• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasa takut pasien anak usia 6-11 tahun terhadap perawatan gigi di klinik Pedodonsia RSGMP FKG USU Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rasa takut pasien anak usia 6-11 tahun terhadap perawatan gigi di klinik Pedodonsia RSGMP FKG USU Medan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas

Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari.Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal yang tiba-tiba dan berbahaya. Gejala rasa takut berupa jantung yang berdebar-debar, berkeringat dan bergetarnya otot tubuh seperti bergetarnya bibir. Selain itu rasa takut juga menunjukkan gejala berupa kulit yang menjadi pucat. Hal ini terjadi jika mengalami ketakutan yang tinggi.14 Pengertian rasa takut dengan cemas secara literatur digunakan secara bergantian dan masih sulit dibedakan. Hampir sama dengan rasa takut, rasa cemas juga merupakan salah satu tipe gangguan emosi yang berhubungan dengan situasi yang tidak terduga atau situasi yang dianggap berbahaya. Gejala kecemasan juga tidak terlalu berbeda dengan rasa takut yaitu terlihat pada penampilan fisik ataupun perubahan yang terjadi pada mental seseorang. Secara fisiologis gejala kecemasan berupa telapak tangan berkeringat, gemetar, pusing ataupun jantung yang berdebar-debar pada saat berhadapan dengan situasi yang menantang. Rasa takut dan cemas terjadi karena individu tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan pada umumnya.15,16 Walaupun sulit membedakan rasa takut dan cemas, keduanya merupakan suatu hal yang berbeda. Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Sedangkan rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas atau bukan bersifat konflik.Rasa takut dianggap oleh beberapa peneliti sebagai salah satu emosi dasar manusia.14,16

2.2 Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi

(2)

rasa cemas terhadap perawatan gigi merupakan bagian dari rasa takut akibat perawatan gigi. Hal ini biasanya berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap suatu situasi atau objek, dan rasa takut akan berakibat buruk bagi anak karena dapat menyebabkan anak menghindari perawatan gigi. Kata takut dan cemas terhadap perawatan gigi sering digunakan secara bersamaan. Menurut Klinberg, kata takut dan cemas sering digunakan anak dan dewasa untuk menggambarkan perasaan yang negatif terhadap perawatan gigi.5,17 Spielberger menjelaskan kecemasan sebagai keadaan emosi yang terdiri atas perasaan khawatir, ketakutan dan cemas dengan diaktifkannya sistem saraf otonom. Kecemasan terhadap perawatan gigi adalah gabungan antara keadaan cemas terhadap sesuatu yang akan terjadi dengan rasa takut pada sesuatu yang mengerikan mengenai yang akan terjadi selama perawatan gigi.17

Rasa takut untuk mengunjungi dokter gigi menjadi masalah kesehatan umum yang terjadi di beberapa negara, prevalensi rasa takut terhadap perawatan gigi sekitar 5-20% di beberapa negara yang berbeda dan beberapa persennya bahkan berakibat menjadi phobia terhadap perawatan gigi.18 Anak-anak sering merasa bahwa mengunjungi dokter gigi akan membuat mereka menjadi sangat stress. Rasa takut terhadap perawatan gigi ini merupakan rasa takut akibat ketidakmampuan anak dalam beradaptasi dengan situasi perawatan gigi. Rasa takut terhadap perawatan gigi sangat berhubungan erat dengan masalah tingkah laku pada perawatan gigi. Anak yang takut akan memiliki perilaku yang tidak kooperatif dalam perawatan gigi. Penting untuk diketahui oleh dokter gigi agar dapat mengatasi masalah tingkah laku dan membuat anak merasa nyaman.7,18

2.3 Etiologi Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi

(3)

2.3.1 Faktor Personal

Tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi pada anak dapat bervariasi pada hasil beberapa penelitian. Hal ini disebabkan karena perbedaan kriteria penilaian rasa takut terhadap perawatan gigi, perbedaan ukuran sampel dan teknik seleksi sampel, dan perbedaan usia. Namun faktor yang paling utama yang dapat menjelaskan rasa takut anak terhadap perawatan gigi adalah usia anak. Rasa takut terhadap perawatan gigi umumnya terjadi pada anak yang masih muda, hal ini berhubungan dengan perkembangan psikologis anak dalam kemampuannya menghadapi perawatan gigi.18

Anak memulai perawatan giginya pada saat usia sekolah yaitu pada usia 6-12 tahun. Pada usia sekolah merupakan periode perkembangan sosial anak, dimana anak belajar dari lingkungan sosialnya dan belajar menerima kebutuhan di lingkungan sosialnya.20 Pada usia ini keingintahuan anak sangat tinggi, seperti dalam perawatan gigi anak sangat ingin tahu tindakan yang akan diterimanya. Oleh karena itu komunikasi yang baik diperlukan dalam menjelaskan prosedur perawatan yang akan dilakukan dan jangan membuat anak merasa tidaknyaman karena akan membuat anak tidak dapat berkomunikasi secara efektif.21 Usia anak dapat membedakan tingkat rasa takut anak terhadap perawatan gigi, anak yang lebih muda memiliki rasa takut yang tinggi terhadap perawatan gigi. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan psikologis, sosial dan emosi anak.22

(4)

2.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat menimbulkan rasa takut anak terhadap perawatan gigi adalah orang tua dan lingkungan sosial. Rasa takut orang tua terhadap perawatan gigi akan mempengaruhi rasa takut anak. Orang tua yang takut akan sering mencampuri perawatan gigi anaknya, sebagai contoh banyak bertanya tentang prosedur yang akan dilakukan pada anaknya. Rasa takut orang tua di klinik akan menjadi gangguan bagi anak.19,23 Penelitian yang dilakukan Berggren, Meynert dan Moore pada pasien odontophobia menunjukkan bahwa perilaku negatif keluarga terhadap perawatan gigi akan menjadi alasan umum berkembangnya odontophobia.19

Dalam kehidupan seorang anak, keluarga merupakan lingkungan sosial tempat perkembangan anak terjadi. Selain itu yang juga merupakan bagian dalam kehidupan anak adalah lingkungan yang lebih luas seperti teman, pengaruh sekolah, keadaan lingkungan tempat tinggal dan ruang lingkup sosial lainnya.21 Oleh karena itu kepercayaan anak terhadap dokter gigi juga dapat dipengaruhi langsung oleh orang tua, teman, atau dari pernyataan orang lain serta melihat perilaku seseorang yang melakukan perawatan gigi.22 Hal ini juga disampaikan oleh Shaw yang menemukan bahwa ibu anak yang merasa cemas atau takut terhadap perawatan gigi memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dari perawatan gigi, artinya bahwa rasa takut ibu karena pengalamannya juga meningkatkan rasa takut anaknya terhadap perawatan gigi.11,22

Rasa takut terhadap perawatan gigi pada anak dapat disebabkan karena takut terhadap sesuatu yang belum diketahui pastinya. Hal ini dapat disebabkan karena pernyataan kebanyakan orang yang berpandangan bahwa mengunjungi dokter gigi adalah hal yang menakutkan. Hal ini penting diketahui dokter gigi karena dapat memberikan informasi yang akurat mengenai kemungkinan ketidaknyamanan sebelum dilakukannya tindakan perawatan gigi.19

2.3.3 Faktor Lingkungan Perawatan Gigi

(5)

menyenangkan yang disebabkan karena kerusakan jaringan atau oleh adanya ancaman kerusakan jaringan. Adanya kesalahan dalam menafsirkan rasa sakit terhadap perawatan gigi akan membuat anak merasa cemas dan takut untuk melakukan perawatan gigi. Hal ini disebabkan karena secara normal rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologis dan psikologis untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan, sehingga perilaku tidak kooperatif saat anak merasa sakit atau tidak nyaman adalah suatu hal yang wajar.19

Saat ini anggapan bahwa perawatan gigi akan menimbulkan rasa sakit akan membuat anak-anak merasa tidak nyaman. Diberikannya anastesi atau bahan yang dapat mengurangi rasa sakit, tidak dipastikan dapat mengurangi rasa takut anak terhadap rasa sakit. Anak-anak memiliki sifat yang cenderung untuk menghindari rasa sakit, namun dokter gigi sering mengabaikan hal tersebut. Hal ini menjadi masalah utama bagi dokter gigi yang perlu diperhatikan agar tidak salah interpretasi tentang rasa sakit yang menjadi penyebab rasa taku anak terhadap perawatan gigi.8,19

(6)

dalam masalah kecemasan terhadap perawatan gigi. Penyebab rasa takut dapat juga akibat ucapan yang disampaikan dokter gigi pada pasiennya. Komunikasi dengan anak dan orang tua yang baik sebelum dilakukannya perawatan juga dapat mengurangi rasa takut terhadap perawatan gigi. Dokter gigi dapat menjelaskan secara sederhana prosedur perawatan yang akan dilakukan, hal ini agar anak tidak mengira-ngira apa yang akan terjadi padanya selama perawatan dan tentunya dapat mengurangi rasa takut anak.24

Hal lain yang juga dapat menyebabkan rasa takut terhadap perawatan gigi adalah situasi dalam perawatan gigi. Anak sering merasa takut terhadap hal-hal yang membuat mereka merasa tidak nyaman dalam perawatan. Sebagai contoh karena adanya perasaan asing selama perawatan gigi, seperti karena penggunaan sarung tangan, masker dan pelindung mata oleh dokter gigi. Hal ini sering terjadi pada prosedur restoratif yang memiliki potensi menimbulkan rasa takut karena melihat dokter gigi mengebur atau mendengar suara bur dokter gigi. Selain itu rasa takut juga diakibatkan karena melihat jarum suntik dan adanya bau-bauan yang tidak enak dari bahan-bahan kedokteran gigi.24

2.4 Akibat Rasa Takut Terhadap Perawatan Gigi

(7)

Rasa takut terhadap perawatan gigi juga akan mengakibatkan masalah tingkah laku dalam perawatan. Sikap pasien yang tidak kooperatif dalam perawatan akan menyulitkan dokter gigi dalam melakukan prosedur perawatan.18 Dalam hal ini perlu hubungan komunikasi yang baik antara dokter dan anak. Apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka anak akan dapat mempercayai kita dan sebaliknya jika sikap dalam berkomunikasi kurang baik akan menyebabkan berkurangnya rasa percaya anak terhadap dokter. Kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien disebabkan oleh karena dokter gigi tidak secara aktif mendengarkan pasien dan tidak menjelaskan prosedur perawatan dengan ungkapan yang sederhana. Akibatnya pasien akan merasa takut dan bertingkah tidak kooperatif dalam perawatan.25

2.5 Perkembangan Anak Usia 6-11 Tahun

Perkembangan komunikasi pada anak dapat dimulai dengan kemampuan anak untuk mencetak, menggambar, membuat huruf dan apa yang dilaksanakan anak akan mencerminkan pikiran anak, hal ini biasanya dimulai pada saat anak usia 6-7 tahun. Pada usia kedelapan anak sudah mampu membaca dan mulai berfikir tentang kehidupan. Komunikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak. Dalam berkomunikasi gunakan bahasa yang sederhana.25

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, usia 6-7 tahun masuk dalam tahap praoperasional. Pada tahap ini anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan. Perkembangan anak bersifat egosentrik dan pikiran anak masih bersifat transduktif atau menganggap semuanya sama. Usia 7-11 tahun anak masuk dalam tahapan kongkret. Pada tahap ini perkembangan kemampuan anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain, sifat egosentrik sudah mulai hilang. Pada usia ini anak memiliki dua pandangan dalam berfikir atau disebut juga reversibilitas.25

(8)

prosedural dari suatu objek sangatlah tinggi. Anak juga memulai untuk berinteraksi secara luas dengan lingkungan sosialnya. Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan ketika anak berada di luar rumah seperti lingkungan sekolahnya. Anak sudah mampu mengatasi beberapa masalahnya sendiri dan mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas mulai terwujud. Menuju 10-12 tahun anak semakin bersikap mandiri. Dalam menghadapi kegagalan, maka anak sering kali menunjukan reaksi kemarahan atau kegelisahan. Pada masa ini perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral dan spiritual sudah mulai menunjukkan kematangan ketika menuju usia 12 tahun. Secara khusus anak banyak mengembangkan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya dari lingkungan keluarganya. Semakin bertambahnya usia, anak makin dapat bertanggung jawab dan dapat menyesuaikan dirinya pada lingkungan. 25

2.6 Alat Ukur Rasa Takut dan Cemas Terhadap Perawatan Gigi

Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai alat pengukur kecemasan dan rasa takut terhadap perawatan gigi. Metode pengukuran tersebut adalah Corah Dental Anxiety Scale, Stouthard’s Dental Anxiety Inventory, Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale.9,26

2.6.1 Corah Dental Anxiety Scale ( CDAS)

(9)

1968. Reabilitas dan validitas CDAS telah banyak dimuat pada berbagai artikel semenjak penggunaannya sebagai alat ukur kecemasan. Walaupun demikian dasar teori untuk CDAS tidak digambarkan terlalu jelas. Pada CDAS pertanyaan yang ada menggambarkan kecemasan secara umum dan menceritakan antisipasi kecemasan pada rangsangan spesifik dari alat pengeboran dan alat pembersihan gigi.9,26

2.6.2 Stouthard’s Dental Anxiety Inventory

Pada tahun 1980, Stouthard mengembangkan kuesioner untuk penelitian kecemasan berdasarkan pertimbangan teoritis dan dibuat untuk mengukur situasi yang dapat menimbulkan kecemasan. Alat ukur tersebut disebut dengan Dental Anxiety Inventory. Dental Anxiety Inventory yang juga dikenal dengan DAIx adalah pengukuran kecemasan dental yang menggunakan 36 pertanyaan yang berdasarkan tiga hal yaitu waktu, situasi, dan reaksi yang dipresepsikan relevan terhadap kecemasan dental. Yang dimaksud dengan waktu adalah sifat dasar dan tingkat kecemasan dapat berubah berdasarkan waktu dan lamanya tindakan perawatan gigi. Sedangkan situasi menggambarkan aspek pengalaman dental, interaksi dengan dokter gigi dan tindakan dental. Kemudian reaksi yang merujuk kepada elemen pengalaman kecemasan atau ketakutan terhadap perawatan gigi.9 Alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur rasa cemas dan takut anak terhadap perawatan gigi. DAIx memiliki rentang nilai 9-45 dengan sembilan pertanyaan yang ada.26

2.6.3 Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS)

Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS) adalah alat untuk mengukur rasa takut pada anak yang sangat diakui secara luas. Alat ini dikembangkan oleh Cuthbert dan Melamed pada tahun 1982.9,13,26 CFSS-DS memiliki sumber dan dasar teori pengukuran, memiliki peranan dan keterangan yang lebih. Sebagai contoh, dalam sebuah pemeriksaan pengukuran rasa takut dan nyeri terhadap perawatan gigi, CFSS-DS menghasilkan pengukuran yang digambarkan secara sederhana.12,26

(10)

CFSS-DS terdiri atas 15 pertanyaan yang mencakup aspek yang berbeda dari situasi perawatan gigi. Aspek tersebut meliputi dokter gigi, dokter, jarum suntik, mulut diperiksa seseorang, membuka mulut, disentuh orang asing, diperhatikan orang lain, dokter gigi mengebor, melihat dokter gigi mengebor, suara bor dokter gigi, orang meletakkan instrumen dalam mulut, tersedak, pergi kerumah sakit, orang berseragam putih, dan perawat membersihkan mulut.26,27

(11)

2.7 Kerangka Konsep

Pasien anak

Kunjungan berulang Kunjungan

pertama

Rasa takut terhadap perawatan gigi

Rasa takut berdasarkan CFSS-DS : • Takut dengan dokter • Takut dengan dokter gigi • Takut dengan jarum suntik • Takut mulut diperiksa seseorang • Takut membuka mulut

• Takut disentuh orang yang tidak dikenal • Takut diperhatikan seseorang

• Takut dokter gigi mengebur

• Takut melihat dokter gigi mengebur • Takut mendengar suara bur dokter gigi • Takut dimasukkan alat ke dalam mulut • Takut tersedak

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini mengajukan permohonan bantuan sosial Jaring Pengaman Sosial untuk pembiayaan ( kesehatan/ pendidikan/ sosial *) sebagaimana sudah diatur dalam Surat Keputusan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian hibah bersaing ini ditujukan untuk pencapaian tujuan khusus pada adalah tahun pertama; (1) mengetahui selektivitas

Predikat LAKIP Jum lah jenis pelaporan capaian kinerja dan keuangan yang dilaksanakan t epat w akt u. Subbag Keuangan, Perencanaan dan

Klik pilihan Enable this Content untuk menjalankan aplikasi ini Purnawanto,

[r]

[r]

Ini adalah karya-karyanya yang berhubungan dengan perempuan, karya-karya Quraish Shihab secara keseluruhan akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.... Mengenai persoalan asal

[r]