan kearah kualitas.Data kualitatif mempunyai indikator relative (tidak menentu) seperti baik-buruk, penting-tidak penting, dan sebagainya.

Dalam metode analisis kualitatif digunakan alat seperti:

1. SWOT adalah perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Dari analisis inilah dipertimbangkan faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

(18)

Penentuan prioritas yang dilakukan dengan mengelompokkan data berdasarkan pemikiran yang rasional.

3. Overlay Peta

Overlay merupakan pendekatan tata guna lahan/landscape. Overlay ini merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database yang spesifik).

1.6 Kerangka Pikir

6

OUTPUT INPUT

Wilayah Studi Kasus (Kelurahan Jatirejo, Kecaatan Kendal)

Identifikasi Kondisi Geologi Lingkungan Kelurahan Jatirejo

Kecamatan Ngampel(melalui aspek geologi)

Survey Primer

Survey Sekunder Observasi

Wawancara

Literatur, BMG, BPS, Bappeda, Kantor

(19)
(20)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika dari Laporan Analisis Geologi Lingkungan dalam ruang lingkup Kelurahan Jatirejo Kecamatan Ngampel adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metode penulisan laporan, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.Bab ini menjelaskan secara rinci tentang alasan dasar pengambilan wilayah Kelurahan Jatirejo Kecamatan Ngampel, dan menjelaskan keadaan-keadaan dasar dari wilayah studi.

BAB II KAJIAN LITERATUR MENGENAI ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN DAN METODE ANALISIS

Berisi teori-teori geologi lingkungan yang mendasari analisis-analisis yang digunakan sebagai acuan proses analisis, pembahasan masalah, dan rekomendasi yang tepat bagi wilayah studi. Berisi konsep dan pengertian geologi lingkungan, aspek-aspek geologi lingkungan, tata guna lahan (pengertian, konsep, tujuan adanya tata guna lahan, jenis tata guna lahan), metode-metode analisis, dan alat-alat analisis.

BAB III IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KELURAHAN JATIREJO KECAMATAN NGAMPEL

Mengidentifikasikan karakteristik geologi lingkungan wilayah studi yang meliputi letak dan luas wilayah, karakteristik fisik dasar Morfologi, Litologi, Topografi, Klimatologi, Stratigrafi, Hidrologi, Bahaya Geologi, dan Tata Guna Lahan.

BAB IV ANALISIS ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN KELURAHAN JATIREJO, KECAMATAN NGAMPEL

Meliputi analisis potensi dan kendala, aspek fisik geologi yang terkait dengan kondisi wilayah studi, dan analisis kesesuaian lahan wilayah studi.

BAB V PENUTUP

(21)

BAB II

KAJIAN LITERATUR MENGENAI ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN DAN METODE ANALISIS

2.1 Pengertian dan konsep geologi lingkungan

Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi.Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya.Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.

Sesuai dengan batasan Geologi Lingkungan, yaitu mempelajari interaksi antara alam (lingkungan geologis / geological environment) dengan aktivitas manusia yang bersifat timbal balik. Pengertian timbal balik adalah bagaimana proses-proses geologis mempengaruhi manusia, baik sebagai suatu potensi sumber daya yang dimanfaatkan manusia, maupun menjadi kendala dan limitasi seperti dalam bentuk bencana alam, bahaya-bahaya geologis (geological hazard), atau fenomena-fenomena alam lain yang dianggap mengganggu manusia. Sebaliknya, dibahas juga bagaimana aktivitas manusia mengganggu kesetimbangan alam yang akhirnya akan mengganggu dan mempengaruhi manusia sendiri.

(22)

Tujuh konsep dasar geologi lingkungan :

1. Pada dasarnya bumi merupakan suatu sistem tertutup.

2. Bumi adalah satu-satunya tempat kehidupan manusia, namun sumber daya alamnya terbatas.

3. Proses-proses alam yang terjadi sekarang mengubah bentang alam yang telah tersusun selama periode geologi, baik secara alamiah maupun buatan.

4. Selalu ada proses alam yang membahayakan dan mengancam bagi kehidupan manusia.

5. Perencanaan tata guna lahan dan penggunaan air harus diusahakan untuk mendapatkan keseimbangan antara pertimbangan ekonomi dan penilaian estetika.

6. Efek dari penggunaan tanah sifatnya kumulatif, oleh karena itu kita mempunyai kewajiban untuk menerima dan menanggungnya.

7. Komponen dasar dari setiap lingkungan manusia adalah faktor geologi, dan pemahaman terhadap lingkungannya membutuhkan wawasan dan penafsiran yang luas terhadap ilmu bumi dan ilmu lain yang berkaitan.

2.2 Aspek - aspek Geologi Lingkungan

Geologi lingkungan memiliki beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut : 2.2.1 Morfologi

Morfologi adalah uraian tentang bentuk-bentuk muka bumi, khususnya mengenai sifat (nature), cara terbentuknya (origin), proses-proses dan perkembangan serta komposisi materialnya.

Secara umum, bentangalam Indonesia terbagai atas 7 unit bentukan asal (origin) yaitu: denudasi, struktur, gunungapi, laut, sungai, pelarutan, angin.

(23)

yang berkaitan dengan proses geomorfologi adalah proses degradasi sebagai contoh disentegrasi batuan (pelapukan), material pelapukan di permukaan bumi dipindahkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan massa/ mass wasting. Sedangkan proses agradasi adalah suatu bentuk aneka ragam proses sedimentasi yang mampu membentuk daratan berkaitan dengan proses degradasi.

Bentukan asal struktur/structure (S) adalah bentangalam yang dibentuk oleh kegiatan tektonik, dalam skala yang lebih rinci akan memberikan kenampakan morfologi struktur, antara lain: pematang pebukitan sesar (horst) , lembah sesar (graben), telaga sesar (sagpond), gawir sesar (fault scarp), plateau , pebukitan siklin/antiklin, lembah siklin/antiklin , pebukitan homoklin, dsb.

Bentukan asal gunungapi/volcanic (V) adalah bentangalam yang dibentuk oleh hasil kegiatan gunungapi (tubuh gunungapi, leleran lava dan lahar, dataran piroklastika halus, kawah gunungapi dsb).

Bentukan asal laut/marine (M) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil kegiatan laut (dataran pantai, pematang pantai, undak pantai, lagun, kipas delta dsb).

Bentukan asal sungai/fluvial (F) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil kegiatan sungai (dataran limpah banjir, pematang sungai, undak sungai dsb).

Bentukan asal pelarutan/karst (K) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil proses pelarutan yang terjadi pada batugamping dikenal dengan “karstâ€. Morfologi karst dapat berupa bentuk lahan pelarutan yang negatip (dolina, uvala, lembah karst dsb), sedangkan bentuklahan karst yang positip diantaranya kerucut karst, menara karst. Terutama pada menara karst dipisahkan dengan kerucut karst semata-mata karena bentuk didingnya agak tegak sampai tegak dan dipisahkan antara satu dengan lainya oleh dataran berawa atau dataran aluvial yang luas.

(24)

2.2.2 Topografi

Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini.

Berikut ini merupakan daftar kelas lereng tanah dengan sifat sifat dan kondisi alamiah yang dapat menimbulkan terjadinya warna pada daerah tersebut :

Tabel II.1

Sifat Kelerengan Tanah

Kelas Lereng Sifat Sifat dan Kondisi Alamiah Warna

0-2 % Datar hingga hampir datar, tidak ada proses denutasi yang berarti.

Hijau

2-7% Agak miring, gerakan tanah dengan kecepatanrendah,erosi lembar dan erosi alur, rawan erosi

Hijau Muda

7-15% Miring, kecepatan gerakan rendah tapi denganbesaran yang lebih tinggi, sangat rawan erositanah

Kuning

15-30% Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah danerosi , terutama longsoran yang bersifat nendatan

(25)

30-70% Curam, proses denudasional intensif, erosi dangerakan tanah sering terjadi

Merah Muda

70-140% Sangat curam, batuan umumnya mulai tersingkap,proses denudasional sangat intensif, sudah mulaimenghasilkan rombokan (koluvial)

Merah

>140% Curam sekali,batuan tersingkap, prosesdenudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,tanaman jarang tumbuh

Ungu

Sumber : Pedoman Penyusunan Rehabilitasi Lahan Konservasi Tanah, 1986.

Cara- cara untuk mengetahui topografi : 1. Survei secara langsung

Survei membantu studi topografi secara lebih akurat suatu permukaan secara tiga dimensi, jarak, ketinggian, dan sudut dengan memanfaatkan berbagai instrumen topografi.

Meski penginderaan jarak jauh sudah sangat maju, survei secara langsung masih menjadi cara untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai keadaan suatu lahan.

2. Penginderaan jarak jauh

Penginderaan jarak jauh adalah studi mengenai pengumpulan data bumi dari jarak yang jauh dari area yang dipelajari. Penginderaan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan satelit, radar, radar inframerah, seismogram, sonar, dan lain-lain.

2.2.3 Litologi

(26)

atas unsur Silisium dan Magnesium, kemudian lapisan berikutnya (Asthenosfer atau mantel) yang tersusun atar unsur persenyawaan logam Sulfida dan pada bagian inti (Barisfer) tersusun oleh unsure besi dan nikel.

1. Batuan

a. Batuan beku atau sering disebut igneous rocks

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.

b. Batuan sediment

Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Batuan sedimen ini bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia, dan batuan sedimen organik.

2. Tanah

Klasifikasi tanah berdasarkan ganesa dikelompokkan: a. Tanah Residu (Residual Soil )

Terjadi dan terbentuk sebagai hasil pelapukan kimia (dekomposisi batuan induk).

(27)

Tanah residu yang mengalami perpindahan ke tempat lain karena pengaruh gravitasi atau perantara alamiah seperti air, angin, dan es.

Tabel II.2

Jenis Jenis Tanah

Jenis Tanah Keterangan

Aluvial Hidromorf Bahan asalnya berupa endapan liat (tanah hasil angkutanair). Grumosol Kelabu Tua Bahan asalnya berupa abu/pasir dan tufa vulkanintermedier Assosiasi Alluvial

Kelabudan Cokelat Kekelabuan

Berasal dari batuan induk tuff volkan intermedier yangcocok untuk kawasan pertanian. Tanah alluvium sifatnyatidak peka terhadap erosi sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan terbangun karenamemiliki daya dukung beban yang cukup baik.

Kompleks Gerosol Kelabudan Kekelabuan

Bahan induknya berupa batu kapur dan nepal. Latosol Cokelat

TuaKemerahan Berupa tanah residu hasil dari pelapukan breksi tufaan danpasir tufaan yang mengandung tufa vulkan intermedier Latosol Cokelat Merupakan tanah residu hasil pelapukan dari breksi tufaandan

batupasir tufaan. Berpotensi untuk terjadi gerakantanah berupa runtuhan batu

Latosol Cokelat Tua Endapan sangat tebal antara 1-3m, berwarna coklat muda,bersifat lepas hingga sangat lepas, berbutir halus hinggakasar, dan berbentuk menyudut hingga memutar

Sumber: Diktat Perkuliahan Geologi Lingkungan, 2010

2.2.4 Stratigrafi

(28)

absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

Ada dua unsur penting pembentukan stratigrafi dalam penyelidikan stratigrafi, yaitu :

1. Unsur Batuan

Hal terpenting dalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Kita mengetahui betul bahwa volume bumi didisi oleh batuan sedimen dan batuan non-sedimen, sekitar 5% dan 95%. Tetapi pada kenyataannya, dalam penyebaran batuan, batuan sendimen dan non-sedimen mencapai 75% dan 25%.

Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi adalah sendimen yang memberi arti kronologis dari urut-urutan lapisannya yang ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan. Dengan itu dipermudahkannya pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan antara satu batuan dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lain.

2. Unsur Pelapisan

(29)

Tabel II.3

Jenis Jenis Stratigrafi

No Jenis Formasi Ciri Ciri

1 Endapan Alluvium (Qa) Terdiri dari endapan dataran pantai,endapan sungai,dan endapan danau

2 Formasi Damar (QTd) Terdiri dari batu pasir tufaan,konglomerat,breksi vulkanik, dan tufa

3 Batuan Gunungapi Gajah Mungkur (Qhg)

Batuannya berupa lava andesit berwarna abu-abu kehitaman,berbutir halus,holokristalin,komposisi terdiri dari feldspar,homblende,danaugit

4 Batuan gunungapi kali gesit (Qpk)

Batuannya berupa lava basaslt,berwarna abu-abu kehitaman,halus,komposisi mineral terdiri dari feldspar,olivine,dan augit

5 Formasi Jongkong (Qpj) Breksi andesit homblende yang berwarna coklat kehitaman,dan aliran larva berwarna abu-abu tua

6 Formasi kali getas (Qpkg) Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuff halus,sampai kasar,dibawahnya ditemukan batu lempung mengandung molusca dan fosil

7 Formasi Kalibeng (Tmpk)

Batuannya terdiri dari napa,batu pasir tufaan,dan batu gamping

8 Formasi Kerek (Tmk) Interkalasi batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi vuklanik, dan batu gamping.

Sumber : SK Mentri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/II /1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981

2.2.5 Klimatologi

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang dari ilmu atmosfer. Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari cuaca jangka pendek yang berakhir sampai beberapa minggu, klimatologi mempeljari frekuensi di mana sistem cuaca ini terjadi.

(30)

panjang, dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer. Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos. Klima artinya kemiringan yang diarahkan ke lintang tempat sedangkan Logos artinya ilmu. Sehingga Klimatologi data diartikan sebagai ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, penyebab perbedaan iklim di bumi, dan juga kaitannya dengan iklim dan aktivitasmanusia.

Iklim merupakan salah satu factor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman Jenis-jenis dan sifat-sifat ikim bias menentukan jenis-jenis tanaman yang bias tumbuh dengan iklim tertentu. Oleh karena itu, iklim sangat berpengaruh di bidang pertanian. Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari.

Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air yang semula berupa uap air di udara kepermukaan bumi dalam bentuk cair atau padat. Alat pengukur hujan dinamakan penakar hujan. Jumlah curah hujan di Indonesia tidak merata dan paling banyak terjadi selama angin muson barat bertiup.

Menurut Schmidt dan Fergusson iklim dibagi menjadi delapan tipe dengan perhitungan Nilai Quatient (Q) dengan rumus (Nugroho,2007) :

Q=Σbulan kering

Σbulan basah x100%

Untuk perhitungan bulan kering dan basah menggunakan skala Mohr sebagai berikut :

(31)

- Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya > 100 mm.

- Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya antara 60 – 100 mm.

Sedangkan untuk penentuan nilai Q, bulan lembab dimasukan pada bulan basah. Berdasarkan rasio nilai Q, maka Schmidt – Fergusson membagi iklim sebagai berikut :

Tabel II.4

Data Pembagian Nilai Q Menurut Schmidt=Fergusson

Tipe Besar Nilai Q (%) Ciri Ciri

A 0 - ≤ 14,3 Sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis B 14,3 - ≤ 33,3 Basah, vegetasi hutan hujan tropis

C 33,3 - ≤ 60 Agak basah, vegetasi hutan rimba, vegetasi meranggas

D 60 - ≤ 100 Sedang, vegetasi hutan musim

E 100 - ≤ 167 Agak kering, vegetasi hutan belantara (sabana)

F 167 - ≤ 300 Kering, vegetasi sabana

G 300 - ≤ 700 Sangat kering, vegetasi padang ilalang H > 700 Ekstrim kering, vegetasi padang ilalang Sumber : Data Klimatologi BMG Kota Semarang 2001

Tabel II.5

Intensitas Hujan Harian Rata Rata

No Kelas Interval(mm/hr) Deskripsi Skor

1 I 0 – 13,6 Sangat rendah 10

2 II 13,6 – 20,7 Rendah 20

3 III 20,7 – 27,7 Sedang 30

4 IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40

5 V >34,8 Sangat tinggi 50

(32)

2.2.6 Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya peredaran, sifat-sifat kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungannya,termasuk hubungan dengan mahluk-mahluk hidup (Internasional Glossary of Hidrology, 1974). Karena perkembangan yang begitu cepat, hidrologi telahmenjadi dasar dari pengelolaan sumber daya-sumber daya air rumah tanggayang merupakan pengembangan dan penggunaan sumber daya-sumber daya air secara terencana. Banyak proyek di dunia (rekayasa air, irigasi,pengendalian banjir, drainase, tenaga air dan lain-lain) dilakukan denganterlebih dahulu mengadakan survey kondisi-kondisi hidrologi yang cukup. Survey-survey tersebut meliputi prosedur-prosedur pengumpulan data dilapangan sampai pemrosesan daya dan karena itu menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

Jumlah air di Bumi adalah tetap. Perubahan yang dialami air di bumi hanya terjadi pada sifat, bentuk, dan persebarannya. Air akan selalu mengalami perputaran dan perubahan bentuk selama siklus hidrologi berlangsung. Air mengalami gerakan dan perubahan wujud secara berkelanjutan. Perubahan ini meliputi wujud cair, gas, dan padat. Air di alam dapat berupa air tanah, air permukaan, dan awan.

(33)

Sumber :http://blog.uin-malang.ac.id Gambar II.1

Siklus Hidrologi

Selanjutnya, air hujan ini akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) atau mengalir menjadi air permukaan (run off). Baik aliran air bawah tanah maupun air permukaan keduanya menuju ke tubuh air di permukaan Bumi (laut, danau, dan waduk).Inilah gambaran mengenai siklus hidrologi.

Jadi siklus hidrologi adalah lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak. Siklus Hidrologi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sirkulasi atau peredaran air secara umum.

2.2.7 Hidrogeologi

(34)

Pengetahuan tentang hidrogeologi ini penting bagi manusia, karena fungsi dan kegunaannya meliputi 3 aspek (Told daiam RJ Kodoatie, 1990) :

1) Aspek sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. 2) Aspek bagian hidrologi di dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan siklus

global.

3) Aspek anggota atau gen dari geologi.

Istilah penting yang merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan definsinya, yaitu:

a. Akuifer

Definisi akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis.

b. Aquiclude (impermeable layer)

Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang impermable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu confined aquifer.

c. Aquitard (semi impervious layer)

(35)

d. Confined Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).

e. Semi Confined (leaky) Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa aquitard dan lapisan bawahnya merupakan aquiclude. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir. f. Unconfined Aquifer

Merupakan akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya, yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard dilapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.

g. Semi Unconfined Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air (satured) yang dibatasi hanya lapisan bawahnya yang merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada pembatas yang mempunyai hidraulik konduktivitas lebih kecil daripada hidraulik konduktivitas dari akuifer.Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.

h. Artesian Aquifer

(36)

2.2.8 Bahaya geologi

Berdasarkan data yang telah kami peroleh, menunjukan bahwa proses-proses geologi yang terjadi baik bersifat endogen maupun eksogen dapat menimbulkan bahaya atau bencana bagi kehidupan manusia. Pengertian Bahaya geologi merupakan aktivitas geologi yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan-perubahan keadaan alam di lingkungan tersebut dari keadaannya semula. Contoh dari bahaya geologi yang dapat berdampak pada aktivitas manusia di berbagai wilayah di muka bumi yaitu banjir, gerakan tanah, erosi dan sebagainya.

1. Gempa bumi

Gempa bumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman tertentu. Kerak bumi tempat kita tinggal ini terdiri dari sejumlah lempeng atau bongkahan besar yang selalu bergerak, pergerakan itu menyebabkan terlepasnya energi yang menimbulkan getaran sehingga dapat mengguncang permukaan bumi.Setiap hari terjadi puluhan bahkan ratusan gempabumi di muka bumi ini, hanya saja kebanyakan kekuatannya kecil sekali sehingga tidak terasa oleh kita.

Gempabumi dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor :

o Pergerakan lempeng. Jenis ini disebut gempa tektonik, umumnya regional dan sangat merusak.

o Kegiatan gunungapi yang disebut gempa vulkanik. Umumnya gempa jenis ini terjadi setempat.

o Kegiatan manusia yang disebut gempa buatan atau gempa tiruan, umumya setempat dan tidak selalu dibuat

2. Gerakan Tanah

(37)

Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah :

 Curah hujan tinggi dan lama disertai angin kencang memicu terjadinya gerakan tanah.

 Kemiringan lereng yang terjal (>25°) sehingga masa tanah mudah untuk bergerak.

 Sifat fisik batuan berupa material vulkanik yang bersifat lepas dan kelerengan terjal sehingga mudah runtuh jika dipicu curah hujan tinggi.

3. Banjir

Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai.Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.

Bencana banjir memiliki ciri-ciri dan akibat sebagai berikut.

 Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari.

 Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.

 Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan manusia.

 Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-tempat yang rendah.

 Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.

 Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.  Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau

hilangnya orang.

(38)

Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa: - Rusaknya areal pemukiman penduduk,

- Sulitnya mendapatkan air bersih, dan - Rusaknya sarana dan prasarana penduduk. - Rusaknya areal pertanian

- Timbulnya penyakit-penyakit - Menghambat transportasi darat

Penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut : - Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi, - Pendangkalan sungai,

- Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong royong,

- Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat, - Pembuatan tanggul yang kurang baik,

- Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan. 4. Erosi

Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen,tanah, batuan, dan partikel lainnya)akibat transportasiangin,air ataues, karakteristik hujan,creeppada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang,dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang manamerupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, ataugabungan keduanya.

Jenis -Jenis Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya yaitu: 1. Erosi oleh Air

(39)

Erosi oleh butiran air hujan yang jatuh ke tanah.Karena benturan butiran air hujan, partikel-partikel tanah yang halus terlepas dan terlempar ke udara.

b. Sheet erosion:

Erosi oleh air yang jatuh dan mengalir di permukaan tanah secaramerata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di permukaan tanah. Permukaan tanah menjadi lebih rendah secara merata. Erosi ini terjadi bila permukaantanah memiliki ketahanan terhadap erosi yang relatif seragam.

c. Riil erosion

Erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah dengan membentuk alur-alur kecil dengan kedalaman beberapa senti meter. Erosi ini terjadi pada permukaan tanah yang landai dan memiliki daya tahan yang seragam terhadap erosi.

d. Gully erosion

Erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah yang miring atau dilereng perbukitan yang membentuk alur-aluryang dalam dan lebarnya mencapai beberapa meter, dan berbentuk “V”.

e. Valley erosion:

Erosi oleh air yang mengalir di daerah perbukitan yang membentuk lembah-lembah sungai atau lereng-lereng perbukitan. Alur atau lembah berbentuk berbentuk “V”. Erosi dominan secara vertikal.

f. Stream erosion:

(40)

2. Erosi oleh gelombang

Erosi terjadi oleh gelombang laut yang memukul ke pantai. Erosi dapat dibedakan menjadi:

- Erosi oleh pukulan gelombang yang memukul ke tebing pantai. Pukulangelombang menyebabkan batuan pecah berkeping-keping. - Abrasi atau corrasi (abrasion / corrasion): erosi oleh material yang

diangkutgelombang ketika gelombang memukul ke tebing pantai. 3. Erosi oleh Angin

Erosi ini terjadi oleh angin yang bertiup.Erosi ini terjadi di daerah yang tidak bervegetasiatau bervegetasi sangat jarang di daerah gurun atau pesisir. Erosi ini dapat dibedakanmenjadi:1.

- Deflasi : Erosi oleh angin yang bertiup dan menyebabkan material

lepas yanghaalus terangkut.2.

- Abrasi :Erosi oleh material-material halus yang diangkut oleh anginketikaangin menerpa suatu batuan.

A. Akibat Erosi

(41)

alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melaluiangkutan air.erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam halsedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak. Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor.Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitashujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai.faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal dilahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

B. Penanggulangan Erosi

Usaha untuk mencegah erosi di lakukan dengan pengolahan pada tanah.Usaha ini seringdisebut konservasi tanah. Untuk mengetahui cara konservasi tanah, sebelumnya harusmengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan peranannya. Faktor iklim, terutama curah hujan dapat menyebabkan erosi. Curah hujan yang tinggidengan intensitas yang lama sangat mendukung terjadinya erosi. Salah satu contoh pengendalian faktor ini dapat dilakukan dengan membuat saluran air, sehingga air hujan yang jatuh dapat diatur dan akan dimanfaatkan untuk irigasi.

2.2.9 Struktur Geologi

Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat kerja kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi disamping itu struktur geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk deformasi tektonik.

Para ahli geologi menyebut Struktur Geologi dengan Kekar , Sesar , serta Lipatan .

(42)

Jenis Kekar

a. Kekar Gerus (Shear Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tekanan

b. Kekar Tarik (Tension Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tarikan

2. Sesar (Faults) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan dan mengalami perpindahan tempat/dislokasi/pergeseran.

Jenis Sesar

- Sesar Normal / Turun (Normal / Gravity Fault) - Sesar Naik (Reverse / Thrust Fault)

- Sesar Mendatar / Geser (Horizontal / Strike-Slip Fault) - Sembul (Horst)

- Terban (Graben)

3. Lipatan (Folds) adalah struktur lapisan batuan sedimen berbentuk lipatan/ gelombang/ lengkungan yang terbentuk akibat gaya endogen berupa tekanan.

- Jenis Lipatan

- Lipatan Tegak/Setangkup (Upright Fold / Symmetrical Fold) - Lipatan Tidak Setangkup (Asymmetrical Fold)

- Lipatan Miring / Menggantung (Inclined Fold / Overturned Fold) - Lipatan Rebah (Recumbent Fold)

- Antiklin (Anticline) - Sinklin (Syncline)

2.3 Alat-Alat analisis

(43)

2.3.1 SWOT

1. Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2. Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunities(peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

4. Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2.3.2 Overlay Peta

(44)

2.3.3 Skoring

Skoring merupakan penentuan prioritas yang dilakukan dengan mengelompokkan data berdasarkan pemikiran yang rasional.Dalam skoring, kriteria yang digunakan adalah:

Tabel II. 6

Kriteria Dan Tata Cara Penentuan

Kawasan Lindung Dan Budidaya

Sumber : SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982

Tabel II. 7

Kelas Lereng Dan Nilai Skor

No Kelas lereng Lereng (%) Diskripisi Skor

1 I 0-8 Datar 20

2 II 8,01-15 Landai 40

3 III 15,01-25 Agak curam 60

4 IV 25,01-45 Curam 80

5 V >45 Sangat curam 100

Sumber: SK Mentan No. 837/ KPTS/UM/1 1/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982

Fungsi kawasan Total nilai skor

Kawasan lindung ≥ 175

Kawasan penyangga 125-174

Kawasan budidaya tanaman tahunan <125 Kawasan budidaya tanaman semusim <125

(45)

Tabel II. 8

Kelas Tanah Menurut Kepekaan

Erosi Dan Nilai Skor

No Kelas tanah Jenis tanah Diskripsi

terhadap erosi Nilai skor

1 I Aluvial, glei, planosol,

hidromorf kelabu Tidak peka 15

2 II Latosol Kurang peka 30

3 III Brown forest soil, non calcic

brown, mediteran Agak peka 45 4 IV Andosol, laterit, grumosol,

podsol, podlosit Peka 60 5 V Regosol, litosol, organosol,

renzina

Sangat peka 75

Sumber : SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982 Tabel II. 9

Intensitas Hujan Harian Rata-Rata

Dan Nilai Skor

No Kelas Interval Diskripsi Nilai skor

1 I 0-13,6 Sangat rendah 10

2 II 13,61-20,7 Rendah 20

3 III 20,71-27,7 Sedang 30

4 IV 27,71-34,8 Tinggi 40

5 V >34,81 Sangat tinggi 50

Sumber : SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982

Tabel II. 10

Klasifikasi Tingkat Erosi Dan Skoringnya Untuk

Penentuan Lahan Kritis

Kelas Besaran/diskripsi Skor

Ringan Tanah dalam (>60 cm):

<25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak 20-50 m

Tanah dangkal (<60 cm)

<25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi pada alur jarak >50m

5

(46)

25-75% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak kurang dari 20 m

Tanah dangkal

25-50% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi pada alur jarak 20-50m

Berat Tanah dalam

Lebih dari 75% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi parit dengan jarak kurang dari 20-50 m

Tanah dangkal

50-75% lapisan tanah atas hilang

3

Sangat berat

Tanah dalam

Semua lapisan tanah atas hilang >25% lapisan tanah bawah dan/atau erosi parit dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 m

Tanah dangkal

>75% lapisan tanah atas telah hilang, sebagian tanah bawah telah tererosi

2

Sumber: balai pengelolaan das tondano

BAB III

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KECAMATAN NGAMPEL; KELURAHAN JATIREJO

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Ngampel

Kecamatan Ngampel merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kendal sebagai wilayah makro studi. Jarak Kecamatan Ngampel dengan Ibukota dan ke beberapa kota lainnya seperti, Kabupaten Kendal berkisar 10 Km², Kecamatan Petebon berkisar 5 Km². Ketinggian tanah pada Kecamatan Ngampel ± 6 meter dpl dengan suhu udaranya berkisar 27 °C. Luas wilayah Kecamatan Ngampel dirinci menurut desa pada tahun 2009 berjumlah 33.88 Km2.

(47)

Banyaknya penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009. Pada tahun 2007 berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah 34.895 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sedangkan Perempuan berjumlah 17,853 jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki berjumlah 17,186 jiwa dan Perempuan berjumlah 18,040 jiwa. Banyaknya penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009. Pada tahun 2007 berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah 34.895 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sadangkan Perempuan berjumlah 17,853 jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki berjumlah 17,186 jiwa dan Perempuan berjumlah 18,040 jiwa.

Banyaknya penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009. Pada tahun 2007 berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah 34.895 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sedangkan Perempuan berjumlah 17,853 jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki berjumlah 17,186 jiwa dan Perempuan berjumlah 18,040 jiwa. Banyaknya penduduk bila dilihat dari Jenis Kelamin pada tahun 2007-2009. Pada tahun 2007 berjumllah 34.627 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 16,919 jiwa, sedangkan Perempuan berjumlah 17,708 jiwa. Pada tahun 2008 berjumlah 34.895 jiwa terdiri dari Laki-laki berjumlah 17,042/jiwa sadangkan Perempuan berjumlah 17,853 jiwa. Pada tahun 2009 berjumlah 35,226 dari Laki-laki berjumlah 17,186 jiwa dan Perempuan berjumlah 18,040 jiwa.

3.2 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Ngampel

(48)

Jarak ibukota kecamatan Ngampel ke Kota Kabupaten Kendal adalah 10 Km, jarak dengan Kota Propinsi Jawa Tengah adalah 38 Km. Sedankan ketinggian rata-rata adalah 6 dpl.

3.3 Aspek Fisik Kecamatan Ngampel

Karakteristik Kecamatan Ngampel dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek non fisik yang menjelaskan kondisi fisik Kecamatan Ngampel berupa aspek-aspek geologi yang terdapat di wilayah tersebut.

3.3.1 Morfologi

Kecamatan Ngampel terletak di bagian timur Kabupaten Kendal, yang merupakan daerah rawan erosi dan memiliki banyak sungai dan bendungan. Bentuk lahan Kecamatan Ngampel adalah bentuk lahan struktural dengan struktur mendatar (horizontal). Hal ini disebabkan karena kecamatan Ngampel merupakan dataran rendah yang memiliki elevasi 0-500 kaki diatas permukaan air laut.

3.3.2 Litologi

Pada Kecamatan Ngampel jenis batuan sedimen yaitu sandstone (batupasir) dan breksi. Batupasir yaitu batuan sediment dengan ukuran butir antara 1/16 milimeter dan 2 mm, batuan ini terbentuk karena segmentasi butiran-butiran pasir yang terbawa oleh arus sungai, ombak san angin sehingga terakumulasi di suatu tempat dan membentuk batuan. Batuan breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan Fragmen-fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi.

(49)

subur karena mengandung unsur zat hara dan mineral. Tanah latosolol yaitu tanah yang cenderung subur untuk pertanian.. Sedangkan tanah mediteran yaitu tanah yang berasal dari pelapukan kapur sehingga tidak subur.

3.3.3 Topografi

Kecamatan Ngampel termasuk ke dalam region A Kabupaten kendal yang memiliki karakteristik topografi berupa wilayah dataran rendah, Kelerengan Kecamatan Ngampel dibedakan tiga tingkat yaitu 0-8 % berada di desa Sumbersari, Winong dan Jatirejo. 15-35% yaitu di desa Bojonggede, banyuurip, Ngampel Kulon, kebonagung, putatgede dan rejosari. 25-40% yaitu didesa dempel rejo, sudipayung, ngampel wetan. Oleh karena itu karakteristik topografi di Kecamatan Ngampel sebagian besar dapat diklasifikasikan kepada wilayah yang datar.

3.3.4 Klimatologi

Secara umum di Kecamatan Ngampel suhu rata-rata sekitar 27oC , beriklim

tropis. Rata-rata curah hujan berdasar tahunan berdasar pencatatan curah hujan tahun 2004 adalah sebesar 2799 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 105 hari.

Tabel III.1

Curah Hujan Kecamatan Ngampel Tahun 2008

Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan

Januari 306 15

Februari 436 17

Maret 767 15

April 252 12

Mei 535 11

Juni 38 3

Juli 25 3

Agustus 4 0

September 62 4

Oktober 29 3

November 113 10

Desember 231 13

(50)

Sumber : Data morfologi Kecamatan Ngampel tahun 2008

Q = Jumlah bulan kering x 100% Jumlah bulan basah

= 4 x100% 8

= 50%

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 bulan kering yaitu pada bulan Juni, Juli,Agustus dan Oktober. 8 bulan basah yaitu pada bulan Januari, Februari, maret, april, mei, september, november dan desember. Dari data curah hujan dapat diketahui nilai Q sebesar 50% sehingga Kecamatan Ngampel termasuk kedalam iklim agak basah berdasarkan pembagian iklim menurut Schmidt Fergusson

3.3.5 Stratigrafi

Statigrafi di Kecamatan Ngampel tergolong dalam formasi damar dan endapan Alluvium. Formasi damar (Qtd) terdiri atas batupasir tufaan, konglomerat, breksi vulkanik dan tufa. Batupasir mengandung mineral mafik, feldspar dan kuarsa. Breksi vulkanik mungkin diendapkan sebagai lahar. Formasi ini beumur Plio-Plistosen, dan terdiri atas sedimen yang diendapkan dilingkungan nonmarin, moluska setempat ditemukan dan diindikasikan fosil sisa vertebrata. Sedangkan endapan alluvium menutupi hampir 90 % di Kecamatan Ngampel. Terbentuk dari endapan dataran pantai, endapan sungai dan endapan danau. Umumnya terdiri dari lempung dan pasir kemudian membentuk endapan delta dan mencapai ketebalan kurang lebih 80 m. selain itu endapan alluvium yang ada pada alur sungai terdiri atas kerikil, kerakal dan pasir.

3.3.6 Hidrologi

(51)

Ngampel, tepatnya di Desa Mijil. Debit air sungai blorong pada musin kemarau 4,053m3/detik, sedangkan pada musim penghujan sebanyak 7,686m3/detik. Densitas

air sungai di Kecamatan Ngampel bagian Utara kurang dari 0,000598 yaitu di Desa Rejosari, Sumbersari, Kebonagung, Ngampel kulon, Ngamapel Wetan, Banyuurip, Bojonggede, Dudipayung, Dempelrejo dan Putatgede. Sedangkan Ngampel bagian selatan adalah 0,00193 – 0,001787 yaitu di Desa Winong dan Jatirejo. Tingkat evaporasi Kecamatan Ngampel tergolong stabil, sedang tingkat infiltrasinya stabil karena hujan yang terjadi sesuai dengan musimnya.

3.3.7 Hidrogeologi

Di daerah Kendal memiliki 21 sumber mata air yang terletak di bagian selatan meliputi wilayah Kecamatan Pageruyung, Pelantungan, Sukorejo, Patean, Limbangan, dan Boja. Sumber mata air tersebut berasal dari sumur dalam.

Daerah Kecamatan Ngampel bagian utara dan timur memiliki karakteristik hidrogeologi Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Akuifer produktif dan setempat meliputi Winong dan jatirejo. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas memiliki daerah penyebaran yang meliputi Rejosari, Kebonagung, Dawungsari, Ngampel Wetan dan Sumbersari. Sedangkan akuifer produktif dengan penyebaran luas memiliki daerah penyebaran yang meliputi Putatgede, Bojonggede, Banyuurip, Ngampel Kulon, Sudipayung dan Dempelrejo.

Berdasarkan pola dan arah aliran airtanah secara umum aliran airtanah di daerah Kecamatan Ngampel akan mengalir dari arah selatan ke utara, dari tempat yang memiliki head/elevasi muka airtanah tinggi ke head rendah dan memberikan supply ke arah sungai yang ada di sekitarnya (gaining stream).

(52)

disarankan (0-1000 mg/l). Sedangkan kualitas airtanah berdasarkan nilai Daya Hantar Listrik (DHL) di Kecamatan Ngampel mempunyai kriteria sangat baik, jika kandungan unsur daya hantar listrik tersebut berada pada nilai minimum atau nilai aman (0 – 1000 Is/cm).

3.3.8 Bahaya Geologi

Dengan kondisi geografinya, Kecamatan Ngampel mempunyai bahaya geologi banjir dan erosi. Banjir ini disebabkan kelerengan yang landai, penggunaan lahan bukan vegetasi permanen sehingga mengurangi ruang terbuka untuk penyerapan air. Tanahnya yang berjenis alluvial dengan sedikit grumusol dan mediteran juga mempengaruhi adanya banjir ini.

Dalam Penelitian Terapan Daerah Rawan Bencana Kabupaten Kendal 2008, Kecamatan Ngampel termasuk dalam kawasan yang mengalami penurunan tanah sangat rendah yaitu 1 - 2,4 cm setiap tahunnya. Tingkat penurunan tanah tersebut dalam termasuk tingkat penurunan sedang dan tidak memberi pengaruh yang signifikan pada kondisi di lapangan.Gerakan tanah yang terjadi pada daerah kerentanan gerakan tanah rendah berupa gerakan tanah dangkal dengan kedalaman bidang gelincir sekitar 2 – 4 m, kemiringan lereng 20o – 50o.Gerakan tanah pada

(53)

Sumber: foto kelompok 4 Gambar III.1

Bahaya geologi banjir

3.3.9 Tata Guna Lahan

Lahan di Kecamatan Ngampel dimanfaatkan sebagai tanah sawah seluas 12,76 km², tanah pekarangan seluas 4,28 km², tanah tegalan seluas 4,69 km2, tanah hutan

seluas 9,87 km², dan lain –lain seluas 2,28 km2. 3.3.10 Utilitas Umum

Utilitas umum merupakan sarana wilayah Kecamatann Ngampel yang berupa jaringan jalan, listrik, telepon, air bersih, persampahan, dan drainase.

A. Jaringan Jalan

(54)

Sedangkan kondisi jalan di wilayah Kecamatan ini hampir 90% dalam keadaan kurang baik.

Berikut tabel kondisi jalan kecamatan Ngampel : Tabel III.2

Kondisi jalan Kecamatan Ngampel

No Kondisi Jalan Panjang

Jalan

Unit

I Jenis Permukaan

a. Aspal 52.69 Km

b. Kerikil 0.00 Km

c. Tanah 21.60 Km

I I

Kondisi Jalan

a. Baik 61.79 Km

b. Sedang 0.00 Km

c. Rusak 12.50 Km

I II

Kelas Jalan

a. Kelas I 0.00 Km

b. Kelas II 2.00 Km

c. Kelas III 6.00 Km

d. Kelas IIIA 12.80 Km

e. Kelas IV 2.50 Km

f. Kelas V 7.00 Km

Sumber: Ngampel dalam angka tahun 2009 B. Jaringan Listrik

Jaringan listrik sudah mencakup keseluruhan dari Kecamatan Ngampel, rata-rata daya yang terpasang adalah 450 watt – 900 watt.

C. Jaringan Telepon

(55)

D. Jaringan Air Bersih

Air bersih di Kecamatan Ngampel masih terbatas, hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan air sungai yang kotor untuk keperluan rumah tangga seperti mandi, cuci, dan kakus.

E. Jaringan Persampahan

System pengelolaan jaringan sampah di Kecamatan Ngampel dilakukan dengan 2 sistem, yaitu dengan sistem tradisional yaitu dilakukan sendiri-sendiri dengan cara menimbun atau membakar hal tersebut dilakukan biasanya oleh masyarakat didesa, dan cara kedua yaitu sistem pengelolaan yang dilakukan melalui lembaga yang terstruktur dengan cara mengkoordinir sampah-sampah kemudian membuangnya ke tempat pembuangan akhir. Tempat Pembuangan Akhir di Kecamatan Ngampel sendiri ada 1 yaitu berada di Desa Jatirejo, sistem pengelolaannya masih menggunakan Sistem Open Dumping, dengan luasan lahan, kapasitas volume, jumlah timbunan sampah dan jumlah timbunan terangkut.

Tabel III.3

Sistem Pengeloalaan Lahan

System pengelolaan Open Dumping Luas lahan (ha) 1,8 ha Kapasitas volume (m3) 30-40 m3

Tahun mulai operasional 1998 Jumlah timbunan sampah

(m3/hari)

20 m3

Jumlah terangkut(m3/hari) 20 m3

Permasalahan Overload karena tidak ada sarana alat berat

Sistem operasi : tidak memenuhi secara teknik (Open Dumping)

(56)

Kondisi wilayah Kecamatan Ngampel mempunyai topografi yang bervariasi mulai dari dataran tinggi, perbukitan, dan dataran rendah dengan pola aliran air sejajar menuju ke pantai utara laut jawa.Ketinggian tanah pada Kecamatan Ngampel ± 6 meter dpl.Kondisi tersebut sangat rawan terhadap bahaya banjir, terutama pada wilayah daerah cekungan disamping dengan daerah tangkapan air (catchment area).Jaringan drainase yang terdapat di Kecamatan Ngampel saat ini menggunakan jaringan drainase primer, yaitu sungai-sungai yang dikendalikan oleh bendung-bendung dan DAM serta dilengkapi Pintu Pengendali Air yang terletak di Kelurahan Jatirejo. Namun oleh masyarakat sekitar saluran drainase tersebut disalah gunakan, seperti membuang sampah disaluran drainase tersebut sehingga akan menyumbat saluran drainase, padahal di Kelurahan tersebut sudah ada TPA (Tempat pembuangan Akhir), sehingga akan menyebabkan banjir.

3.4 Gambaran Umum Kelurahan Jatirejo

Kelurahan Jatirejo berbatasan di sebelah utara dengan Kelurahan Rejosari di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jatirejo Selatan, di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Winong dan di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tunggulsari. Luas wilayah Kelurahan Jatirejo dirinci menurut desa pada tahun 2010 berjumlah 238,485 Hayaitu 37.96% bagian dari Kecamatan Jatirejo.

Karakteristik tiap wilayah berbedadilihat dari aspek letak dan luas wilayah, morfologi, topografi, litologi, hidrologi, hidrogeologi, klimatologi, dan topografi. Karakteristik-karakteristik inilah yang digunakan dalam proses perencanaan maupun perencaan wilayah.

(57)

Tabel III.4

Jumlah penduduk Kelurahan Jatirejo

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 220 191 411

5-9 212 226 438

10-14 156 148 304

15-19 231 222 453

20-24 185 164 349

25-29 151 159 310

30-39 187 115 302

40-49 121 119 240

50-59 88 70 158

60+ 107 101 208

Jumlah 1658 1515 3173

Sumber :Ngampel dalam angka tahun 2009

Berdasarkan hasil olah cepat Sensus Penduduk 2009, jumlah penduduk

Kepadatan penduduk Kelurahan Jatirejo bila dilihat dari Kepadatan Orang/Km². Pada tahun 2009berjumlah 24,7 jiwa/km2.

Perkembangan Penduduk per tahun Kecamatan Ngampel tahun 2007-2009. Jumlah penduduk tahun 34,627 jiwa dengan perkembangan penduduk 1,50 %, per tahun bila dilihat dari tahun sebelumnya, Sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk meningkat 34,895 jiwa dengan perkembangan punduduknya 0,77 %. pertahun. Pada tahun 2009 jumlah penduduk ada 35,226 dengan perkembangan penduduk 0.95 % per tahun.

3.5 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kelurahan Jatirejo

(58)

Jarak Kelurahan Jatirejo dari pusat emerintahan kecamatan adalah 5 Km, jarak dengan ibukota kabupaten daerah tingkat II adalah 9 Km, jarak dengan ibukota kabupaten daerah tingkat I adalah 37 Km, sedangkan jarak dengan ibukota negara adalah 525 Km.

3.6 Aspek Fisik Kelurahan Jatirejo

Karakteristik Kelurahan Jatirejo dapat dilihat dari aspek fisik wilayahnya. 3.6.1 Morfologi

Morfologi Kelurahan Jatirejo tergolong dalam bentuk lahan fluvial. Bentuk lahan fluvial ini terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran air sungai maupun yang terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Sedangkan untuk geomorfologi Kelurahan jatirejo termasuk kategori bergelombang miring.

Sedangkan untuk geomorfologi Kelurahan jatirejo termasuk kategori bergelombang miring di Dusun Mijil bagian selatan dan berbukit bergelombang di Dusun Krajan, Magangan, Duren, dan sebagian besar Mijil sebelah utara. Satuan ini memiliki beda elevasi (ketinggian) antara 50-100 meter dengan kelerengan antara 8-13 %. Kondisi geomorfologi satuan bentuk lahan ini memiliki kondisi lahan yang relatif bergelombang Dimanfaatkan penduduk sebagi persawahan, tegalan, dan pemukiman.

3.6.2 Litologi

(59)

3.6.3 Topografi

Topografi kelurahan Jatirejo dibedakan menjadi dua kelerengan yaitu datar dan agak curam, wilayah yang datar yaitu berada di dusun Mijil, Krajan, Magangan dan Duren. Sedangkan yang agak curam yaitu berada di sebagian kecil dusun Mijil dan sebagian kecil dusun Krajan. Sehingaa dapat dikatakan sebagian besar Desa Jatirejo bertopografi datar.

3.6.4 Klimatologi

Secara umum Kelurahan Jatirejo beriklim tropis, rata-rata curah hujan tahunan berdasar pencatatan curah hujan tahun 2008, curah hujan di Desa Jatirejo adalah 2799mm/tahun dengan jumlah hari 105 hari dan jumlah hari terbanyak 17 hari. Dengan curah hujan tersebut artinya Desa Jatirejo bercurah hujan r

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
Tabel II.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Vatandaşlar, kanunda gösterilen şartlara uygun olarak, seçme, seçilme ve bağımsız olarak veya bir siyasî parti içinde siyasî faaliyette bulunma ve halkoy-

Demikian juga responden di Desa Seunebok Simpang yang pada awal program 80 persen termasuk dalam katagori sangat miskin, 13 persen diantaranya telah meningkat

Katolik Widya Mandala Surabaya : mbak Lilis, mbak Eva, mbak Wati dan pak Heru yang telah berperan besar dalam membantu penulis terutama dalam hal pengurusan

Hasil akhir kajian dari integrasi peta struktur kedalaman dan peta isopach serta dukungan data petrofisik dari aspek kualitas batuan reservoir diperoleh dua lokasi

user Mengelola data Supplier Mengelola data Barang Menu Transaksi Mengelola Pemesanan Mengelola Barang Masuk Mengelola Retur Barang Mengelola Barang Keluar Menu Laporan

disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang

Diameter zona hambatan terbesar terdapat pada ekstrak kasar (48 jam = 16,30 mm) dan untuk fraksi protein terdapat pada tingkat fraksi 40-60% (48 jam = 14,40 mm) yang