• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Rafale Jawaban Perancis Ata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Rafale Jawaban Perancis Ata"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Sumber Daya Pertahanan

Studi Kasus : Dassault Rafale, Perancis

TUGAS INDIVIDU KULIAH KERJA LUAR NEGERI

Monterey, 21 April – 5 Mei 2012

Dosen Pembimbing :

Dr Bantarto Bandoro

Kol Lek Teguh Darmawan

Kol Rujito Dibyo Asmoro

Disusun Oleh:

SULAIMAN SUJONO ( 120110201022 )

SEKOLAH KAJIAN PERTAHANAN DAN STRATEGI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERTAHANAN

(2)

Pengembangan Rafale

Jawaban Perancis Atas Tantangan Masa Depan Pertempuran Udara

Pendahuluan

Pada masa – masa pasca Perang Dunia kedua dan memasuki era perang dingin negara-negara di dunia berusaha mengembangkan pertahanannya. Pada masa ini ada peningkatan dalam anggaran pertahanan dan kegiatan pengembangan senjata, utamanya negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Salah satu negara yang mengembangkan sistem pertahanannya adalah Perancis.

Perancis memiliki sejarah tersendiri dalam pengembangan pilihan sistem pertahanannya, terutama pertahanan udaranya. Dengan Dassault sebagai industri domestiknya, Perancis berhasil mengembangkan Mirage yang tidak hanya digunakan di Perancis tetapi juga di eksport ke negara-negara lain.

Dalam perkembangan era perang dingin Perancis membutuhkan untuk mengembangkan sistem pertahanannya untuk menghadapi ancaman-ancaman potensial di masa tersebut. Salah satu opsi yang diambil dalam upaya pemenuhan kapabilitasnya adalah dengan mengembangkan pesawat tempur baru, dengan demikian lahir lah program Rafale.

Rafale merupakan salah satu varian pesawat tempur yang dikembangkan oleh Perancis. Sepenuhnya dikembangkan oleh Perancis pesawat ini menggunakan teknologi yang unggul setelah melalui masa pengembangan yang panjang. Dikembangkan sendiri oleh Perancis dalam rangka pemenuhan kapabilitas Angkatan Udara dan Angkatan Lautnya.

(3)

Selain itu, pengembangan Rafale ini menarik untuk dikaji dari segi pilihan pembangunan pada era yang berbeda. Pada pembahasan ini akan terlihat bahwa pengembangan Perancis dalam pengembangan Rafale ini melewati era yang berbeda.

Latar Belakang Pengembangan

Pengembangan Rafale dapat ditelusuri sampai pada sekitar tahun 1970-an dimana Angkatan Udara Perancis (Armée de l'Air ) dan Angkatan Laut Perancis ( Aéronavale) memerlukan pesawat tempur pengganti. Pesawat yang perlu diganti adalah AdlA Jaguars dan Aéronavale Crusaders, masing-masing milik Angkatan Udara dan Angkatan Laut.1 Uniknya, kebutuhan akan pesawat dengan kapabilitas

tertentu ini bersamaan hadirnya dengan beberapa negara Eropa yang juga berencana mengembangan sistem pesawat tempur baru.

Beberapa negara seperti Inggris dan Jerman pada saat yang sama menghendaki adanya sistem pesawat tempur baru untuk mengganti sistem mereka yang lama. Sebuah pesawat tempur multi-peran untuk menggantikan beberapa pesawat yang mereka miliki. Awalnya Inggris dan Jerman berusaha mengembangkan sistem mereka sendiri, akan tetapi karena kendala keuangan mereka mengurungkan niatnya.

Pada tahun 1979 British Aerospace dan MBB dari Jerman menawarkan proposal kepada beberapa negara Eropa untuk mengembangkan sebuah proyek bersama setelah menyadari keterbatasan dana mereka, proyek European Combat Fighter (ECF) pada akhirnya pada tahun 1980 ditawarkan kepada beberapa negara Eropa.2 Pada tahun tersebut MBB (Jerman), Bae (Inggris), dan Dassault (Perancis)

memulai proyek ini bersama-sama.

ECF sendiri pada akhirnya tidak bisa berkembang karena beragamnya kebutuhan dan kapabilitas yang dimintakan oleh masing-masing negara. ECF kemudian dibatalkan sekitar tahun 1981 dan berlanjut dalam proyek EAP. Sekitar tahun 1985 Perancis melanjutkan pengembangan sistemnya sendiri dan negara-negara eropa lainnya melanjutkan proyek tersebut yang berujung pada terciptanya Eurofighter Typhoon.

1http://www.electronicaviation.com/aircraft/Dassault_Rafale/806 diakses pada 09

Mei 2012

(4)

Hal ini antara lain karena kebutuhan kapabilitas mendasar dari Perancis yang menghendaki pesawat tersebut memiliki kapasitas pendaratan di kapal induk. Kebutuhan kapabilitas ini yang merupakan kehendak utama milik Perancis. Satu hal yang unik dari pengembangan Rafale ini adalah Perancis sudah memiliki sejarah pengembangan jet tempur domestik dalam bentuk Mirage yang juga merupakan produk dari Dassault.

Pengembangan Rafale

Sebagaimana telah dipaparkan diatas, Rafale dibentuk untuk menjawab kapabilitas yang hendak dipenuhi oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut Perancis. Pengembangan ini secara khusus dikehendaki oleh Perancis yang konsekuensinya adalah Perancis memisahkan diri dari proyek bersama negara-negara Eropa lainnya.

Kapabilitas yang dikehendaki adalah:3

 Air-defence / air-superiority,

 Pengintaian,

 Dukungan udara,

 Air-to-ground precision strike / interdiction,

 Serangan anti kapal,

 Serangan nuklir.

Sebagaimana dengan Eurofighter, Rafale yang masuk ke layanan angkatan bersenjata secara bertahap: 4

 Rafale pertama yang dioperasikan dikonfigurasi untuk standar "F1", yang hanya termasuk kemampuan tempur untuk udara-ke-udara dan kemampuan avionik dasar. Mereka dipersenjatai dengan senapan mesin (canon) dan rudal Magic dan MICA EM. Beberapa produksi pertama Rafale Ms dimasukkan ke dalam layanan operasional relatif terburu-buru, diantarkan dalam standar "sub-3http://www.dassault-aviation.com/en/defense/rafale/omnirole-by-design.html?

L=1 diakses pada 12 Mei 2012

(5)

F1" dari "LF1", yang menampilkan komputer misi yang lebih tua bukan RBE2, dan membawa sensor OSF dan Link 16 datalink di dalamnya. Seiring dengan ditambahkannya senjata serangan permukaan, spesifikasi F2 memungkinkan adanya pengangkutan MICA IR, menggantikan Magic, dan Rafale Ms juga mampu membawa buddy pod tanker.

 Standar definitif F3, dengan pengiriman awal tahun 2009, menjadikan Rafale memiliki kemampuan operasional penuh multiperan (multirole), dengan pelaksanaan semua mode yang saat ini sedang direncanakan untuk radar RBE2, menambahkan kemampuan AASM, serta misi seperti serangan nuklir, dengan ASMPA; serangan antikapal dengan Exocet atau ANF; dan pengintaian dengan Reco NG. Standar F3 juga memberikan peningkatan kokpit DVI dan peningkatan kemampuan lainnya; helm Gerfaut dengan fungsi mounted sight; dukungan untuk sistem "Rover" datalink permukaan-udara, dan dukungan untuk kemampuan tanker yang ditingkatkan. Semua Rafale berstandar F1 dan F2 akan dibawa sampai standar F3 dalam proes terjadwal pemeliharaan tingkat tinggi. Terdapat juga ide untuk memasang mesin M88-3 yang dikembangkan..

Analisa Kasus

Pengembangan Rafale ini merupakan kasus yang dapat dengan jelas menggambarkan pilihan-pilihan Perancis dalam rangka mengembangkan kapabilitas pertahanannya. Kasus ini juga menggambarkan bagaimana Perancis mengelola pertahanan mereka dalam rentang waktu yang panjang dan kondisi ekonomi dan politik yang beragam.

(6)

mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan mengenai perencanaan pertahanan Perancis dan perhitungan mereka dalam masa-masa yang berbeda.

Keinginan Perancis akan sistem pesawat tempur yang baru dimana hal tersebut berujung pada pemisahan diri dengan negara-negara Eropa lainnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari penggambaran di atas, sebagaimana juga telah dipaparkan sebelumnya, Perancis memutuskan untuk meninggalkan program bersama tersebut terutama pada poin bahwa pengembangan kapabilitas negara-negara Eropa tidak berujung pada kapabilitas pertempuran laut. Dalam hal ini pada serangan anti kapal dan kapabilitas penggunaan di kapal induk.

(7)

Gambar 1. Rafale diatas Kapal Induk Harry S. Truman5

Gambar 2. Rudal AM-39 Exocet pada Rafale M6

(8)

Gambar 3. Rafale dalam uji terbang kapabilitas F3 dengan Exocet7

Pilihan meninggalkan kerjasama atas pertimbangan sistem persenjataan atau perlengkapan yang baru sebenarnya bukan pilihan yang aneh, akan tetapi sebuah pilihan yang logis. Kanada misalnya, memutuskan tidak menggunakan Rafale karena pertimbangan bahwa mereka memiliki banyak persenjataan berbasi Amerika. Membeli sistem baru yang berarti membeli sistem persenjataan yang baru berarti mengeluarkan biaya yang sangat besar, dan hal tersebut tentunya tidak menunjukkan efisiensi anggaran.8

Biaya pengembangan secara total terhitung tahun 2010 diperkirakan sebesar €40.690 milyar, yang dijabarkan dalam unit programme cost (biaya program per unit) kira-kira sebesar €142.3 juta. Biaya flyaway price (marginal cost, termasuk biaya produksi dan biaya produksi lainnya dalam pembangunan sebuah unit)9 pada 2010

sebesar €101.1 juta untuk versi F3+. Terlampir data mengenai Rafale:10

7http://www.defpro.com/news/details/5144/ diakses pada 16 Mei 2012

8

http://www.defenseindustrydaily.com/Frances-Rafale-Fighters-Au-Courant-in-Time-05991/ diakses pada 16 Mei 2012

9 United States Air Force, Committee Staff Procurement Backup Book; FY 2009

Budget Estimates (Aircraft Procurement, Air Force Volume I)

10 La conduite des programmes d’armement, Cour des comptes Rapport public

(9)

Secara khusus pengembangan Rafale dapat dianalisis lebih lanjut dengan beberapa poin:

1. Kebutuhan-kebutuhan pertahanan (defense needs)

Riset terhadap Rafale ini secara jelas menunjukkan jawaban Perancis atas kebutuhan pertahanannya. Sebagai bagian dari jawaban Perancis atas ancaman yang saat awal pengembangan berupa ancaman yang nyata dan perkembangannya, Rafale merupakan salah satu konkretisasi dari perencanaan strategis pertahanan Perancis.

Perancis membentuk Rafale dalam kondisi perang dingin, dalam kondisi sudah bepengalaman dalam memproduksi dalam negeri sistem pertahanan udaranya (Dassault dengan produksi Mirage), dan kebutuhan pemenuhan kapabilitas yang diinginkannya. Selain itu Perancis juga mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya saat ini.

Dengan dua angkatan disaat yang bersamaan membutuhkan platform pertahanan udara dan pertempuran udara – darat/laut yang baru, Perancis dalam perencanaan awalnya memasukkan keinginan dipenuhinya kapabilitas peluncuran dari kapal induk dan kemampuan membawa rudal Exocet. Disaat yang sama juga menghendaki kemampuan pertempuran multiperan, hal ini lah yang kemudian mendorong Perancis untuk keluar dari kerjasama antar negara Eropa.

2. Perencanaan strategik , program dan penganggaran ( Strategic planning,

programming and budgeting – managing finance for defense ), Industri pertahanan (defense industry), dan Akuisisi senjata (arms acquisition management)

(10)

Secara strategis, dalam buku putih pertahanan Perancis dinyatakan beberapa hal mengenai Rafale dan kapabilitas yang diusungnya, yaitu:

In 2010, the M-51 intercontinental ballistic missile will be brought into service on the French new-generation SSBNs, providing the seaborne component with a much extended range and increased flexibility. The new missile will be technically evolutive and from 2015 will be fitted with the new ONW warhead. From 2009 onwards, the airborne component will be equipped with the ASMP-A cruise missile deployed on Mirage 2000-NK3 and Rafale aircraft stationed in France (two squadrons), or carrier-based. The missile’s enhanced performance over its predecessor has been designed in response to advances in air defence.11

The Rafale aircraft of the airborne component are multi-role combat fighters. Some of their potential will be used, if the need arises, on missions other than deterrence.12

The deployable air component will be based on a single pool of modern combat aircraft (Mirage 2000 and Rafale, operated by the Air Force or the Navy). The standing objective is a force projection capability of the order of 70 combat aircraft capable of sustained highintensity operations during a coercive operations phase, followed by operations at lower intensity during a stabilisation phase.13

Dari buku putih pertahanan Perancis ini dapat terlihat perencanaan dan sinergi sistem yang dimiliki oleh Perancis terhadap platform Rafale. Fakta bahwa Perancis merupakan negara dengan kapabilitas serangan nuklir tentunya menguatkan argumen bahwa Perancis memang memerlukan untuk mengembangkan sendiri sistem pertahanannya yang sesuai dengan teknologi senjata nuklir yang dimilikinya. Dalam hal ini, mengembangkan Rafale adalah sebuah keputusan strategis yang sesuai dengan kapabilitas yang saat ini dimiliki dan akan dimiliki oleh Perancis.

11 The French White Paper on Defence and National Security, Odile Jacob

Publishing Corporation, New York: 2008, hlm. 162

12 Ibid.

13 Ibid. Hlm. 204, dapat diperhatikan bahwa untuk fungsi pada poin ini, terutama

(11)

Pengembangan industri pertahanan Perancis pun menjadi perhatian, mengingat Perancis memiliki pasar untuk produk yang dihasilkan oleh Dassault. Mirage misalnya, digunakan lebih dari 20 negara. Rafale sendiri membuktikan salah satu keuntungannya dimana Angkatan Udara India membeli Rafale dengan kontrak senilai $1 Milyar USD.14 Dassault mengalami kenaikan harga sahamnya sebesar 20% ketika

penjualan ini terjadi. Dalam hal ini, Eurofighter Typhoon yang menjadi opsi pilihan India.

Kontrak ini meringankan beban rafale yang memang tinggi. Dalam sejarahnya, platform pesawat tempur Perancis mengandalkan nilai export untuk menutupi biaya riset dan pembangunannya. Hal ini terlihat jelas dalam hal pembangunan Mirage, yang sayangnya tidak terlihat pada Rafale.15 Patut diketahui sebelum dikembangkan

menjadi varian terbaiknya (standar F3), telah terjadi kegagalan dalam proses eksport Rafale, antara lain Algeria (SU-30MKA), Yunani (Eurofighter, lalu F-16), Morocco (F-16C/D), Belanda (F-35A atau JAS-39NG), Norwegia (F-35A), Saudi Arabia (Eurofighter), Singapura (F-15SG), Korea Selatan (F-15K), Switzerland (JAS-39), dan Uni Emirat Arab (F-16E/F). Hal ini menimbulkan pertanyaan di masa datang mengenai pengembangan sistem Rafale.

Selain pertimbangan diatas, juga telah disebutkan sebelumnya, Perancis memiliki sistem rudal untuk pertempuran laut sendiri. Pengembangan sendiri sistem pesawat tempur ini memungkinkan Perancis mengembangkan sistem persenjataan yang sudah ada untuk sesuai dengan pesawat tempur ini. Selain itu memungkinkan Perancis untuk mengembangkan persenjataan secara domestik.

3. Sumber ancaman (sources of threats)

Terkait sumber ancaman ini, dapat diperhatikan bahwa masa pengembangan Rafale ini melewati masa dimana mereka pada awalnya ditujukan untuk digunakan. Ancaman pada masa perang dingin tentunya berbeda dengan kondisi ancaman setelah perang dingin, dan lebih lagi pada masa akhir 90-an dan tahun 2000-an.

Terkait ancaman, peningkatan kapabilitas hingga standar F3 dapat diartikan bahwa Rafale sendiri dirancang untuk beradaptasi dengan ancaman yang ada dan sumber

14http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-india-16809532 diakses pada 17 Mei

2012

15

(12)

ancaman. Rafale dengan standar F3 tersebut diartikan bahwa Rafale merupakan pesawat tempur Generasi 4 atau Generasi 4.5. Salah satu definisi mengenai generasi ini adalah:16

(c) 4.5 Generation Fighter Aircraft Defined- In this section, the term `4.5 generation fighter aircraft’ means current fighter aircraft, including the 15, F-16, and F-18 [sic: F/A-18], that—

(1) have advanced capabilities, including—

(A) AESA radar;26

(B) high capacity data-link; and

(C) enhanced avionics; and

(2) have the ability to deploy current and reasonably foreseeable advanced armaments

Pesawat generasi ini apabila melihat definisi diatas merupakan jenis-jenis pesawat tempur yang aktif digunakan berbagai macam angkatan bersenjata di dunia. Generasi yang akan datang atau generasi ke 5 sebagai contoh adalah F-22 dan F-35.

Dengan demikian Rafale sendiri merupakan sistem baru yang memenuhi kondisi ancaman yang saat ini ada di dunia. Selain itu, generasi ini masih memungkinkan untuk digunakan setidak-tidaknya satu dekade ke depan.

Kesimpulan dan Pelajaran Yang Bisa Diambil

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam membentuk sistem pertahanan yang baru, setiap negara harus mendahulukan kapabilitas dan kemampuan yang dimiliki diatas kemungkinan kerjasama internasional. Walaupun bisa menguntungkan, kapabilitas dan kemampuan harus didahulukan untuk menghindari kerugian;

2. Negara harus memperhitungkan setiap kemungkinan apabila melaksanakan kerjasama pembangunan sistem pertahanan dengan negara tertentu atau

16 Jeremiah J. Getler, Tactical Aircraft Modernization: Issues for Congress (CRS

(13)

banyak negara. Mundur sebelum proyek selesai tidak pernah boleh menjadi opsi yang dihilangkan;

3. Strategi keuangan dan anggaran, seperti kemungkinan export/penjualan sistem pertahanan dapat menjadi pertimbangan. Dalam hal ini secara umum yang menjadi pertimbangan adalah sumber-sumber pendanaan untuk riset dan pengembangan sistem pertahanan tersebut;

Gambar

Gambar 1. Rafale diatas Kapal Induk Harry S. Truman5
Gambar 3. Rafale dalam uji terbang kapabilitas F3 dengan Exocet7

Referensi

Dokumen terkait

over protective yang diberikan orang tua kepada anaknya adalah anak akan mengalami perasaan tidak aman, agresif dan dengki, mudah merasa gugup, melarikan diri dari

Selanjutnya untuk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolak ukur kinerja Pengadilan Agama Martapura diselaraskan dengan arah kebijakan dan program

Komparator Op-Amp akan membandingkan nilai tegangan pada kedua tegangan, apabila sebuah tegangan (-) lebih besar dari tegangan masukan (+) maka keluaran Op-Amp akan menjadi sama

Pengobatan yang biasa diberikan untuk pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif stadium dini adalah beberapa jadwal kemoterapi, kombinasi, dengan lebih dari satu obat kemoterapi

Teknologi instruksional ialah “satu bagian dari teknologi pendidikan – dengan asumsi sebagai akibat dari konsep instruksional sebagai bagian pendidikan – bersifat

perubahan ke kaki gunung pada tahun 1970-an, kuil ini telah berfungsi sebagai kombinasi antara kuil utama di Posko 2 yang dipandang sebagai basis berbagai bentuk kepercayaan

Poka Yoke Wagon Dolly is a new student final year project that developed in UNIMAS by two undergraduate's student of Mechanical Engineering and Manufacturing

Setelah item pernyataan yang tidak valid dikeluarkan maka dapat dilakukan perhitungan persamaan korelasi untuk mengukur korelasi antara ethnosentrisme konsumen