• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 NTP Sumatera Barat bulan Maret 2016 tercatat sebesar 98,38 atau turun sebesar 0,19 persen bila

dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 98,57 (Februari 2016). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,18 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 1,37 persen.

 Pada bulan Maret 2016 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 98,62 untuk subsektor

tanaman pangan (NTPP), 94,71 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 96,87 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 102,23 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 106,69 untuk subsektor perikanan (NTN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 102,05 dan 107,83.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Maret 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar

1,82 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (3,98 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,25 persen), kelompok perumahan (0,12 persen), kelompok sandang (0,01 persen), kelompok kesehatan (0,13 persen), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,52 persen). Sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi sebesar 0,23 persen.

No. 22/4/13/Th XIX, 1 April 2016

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI,

DAN

HARGA

PRODUSEN

GABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT MARET 2016 SEBESAR 98,38 ATAU TURUN

0,19 PERSEN

A. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan Maret 2016, NTP Sumatera Barat mengalami penurunan sebesar 0,19 persen dibanding bulan Februari 2016, yaitu dari 98,57 menjadi 98,38. Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,18 persen), lebih rendah dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (1,37 persen).

(2)
(3)

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Maret 2016 pada empat subsektor mengalami penurunan, subsektor tanaman pangan (0,24 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,37 persen), subsektor peternakan (0,67 persen), dan subsektor perikanan (0,61 persen). Sedangkan NTP pada subsektor hortikultura mengalami peningkatan sebesar 0,91 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Maret 2016 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,18 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 118,72 menjadi 120,12. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (1,25 persen), subsektor hortikultura (2,22 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,37 persen), subsektor peternakan (0,02 persen), dan subsektor perikanan (0,34 persen).

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Maret 2016 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 1,37 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 120,45 menjadi 122,10. Meningkatnya nilai Ib disebabkan oleh naiknya nilai Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (1,49 persen), subsektor hortikultura (1,30 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,75 persen), subsektor peternakan (0,69 persen), dan subsektor perikanan (0,95 persen).

(4)

Grafik 1

NTP Sumatera Barat Bulan April 2015 – April 2016 (2012=100)

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Maret 2016 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,24 persen dari 98,85 menjadi 98,62. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,25 persen), lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani (1,49 persen).

Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,25 persen disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada subkelompok padi sebesar 2,07 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok palawija mengalami penurunan sebesar 1,55 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 1,49 persen diakibatkan oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 1,94 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Maret 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,91 persen dari 93,86 menjadi 94,71. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani (2,22 persen) lebih lebih besar dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (1,30 persen).

Meningkatnya nilai It sebesar 2,22 persen disebabkan meningkatnya nilai indeks harga pada subkelompok sayur-sayuran sebesar 2,79 persen, dan subkelompok buah-buahan sebesar 1,10 persen. Sedang nilai indeks pada subkelompok tanaman obat mengalami penurunan sebesar 1,03 persen. Peningkatan Ib sebesar 1,30 persen disebabkan naiknya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 1,49 persen, dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,29 persen.

(5)

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 0,37 persen, yaitu dari 97,23 menjadi 96,87. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,37 persen), lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (1,75 persen).

Meningkatnya nilai Ib sebesar 1,75 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 2,01 persen, dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 0,67 persen, yaitu dari 102,91 menjadi 102,23. Penurunan NTP ini terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (0,02 persen) lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,69 persen).

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,02 persen terjadi karena peningkatan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 0,13 persen dan subkelompok ternak kecil (1,46 persen). Sedangkan indeks harga pada subkelompok lainnya mengalami penurunan yakni subkelompok unggas (0, 35 persen) dan subsektor hasil ternak (0,44 persen). Peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,69 persen diakibatkan oleh peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,69 persen, sedangkan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,34 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan Maret 2016, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTN) mengalami penurunan sebesar 0,61 persen, yaitu dari 107,34 menjadi 106,69. Kondisi ini diakibatkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (0,34 persen), lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (0,95 persen).

Peningkatan nilai It sebesar 0,34 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada subsektor perikanan budidaya sebesar 0,60 persen, sedangkan indeks harga pada subsektor perikanan tangkap mengalami penurunan sebesar 0,77 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.95 persen diakibatkan peningkatan pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 1,53 persen dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Maret 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 1,82 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Terjadinya inflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada kelompok bahan makanan (3,98 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,25 persen), kelompok perumahan (0,12 persen), kelompok sandang (0,01 persen), kelompok kesehatan (0,13 persen), dan kelompok pendidikan rekreasi, olahraga (0,52 persen). Sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 0,23 persen.

(6)

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Februari 2016 - Maret 2016

(2012=100)

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Maret 2016 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Maret 2016 terhadap Bulan Februari 2016 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Maret 2016 terhadap Bulan Maret 2015

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Maret 2016 sebesar 1,83 persen, dan inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 7,34 persen.

Grafik 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Maret 2015 – Maret 2016

(2012=100)

(7)

 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat

selama Maret 2016, didominasi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Banang Pulau yaitu

sebesar Rp 6.600,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Batu Bara, yaitu senilai Rp 4.400,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Maret 2016 rata-rata harga gabah kualitas GKP di

tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 3,88 persen dari Rp 5.534,91,- per kg ( Februari 2016) menjadi Rp 5.749,74,- per kg ( Maret 2016), dan di tingkat penggilingan naik 3,87 persen dari Rp 5.636,60,- per kg (Februari 2016) menjadi Rp 5.854,58,- per kg (Maret 2016). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PER

KEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2016

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 3,88 %

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Maret 2016 dibanding bulan Februari 2016 untuk kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 3,88 persen dari Rp 5.534,91 per kg (Februari 2016) menjadi Rp 5.749,74 per kg (Maret 2016). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 4,81 persen dari Rp 5.636,60,- per kg (Februari 2016) menjadi Rp 5.854,58,- per kg (Maret 2016).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Maret 2016

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(Rp/Kg)

HHarga Pembelian P Pemerintah ( (Rp/Kg)

Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)

Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/kg) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 0 (0,00%) -- -- -- -- 4.600,00,- -- -- GKP 99 (100%) 4400,00- 6600,00,- 5.749,74- 5 854,58,- 3.700,00,- (Petani) 2049,74 55,40 3.750,00,- (Penggilingan) 2104,58 56.12 KualitasRendah 0 (0 %) -- -- -- -- -- -- -- Total 99 (100,00) -- -- -- -- -- -- --

Harga gabah kualitas GKP terendah pada Maret 2016 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.400,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.500,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di

(8)

Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 6.600,00,-per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 6.800,- per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Januari 2016 s/d Maret 2016

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg) Jan’16 Feb’16 Mar’16 % Perubahan Bulan Mar2016

thd.Feb 2016 Jan.’16 Feb’16 Mar’16

% Perubahan Bulan Mar 2016 thd. Feb 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Pes, Selatan 5 464, 20 5 522, 21 5799,99 5,03 5.374,56 5.419,56 5.743,44 5,98 2 Solok 5 465,38 5 831,37 5 405,80 9,85 5.362,69 5.723,82 6.270,83 9,56 3 Tanah Datar 5.702,45 5.561,31 5.673,20 2,01 5.613,80 5.472,25 5.623,20 2,75 4 Pdg, Prmn. 5.543,80 6.018,76 6.235,58 3,60 5.444,26 5.912,23 6.090,58 3,02 5 Agam 5.372,36 5.800,41 5.792,50 -0,14 5.280,28 5.707,82 5.715,00 0,13 6 50 Kota 5.303,13 5.769,26 6.128,33 6,22 5.193,09 5.674,87 5.958,83 5,00 7 Pasaman 4.793,43 4.952,87 4.946,67 -0,13 4.668,04 4.833,84 4.846,67 0,27 Sumbar 5.377,82 5.636,60 5.854,58 3,87 5.276,67 5.534,91 5.749,74 3,88 Grafik 3

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Dan HPP Sumatera Barat Mar 2014 – Mar 2016

4656,78 4649,5 4579,2 4609,1 4584,4 4681,0 4981,4 4966,1 5127,0 5795,8 5538,7 4994,9 4890,8 4631,14553,5 4413,4 4360,2 4643,34450,3 4711,35199,3 5536,3 5377,8 5636,6 5854,6 1800 2300 2800 3300 3800 4300 4800 5300 5800 M ar -14 Ap r-14 M ei -14 Ju n-14 Ju l-14 Ag us t-14 Se p-14 ok t-14 No p-14 De s-14 Jan -15 Fe b-15 M ar -15 Ap r-15 M ei -15 Ju n-15 Ju l-15 Ag us t-15 Se p-15 O kt -15 No p-15 De s-15 Jan -16 Fe b-16 M ar -16 Ra ta -ra ta Ha rg a (Rp /Kg ) Bulan

Rata- Rata Harga Gabah Di tingkat Penggilingan HPP Di Tingkat Penggilingan

Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 Maret 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00,- per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp4.600,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Maret 2016 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada di bawah HPP.

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si

Kepala Bidang Statistik Distribusi

JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Email : sumbar@bps.go.id

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Referensi

Dokumen terkait

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan

Hal yang dilakukan dalam pembuatan konsep video company profile BPMTPK tidak jauh berbeda dengan proses produksi pada umumnya, yaitu terdiri dari proses pra

6 Adakan CGC akan mengeluarkan invois cukai pada kadar pro-rata kepada pelanggan jika yuran jaminan yang dikenakan sebelum 1 hb April 2015 tetapi tempoh jaminan

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada sebuah bengkel pembuat teralis di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap dengan cara wawancara, dari

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran BPD dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Program Pembangunan Infarstruktur Perdesaan (PPIP) di Desa Ciputih,