• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa,Guru dan Pegawai Terhadap Kepatuhan dalam Implementasi Kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

temui di kehidupan sekitar kita. Merokok sudah menjadi salah satu budaya dan

trend di Indonesia, tidak hanya orang tua, remaja saat ini juga sudah menikmati

rokok. Rokok masih menjadi masalah nasional yang sampai saat ini masih

diprioritaskan penanggulangannya karena menyangkut banyak aspek dalam

kehidupan antara lain aspek politik, ekonomi, terutama kesehatan. Meski

menyadari bahaya merokok, orang-orang di seluruh dunia masih terus menghisap

belasan milyar batang rokok setiap harinya.

Masalah rokok sudah mencapai tingkat pandemisitas karena terjadi di

banyak negara di dunia dengan prevalensi yang cukup tinggi dan adanya

kecenderungan peningkatan penggunanya. Persentase konsumsi rokok di lima

negara tertinggi, yaitu China (38%), Rusia (7%), Amerika Serikat (5%), termasuk

Indonesia (4%) dan Jepang (4%) (Tobacco Atlas, 2012).

Menurut data Riskesdas 2013 rata-rata batang rokok yang dihisap perhari

penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus).

Jumlah rerata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan di Bangka

Belitung (18 batang). Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur

30-34 tahun sebesar 33,4 %, pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perokok

(2)

dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya. Proporsi penduduk umur ≥15 tahun

yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam Riskesdas

2007 sebesar 34,2 %, Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%).

Proporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%).

Dibandingkan dengan penelitian Global Adults Tobacco Survey (GATS) pada

penduduk kelompok umur ≥15 tahun, proporsi perokok laki-laki 67,0 % dan pada

Riskesdas 2013 sebesar 64,9 %, sedangkan pada perempuan menurut GATS

adalah 2,7 % dan 2,1 % menurut Riskesdas 2013. Proporsi mengunyah tembakau

menurut GATS 2011 pada laki-laki 1,5 % dan perempuan 2,7 %, sementara

Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi laki-laki 3,9 % dan 4,8 % pada

perempuan.

Menurut World Health Organization (WHO, 2008) risiko penyakit jantung

pada perokok terjadi 2-4 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok. Pada

perokok risiko terkena katarak 50% lebih tinggi dibandingkan dengan bukan

perokok. Kematian kanker paru 20 kali lebih besar terjadi pada perokok. Perilaku

merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri

sendiri maupun orang di sekelilingnya. Dari segi kesehatan, pengaruh

bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbon monoksida) dan

tar akan memacu kerja dari susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis

sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah

cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain. Selain itu, merokok

(3)

Rokok menghasilkan asap yang sangat berbahaya bagi kesehatan si

perokok sendiri sebagai perokok aktif, maupun orang lain yang ada di sekitarnya

sebagai perokok pasif. Perokok pasif menghisap lebih banyak zat berbahaya

dibandingkan perokok aktif yang hanya menghisap sekitar 25% dari asap rokok

yang berasal dari ujung yang terbakar. Sementara 75% lainnya diberikan kepada

non perokok ditambah separuh asap yang dihembuskan perokok (Aditama, 2006).

Asap rokok yang dihisap oleh perokok pasif akan mengakibatkan sesak

napas, iritasi hingga sakit jantung dan paru-paru. Asap rokok yang terlepas

mengandung nikotin, karbon monoksida, hidrogen sianida dan amonia. Semua

zat-zat tersebut adalah racun mematikan yang lambat laun bisa menggerogoti

kesehatan tubuh perokok pasif, bahkan efeknya bisa lebih parah jika dibandingkan

dengan perokok aktif (Aditama, 2006).

Dalam upaya melindungi perokok pasif, muncullah Framework

Convention on Tobacco Control (FCTC), pada tahun 2002 yang di dalamnya

terdapat beberapa strategi untuk melakukan pengendalian tembakau. Pertama,

adalah pengurangan permintaan (reducing demand) melalui kenaikan harga dan

pajak, pengaturan dan pelarangan iklan, promosi, sponsorship rokok serta

edukasi, pelatihan, peningkatan kesadaran, dan bantuan untuk berhenti merokok.

Strategi kedua adalah melalui regulasi terhadap kandungan, pengemasan dan label

rokok, pengurangan perdagangan, pembatasan penjualan pada anak-anak, serta

perlindungan perokok pasif. Strategi berikutnya, proteksi lingkungan dan

(4)

aktivitas legislatif. Negara yang menandatangani dan meratifikasi FCTC

diharuskan melaksanakan strategi tersebut (Tobacco Control Support Center,

2012).

Tobacco Control Support Center - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat

Indonesia bekerja sama dengan Southeast Asia Tobacco Control Alliance

(SEATCA) dan WHO Indonesia melaporkan 4 alternatif kebijakan terbaik untuk

pengendalian tembakau, yaitu: 1) Menaikkan pajak (65 % dari harga eceran); 2)

Melarang semua bentuk iklan rokok; 3) Mengimplementasikan 100% Kawasan

Tanpa Rokok (KTR) di tempat umum, tempat kerja dan tempat pendidikan; dan

4) Memperbesar peringatan merokok di bungkus rokok dan menambahkan

gambar akibat kebiasaan merokok pada bungkus rokok.

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau

penggunaan rokok. Alasan diberlakukannya KTR adalah setiap orang berhak atas

perlindungan terhadap bahaya rokok, asap tembakau membahayakan dan tidak

memiliki batas aman, ruang khusus untuk merokok dan sistem sirkulasi udara

tidak mampu memberikan perlindungan yang efektif. Sehingga perlindungan

hanya efektif apabila 100% suatu tempat bebas dari asap rokok (Kemenkes,2011).

Dalam rangka melindungi individu, masyarakat dan lingkungan terhadap

paparan asap rokok, pemerintah telah menetapkan kebijakan Kawasan Tanpa

Rokok untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui

(5)

yang mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah wajib untuk menetapkan dan

menerapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya (Kemenkes RI, 2009).

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2012 tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi

Kesehatan. Pada pasal 50 menyatakan bahwa tempat umum, sarana kesehatan,

tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah

dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok (KTR). Pada pasal

52 menyatakan dengan tegas bahwa Pemerintah dan Pemerintah daerah wajib

mewujudkan KTR.

Patton dan Savicky menegaskan bahwa implementasi adalah bagian dari

proses kebijakan (Nugroho 2007). Menurut Ripley dan Frankin (1986) salah satu

kriteria pengukuran keberhasilan implementasi adalah tingkat kepatuhan birokrasi

terhadap birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi sebagaimana diatur dalam

undang-undang. Kepatuhan adalah berperilaku atau berperan aktif. Kepatuhan

dapat berupa perilaku patuh (Compliance) dan perilaku tidak patuh (non

Compliance). Apabila dihubungkan dengan kepatuhan terhadap penerapan

kawasan tanpa rokok di sekolah, maka kepatuhan responden adalah segala

tindakan guru, pegawai dan siswa yang sesuai atau sepadan dengan aturan atau

anjuran dalam penerapan kawasan tanpa rokok seperti dengan tidak merokok di

lingkungan sekolah yang menerapkan kawasan tanpa rokok.

Hasil penelitian yang dilakukan Saptorini dan Fani mengenai tingkat

(6)

pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan tingkat partisipasi dalam

implementasi Kawasan Tanpa Rokok dan tidak ada hubungan antara sikap tentang

Kawasan Tanpa Rokok dengan tingkat partisipasi dalam implementasi Kawasan

Tanpa Rokok.

SMP RK Serdang Murni memiliki 11 kelas yang rata-rata jumlah

siswa-siswinya sekitar 33 orang per kelas, sehingga total siswa secara keseluruhan 358

orang, jumlah guru dan pegawai 23 orang. Sekolah ini merupakan salah satu

instansi pendidikan yang berada di bawah pimpinan YPK Don Bosco yang ikut

berpartisipasi dalam mendukung program pemerintah daerah yaitu sekolah

sebagai kawasan tanpa rokok yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Deli Serdang No. 5 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 49

ayat ke 3 yang berisi “Setiap orang dilarang merokok selama berada di lingkungan

satuan pendidikan”. SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam ini sudah menetapkan

100% KTR di sekolah sejak tahun 2014 untuk diseluruh tempat diwilayah

sekolah. Meskipun demikian, masih ada guru dan pegawai yang merokok di

lingkungan sekolah seperti di kantin dan di ruangan guru. Sanksi yang ditetapkan

oleh sekolah berupa peringatan kepada guru, pegawai dan siswa yang merokok di

wilayah di sekolah. Hingga sanksi terberat akan dikeluarkan dari sekolah bagi

siswa dan dimutasi bagi guru dan pegawai. Namun pemberian sanksi kepada

mereka yang masih berani merokok dilingkungan sekolah belum terlaksana

dengan baik, sanksi yang diberikan hanya sekedar teguran saja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa-siswi SMP RK Serdang Murni

(7)

bahwa rokok merupakan zat yang berbahaya yang dikonsumsi dengan cara

dihisap yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit seperti kanker dan

gangguan pernapasan. Mereka juga mengatakan Kawasan Tanpa Rokok

merupakan lingkungan yang bebas dari rokok. Mereka juga sangat setuju dengan

adanya peraturan KTR di sekolah, karena menurut mereka dengan adanya

peraturan tersebut orang tidak sembarang merokok, dapat mengurangi kebiasaan

merokok seseorang dan mereka akan menegur jika melihat orang yang merokok

di sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan pegawai, ada sebagian

yang mengaku sudah merokok dan sebagian lagi mengaku belum pernah

merokok. Guru yang mengaku belum merokok beranggapan rokok merupakan

gulungan tembakau yang di bungkus di dalam kertas yang mengadung nikotin,

dampak dari merokok dapat menambah pengeluaran dan menimbulkan berbagai

penyakit. Beliau juga mengatakan KTR merupakan lingkungan yang bebas dari

asap rokok. Beliau sangat setuju dengan adanya peraturan KTR disekolah karena

menurutnya jika seseorang merokok di sembarang tempat akan merugikan banyak

orang dan menyebabkan polusi udara. Beliau juga mengatakan akan menegur jika

melihat orang merokok di sekolah. Sedangkan guru yang mengaku sudah

merokok beranggapan rokok merupakan gulungan tembakau kering yang

dibungkus dalam kertas yang mengandung nikotin dan KTR merupakan suatu

tempat yang bebas dari asap rokok dan tempat dimana seseorang tidak ada yang

(8)

juga mengakui dengan merokok dapat mempersingkat usia dan tidak baik untuk

kesehatan. Mereka juga mengaku masih pernah merokok di lingkungan sekolah,

mereka merokok di kantin dan di ruangan guru bersama guru lainnya. Mereka

mengaku masih sangat sulit untuk meninggalkan kebiasaan merokok, khususnya

merokok di lingkungan sekolah, namun mereka senang jika bertemu dengan

sesama mereka yang merokok di lingkungan sekolah.

Hal-hal tersebut di atas yang mendasari dilakukan penelitian ini, oleh

karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui tingkat kepatuhan siswa,

guru dan pegawai dalam implementasi kebijakan KTR di SMP RK. Serdang

Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimana pengaruh pengetahuan, sikap, dan tindakan pada siswa, guru

dan pegawai terhadap kepatuhan dalam implementasi kebijakan KTR di SMP RK

Serdang Murni Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujun untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap,

dan tindakan pada guru, pegawai dan siswa terhadap kepatuhan dalam

implementasi kebijakan KTR di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam

(9)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan dalam

implementasi KTR di lingkungan sekolah pada guru, pegawai dan siswa di

SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam.

2. Mengetahui hubungan sikap terhadap tingkat kepatuhan dalam

implementasi KTR di lingkungan sekolah pada guru, pegawai dan siswa di

SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam.

3. Mengetahui hubungan tindakan terhadap tingkat kepatuhan dalam

implementasi KTR di lingkungan sekolah pada guru, pegawai dan siswa di

SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sabagai bahan masukkan bagi SMP RK. Serdang Murni Lubuk Pakam

Kabupaten Deli Serdang dalam rangka menetapkan Kawasan Tanpa

Rokok di sekolah.

2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang

faktor yang berhubungan dengan rokok dan kebijakan Kawasan Tanpa

Rokok

3. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan teks editor biasa yang hanya dapat menyunting satu file, teks editor multifile menggabungkan beberapa fungsi yang diantaranya adalah Explore yang digunakan

Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang cukup, sesuai dengan ketentuan tentang

Pada bulan Desember 2013 semua kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi antara lain; kelompok bahan makanan sebesar 0,39 persen; kelompok makanan

 Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang bulan November 2013 tercatat selama 1,73 hari, turun 0,04 hari bila dibandingkan dengan Oktober 2013

[r]

Di sisi lain, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen yang diakibatkan oleh meningkatnya indeks pada subkelompok

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN.. JL Sulaw

Dan pasal yang sama ayat 7 menyebutkan pengambilalihan saham perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu didahului dengan membuat rancangan