• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan Chapter III V"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kecamatan kabupaten Nias Selatan provinsi Sumatera Utara dengan periode tahunan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Waktu penelitian dilakukan mulai September sampai dengan Desember 2015.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang menggunakan data primer dan data sekunder. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada perkembangan pembangunan ekonomi wilayah kecamatan di kabupaten Nias Selatan yang mencakup 10 sektor ekonomi di 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan. Dengan jumlah responden 13 orang untuk setiap kecamatan. Sehingga diperoleh sampel sebesar 234 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk data primer, dalam menentukan sampel penulis menggunakan FGD (Focus Group Discussion). Sampel pada kegiatan FGD untuk menentukan rencana strategis pengembangan wilayah Kabupaten Nias Selatan diperlukan Key Informan (KI) yang berasal dari Camat. Sedangkan untuk pengembangan

(2)

Sampel size untuk FGD dalam penelitian ini dengan menggunakan alat bantu kuesioner dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Tingkat Camat, yang diantaranya: Camat, Sekretaris Camat dan Kepala Seksi Pemerintahan.

b. Tingkat Desa, yang diantaranya: Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa.

Secara kolektif hasil kuesioner dari seluruh responden tersebut dikumpulkan sehingga menjadi satu paket data yang dapat digunakan dalam menganalisis perkembangan wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.

3.4 Teknik Penentuan Responden

Teknik penentuan responden/sampel dalam penelitian ini, responden pada kajian penelitian ekonomi regional adalah pelaku bisnis atau pengusaha maupun orang yang berkompeten pada institusi Kecamatan dan Desa yang dapat memberikan informasi yang berkait dengan kegiatan FGD.

(3)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk mempermudah analisis tabel-tabel dan grafik secara sederhana sehingga didapatkan gambaran mengenai perkembangan dari objek penelitian.

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:

1. Analisis Geografi

Batas wilayah administratif dan rencana pengembangan wilayah dan ekonomi wilayah dan pusat perdagangan dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif.

Untuk menentukan komoditi unggulan dilakukan dengan pendekatan Multifactor Evaluation Process (MFEP).

Tabel 3.1 Pendekatan Multifactor Evaluation Process (MFEP)

Faktor Keunggulan Evaluasi Faktor

Evaluasi Tertimbang

P 0,5 0,6 0,3

Q 0,3 0,4 0,12

R 0,1 0,2 0,02

Indeks 0,72

Sumber: Riset Kajian Ekonomi Regional Daerah Kota Medan 2014

(4)

MFEP > 0,75 ; sektor prima

MFEP > 0,50 – 0,74 ; sektor berkembang MFEP > 0,25 – 0,49 ; sektor potensial MFEP < 0,25 ; sektor tertinggal/terbelakang 2. Analisis Demografi dan Ketenagakerjaan

Penyebaran penduduk, proyeksi usia produktif dan ketersediaan tenaga kerja menggunakan pendekatan analisis deskriptif.

3. Mapping Potensi Ekonomi Daerah

a. Struktur pertumbuhan sektor daerah Kabupaten Nias Selatan dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen, yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.2 Pendekatan Tipologi Klassen

Rerata Kontribusi Sektoral terhadap PDRB / Rerata Laju pertumbuhan Sektoral

Y sektor ≥ Y PDRB Y sektor ≤ Y PDRB

R sektor ≥ r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang R sektor ≤ r PDRB Sektor Potensial Sektor Terbelakang Sumber: Riset Kajian Ekonomi Regional Daerah Kota Medan 2014

Keterangan :

(5)

r sektor = laju pertumbuhan sektor i r PDRB = laju pertumbuhan PDRB

b. Daftar usaha komoditi dan jasa unggulan, daftar komoditi/jasa yang mengalami kejenuhan dan kendala (ancaman produk pengganti, ancaman pesaing, ancaman pendatang baru, daya tawar pemasok dan daya tawar konsumen) pada daerah kecamatan dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

c. Proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi kedepan dan kebelakang dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif. d. Keterkaitan daerah Kabupaten Nias Selatan dengan daerah lainnya

memberikan pengaruh terhadap kegiatan perekonomian, perdagangan, arus tenaga kerja yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

3.6 Definisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulisan memberi defenisi dan batasan variabel opersional sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah

Kabupaten Nias Selatan dalam jangka waktu tertentu baik berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan.

(6)

3. Pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melihat PDRB wilayah Kabupaten Nias Selatan yang diteliti yang dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok sektor ekonomi. Dalam penyajian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap (harga konstan) yaitu harga yang berlaku pada tahun dasar yang dipilih yakni tahun dasar 2000.

4. Sektor unggulan (leading sector) adalah sektor yang memiliki peranan (share) relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah yang diukur dengan pendekatan MFEP.

5. Pergeseran sektor perekonomian adalah perubahan kontribusi antar sektor pembentuk PDRB yang diklasifikasikan ke dalam 1 (sepuluh) sektor utama. 6. Geografi adalah luas dan batas wilayah secara administratif masing-masing

18 kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dalam satu tahun tertentu.

7. Demografi dan ketenagakerjaan adalah dinamika perubahan jumlah penduduk dan usia kerja seluruh masyarakat di masing-masing kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dalam satu tahun tertentu.

8. Potensi ekonomi daerah adalah struktur pertumbuhan sektor daerah Kabupaten Nias Selatan dengan alat ukur Multifactor Evaluation Process (MFEP), Tipologi Klassen dan keterkaitan daerah dengan daerah lainnya dalam satu tahun tertentu.

(7)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Nias Selatan

Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berada dalam satu pulau yang biasanya disebut Pulau Nias, Kabupaten Nias Selatan berada di sebelah barat Pulau Sumatera jaraknya ± 92 mil laut dari Kota Sibolga atau Kabupaten Tapanuli Tengah. Kabupaten Nias Selatan berada di Sebelah Selatan Kabupaten Nias yang berjarak ± 120 km dari Gunungsitoli ke Telukdalam yang merupakan ibukota Kabupaten Nias Selatan. Kabupaten Nias Selatan mempunyai luas wilayah 1.852,2 km2 dan terdiri dari 104 buah pulau (Nias Selatan Dalam Angka, 2014).

Kabupaten Nias Selatan terletak di daerah khatulistiwa. Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 104 buah pulau besar dan kecil. Jumlah pulau yang dihuni adalah 21 buah dan yang tidak dihuni adalah 83 buah pulau. Kabupaten Nias Selatan secara geografis terletak pada 0o33’25” Lintang Selatan (LS) dan 1o4’5” Lintang Utara (LU) serta 97o25’59” dan 98o48’29” Bujur Timur (BT). Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Barat. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau-pulau Mentawai Provinsi Sumatera

Barat.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan Pulau-pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah.

(8)

Sumber : Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Kondisi alam atau topografi Kabupaten Nias Selatan berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan tingginya di atas permukaan laut bervariasi antara 0-800 m, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 20 persen, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 persen dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2 persen dari keseluruhan luas daratan. Kondisi topografi Kabupaten Nias Selatan menyulitkan pembuatan jalan-jalan lurus dan lebar. Sehingga kota-kota utama terletak di tepi pantai.

Karena Kabupaten Nias Selatan terletak di daerah khatulistiwa maka curah hujan tinggi. Rata-rata curah hujan per bulan 245,94 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 262 hari atau rata-rata 21,83 hari per bulan pada tahun 2013. Akibat banyaknya curah hujan maka kondisi alamnya sangat lembab dan basah.

(9)

Musim kemarau dan silih berganti dalam setahun. Di samping struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir bandang dan terdapat patahan jalan-jalan aspal dan longsor disana sini, bahkan terjadi daerah aliran sungai berpindah-pindah. Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara berkisar antara 21,8o-33,1o dengan kelembaban sekita 88 persen dan kecepatan angin antara 5-6 knot. Curah hujan tinggi relatif turun hujan sepanjang tahun dan seringkali dibarengi dengan badai besar. Musim badai laut biasanya berkisar antara bulan September sampai Nopember, tetapi terkadang terjadi badai pada bulan Agustus, cuaca dapat berubah secara mendadak.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013

13. Pulau-pulau Batu Timur 370,06 20,28

14. Fanayama 107,65 5,90

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

(10)

Selatan terdiri atas dataran tinggi maupun dataran rendah. Berdasarkan Tabel, Hibala adalah daerah yang memiliki wilayah terluas yakni 461,01 km2 yang merupakan daerah dataran rendah dan Susua adalah daerah yang memiliki wilayah tersempit yakni 22,15 km2 yang merupakan daerah dataran tinggi.

Kabupaten Nias Selatan memiliki wilayah kecamatan yang terletak di dataran tinggi dan dataran rendah. Berikut dapat dijelaskan dengan Tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Kecamatan dengan Letak Wilayah di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013

No. Kecamatan Letak

Wilayah

1. Telukdalam dataran tinggi dan

dataran rendah

2. Lahusa dataran tinggi dan

dataran rendah

3. Amandraya dataran tinggi dan

dataran rendah

4. Lolowau dataran tinggi dan

dataran rendah

5. Gomo dataran tinggi

6. Pulau-pulau Batu dataran rendah

7. Hibala dataran rendah

8. Susua dataran tinggi

9. Maniamolo dataran tinggi

10. Hilimegai dataran tinggi

11. Toma dataran rendah

12. Umbunasi dataran tinggi

13. Pulau-pulau Batu Timur dataran rendah

14. Fanayama dataran tinggi

15. Mazo dataran tinggi

16. Lolomatua dataran tinggi

17. Mazino dataran rendah

18. Aramo dataran rendah

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

(11)

berada di dataran tinggi. 6 kecamatan yang berada di dataran rendah. Serta 4 kecamatan yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah.

Tabel 4.3 Banyaknya Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

(12)

4.2 Keadaan Demografi dan Ketenagakerjaan

Kabupaten Nias Selatan yang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Kepulauan Nias, memiliki angka jumlah penduduk yang kecil terhadap provinsi Sumatera Utara. Berikut perkembangan jumlah penduduk provinsi Sumatera Utara dan Nias Selatan.

Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara dan Nias Selatan Tahun 2009-2013

Tahun Sumatera

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Berdasarkan Tabel, dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 5 tahun jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Nias Selatan dari tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami kenaikan untuk setiap periodenya. Dan begitu pula yang terjadi untuk tingkat provinsi. Angka jumlah penduduk Nias Selatan merupakan bagian daripada angka jumlah penduduk yang ada di provinsi Sumatera Utara di setiap periodenya.

(13)

Tabel 4.5 Banyaknya Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013

No. Kecamatan Laki-Laki

13. Pulau-pulau Batu Timur

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Pada tahun 2013 di Kabupaten Nias Selatan, terdapat 154.793 penduduk yang tergolong dalam penduduk angkatan kerja dengan pembagian sebanyak 150.480 termasuk penduduk bekerja dan 4.313 penduduk menganggur. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah sebanyak 22.528 jiwa. Angka ini cukup kecil dari jumlah angkatan kerja. Yang bukan angkatan kerja termasuk pada sekolah 14.130 jiwa, mengurus rumah tangga 6.021 jiwa dan lainnya 2.377 jiwa.

(14)

Tingkat Pertama) dan SMTA (Sekolah Menengah Tingkat Atas) masing-masing sekitar 20,60 persen dan 10,92 persen sedangkan sisanya 3,04 persen berpendidikan di atas SMTA. Dengan masih rendahnya pendidikan angkatan kerja memungkinkan produktivitasnya juga masih belum optimal. Penduduk Nias Selatan yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2013 adalah 154.793 jiwa yang terdiri dari 97,21 persen terkategori bekerja dan 2,79 persen terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Nias Selatan yang bekerja sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 90,23 persen.

Tabel 4.6 Penduduk Nias Selatan Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No. Jenis

Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

I. Angkatan Kerja 77.806 76.987 154.793

1. Bekerja 75.285 75.195 150.480

2. Pengangguran 2.521 1.792 4.313

II. Bukan Angkatan Kerja 8.273 14.255 22.528

1. Sekolah 6.308 7.822 14.130

2. Mengurus RT 424 5.597 6.021

3. Lainnya 1.541 836 2.377

Total 86.079 91.242 177.321

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

(15)

Tabel 4.7 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013

No. Jenjang

Pendidikan

APM APK

1. SD / MI 94,74 116,78

2. SMP / MTs 71,57 80,54

3. SMA / MA 65,15 80,81

4. Diploma / Sarjana 12,65 16,07

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Berdasarkan Tabel di atas, jenjang pendidikan SD sampai dengan Sarjana yang menunjukkan angka tertinggi adalah untuk Angka Partisipasi Kasar (APK) di sepanjang tahun 2013 di Kabupaten Nias Selatan.

(16)

Tabel 4.8 Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013

No. Lapangan

Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

88,14 92,32 90,23

2. Pertambangan dan Penggalian

0,24 0,00 0,12

3. Industri 0,00 0,00 0,00

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,00 0,00 0,00

5. Konstruksi 0,39 0,00 0,20

6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

4,55 4,77 4,66

7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

0,67 0,00 0,33

8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

0,00 0,00 0,00

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

6,01 2,90 4,46

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha, angka dengan jumlah penduduk terbanyak adalah yang bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan, disusul sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, disusul perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi untuk jenis kelamin laki-laki. Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan, persentase tertinggi adalah bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan, disusul sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, disusul jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.

(17)

4.3 Mapping Potensi Ekonomi wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan Kedudukan kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan letaknya secara geografis tidak jauh berbeda dengan kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kepulauan Nias dan potensi yang dikembangkan juga tidak jauh berbeda pada masing-masing kecamatan. Dalam penelitian ini, penulis menyertakan 18 kecamatan yang masing-masing terdapat 13 responden. Penulis memilih 18 kecamatan masing-masing merupakan bagian dari wilayah yang terletak di dataran rendah, dataran tinggi, dataran rendah dan dataran tinggi. Ini merupakan ketiga bagian dataran yang akan menunjukkan nilai potensi wilayah yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan, menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Sebab Kabupaten Nias Selatan memiliki wilayah yang memang dominan dekat dengan perairan. Wilayah kecamatan yang dekat dengan pesisir pantai memiliki komoditi keunggulan ikan. Wilayah kecamatan terpusat dan dekat dengan pusat kota memiliki komoditi unggulan bidang perdagangan. Beberapa kecamatan di Kabupaten Nias Selatan masih ada yang bernuansa desa sehingga memiliki komoditi unggulan sayur-mayur.

4.3.1 Komoditi Unggulan

(18)

Tabel 4.9 Nilai Tertimbang Pada Sektor Unggulan Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

No. Kecamatan Sektor

6. Pulau-pulau Batu Perikanan 0,45

7. Hibala Perikanan 0,41

13. Pulau-pulau Batu Timur Perikanan 0,29

14. Fanayama Tanaman 1,71

15. Mazo Peternakan 0,88

16. Lolomatua Tanaman 2,24

17. Mazino Tanaman 0,05

18. Aramo Tanaman 0,19

Sumber : Lampiran 2 Per Kecamatan

Semakin besar Indeks MFEP mendekati 1 maka semakin unggul sektor/komoditi tersebut di wilayah bersangkutan. Dari 18 kecamatan terpilih yang ada di Kabupaten Nias Selatan, berdasarkan survei lapangan menggunakan Indeks MFEP maka dapat dilihat bahwa wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan memiliki 3 sektor unggulan yakni sektor tanaman dan perikanan.

(19)

Tabel 4.10 Nilai Tertimbang Pada Sub Sektor Unggulan Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

No. Kecamatan Sub Sektor

6. Pulau-pulau Batu Tangkap Ikan Laut 0,45

7. Hibala Tangkap Ikan Laut 0,41

13. Pulau-pulau Batu Timur Tangkap Ikan Laut 0,29

14. Fanayama Wisata Budaya 0,45

15. Mazo Babi 0,60

16. Lolomatua Kelapa 0,52

17. Mazino Kelapa 0,03

18. Aramo Ketela 0,07

Sumber : Lampiran 2 Per Kecamatan

Akan tetapi, data yang ditunjukkan dengan hanya 2 sektor keunggulan ini mengartikan bahwa masih adanya sektor-sektor yang terlihat tidak potensial untuk berkembang di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan. Padahal apabila dilihat dari kondisi geografis, wilayah ini memiliki kemampuan dalam menghasilkan barang-barang ekonomi.

4.3.2 Sumber Bahan Baku dan Ketersediaan Bahan Baku

(20)

sub sektor yang dimaksud bagi Kecamatan tertentu adalah berdasarkan Lampiran 3 tentang sumber bahan baku dan ketersediaan bahan baku per sektor.

Berdasarkan Lampiran 3, dapat dijelaskan bahwa rata-rata sumber dan ketersediaan bahan baku untuk sektor tanaman di kecamatan yang memiliki komoditi unggulan sub sektor tanaman, sumber bahan baku adalah lokal dan ketersediaan bahan baku adalah biasa saja.

Untuk sektor perikanan di kecamatan yang memiliki komoditi unggulan sub sektor tangkap ikan laut, sumber bahan baku adalah lokal dan ketersediaan bahan baku adalah kurang tersedia.

Sedangkan untuk sektor peternakan, industri kecil menengah, pengembangan, komunikasi, jasa-jasa, perdagangan, pertambangan dan pariwisata, sumber bahan baku adalah antar daerah dan impor. Ketersediaan bahan baku biasa saja dan kurang tersedia.

Kabupaten Nias Selatan yang terletak di bagian Selatan Kepulauan Nias, sedikit memiliki kendala dalam menjangkau sumber bahan baku dan ketersediaan bahan baku. Ini menjadi masalah sebab terbatasnya jumlah kecamatan yang aktif dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Berdasarkan data dan keterangan responden, hanya 1 kecamatan yang ramai aktivitas ekonomi sehari-hari untuk melakukan transaksi jual beli kebutuhan sehari-hari, yakni kecamatan Telukdalam yang juga merupakan ibukota Kabupaten Nias Selatan.

(21)

bahan baku lokal. Jika sumber bahan baku lokal tidak dapat dimanfaatkan maka terhentilah aktivitas ekonomi sehari-hari.

4.3.3 Analisis Pendekatan Tipologi Klassen

Berdasarkan hasil penelitian di 18 Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan, dan berdasarkan Ideks MFEP maka dapat dilakukan pendekatan Tipologi Klassen untuk setiap kecamatan sehingga terlihat pengelompokan daripada masing-masing sektor di setiap kecamatan apakah termasuk pada kuadran I, II, III atau IV.

Dalam pendekatan Tipologi Klassen, dikatakan kuadran I apabila FGD > 0,75 ; ini disebut juga dengan sektor prima. Dikatakan kuadran II apabila FGD > 0,50 – 0,74 ; ini disebut juga dengan sektor berkembang. Dikatakan kuadran III apabila FGD > 0,25 – 0,49 ; ini disebut juga sektor potensial. Dikatakan kuadran IV apabila FGD < 0,25 ; ini disebut juga sektor terbelakang.

(22)

(kuadran IV), artinya daerah wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah yang relatif tertinggal dan terbelakang dalam menghasilkan komoditi-komoditi sektor pengembangan, komunikasi dan pertambangan.

Tabel 4.11 Tipologi Klassen Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

Y sektor ≥ FGD Y sektor < FGD tawar, tangkap ikan laut)

Sektor Berkembang Industri Kecil dan Menengah (sub sektor: industri pangan, sandang & kulit, kimia & bahan bangunan, kerajinan & market, depot air isi ulang, depot bbm) listrik & air, perbankan, pendidikan, rumah sakit,

Sumber : Lampiran 2 Sekecamatan Kabupaten Nias Selatan

(23)

merupakan wilayah yang terletak bagian selatan dekat dengan perairan, akan tetapi data menunjukkan bahwa sektor tanaman masih berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi wilayah setempat. Kecamatan yang menunjukkan sektor tanaman sebagai dominan yakni dengan sub sektor ketela.

Tabel 4.12 Klasifikasi Sektor Prima dan Sektor Terbelakang Wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

Sektor

Di samping itu, wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan tetap juga memiliki sektor terbelakang dengan sub sektor dominan terbelakang yakni provider seluler dan penggalian. Ini dibuktikan bahwa letak Kepulauan Nias yang dekat dengan perairan/lautan adalah memiliki sedikit penduduk berpenghuni di wilayah tersebut sehingga sektor komunikasi tidak unggul, terbatasnya keberadaan provider seluler. Dan Kabupaten Nias Selatan tidak bercirikan pada wilayah yang unggul dalam sektor pertambangan, sub sektor penggalian.

4.3.4 Daftar Usaha Komoditi Unggulan di Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

(24)

Tabel 4.13 Daftar Usaha Komoditi Unggulan Sekecamatan di Kabupaten Nias Selatan

Sektor Sub sektor Sektor Sub sektor Tanaman Ketela Perikanan Ikan kolam

Kelapa Ikan air tawar

Karet Ikan laut

Jagung Palawija Padi

Sayur-mayur Buah-buahan Sumber : Tabel 4.11

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa meskipun kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan secara geografis terletak pada dataran yang berbeda, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah namun dapat disimpulkan bahwa sub sektor tanaman di sekecamatan Kabupaten Nias Selatan menunjukkan dominan dari sektor-sektor lainnya. Oleh sebab itu, sub sektor dari tanaman dan perikanan inilah yang menjadikan peran kontribusi sektor pertanian yang besar dalam pendapatan domestik regional bruto (PDRB) di Kabupaten Nias Selatan.

4.3.5 Pengembangan Potensi dari Komoditi Kejenuhan di Wilayah Kecamatan Kabupaten Nias Selatan

(25)

industri kecil dan menengah, potensi untuk dikembangkan pada semua daerah Kecamatan, hanya saja industri sandang dan kulit pada suatu daerah sudah mengalami kejenuhan.

Pertambangan mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Namun untuk penempatan kedudukan penggalian hanya ada di satu kecamatan saja, yaitu kecamatan Telukdalam. Untuk kawasan kecamatan lain, pengembangan pertambangan sudah mengalami kejenuhan.

Sub sektor jasa-jasa mempunyai potensi untuk dikembangkan pada setiap daerah, namun untuk usaha servis kendaraan untuk suatu daerah sudah mengalami kejenuhan. Sub sektor perdagangan mempunyai potensi untuk dikembangkan pada setiap daerah kecamatan, namun untuk usaha pasar tradisional dan retail/ modern telah mengalami kejenuhan.

4.3.6 Kesempatan Kerja, Infrastruktur Dasar dan Kelembagaan

Berdasarkan responden, kesempatan kerja, infrastruktur dasar dan kelembagaan dalam hal ini menyangkut tentang bagaimana kesempatan kerja di setiap 10 sektor ekonomi. Bagaimana infrastruktur dasar dalam mendukung kegiatan ekonomi dalam menghasilkan komoditi-komoditi unggulan di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan.

(26)

Untuk infrastruktur dasar wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan, adalah kecamatan Susua, Umbunasi, Pulau-pulau Batu Timur, Pulau-pulau Batu Utara, Simuk dan Tanah Masa yang tidak mendukung infrastruktur dasar sehingga akses jalan dan pelabuhan adalah sulit. Sedangkan untuk akses transportasi di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan adalah biasa saja.

Tabel 4.16 Sektor Prima dan Potensial serta Sektor Berkembang dan Terbelakang Menurut Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

(sub sektor: ketela, kelapa, karet, jagung, palawija, sayur-mayur, buah-buahan)

Peternakan (sub sektor:

Sapi/lembu/kerbau, kuda, kambing, babi, ayam buras, itik)

Perikanan (sub sektor:

ikan kolam/air tawar, ikan laut)

Jasa-jasa

(sub sektor: listrik & air, perbankan, pendidikan, rumah sakit, restoran, servis kendaraan)

Pariwisata

(sub sektor: wisata pantai/bahari, rekreasi dan hiburan, wisata budaya, wisata alam)

(sub sektor: industri pangan, sandang & kulit, kimia & bahan bangunan,

kerajinan & umum, elektronik, logam, mesin

Pengembangan

(sub sektor: jalan, perumahan, pelabuhan)

Perdagangan

(27)

4.3.7 Membangkitkan Kegiatan Ekonomi Kedepan dan Kebelakang

Sub sektor ekonomi dalam membangkitkan kegiatan ekonomi kedepan dan kebelakang. Penilaian responden untuk sektor dan sub sektor yang menjadi dominan yakni yang menunjukkan nilai angka indeks tertimbang tertinggi untuk setiap wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan. Kegiatan ekonomi ke depan dapat dilakukan melalui upaya penggunaan sumber daya penuh yang mendukung sektor-sektor dalam kuadran I dan III sehingga sektor potensial yang masih tertekan akan tumbuh menjadi sektor prima juga sektor yang sedang berkembang dapat dengan segera tumbuh menuju sektor prima (kuadran I).

Pada Tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa sektor pertanian pada sub sektor tanaman merupakan sektor prima yang artinya bahwa daerah wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan adalah daerah yang maju dan pertumbuhan cepat dalam menghasilkan komoditi tanaman, diantaranya seperti ketela, kelapa, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman karet, dan palawija. Secara teori, daerah yang termasuk pada sektor prima merupakan daerah tumpuan penghasil komoditi utama unggulan yang dapat mendorong kemajuan ekonomi di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan tersebut.

(28)

4.3.8 Keterkaitan Daerah Kabupaten Nias Selatan dengan Daerah Lainnya

Berdasarkan analisis pendekatan tipologi klassen dapat dilihat bahwa sektor-sektor ekonomi wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan ada yang masih relatif tertinggal dan terbelakang (kuadran IV pada tabel 4.16), hal ini menjadi perhatian bahwa wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan masih membutuhkan peran daerah lain sebagai tahap awal perkembangan pembangunan dalam sumber daya, baik penggunaan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mengarah pada pembangunan sektor maupun sub sektor lapangan usaha guna meningkatkan nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per periode.

Pada Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang masih relatif tertinggal atau terbelakang di masing-masing kecamatan di Kabupaten Nias Selatan. Adanya sektor terbelakang atau tertinggal ini menandakan bahwa masih ada keterkaitan daerah wilayah kecamatan kabupaten Nias Selatan dengan daerah lain sekepulauan Nias, diantaranya Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias dan Kotamadya Gunungsitoli.

Untuk sektor berkembang, secara teori bahwa daerah sedang tumbuh dan berkembang. Pada Tabel dapat dilihat sektor yang sedang tumbuh dan berkembang untuk adalah sektor industri kecil menengah dan perdagangan.

(29)

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka diketahui bahwa yang menjadi sektor prima di wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan adalah sektor tanaman dengan sub sektor tanaman ketela dan sektor perikanan dengan sub sektor tangkap ikan laut. Dengan demikian, komoditi ketela dan ikan laut merupakan komoditi yang memungkinkan adanya dampak back linking. Ini dapat dijelaskan bahwa komoditi ketela dan ikan laut menjadi komoditi yang dapat berperan serta aktif menghubungkan atau menyatukan dengan sektor-sektor ekonomi lain sehingga sektor-sektor ekonomi lain di daerah wilayah kecamatan Kabupaten Nias Selatan dapat bangkit berpeluang menghasilkan suatu komoditi. Seperti sektor industri kecil menengah dengan sub sektor industri pangan, sektor jasa-jasa dengan sub sektor restoran dan sektor perdagangan dengan sub sektor toko, pasar tradisional, retail/modern.

4.3.9 Persentase Proses Evaluasi Multifaktor (MFEP) Wilayah Kecamatan pada Tingkatan Kabupaten di Kabupaten Nias Selatan

(30)
(31)

Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dijelaskan bahwa pada tingkat kabupaten Nias Selatan secara persentase sektor tertinggi merupakan sektor tanaman dengan persentase sebesar 55.1% di ikuti oleh sektor peternakan dengan persentase sebesar 18.7% dan selanjutnya sektor perikanan dengan persentase sebesar 12.0% dan sektor pariwisata dengan persentase 6.1%. keempat sektor tersebut diatas memiliki persentase yang jauh berbeda antar sektor. Meskipun kabupaten nias selatan secara geografi memiliki garis pantai yang panjang, namun sektor perikanan tidak memiliki persentase yang tinggi bahkan hanya berada pada urutan ketiga dengan selisih 43.1% dari sektor tanaman yang merupakan sektor tertinggi pada sepuluh sektor yang diteliti. Sektor peternakan menempati urutan kedua pada tabel tersebut, ini menunjukkan bahwa memang budaya dari masyarakat kabupaten Nias Selatan sejak dahulu merupakan masyarakat yang bercocok tanam dan beternak. Sektor pariwisata adalah sektor yang semestinya merupakan sektor unggulan untuk peningkatan taraf hidup masyarakat di kabupaten Nias Selatan mengingat adanya desa budaya yang merupakan desa dalam perhatian UNESCO, banyaknya atraksi budaya tari, lompat batu, banyaknya rumah panggung yang merupakan rumah adat yang telah ada sejak beberapa ratus tahun lalu, adanya batu – batu ukiran yang sejak zaman megalitikum, banyaknya pemandangan yang terbentuk secara alamiah. Namun sektor pariwisata tersebut hanya menempati urutan keempat dari sepuluh sektor yang diteliti dengan persentase 6.1% atau selisih 49.0% dari sektor pertanian.

(32)

jauh dengan empat sektor teratas bilamana digabungkan mencapai persentase sebesar 91.9% sedangkan ketiga sektor ini bilamana digabungkan hanya mencapai persentase sebesar 6% atau selisih sebesar 85.9%. data persentase ini menunjukkan bahwa di kabupaten Nias Selatan saat ini merupakan daerah dengan sektor perdagangan dan sektor jasa yang rendah namun cukup untuk berkembang dengan mendukung keempat sektor teratas. Bilamana diperhatikan bahwa ketiga sektor ini memiliki persentase yang tinggi di kecamatan yang merupakan ibukota kabupaten Nias Selatan bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang bukan kecamatan lokasi ibukota kabupaten, dengan demikian sektor ini akan terpusat lebih dahulu disatu lokasi lalu akan menyebar dikecamatan lainnya.

Adapun tiga sektor dengan persentase terendah yaitu sektor Industri Kecil Menengah dengan persentase sebesar 0.2% selanjutnya sektor Komunikasi dengan persentase sebesar 0.8% dan terakhir sektor Pertambangan dengan persentase sebesar 0.8%. ketiga sektor ini terpaut sangat jauh dengan sektor lainnya bahkan tidak mencapai satu persen di masing – masing sektor, bilamana digabungkan hanya mencapai 1.8% atau selisih 90.1% terhadap empat sektor teratas dan selisih 4.2% terhadap tiga sektor menengah.

Adapun masing – masing sektor memiliki perbedaan persentase di setiap kecamatan, baik sektor yang tingkat persentasenya tinggi maupun yang rendah namun adapula yang hampir sama di setiap kecamatan pada tiap sektor.

(33)

terendah berada pada Kecamatan Pulau – Pulau Batu dengan persentase sebesar 15.0% disusul oleh Kecamatan Hibala dengan persentase sebesar 15.7%.

Adapun sektor Peternakan memiliki persentase yang jauh berbeda dari persentase sektor tanaman. Pada sektor Peternakan tingkat persentase tertinggi berada pada kecamatan Mazo dengan persentase sebesar 48.2% disusul oleh kecamatan Toma dengan persentase sebesar 27.5%. adapun tingkat persentase terendah berada pada kecamatan Pulau – Pulau Batu Timur dengan persentase sebesar 2.7% disusul oleh kecamatan Mazino dengan persentase sebesar 8.6%.

(34)

wilayah kecamatan yang tidak memiliki garis pantai dan lautan sehingga tidak memiliki potensi ekonomi pada sektor Perikanan terutama pada sub sektor Tangkap Ikan Laut.

Sektor keempat adalah sektor Industri Kecil dan Menengah, sektor ini menjadi salah satu sektor dengan tingkat persentase terendah dari seluruh sektor ekonomi yang diteliti dan terjadi kemerataan pada seluruh kecamatan. Kecamatan Fanayama merupakan kecamatan dengan tingkat persentase sebesar 1.6% dan ini merupakan satu – satunya kecamatan dengan tingkat persentase diatas satu persen kecamatan lainnya memiliki tingkat persentase yang rendah dibawah satu persen.

(35)

dengan persentase sebesar 0.8%. pada sektor Pengembangan ini terdapat empat kecamatan yang memiliki persentase diatas satu persen dan empat belas kecamatan dengan persentase dibawah satu persen, hasil persentase ini mengisyaratkan bahwa infrastruktur dan proses pembangunan infrastruktur masih minim di kecamatan tersebut.

Sektor selanjutnya merupakan sektor Komunikasi, pada sektor ini kecamatan Amandraya menempati posisi teratas dengan persentase sebesar 2.2% disusul oleh kecamatan Aramo dengan persentase sebesar 1.9%, dan persentase yang terendah terdapat di kecamatan Toma dengan tingkat persentase sebesar 0.2% dan disusul oleh Kecamatan Lolowau dengan persentase sebesar 0.2%. pada sektor Komunikasi ini terdapat tujuh kecamatan yang tingkat persentase di masing – masing kecamatan diatas satu persen dan terdapat sebelas kecamatan yang tingkat persentase dibawah satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa di kabupaten Nias Selatan masih mayoritas wilayahnya belum terkoneksi oleh jaringan infrastruktur komunikasi, baik komunikasi berbasis kabel maupun nirkabel.

(36)

ini terdapat sebanyak sebelas kecamatan dengan tingkat persentase diatas satu persen dan tujuh kecamatan dengan tingkat persentase dibawah satu persen.

Sektor Perdagangan menempatkan Kecamatan Telukdalam dengan tingkat persentase tertinggi dengan persentase sebesar 12.0% dan terendah terdapat di kecamatan Hibala dengan persentse sebesar 0.0%, kecamatan Susua dengan persentse sebesar 0.0%, kecamatan Maniamolo dengan persentse sebesar 0.0%, kecamatan Toma dengan persentse sebesar 0.0%, kecamatan Aramo dengan persentse sebesar 0.0%. Pada sektor Perdagangan ini terdapat sembilan kecamatan yang tingkat persentasenya diatas satu persen dan sembilan kecamatan yang tingkat persentasenya dibawah satu persen. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa adanya ketidakmerataan kegiatan ekonomi pada sektor perdagangan di Kabupaten Nias Selatan, sektor perdagangan masih berpusat pada ibukota kabupaten.

(37)

rendah baik tingkat kabupaten maupun pada wilayah kecamatan, mengingat sektor ini hanya mengandalkan sub sektor Penggalian.

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pada tingkatan Kabupaten Nias Selatan Sektor Tanaman merupakan sektor dengan persentase tertinggi sebesar 55.1% disusul oleh sektor Peternakan dengan persentase sebesar 18.7% selanjutnya sektor Perikanan dengan persentase sebesar 12.0% selanjutnya sektor Pariwisata dengan persentase sebesar 6.1% selanjutnya sektor Perdagangan dengan persentase sebesar 2.4% selanjutnya sektor Jasa – Jasa dengan persentase sebesar 2.0% selanjutnya sektor Pengembangan dengan persentase sebesar 1.6% selanjutnya sektor Komunikasi dengan persentase sebesar 0.8% selanjutnya sektor Pertambangan dengan persentase sebesar 0.8% dan yang terakhir sektor Industri Kecil dan Menengah dengan persentase sebesar 0.3%.

2. Sektor Tanaman tertinggi di Kecamatan Susua dengan persentase sebesar 78.8% dan terendah di Kecamatan Pulau – Pulau Batu dengan persentase sebesar 15.0%.

(39)

4. Sektor Perikanan tertinggi di Kecamatan Hibala dengan persentase sebesar 50.4% dan terendah salah satunya berada di kecamatan Susua dengan persentase sebesar 0.0%.

5. Sektor Industri Kecil dan Menengah tertinggi di Kecamatan Fanayama dengan persentase sebesar 1.6% dan terendah salah satunya berada di Kecamatan Amandraya dengan persentase sebesar 0.0%.

6. Sektor Pengembangan tertinggi di Kecamatan Pulau – Pulau Batu dengan persentase sebesar 11.1% dan terendah salah satunya berada di Kecamatan Umbunasi dengan persentase sebesar 0.0%.

7. Sektor Komunikasi tertinggi di Kecamatan Amandraya dengan persentase sebesar 2.2% dan terendah salah satunya berada di Kecamatan Lolowau dengan persentase sebesar 0.2%

8. Sektor Jasa – Jasa tertinggi di Kecamatan Telukdalam dengan persentase sebesar 9.9% dan terendah berada di Kecamatan Pulau – Pulau Batu Timur dengan persentase sebesar 0.0%

9. Sektor Perdagangan tertinggi di Kecamatan Telukdalam dengan persentase sebesar 12.0% dan terendah berada di Kecamatan Maniamolo dengan persentase sebesar 0.0%

10.Sektor Pertambangan tertinggi di Kecamatan Lolowau dengan persentase sebesar 2.8% dan terendah salah satunya berada di Kecamatan Mazo dengan persentase sebesar 0.0%

(40)

12.Sektor Tanaman dengan Sub Sektor Ketela, Kepala, Karet, Jagung, Palawija, Sayur – mayur, buah – buahan. Dan Sektor Perikanan dengan sub sektor Budidaya Ikan (Kolam/Air Tawar), Tangkap Ikan Laut. Kedua sektor dan sub sektornya merupakan Sektor Prima.

13.Sektor Industri Kecil dan Menengah dengan sub sektor Industri pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, kerajinan dan umum, elektronik, logam, mesin. Dan sektor Perdagangan dengan sub sektor took, pasar tradisional, retail/modern/mini market, depot air isi ulang, depot BBM. Kedua sektor dan sub sektornya merupakan Sektor Berkembang.

14.Sektor Peternakan dengan sub sektor sapi/lembu/kerbau, kuda, kambing, babi, ayam buras. Sektor Jasa – Jasa dengan sub sektor Listrik dan air, perbankan, pendidikan, rumah sakit, restoran, servis kendaraan. Sektor Pariwisata dengan sub sektor wisata pantai/bahari, rekreasi dan hiburan, wisata budaya, wisata alam. Ketiga sektor dan sub sektornya merupakan Sektor Potensial.

(41)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, adapun rekomendasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pada sektor dan sub sektor yang tertinggal dan terbelakang seperti sektor komunikasi dengan sub sektor provider seluler, sektor pertambangan dengan sub sektor penggalian, diharapkan kepada pemerintah setempat dapat memberikan modal/investasi sebagai upaya pendayagunaan wilayah potensial geografis sehingga sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori tertinggal/terbelakang dapat bangkit dan berperan di wilayah kecamatan pada khususnya, kepulauan dan provinsi pada umumnya. Sehingga secara langsung dapat meningkatkan peran dan kontribusi sektor dan sub sektor dalam pendapatan daerah di Kabupaten Nias Selatan.

2. Pada kesempatan kerja yang masih menunjukkan peran biasa saja, ini menunjukkan sedikitnya peluang kerja dalam setiap sektor ekonomi melalui berbagai sub sektor. Meningkatkan penggunaan sumber daya alam penuh diharapkan kepada pemerintah setempat yang dapat mendorong hasil produksi untuk setiap komoditi dari sektor-sektor ekonomi sehingga membutuhkan faktor produksi melalui tenaga kerja.

Gambar

Tabel 3.2 Pendekatan Tipologi Klassen
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Nias Selatan
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013
Tabel 4.2 Kecamatan dengan Letak Wilayah di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media yang layak digunakan dalam proses pembelajaran dan sekaligus mampu untuk meningkatkan hasil belajar psikomotor peserta didik

Pola Gotong Royong Dan Model Revitalisasinya Pada Masyarakat Batak Toba.Medan : Lembaga Penelitian Universitas Sumatera

atau marsirumpa yang berarti mengerjakan suatu kegiatan secara bersama-sama secara tanpa mengharapkan sebuah upah. Hampir semua aspek kehidupan orang Batak Toba pada zaman

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan positif terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk menjadikan judul penelitian ini yaitu : “ Pengaruh Restaurant Atmosphere dan Keragaman Produk Terhadap Loyalitas

Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan dari teori ke praktek. Jakarta:

Memberikan persetujuan kepada Perseroan untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas VIII dengan cara menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada Para Pemegang

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan