• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 Untuk Rilis Desember 2013, data NTP yang ditampilkan adalah data NTP dengan tahun dasar 2012 (2012=100), berbeda dengan data sebelumnya yang menggunakan tahun dasar 2007 (2007=100).

 NTP Sumatera Barat bulan Desember 2013 dengan menggunakan tahun dasar 2012 tercatat sebesar 100,17 atau naik sebesar 0,55 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 99,62 (November 2013). Indeks yang diterima petani (It) naik 0,58 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) naik lebih rendah sebesar 0,03 persen.

 Pada bulan Desember 2013 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 99,19 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 95,85 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 104,27 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 98,37 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 103,25 untuk Subsektor Perikanan (NTN).

 Secara regional di Sumatera Barat pada bulan Desember 2013 terjadi deflasi di daerah pedesaan sebesar 0,05 persen yang disebabkan oleh tiga kelompok pengeluaran, antara lain kelompok Bahan Makanan (0,20%), kelompok Sandang (0,03%), dan kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,16%), Sedangkan kelompok Makanan Jadi, kelompok Perumahan, kelompok Kesehatan, dan Transportasi & Komunikasi mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,06 persen, 0,21 persen, 0,13 persen, dan 0,06 persen.

No. 04/1/13/Th. XVII, 2 Januari 2014

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT DESEMBER 2013 SEBESAR 100,17 ATAU NAIK 0,55%

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

(2)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya November 2013 - Desember 2013

(2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase November 2013 Desember 2013 Perubahan

(1) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a.Nilai Tukar Petani (NTPP) 98.85 99.19 0.34 b. Indeks Diterima Petani 107.84 108.25 0.38

- Padi 109.21 109.89 0.62

- Palawija 103.05 102.51 -0.52

c. Indeks Dibayar Petani 109.09 109.14 0.04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.52 110.43 -0.08

- Indeks BPPBM 104.98 105.41 0.41

2. Hortikultura

a.Nilai Tukar Petani (NTPH) 98.10 95.85 -2.29 b. Indeks Diterima Petani 106.65 104.30 -2.20 - Sayur-sayuran 106.36 103.96 -2.25 - Buah-buahan 107.12 104.78 -2.19

-Tanaman Obat 108.04 108.69 0.60

c. Indeks Dibayar Petani 108.71 108.81 0.09 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 109.71 109.72 0.01 - Indeks BPPBM 104.11 104.65 0.52 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a.Nilai Tukar Petani (NTPR) 100.90 104.27 3.33 b. Indeks Diterima Petani 110.90 114.59 3.33 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 110.90 114.59 3.33 c. Indeks Dibayar Petani 109.91 109.90 -0.01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111.03 110.97 -0.05 c. Indeks Dibayar Petani 105.57 105.57 0.00 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.17 110.06 -0.10 - Indeks BPPBM 101.36 101.46 0.10 5. Perikanan

a.Nilai Tukar Petani (NTN) 103.48 103.25 -0.22 b. Indeks Diterima Petani 109.75 109.72 -0.03

- Tangkap 109.11 110.75 1.51

- Budidaya 109.91 109.47 -0.40

c. Indeks Dibayar Petani 106.06 106.27 0.19 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 109.95 110.21 0.23 - Indeks BPPBM 100.57 100.71 0.14 Gabungan

(3)

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pada bulan Desember 2013 NTP Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami peningkatan, yaitu masing – masing sebesar 0,34 persen dan 3,33 persen. Sedangkan Subsektor Hortikultura, Subsektor Peternakan, dan Subsektor Perikanan masing - masing mengalami penurunan NTP sebesar 2,29 persen, 0,94 persen, dan 0,22 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) dari ke lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Desember 2013 terjadi kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,58 persen bila dibandingkan dengan bulan November 2013, yaitu dari 108,06 pada November 2013 menjadi 108,69 pada Desember 2013.

Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh adanya kenaikan pada dua subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,38 persen dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 3,33 persen. Sedangkan Subsektor Hortikultura, Subsektor Peternakan dan Subsektor Perikanan mengalami penurunan nilai It masing – masing sebesar 2,20 persen, 0,93 persen, dan 0,03 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Desember 2013 terjadi kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,03 persen bila dibandingkan November 2013, yaitu dari 108,47 menjadi 108,51. Meningkatnya nilai Ib diakibatkan oleh kenaikan nilai Ib pada tiga subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,04 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 0,09 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,19 persen. Sementara subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dan Subsektor Peternakan tidak mengalami perubahan.

(4)

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) pada bulan Desember 2013 mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,34 persen. Hal ini dikarenakan kenaikan pada indeks harga yang diterima petani sebesar 0,38 persen lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,04 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi disebabkan oleh kenaikan indeks pada subkelompok padi sebesar 0,62 persen, yaitu dari 109,21 menjadi 109,89, sedangkan pada subkelompok palawija mengalami penurunan indeks sebesar 0,52 persen, yaitu dari 103,05 menjadi 102,51. Di sisi lain, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen yang diakibatkan oleh meningkatnya indeks pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,41 persen sedangkan konsumsi rumahtangga (IKRT) sedikit mengalami penurunan sebesar 0,08 persen .

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Desember 2013, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 2,29 persen dari 98,10 menjadi 95,85. Hal ini disebabkan oleh penurunan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani sebesar 2,20 persen. Sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen.

Penurunan yang terjadi pada It disebabkan adanya perubahan nilai indeks harga yang menurun pada berbagai komoditas subkelompok sayur-sayuran sebesar 2,25 persen dan subkelompok buah-buahan sebesar 2,19 persen. Sementara di sisi lain, kenaikan Ib sebesar 0,09 persen disebabkan oleh kenaikan yang terjadi pada indeks harga subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT), yaitu sebesar 0,01 persen dan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,52 persen.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Desember 2013 mengalami kenaikan sebesar 3,33 persen, yaitu 100,90 pada bulan November 2013 menjadi 104,27. Kenaikan NTPR ini disebabkan oleh kenaikan yang signifikan pada indeks harga yang diterima petani sebesar 3,33 persen, Sementara Indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Penuruan yang terjadi pada Ib diakibatkan adanya penurunan indeks pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0.05 persen, sedangkan subkelompok BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,26 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada Desember 2013 mengalami penurunan sebesar 0,94 persen, yaitu dari 99,30 menjadi 98,37. Penurunan yang terjadi diakibatkan oleh penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,93 persen, Sementara indeks harga yang dibayar petani tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya.

(5)

e.

Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan Desember 2013, Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan (NTN) mengalami penurunan sebesar 0,22 persen, yaitu dari 103,48 menjadi 103,25. Kondisi ini diakibatkan adanya penurunan sebesar 0,03 persen pada indeks harga yang diterima petani, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen.

Kondisi nilai It yang mengalami penurunan terjadi karena subkelompok budidaya ikan yang turun sebesar 0,40 persen, sebaliknya pada subkelompok penangkapan ikan naik sebesar 1,51 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga ( IKRT) sebesar 0,23 persen dan subkelompok BPPBM sebesar 0,14 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Desember 2013 terjadi deflasi di daerah pedesaan sebesar 0,05 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Terjadinya deflasi di daerah pedesaan merupakan kontribusi dari sebagian besar kelompok komoditi, yaitu kelompok bahan makanan (0,20%), kelompok sandang (0,03%) dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,16%). Sedangkan kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok kesehatan serta kelompok transportasi dan komunikasi mengalami inflasi dengan nilai masing-masing 0,06 persen, 0,21 persen, 0,13 persen dan 0,06 persen.

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran November 2013-Desember 2013

(2012=100)

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 104.48 104.31 -0.16 0.72 0.72

Transportasi dan Komunikasi 110.37 110.43 0.06 11.75 11.75

*) Persentase perubahan IHK Pedesaan Bulan Desember 2013 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Pedesaan Bulan Desember 2013 terhadap Bulan Desember 2012 ***) Persentase perubahan IHK Pedesaan Bulan Desember 2013 terhadap Bulan Desember 2012

(6)

Grafik 2

(7)

 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Desember 2013, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 96,97 persen, Gabah Kering Giling (1.01 persen), dan Gabah Kualitas Rendah sebesar 2,02 persen.

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan, yaitu sebesar Rp 5.500,00,- per kg yang terjadi di Kabupaten Agam. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Kuriak Kusuik, yaitu senilai Rp 3.900,00- per kg, yang masing-masing terjadi di Kabupaten Padang Pariaman.

 Rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik 3,87 persen dari Rp 4.351,99,- per kg (November 2013) menjadi Rp 4.520,29,- per kg (Desember 2013), dan di tingkat penggilingan naik 3,77 persen dari Rp 4.432,36,- per kg (November 2013) menjadi Rp 4.599,67,- per kg (Desember 2013). Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun 4,36 persen dari Rp 4.339,00,- per kg (November 2013) menjadi Rp 4.150,00,- per kg (Desember 2013) dan di tingkat penggilingan turun 4,26 persen dari Rp 4.439,00,- per kg (November 2013) menjadi Rp 4.250,00,- per kg (Desember 2013). Untuk gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DESEMBER 2013

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 3,87%

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Desember 2013 dibanding bulan November 2013 untuk kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 3,87 persen dari Rp 4.351,99,- per kg (November 2013) menjadi Rp 4.520,29- per kg (Desember 2013). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 3,77 persen dari Rp 4.432,36,- per kg (November 2013) menjadi Rp 4.599,67,- per kg (Desember 2013).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Desember 2013

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(Penggilingan) 1.249,67 37,30 Kualitas Rendah 2

(2,02%) 4.100,00,- 4.200,00,- 4.150,00,- 4.250,00,- -- -- --

Total 99

(8)

Harga gabah kualitas GKP terendah pada Desember 2013 dijumpai di Kabupaten Padang Pariaman, yaitu sebesar Rp 3.900,00,- per kg di tingkat petani dan Rp 4.000,00,- per kg di tingkat penggilingan. Sementara harga tertinggi di tingkat petani dan penggilingan terjadi di Kabupaten Agam sebesar Rp 5.500,00,- per kg dan Rp 5.600,00,- per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Oktober 2013 s/d Desember 2013

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Okt.’13 Nov.’13 Des.’13 Bulan Des. 2013 % Perubahan

thdp. Nov. 2013 Okt.’13 Nov.’13 Des.’13

% Perubahan

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Sumatera Barat Desember 2011 – Desember 2013

4206.35

(9)

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Jl Khatib Sulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159, Fax.(0751)442161 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Email : sumbar@bps.go.id

D A T A

Gambar

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya
Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Grafik 2     Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Tabel 3
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian selanjutnya, peningkatan ukuran diameter pulau langerhans, yang terlihat pada mencit di kelompok perlakuan dengan dosis 0.47 mg/mL adalah yang

Demikian pengumuman ini kami sampaikan, apabila ada peserta yang berkeberatan atas pengumunan ini dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis kepada Panitia paling

Hal yang dilakukan dalam pembuatan konsep video company profile BPMTPK tidak jauh berbeda dengan proses produksi pada umumnya, yaitu terdiri dari proses pra

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1