• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Tata Guna Lahan Untuk mendukung Ketersediaan Air yang Berkelanjutan di Daerah Aliran Sungai Krueng Peusangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Tata Guna Lahan Untuk mendukung Ketersediaan Air yang Berkelanjutan di Daerah Aliran Sungai Krueng Peusangan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 Bilangan Curve Number Untuk Berbagai Kelompok Hidrologi Tanah dan penutup lahan.

Penggunaan Lahan Perlakuan Kondisi Hidrologi

Kelompok Hidrologi Tanah

A B C D

Bera Menurut lereng - 77 86 91 94

Tanaman semusim dalam baris

Menurut lereng Menurut lereng Menurut kontur Menurut kontur Kontur dan teras Kontur dan Teras

Buruk Padi-padian Menurut lereng

Menurut lereng Menurur kontur Menurut kontur Kontur dan teras Kontur dan teras

Buruk Leguminose ditanam rapat

atau pergiliran tanaman padang rumput

Menurut lereng Menurut lereng Menurur kontur Menurut kontur Kontur dan teras Kontur dan teras

Buruk Padang Rumput Menurut lereng

Menurut lereng Menurur kontur Menurut kontur Kontur dan teras Kontur dan teras

Buruk Sedang Baik Buruk Sedang Baik Sedang Baik

Jalan dengan permukaan keras

74 84 90 92

Permukiman dengan berbagai luas kapling

(2)

air

Beraspal dengan parit terbuka Kerikil

Tanah

83 76 72

89 85 82

92 89 87

93 91 89 Daerah perdagangan dan

pertokoan

85% daerah kedap 89 92 94 95

Daerah industry 73% kedap air 81 88 91 93

(3)

Lampiran 2 Bagan Alir Integrasi Model NRCS dan Baseflow

START

DATA

Jenis Tanah Hidrologi Tanah Tutupan Lahan Kemiringan

( )

(P-Ia) S 2 Ia -P Q

+

=

[

Ia=0,2S

]

( )

(P 0,8S) 2 S 0,2 -P Q

+

= 254

CN 400 25

S= −

Infil-i = Pi – ((P-0,2S)2/(P+0,8S))i

Cad = (infiltrasi)I +Cadi-Qbfi

Qbfi = Qbfi-1 expkt

Qbfi = Cadi x k2

Qdas = Qnrcs + Qbfi IKLIM/CH

Jika infiltrasi = 0

(4)

Lampiran 9 Bagan Alir Model Mock

START

DATA METEOROLOGI (P, n, T, S,h, Hr, w, posisi lintang Interpolasi Linier (R, A, B, e a)

Hitung e d : e d = hxea

�1 =� (�,�) = �(0.18−0.55�) (� −0.27)

�2 =� (�,ℎ ) =�� (0.56−0.092 ��) (� −0,27)

�2 =� (�,ℎ ) =(0.27)(0.35)(�� − ��) (� −0,27)

Kalibrasi r (Koefisien Refleksi)

�1 =�1 � (1− �)�� �2 =�2 � (0.1 + 0.9�) �3 =�3 � (�+ 0.01�)

Hitung :

K = 1 (Vegetasi K = 0,5 (Air)

Hitung Evapotrnspirasi potensial (Ep) Ep=E1-E2+E3 (dalam mm/hari) Hitung Evapotrnspirasi potensial (Epm)

Epm=Hr x Ep (dalam mm/bulan) Kalibrasi m (exposed surface)

������ ∶ EpmΔ�=��

20�(18− �)

������ ∶ ��= ��

20�(18− �)

Hitungevapotranspirasi Aktual (Ea) Ea =Epm-ΔE (Dalam mm/bulan)

P-Ea

Hitung : SMS = ISMS+(P-Ea)

P-Ea SMC=SMC bulan Sebelumnya+(P-Ea)

SMC =200mm/bulan SS=0 WS = (P-Ea)+SS SS=(P-Ea)

Kalibrasi if (Koefisien infiltrasi) Kalibrasi K (Konstanta Resesi)

(5)

Kalibrasi PF (Percentage f

�12� � (1 +�)��

Hitung :

Hitung infiltrasi (i) =WS X if

Tentukan Ground Storage awal tahun (Gsom) GS awal tahun =GS akhir tahun Hitung K x Gsom

Hitung Ground Storage [GS]

��= (1 2⁄ )(1 +�)��+ (������)

Hitung : Perubahan Grou [ΔGS=GS-Gso Hitung : Base Flow [BF]

BF=i-ΔGS Hitung Direct Run Off (DRO)

DRO=WS-i Storm Run OFF (SRO) SRO=PF x P

Storm Run Off (SRO) SRO =0 P≥0

Hitung Total Run Off (TRO) TRO =BF + DRO + SRO

Hitung Hasil Simulasi = Cahchment area X TRO

Error <Toleransi Error =���� − ����� 100%

Hobs

(6)

Lampiran 14. Nilai MAPE, MAD dan MSD dari trend model berdasarkan minitab Suhu

Ukuran Linear Kuadratik Pertumbuhan

eksponensial Kurva S

MAPE 2.73958 2.681 2.72 2.68

MAD 0.7542 0.738 0.7497 0.7402

MSD 1.45838 1.4189 1.4609 1.4378

Kelembaban

Ukuran Linear Kuadratik Pertumbuhan

eksponensial Kurva S

MAPE 3.4695 3.356 3.4542 3.517

MAD 2.7748 2.6874 2.7653 2.823

MSD 12.4628 11.7668 12.4534 13.0134

Lama Penyinaran

Ukuran Linear Kuadratik Pertumbuhan

eksponensial Kurva S

MAPE 16.754 16.676 16.713 16.806

MAD 9.509 9.431 9.694 10.008

MSD 139.578 137.572 141.159 149.539

Kecepatan Angin

Ukuran Linear Kuadratik Pertumbuhan

eksponensial Kurva S

MAPE 13.419 10.553 13.559 -

MAD 25.674 20.404 26.293 -

MSD 962.42 768.954 769.58 -

Hari Hujan

Ukuran Linear Kuadratik Pertumbuhan

eksponensial Kurva S

MAPE 41.2819 41.3122 38.234 36.6312

MAD 4.2698 4.2652 4.2664 4.4934

MSD 26.452 27.558 27.557 33.1455

Curah Hujan

Ukuran Linear Kuadratik Pertumbuhan

eksponensial Kurva S

MAPE 74.97 73.01 62.16 -

MAD 59.83 59.54 58.78 -

MSD 5928.83 5738.63 5412.93 -

(7)

(a) PCA Curah hujan

(8)

(c ) PCA debit

(9)
(10)
(11)

Lampiran 16. Kurva Lengkung debit SPAS

y = 4.824x3.196

R² = 0.901

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

D

eb

it

(

m3/

dt

)

TMA (meter) Kurva Lengkung Debit

Debit = 4,1699(TMA)2,4547

R2= 0,9224

0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

Deb

it

(

m3/

d

et

)

(12)

Lampiran 19. Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS di DAS Krueng Peusangan

H utan Lahan Kering Sek under H utan Prim er

Pertanian Lahan Kering C am pur Saw ah

Sem ak /Beluk ar V ariable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS BAWAN G GAJAH ( HA)

H utan Lahan Kering Sek under H utan Prim er

Pertanian Lahan Kering C am pur Saw ah

Sem ak /Beluk ar V ariable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS KRUENG CEULALA ( HA)

2011

H utan Lahan Kering Sek under Pertanian Lahan Kering C am pur Sem ak /Beluk ar

T anah terbuk a/k osong V ariable

(13)

2011

Pertanian Lahan Kering C am pur Raw a

Saw ah Sem ak Beluk ar T anah T erbuk a/Kosong V ariable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS KRUENG PEUSANGAN HI LI R( HA)

2011

H utan Lahan Kering Sek under Pertanian Lahan Kering C am pur Sem ak /Beluk ar

T anah T erbuk a/k osong V ariable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS KRUENG SI MPO ( HA)

2011

H utan Lahan Kering Sek under H utan Prim er

H utan T anam an Pem uk im an Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering C am pur

Saw ah Sem ak /Beluk ar V ariable

(14)

2011

H utan Lahan Kering Sek under H utan T anam an H utan Prim er

Pertanian Lahan Kering C am pur Sem ak /Beluk ar

T anah terbuk a/Kosong V ariable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS TEUPI N MANE ( HA)

2011

H utan Lahan Kering Sek under H utan T anam an H utan Prim er

Pertanian Lahan Kering C am pur Sav ana

Saw ah Sem ak /Beluk ar V ariable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS TI MANG GAJAH ( HA)

2011

H utan Lahan Kering Sek under Pem uk im an

Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering C am pur Saw ah

Sem ak /Beluk ar T am bak

T anah T erbuk a/Kosong V ariable

(15)

2011

H utan Lahan Kering Sek under H utan T anam an Pem uk im an Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering C am pur Sav ana

Saw ah Sem ak /Beluk ar V ariable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS WI H BALEK ( HA)

2011

Hutan Lahan Kering Sek under Hutan Primer

Sav ana Semak / Beluk ar Variable

LUAS TUTUPAN LAHAN SUB DAS WI H BRUKSAH ( HA)

2011

H utan Lahan Kering Sekunder H utan Prim er

H utan T anam an Pertanian Lahan Kering C am pur

Sem ak/Belukar V ariable

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Penggabungan luas data penggunaan lahan tahun 2013 dengan hasil perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui kebutuhan air non domestik di daerah

Terdapat beberapa metoda untuk menghitung hilangnya curah hujan, diantaranya metoda SCS-CN ( SoilConservation Services-Curve Number ) yang dipilih dalam studi ini sebab

2 Peta jenis tanah dan peta kelompok hidrologi tanah DAS Ciliwung Hulu 31 3 Bilangan kurva untuk berbagai tipe penggunaan lahan dan jenis tanah 32 4 Nilai curah hujan

Penggunaan lahan termasuk dalam komponen penggunaan data satelit penginderaan jauh Synthetic Aperture Radar (SAR) untuk pemetaan dan pemantauan penutup penggunaan lahan di

Dari Tabel 4.26 dapat dilihat perbandingan data perubahan di SubDASUlar Hilir untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 dengan jumlah penutupan lahan sebanyak sepuluh kelas pada

Undang Kurnia, Sudirman, Ishak Juarsah, dan Yoyo Soelaeman (2001) dalam penelitian mengenai Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit Dan Banjir Di Bagian

bahwa perubahan tata guna lahan pada daerah hulu, tidak terlalu signifikan, sedangkan pada daerah hilir pada DAS Malalayang terjadi perubahan tata guna lahan yang cukup

Grafik hasil simulasi skenario land use protection Simulasi dilakukan dalam waktu 20 tahun dan pada tahun 2042 diprediksi terjadi pengurangan luas lahan kritis yaitu menjadi