• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 NTP Sumatera Barat bulan Oktober 2016 tercatat sebesar 96,60 atau turun sebesar 1,24 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 97,81 (September 2016). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,74 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,50 persen.

 Pada bulan Oktober 2016 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 93,94 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 90,95 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 96,28 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 104,89 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 106,00 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 108,46 dan 105,40.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Oktober 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,68 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (1,15 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,36 persen), kelompok perumahan (0,28 persen), kelompok sandang (0,07 persen), kelompok kesehatan (0,53 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga (0,33 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,15 persen).

No. 62/11/13/Th XIX, 1 November 2016

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI,

DAN

HARGA

PRODUSEN

GABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT OKTOBER 2016 SEBESAR 96,60 ATAU TURUN

1,24 PERSEN

A. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

(2)
(3)

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Oktober 2016 pada empat subsektor mengalami penurunan, yakni subsektor tanaman pangan (0,03 persen), subsektor hortikultura (1,54 persen), tanaman perkebunan rakyat (2,45 persen), dan subsektor peternakan (1,05 persen). Sedangkan NTP pada subsektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Oktober 2016 terjadi penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,74 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 120,77 menjadi 119,88. Menurunnya nilai It diakibatkan oleh menurunnya nilai It pada tiga subsektor, yaitu subsektor hortikultura (1,00 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,82 persen), dan subsektor peternakan (0,90 persen). Sedangkan It pada subsektor tanaman pangan dan subsektor perikanan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,55 persen dan 0,32 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

(4)

Grafik 1

NTP Sumatera Barat Bulan Oktober 2015 – Oktober 2016 (2012=100)

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Oktober 2016 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,03 persen dari 93,98 menjadi 93,94. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (0,55 persen) lebih rendah dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,59 persen).

Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,55 persen disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada subkelompok padi sebesar 0,67 persen, dan subkelompok palawija sebesar 0,17 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,59 persen diakibatkan oleh naiknya indeks harga subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,71 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,19 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Oktober 2016 mengalami penurunan sebesar 1,54 persen dari 92,37 menjadi 90,95. Hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,00 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,54 persen.

(5)

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Oktober 2016 mengalami penurunan sebesar 2,45 persen, yaitu dari 98,69 menjadi 96,28. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,82 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,65 persen.

Meningkatnya nilai Ib sebesar 0,65 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,76 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,04 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada Oktober 2016 mengalami penurunan sebesar 1,05 persen, yaitu dari 106,01 menjadi 104,89. Penurunan NTPT ini terjadi diakibatkan oleh indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,90 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peingkatan sebesar 0,16 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,90 persen terjadi karena penurunan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 1,12 persen, subsektor ternak kecil sebesar 1,55 persen, subkelompok unggas sebesar 0,55 persen dan subkelompok hasil ternak sebesar 0,13 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,16 persen diakibatkan oleh peningkatan harga subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,61 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,33 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Oktober 2016, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTNP) mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen, yaitu dari 105,81 menjadi 106,00. Kondisi ini diakibatkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,32 persen) lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (0,14 persen).

Peningkatan nilai It sebesar 0,32 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada subsektor perikanan tangkap sebesar 1,67 persen, walaupun indeks harga pada subsektor perikanan budidaya mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,14 persen diakibatkan peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,39 persen walaupun subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,26 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Oktober 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,68 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

(6)

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran September 2016 - Oktober 2016

(2012=100)

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Oktober 2016 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Oktober 2016 terhadap Bulan Desember 2015 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Oktober 2016 terhadap Bulan Oktober 2015

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Oktober 2016 sebesar 3,97 persen, dan inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 6,06 persen.

Grafik 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Oktober 2015 – Oktober 2016

(7)

 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama oktober 2016, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 6.300,00 per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas SPR, yaitu senilai Rp 4.450,00 per kg, terjadi di Kabupaten Tanah Datar.

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Oktober 2016 rata-rata harga gabah kualitas GKP di

tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 4,45 persen dari Rp 5.166,70 per kg ( September 2016) menjadi Rp 5.396,70 per kg (Oktober 2016), dan di tingkat penggilingan naik 4,58 persen dari Rp 5.258,04 per kg (September 2016) menjadi Rp 5.498,64 per kg (Oktober 2016). Sementara itu, rata– rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PER

KEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH OKTOBER 2016

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 4,45 %

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Oktober 2016 dibanding bulan September 2016 untuk kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 4,45 persen dari Rp 5.166,70 per kg (September 2016) menjadi Rp 5.396,70 per kg (Oktober 2016). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP juga naik sebesar 4,58 persen dari Rp 5.258,04 per kg (September 2016) menjadi Rp 5.498,64 per kg (Oktober 2016).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Oktober 2016

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(8)

Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 6.300,00 per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 6.400,00 per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Agst 2016 s/d Oktober 2016

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg) Ags’16 Sept’16 Okt’16

% Perubahan Bln Oktober 2016

thd. Sept 2016 Ags’16 Sept’16 Okt’16

% Perubahan

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Oktober 2014 – Oktober 2016

4966.09

Harga Gabah GKP di Penggilingan HPP Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si

Kepala Bidang Statistik Distribusi

JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Hasil pretest menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan maka peneliti melanjutkan ke tahap pemberian perlakuan (treatment ) pada kelompok eksperimen..

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran BPD dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Program Pembangunan Infarstruktur Perdesaan (PPIP) di Desa Ciputih,

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan