• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 22/05/13/Th XX, 2 Mei 2017

 NTP Sumatera Barat bulan April 2017 tercatat sebesar 98,71 atau naik 0,53 persen dibanding bulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 98,19 (Maret 2017). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,27 persen, dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,80 persen.

 Pada bulan April 2017 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 95,07 untuk subsektor

tanaman pangan (NTPP), 87,76 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 103,37 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 104,83 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 109,81 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 109,89 dan 109,79.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan April 2017 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar

1,12 persen yang disebabkan terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,86 persen, walau enam kelompok lainnya mengalami inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,03 persen), kelompok perumahan (0,99 persen), kelompok sandang (0,28 persen), dan kelompok kesehatan (0,28 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga (0,02 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,31 persen).

No. 22/05/13/Th XX, 2 Mei 2017

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI,

DAN

HARGA

PRODUSEN

GABAH

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT APRIL 2017 SEBESAR 98,71 ATAU NAIK SEBESAR 0,53 PERSEN

A. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of

trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di perdesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan April 2017, NTP Sumatera Barat mengalami peningkatan dibanding bulan Maret 2017 sebesar 0,53 persen, yaitu dari 98,19 menjadi 98,71. Hal ini disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,27 persen) lebih rendah dibanding penurunan indeks harga pada kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (0,80 persen).

(2)
(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 22/05/13/Th XX, 2 Mei 2017

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP April 2017 pada empat subsektor mengalami peningkatan, yakni subsektor tanaman pangan (0,53 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,28 persen), subsektor peternakan (0,19 persen), dan subsektor perikanan (1,47 persen). Sedangkan NTP pada subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,85 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan April 2017 terjadi penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,27 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 123,65 menjadi 123,31. Menurunnya nilai It diakibatkan oleh menurunnya nilai It pada tiga subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,37 persen), subsektor hortikultura (1,53 persen), dan subsektor peternakan (0,20 persen). Sedangkan It pada dua subsektor lainnya mengalami peningkatan, yakni subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,18 persen), dan subsektor perikanan (1,14 persen).

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan April 2017 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,80 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 125,93 menjadi 124,92. Menurunnya nilai Ib disebabkan oleh menurunnya nilai Ib pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,89 persen), subsektor hortikultura (0,68 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,08 persen), subsektor peternakan (0,39 persen), dan sektor perikanan (0,33 persen).

Grafik 1

NTP Sumatera Barat Bulan April 2016 – April 2017 (2012=100)

(4)

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan April 2017 mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,53 persen dari 94,57 menjadi 95,07. Hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,37 persen), lebih rendah dari penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,89 persen).

Menurunnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,37 persen disebabkan oleh menurunnya indeks harga pada kelompok padi sebesar 0,68 persen, walau indeks harga pada kelompok palawija mengalami peningkatan sebesar 0,69 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,89 persen diakibatkan oleh menurunnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumahtangga sebesar 1,25 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,27 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan April 2017 mengalami penurunan sebesar 0,85 persen dari 88,51 menjadi 87,76. Hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (1,53 persen) lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,68 persen).

Menurunnya nilai It sebesar 1,53 persen disebabkan menurunnya nilai indeks harga pada kelompok sayur-sayuran (2,21 persen), dan kelompok buah-buahan (0,16 persen), walau pada kelompok tanaman obat mengalami peningkatan sebesar 1,36 persen. Penurunan Ib sebesar 0,68 persen disebabkan penurunan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,86 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan April 2017 mengalami peningkatan sebesar 1,28 persen, yaitu dari 102,07 menjadi 103,37. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan meningkatnya indeks harga

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 22/05/13/Th XX, 2 Mei 2017

yang diterima petani sebesar 0,18 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 1,08 persen.

Menurunnya nilai Ib sebesar 1,08 persen diakibatkan menurunnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,28 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada April 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen, yaitu dari 104,63 menjadi 104,83. Peningkatan NTPT ini terjadi diakibatkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani (0,20 persen) lebih rendah dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,39 persen).

Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,20 persen terjadi karena penurunan harga pada kelompok unggas (0,79 persen) dan kelompok hasil ternak (0,84 persen), walau pada kelompok ternak besar dan kelompok ternak kecil mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,05 persaen dan 0,26 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,39 persen diakibatkan oleh penurunan harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,96 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,23 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan April 2017, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTNP) mengalami peningkatan sebesar 1,47 persen, yaitu dari 108,22 menjadi 109,81. Kondisi ini diakibatkan peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,14 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,33 persen.

Peningkatan nilai It sebesar 1,14 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada kelompok perikanan budidaya sebesar 1,54 persen, walau kelompok perikanan tangkap mengalami penurunan sebesar 0,52 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,33 persen diakibatkan penurunan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,80 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,43 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan April 2017 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 1,12 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Terjadinya deflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,86 persen, walau enam kelompok lainnya mengalami inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,03 persen), kelompok perumahan (0,99 persen), kelompok sandang (0,28 persen), kelompok kesehatan (0,28 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga (0,02 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,31 persen).

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Maret 2017 - April 2017

(6)

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan April 2017 terhadap bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan April 2017 terhadap bulan Maret 2017 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan April 2017 terhadap bulan April 2016

Laju inflasi perdesaan tahun kalender bulan April 2017 sebesar -0,63 persen. Sedangkan inflasi perdesaan tahun ke tahun (year on year) adalah sebesar 3,81 persen.

Grafik 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan April 2016 – April 2017

(2012=100)

(7)

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 22/05/13/Th XX, 2 Mei 2017

 Komposisi jumlah observasi dari 126 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat

selama April 2017, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 93 persen. Sementara kualitas rendah sebesar 7 persen.

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas SPR yaitu sebesar

Rp 6.600,00 per kg yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas Ir 66, yaitu senilai Rp 4.400,00 per kg, terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan.

 Sama dengan bulan sebelumnya, pada bulan April 2017 rata-rata harga gabah kualitas GKP di

tingkat petani mengalami penurunan sebesar 4,29 persen dari Rp 5.719,59 per kg (Maret 2017) menjadi Rp 5.474,00 per kg (April 2017), dan di tingkat penggilingan turun 4,45 persen dari Rp 5.809,28 per kg ( Maret 2017) menjadi Rp 5.551,00 per kg (April 2017). Sementara itu, rata–rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 4,29 %

Survei harga produsen gabah berasal dari 126 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan April 2017 dibanding bulan Maret 2017 untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 4,29 persen dari Rp 5.719,59 per kg (Maret 2017) menjadi Rp 5.474,00 per kg (April 2017). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 4,45 persen dari 5.809,28 per kg (Maret 2017) menjadi Rp 5.551,00 per kg (April 2017).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) April 2017

Kelompok

Kualitas Observasi Jumlah

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga

Tkt Penggilingan (Rp/Kg)

HHarga Pembelian P Pemerintah ( (Rp/Kg)

Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)

Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/kg) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 0 (0,00%) -- -- -- -- 4.600,00 -- -- GKP 117 (94%) 4400,00- 6600,00,- 5.474,00- 5 551,00,- 3.700,00 (Petani) 1774.00 47,95 3.750,00 (Penggilingan) 1801,00 48.03 KualitasRendah 9 (6 %) 4500,00- 4600,00,- 5135.00 5209.00 -- -- -- Total 126 (100,00) -- -- -- -- -- -- --

Harga gabah kualitas GKP terendah pada April 2017 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu sebesar Rp 4.400,00 per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Rp 4.450,00 per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Tanah Datar, yaitu sebesar Rp 6.600,00 per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Tanah Datar yaitu sebesar Rp 6.700,00 per kg.

(8)

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Feb 2017 s/d April 2017

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Feb’17 Mar’17 Apr’17

% Perubahan Bln Apr2017

thd. Mar 2017 Feb’17 Mar’17 Apr’17

% Perubahan Bulan Apr 2017 thd. Mar 2017 (1) (2) (5) (5) (5) (6) (9) (9) (9) (10) 1 Pes, Selatan 5 956,33 5 421,36 5 275,20 -2,70 5 873,46 5 373,43 5 232,60 - 2,62 2 Solok 5 833,95 6 054,00 5 932,07 -2,01 5 752,50 5 971,65 5 990,00 0,31 3 Tanah Datar 5.781,79 5.803,62 5.911,80 1,86 5 731,79 5 764,28 5 831,13 1,16 4 Pdg, Prmn. 5.673,21 5.774,74 5.650,00 -2,16 5 548,21 5 651,05 5 511,25 -2,47 5 Agam 6.132,00 6.116,67 5.325,00 -12,94 6 065,00 6 064,29 5 275,00 -13,02 6 50 Kota 6.281,43 6.175,95 5.701,90 -7,68 6 116,67 6 021,43 5 545,24 -7,91 7 Pasaman 5 120,00 4 976,67 4 926,67 -1,00 5 020,00 4 866,67 4 826,67 -0,82 Sumbar 5 829,70 5 809,28 5 551,00 -4,45 5 728,39 5 719,59 5 474,00 -4,29 Grafik 3

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat April 2016 – April 2017

5207,51 4677,0 4556,3 4908,3 5408,7 5258,0 5498,6 5615,6 5651,6 5658,5 5728,4 5719,6 5551,0 1800 2300 2800 3300 3800 4300 4800 5300 5800 Apr -1 6 M ei -1 6 Jun-16 Jul -1 6 Agu st -1 6 Se p-16 O kt -1 6 Nop-16 De s-16 Ja n-17 Fe b-17 M ar -1 7 Apr -1 7 Ra ta -ra ta H ar ga (R p/ Kg) Bulan

Harga Gabah GKP di Penggilingan HPP GKP di tingkat Penggilingan

Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 April 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00 per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00 per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp 4.600,00 per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Desember 2016 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada dibawah di HPP.

(9)

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 22/05/13/Th XX, 2 Mei 2017 Informasi lebih lanjut hubungi:

Teguh Sugiarto.Hum, Ph.D

Kepala Bidang Statistik Distribusi

JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Email : sumbar@bps.go.id

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang