• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPEMIPINAN LURAH DALAM PEMBANGUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN KEPEMIPINAN LURAH DALAM PEMBANGUNA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPEMIPINAN LURAH DALAM PEMBANGUNAN DAERAH MELALUI LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) (Studi Analisis Partisipasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Merjosari Kota Malang

Tahun 2013)

AJI BUDIONO NIM. 0811250013

Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Brawijaya Malang e-mail: ketikajahaji@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini mengkaji sisi kepemimpinan Lurah Merjosari kota Malang tahun 2013 terkait: Strategi pembangunan daerah dari sisi partisipasi pemberdayaan masyarakat melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana peniliti mencari narasumber yang dinilai paham kondisi pembagunan daerah di wilayah Kelurahan Merjosari. Hasil penelitian ini peran Lurah Merjosari dalam pembangunan meliputi kegiatan sosialisasi dan publikasi kepada masyarakat melaui kegiatan dalam kewenangan formal maupun nonformal sepeti shalat jumat, tahlilan, upacara, momen perkumpulan masyarakat. Pembangunan identitas masyarakat Merjosari mejadi dasar bagi rasa kepemilikan masyarakat Merjosari sehingga antusiasme partisipasi pemberdayaan masyarakat menjadi dominan serta didukung oleh kepemilikan pengelolaan aset secara mandiri oleh LPMK kelurahan Merjosari. Faktor yang mendukung penempatan Abdullah sebagai Lurah Merjosari menjadi pendukung dikarenakan faktor orang asli daerah yang dianggap mengenal sistem sosial budaya masyarakat merjosari. Transparansi anggaran pembagunan LPMK Merjosari dan dikelola secara bersama dengan masyarakat. Serta aset penggelolaan keuangan yang menghasilkan benefit besar dan dijadikan dana kas untuk kegiatan pada tahun-tahun selanjutnya.

Kata kunci: peran kepemimpinan Lurah, LPMK, Partisipasi Pemberdayaan

PENDAHULUAN

Kelurahan merupakan lembaga satuan terkecil diantara perangkat daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pada konteks otonomi daerah perangkat daerah terdiri atas: Kabupaten/Kota, Sekertariat daerah, Sekertariat DPRD, Dinas, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan (Pasal 120 ayat 2, UU 32 tahun 2004). Otonomi daerah sendiri dimaknai sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 1 angka 5 UU 32 tahun 2004).

(2)

Lurah, karena Lurah merupakan bentuk jabatan selected yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota. Berbeda dengan jabatan elected seperti pada Kepala Desa ataupun Bupati/Walikota.

Berbicara pembangunan daerah dan manajemen pemeritahan Kelurahan, maka tidak adak terepas dari peran partisipasi masyarakat yang dapat ditinjau melalui kerangka manajemen pemerintahan good governance. Adanya good governance menurut Giddens merupakan reformasi terhadap tata penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan yang diarahkan pada pembangunan manajemen tata kelola pemerintahan (governance) bukan hanya pada pemerintah (goverment). Kebijakan tidak lagi tersentralisasi pada peran pemerintah, melainkan melibatkan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan pembangunan daerah (Hardjanto, 2012, h. 21).

Adanya peran aktif atau partisipasi dari masyarakat merupakan bentuk konsep pembanguan daerah dengan cara pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat yang melibatkan nilai-nilai sosial. Chambers menjelaskan konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centred, participatory, empowering, and sustainable (Huraerah, 2008, h. 81).

Disinilah letak Lurah berperan dengan penggunaan kewenagnannya sebagai pemimpin. Melalui kesaan fornal yang melekat sebagai seorang pemimpin. Selain bertugas secara adminitratif dan memberikan pelayanan umum beserta kelengkapan infrastukturnya, Lurah sebagai pemimpin dalam menjalankan amanat UU. 32 tahun 2004, mempunyai tugas dalam pemberdayaan masyarakat (pasal 127 ayat 3).

Dalam melaksanakan program pembangunan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, Kelurahan tidak bekerja sendirian, melainkan bersama LPMK

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) sebagai implementasi keberlanjutan dari good governance pada tingkat Kelurahan. Lurah bersama LPMK menjadi stimulus pembangunan di tingkat Kelurahan melalui mekanisme musyawarah (PerWal kota Malang No. 18 tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Stimulant Pembangunan di Kelurahan Kota Malang). Peran LMPK menurut Peraturan Daerah (Perda) kota Malang No. 13 tahun 2010 disebutkan: LPMK mempunyai tugas dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat (Pasal 4 ayat 3).

LPMK merupakan salah satu bentuk lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh Kelurahan. Pembentukan lembaga kemasyarakatan dilandasi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan, dimana LPMK didirikan atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah dan mufakat (pasal 10 dan 11). LPMK dibentuk sebagai mitra pemerintah Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di bidang pembangunan daerah. Tugas LPMK tidak lain memfasilitasi kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan serta menyusun garis-garis besar kebijakan program pembangunan.

PERMASALAHAN

(3)

PEMBAHASAN

Sekilas kawasan dan kepemimpinan di Merjosari Malang

Kawasan Merjosari pada mulanya merupakan wilayah Desa didalam daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Malang. Pada tahun 1987, Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1987 merubah wilayah Desa Merjosari bukan lagi wilayah Kabupaten Dati II Malang, tetapi masuk kedalam wilayah administratif Kotamadya Daerah Tingkat II Malang bersama dua Desa lainnya, yaitu Desa Tlogomas dan Desa Karang Besuki. Sejak diberlakukan UU No 22 tahun 1999 status Kotamadya Daerah Tingkat II Malang berganti menjadi Kota Malang dan menempatkan wilayah administratif daerah Merjosari tetap berstatus Desa.

Pada tahun 2000 kawasan Merjosari mengalami perubahan status dari Desa menjadi Kelurahan. Perubahan Status ini diperkuat dengan ditetapkan Peraturan Daerah kota Malang No.12 tahun 2000 dengan tujuan: Untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat kelurahan sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan (Pasal 2).

Keputusan Walikota Malang Nomor 324 Tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administratif Pemerintah Kota Malang, menyebutkan Kelurahan Merjosari memiliki luas 336 km2 terdiri atas 12 Rukun Warga (RW) dan 82 Rukun Tetangga (RT). Menurut keterangan Kelurahan Merjosari jumlah penduduk hingga akhir juni 2013 sebesar 16.729 jiwa, 4,478 Kepala Keluarga dengan rincian 8,868 jiwa laki-laki dan 7.861. Industri mikro seperti toko kios dan warung kecil lebih banyak berkembang di Kelurahan Merjosari sedangkan selebihnya industri rumah tangga dan rumah makan. Pertambahan penduduk/mahasiswa baru di malang 50.000/tahun menjadi salah satu

faktor berkembangnya jumlah toko, kios dan warung di Kelurahan Merjosari (Renstra LPMK 2013).

Pada tahun 2013, Kelurahan Merjosari kota Malang dipimpin oleh Lurah yang bernama Abdullah. Abdullah merupakan mantan Kepala Desa sebelum status Desa Merjosari berubah menjadi kelurahan pada tahun 2002. Dahulu menurut narasumber bernama Wardi yang merupakan tokoh masyarkat Merjosari. Legitimasi kekuasaan seorang pemimpin didasarkan pada kepercayan terhadap Tuhan, Dewa atau Wahyu. Dimana sekitar pada tahun 1950 hingga pada tahun 1990, masyarakat percaya bahwa seorang pemimpin itu terpilih karena pulung, atau ilham dari Tuhan. Selanjutnya memasuki tahun 1990 kewenangan yang berasal dari sumber kekuasaan didatkan seoran pemimpin, berdasarkan keahlian dan kekayaan sehingga menimbulakn kepercayaan masyarakat (legitimasi). Keahlian dan kekayaan yang menimbulkan keperyaan ini didapat dari orang yang sebelumnya menduduki posisi/jabatan pada lembaga Desa merjosari. seperti carik (sekretaris desa), kepetengan (perlindungan masyarakat dan kebayan (kepala urusan).

Mewujudkan pembangunan dalam kerangka konsep Good Governance

Badan program pembanguan PBB atau UNDP yang berkonsentarsi pada bidang ekonomi pembangunan, memformulasikan 8 indikator atas prinsip good governance yaitu: participation, rule of law, transparancy, resposiveness, consensus orientation, equity, accountability,dan strategic vision (Hardjanto, 2002, h. 24).

(4)

melekat pada sisi kewenangan Lurah dan good governance yaitu :

- Equty (kesetaraan), dimana lurah sebagai pejabat pemerintah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat terlibat dalam proses pentuan kebijakan, dalam hal ini pembuatan kebijakan tingkat Kelurahan.

- Consensus Orientation (kesepakatan bersama), menjadi penting bagi

perangkat Keulurahan

mengedepankan kebijakan berdasarkan prioritas kebutuhan. - Participation (partisipasi), Lurah

berperan dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat di daam pembangunan daerah baik baik pembangunan fisik maupun non-fisik (karakter).

- Responsiveness, segala bentuk kebijakan yang telah disepakati direspon secara bersama baik oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat melalui LPMK.

Pada tahap equity, Lurah sebagai pemimpin formal, secara prosedural berpedoman pada Peraturan Daerah (Perda) kota Malang. Sehingga peran Lurah Merjosari dalam hal ini ialah Abdullah yaitu menjalin koordinasi dan sinergi antar lembaga kemasyarakatan di tingkat Merjosari. Lembaga Kemasyarakatan di Merjosari meliputi: LPMK, Badan Keswadaayan Masyarakat (BKM), Karang Taruna, Karang Werda, Kader Masyarakat, Kader Linmas dan Posyandu. Khusus untuk lembaga pemberdayaan, dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Perbedaan keduanya yaitu dana BKM berasal dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarkat Mandiri (PNPM) yang berasal dari APBN. Sedangkan dana LPMK berasal dari APBD kota Malang yang terdiri atas: 1) swadaya Masyarakat; 2) Hibah pemerintah kota; 3) Hibah Pemerintah Provinsi; 4) Hibah

Pemerintah pusat dan 5) Bantuan hibah lainnya yang sah (pasal 13 Perda kota Malang 18 tahun 2001).

Mekanisme pengambilan kebijakan (decision making) terkait program pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Merjosari dilakukan oleh Lurah melalui musyawarah (consensus). Konsensus dilakuakn dalam bentuk koordinasi musyarawah dengan pengurus RT RW dan lembaga tingkat kelurahan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan (MUSRENBANGKEL) yang diadakan pada awal tahun. Fokus musyawarah besar ini ialah pengelolaan dana hibah yang disalurkan Pemerintah Kota kepada LPMK dengan kesesuaian pembanguan di Kelurahan Merjosari.

Besaran dana hibah untuk LPMK Kelurahan Merjosari untuk setiap tahun sebesar Rp 750 juta. Rp 250 juta dikelola Kelurahan sebagai dana pembinaan dan 500 juta untuk kegiatan LPMK untuk dana pembanguanan dan sosial (wawancara narasumber Dyah).

Pada tahap pelaksanaan participation dan responsiveness. Peran Lurah Merjosari pada tahap partisipasi dengan menjaring aspirasi masyarakat melalui surat undangan untuk mengadakan pertemuan rutin antar RT, RW dan Lembaga tingkat kelurahan. Undangan yang diberikan merupakan tahapan mendorong partisipasi masyarakat kelurahan Merjosari dalam pembangunan. Baik pembanguann fisik meliputi sarana dan prasarana, maupun pembangunan non-fisik meliputi penguatan karakter seperti pelatihan masyarakat dan pembanguanan identitas masyarakat terhadap wilayah Merjosari. selanjutnya pada responsiveness dibentuk tim pekasanaan kegiatan yang berasal dari masyarakat dan pemerintah kelurahan. Tim ini bertugas sebagai pelaksana kegiatan atas kesepatakan atas tahap pembanguann hasil dari muswawarah bersama.

Strategi Lurah Merjosari

(5)

Sebagaimana yang dikatakan Blake dan Mouton dalam Hidayat (2007: 206). Pentingnya membangun kepercayaan menjadi poin utama bagi seorang pemimpin dalam hal ini Lurah Merjosari. Kepercayaan (inquiry) dibangun atas dasar kepemilikan informasi pemimpin atas masyarakat secara komprehensif. Robbins (2006) mendefinisikan tiga jenis kepemimpinan yaitu: kepercayaan berbasis ketakutan; kepercayaan berbasis pengetahuan; dan kepercayaan berbasis identifikasi. Dalam prakeknya Lurah Merjosari dalam mengidentifikasi sejumlah persoalan ditempuh dengan cara mendatangi masing-masing kelompok sebelum antar kelompok yang bertikai dipertemukan. Hal ini dilakukan untuk dapat mencari akar persoalan sebelum diadakan musyawarah antar kelompok yang bertikai. Membangun saling adanya kepercayan dalam masyarakat didasarkan atas riwayat interaksi yang terjadi secara intensif.

Pemanfaaan sarana komunikasi publik dan pengadaan event

Harol D. Laswell menyatakan dalam mengkaji politik masyarakat tidak terlepas dari adanya kekuasaan, kekayaan, penghormatan, kesehatan, kejujuran, keterampilan, pendidikan dan kasih sayang (Budiarjo, 2008, h. 18). Harold D. Laswell dalam bukunnya politics who gets, what, when, how secara esensi mengartikan politik adalah kekuasaan, terutama kekuasaan untuk menentukan kebijakan publik (Budiarjo, 2008, h. 73).

Abdullah sebagai lurah berinisiatif melalui langkah persuasi dalam menyampaikan informasi seputar Kelurahan melalui sarana pertemuan warga Merjosari. sarana yang sering digunakan oleh Lurah Merjosari seperti Masjid dimana Abdullah sering diminta menjadi

penceramah pada kegiatan shalat Jum’at.

Selain Masjid saran yang perkumpulan warga seperti tahlilan juga menjadi sarana penyampaian informasi kepada masyarakat Merjosari. Lurah Merjosari Abdullah

mencoba membangun kepercayaan kepada masyarakat dengan cara selalu mendatangi setiap undangan dari masyarakat. Selain sarana dari warga, pihak kelurahan Merjosari juga mengadakan event tahunan sebagai bentuk menggali sejarah Merjosari dengan tujuan membangun kebanggaan terhadap Kelurahan Merjosari. pada tahun 2013 adanya event yang diselenggarakan berupa Festival Kampoeng Merjosari Bangkit 2013 (FKMB 2013). Event ini digunakan Abdullah dengan memanfaatkan kewenangan sebagai Lurah dengan memanfaatkan tradisi dan kepercayaan yang telah mengakar di masyarakat Merjosari. sejatinya event ini merupakan kegiatan bersih desa. Tujuan lain dari event ini suntuk menggali sejarah kepemimpinan di wilayah Merjosari. kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan seputar kerjabakti masal, napak tilas dan ziarah leluhur, pengajian umum, pawai obor, karnaval, penghargaan terhadap tokoh masyarakat Merjosari. Harapan Lurah berserta seluruh perangkat kelurahan dengan adanya event tahunan ini dapat memupuk kedekatan diantara warga untuk pembangunan wilayah Merjosari.

Faktor Pendukung dan Penghambat Adapun faktor pendukung yang dimiliki lurah dalam peran membangun pembangunan daerah di Kelurahan Merjosari meliputi:

- Abdullah merupakan orang asli mejosari

(6)

melalui LPMK. Sehingga Abdullah dinilai mengetahui kondisi sosial kemasyarakatan Merjosari.

- Pengelolaan Asset Kelurahan

Pengelolaan swakelola secara mandiri berupa asset menjadi cermin pemberdayaan masyarakat yang berasal dari kemampuan mencari dana secara mandiri dan kemudian mengelolanya. Aset yang dimaksud yaitu: Persewaan Gedung, Persewaan Kuliner Merjosari, Persewaan Lapangan Olahraga, Sewa penggunaan taman Merjosari. tercatat jumlah keuntungan aset merjosari pada akhir 2013 senilai Rp 91.631.725 dari pembukuan jumlah aset awal pada akhir 2012 senilai Rp 1.600.000 (LPMK 2013). indikasi peningkatan pendapatan ini merupakan wujud pengelolaan keuangan yang menghasilkan pemasukan yang luar biasa besar yang nantikanya digunakan untuk pembangunan wilayah Merjosari diluar dari dana yang diberikan oleh Pemerintah Kota Malang.

Adapun Faktor penghambat yaitu:

- Kurangnya intensitas pertemuan pada tingkat RW

- Tidak Sepenuhnya pengurus LPMK Aktif

- Masih bergantung pada dana Hibah - Primordial Kepemimpinan di Merjosari

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Kelurahan Merjosari kota malang terkati peran kepemiminan Lurah dalam pembangunan daerah melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu Lurah sebagai pemimpin formal dalam institusi formal menjalankan tugasnya sesuai dengan Peraturan Daerah kota Malang yang sudah ditetapkan, adapun dalam pengambilan keputusan dilakuan secara musyawarah baik pada agenda pertemuan tahunan Musrebangkel maupun agenda rutin pertemuan yang bersifat informal. Strategi

yang digunakan Lurah Merjosari dengan cara mengumpulakan informasi terkait kepentingan masyarakat sebelum menetapkan kebijakan dan memanfaakan sarana publik dalam publikasi kegiatan serta mengadakan event sebagai bentuk membangunan karakter masyarakat yang bangga akan daerah Merjosari. dilihat dari faktor pendukung, Lurah Merjosari yaitu Abdullah merupakan tokoh masyarakat yang dihormati di Kelurahan Merjosari sehingga faktor kekuasaan personal melekat pada diri Lurah dalam memberikan saran kepada masyarakat melalui LPMK. Selain itu adanya pengelolaan aset secara swakelola mendorong kemandirian masyarakat Merjosari. sedangakan faktor penghambat kurangnya intensitas pertemuan antar lembaga kemasyarakatan merjosari, tidak sepenuhnya pengurus LPMK aktif, dan masyarakat masih bergantung pada dana hibah serta kepercayaan masyarakat bahwa wilayah Merjosari haruslah dipimpin oleh orang Merjosari.

Adapun rekomendasi yang dapat peneliti berikan yaitu perlunya pengembangna aset kelurahan Merjosari agar dapat mewujudkan masyarakat Merjosari yang mandiri secara ekonomi, dan menjadikan masyarakat merjosari bangga akan wilayah merjosari. selain itu pentingnya pertemuan rutin dilaksanan sebagai bagian keberlanjutan program pembangunan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Huraerah, Abu. Pengorganiasian Pengembangan Masyarakat Model & Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Bandung: Humaniora, 2008.

Mochtar Pabottinggi, Syarif Hidayat, dkk. Membangun Format Baru Otonomi Daerah, LIPI (P2). Jakarta: LIPI (P2P), 2006.

(7)

Hardjanto, Imam. Teori Manajemen Publik, Bahan Ajar FIA UB. Malang: FIA Universitas Brawijaya, 2013. LPMK Merjosari. Rencana Strategis

LMPK Merjosari Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Malang: 2013

Kelurahan Merjosari. Rencana Strategis Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang 2013-2018. Malang: 2013

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi Rasional Tak Sejati yaitu fungsi rasional dimana derajat fungsi polinom pada pembilang lebih besar dari atau sama dengan derajat fungsi polinom pada

Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (P<0,05) Gambar 1 Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap persentase infeksi akar

Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini diberi judul “Keterkaitan antara Independensi Dewan Komisaris, Independensi Komite Audit, Kompensasi CEO,

Pekerja rumah tangga yang ingin meninggalkan tempat bekerja mereka pada kurun waktu ini sangat rentan; mereka seringkali mengalami kesulitan yang besar dalam memperoleh bantuan

sebelumya peneliti akan meneliti variabel iklan dalam bentuk web series dan akan mengkaji antara pengaruh langsung dan tidak langsung. Yang membedakan penelitian ini dengan

Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga pada bulan September 2017 mengalami kenaikan nilai indeks sebesar 0.23 persen atau nilai indeks dari 118,94 pada Agustus 207

[r]

Hasil mengolah data-data sampel maka akan dapat diketahui bahwa struktur dari karbon tempurung kelapa sawit adalah berupa amorf. Hal ini bisa dilihat dari puncak- puncak intensitas