• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah Dengan Angsuran yang Dibuat Dibawah Tangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah Dengan Angsuran yang Dibuat Dibawah Tangan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

orang harus diberi akses untuk memperoleh, mempunyai, memanfaatkan dan

mempertahankan bidang tanah yang akan atau yang sudah dipunyainya. Sebagai

hak dasar hak atas tanah sangat berarti bagi eksistensi seseorang, kebebasan dan

harkat dirinya sebagai manusia, sehingga pemenuhannya harus selalu diupayakan.1

Tanah tapak menjadi bahasa yang umum akhir-akhir ini terutama dalam hal

jual beli tanah karena jual beli secara kapling lebih menarik bagi masyarakat

umum salah satunya efek globalisasi yang terjadi, tanah tapak atau kapling adalah

bagian tanah yang sudah dipetak-petak dengan ukuran tertentu untuk bangunan

atau tempat tinggal.2

Salah satu bentuk peralihan hak atas tanah adalah jual beli yang berarti

pengalihan hak atas tanah kepada pihak/orang lain yang berupa dari penjual

kepada pembeli tanah.3 Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik yang dalam

hal ini pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas

suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar

1

Syafruddin Kalo, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,(Medan, Pustaka Bangsa Press, 2004), hal.8.

2

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,(Jakarta, Balai Pustaka, 2001), hal. 518.

3

Harun Al Rasyid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah (berikut Peraturan-peraturannya),

(2)

harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik

tersebut.4

Menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jual beli

adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang

telah dijanjikan. Jual beli tidak hanya dapat dilakukan secara berhadapan langsung

antara penjual dengan pembeli, tetapi juga dapat dilakukan secara terpisah antara

penjual dan pembeli.

Salah satu obyek jual adalah tanah, dan ada beberapa peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang jual beli tanah yang belum

dibukukan/-didaftarkan atau belum memiliki tanda bukti hak adalah`:

1. Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang

Pendaftaran Tanah yang berbunyi Akta untuk memindahkan hak, memberikan

hak baru, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan tanggungan hak

atas tanah yang belum dibukukan dibuat oleh Penjabat jika kepadanya, dengan

menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1) sub. a, diserahkan

surat-keterangan Kepala Kantor. Pendaftaran Tanah yang menyatakan, bahwa hak

atas tanah itu belum mempunyai sertifikat atau sertifikat-sementara. Di

daerah-daerah kecamatan di luar kota tempat kedudukan Kepala Kantor

Pendaftaran Tanah surat keterangan Kepala Kantor Pendaftaran Tanah

4

(3)

tersebut dapat diganti dengan pernyataan yang memindahkan, memberikan

menggadaikan atau menanggungkan hak itu, yang dikuatkan oleh Kepala

Desa dan seorang anggota Pemerintah Desa yang bersangkutan. Selain

surat-keterangan tersebut, kepada Pejabat itu harus diserahkan pula:

a. surat bukti hak dan keterangan Kepala Desa yang dikuatkan oleh Asisten

Wedana yang membenarkan surat-bukti hak itu,

b. surat tanda bukti pembayaran biaya pendaftaran.

2. Penjelasan Pasal 24 ayat (1) point f dan g dari Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang berbunyi akta pemindahan hak

yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala

Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan

Pemerintah ini dan akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang

tanahnya belum dibukukan

3. Pasal 60 ayat (2) poin g dan h dari Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan pelaksanaan

peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah yang

berbunyi akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda

kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum

berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan,

atau akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya

(4)

Peraturan perundang-undangan diatas menjelaskan bahwa apabila ada

peralihan/perpindahan hak atas tanah yang belum dibukukan/didaftarkan maka

setidaknya proses tersebut disaksikan oleh kepala desa atau pejabat pemerintahan.

Jual beli yang dilakukan terhadap tanah sebagai obyeknya pasti memerlukan

suatu perjanjian. Perjanjian secara umum adalah suatu peristiwa yang berupa suatu

rangkaian janji-janji.5 Suatu perjanjian menimbulkan perikatan, atau perjanjian

merupakan sumber utama dari perikatan.6 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata perikatan adalah suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda)

antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu

dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan

itu.

Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut dinamakan prestasi, yang menurut

Undang-Undang dapat berupa :7

1. Menyerahkan suatu barang;

2. Melakukan suatu perbuatan;

3. Tidak melakukan suatu perbuatan.

Unsur-unsur dalam perikatan adalah :8

1. Bahwa perikatan itu adalah suatu hubungan hukum;

5

Subekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, ( Bandung, Alumni, 1976), hal. 12.

6

Ibid., hal. 13.

7

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, ( Jakarta, PT. Intermasa, 2003), hal. 123.

8

(5)

2. Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau tiga orang orang

(pihak);

3. Hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan

hukum harta kekayaan;

4. Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban pada salah satu

pihak dalam perikatan.

Hubungan hukum dalam jual beli dinyatakan dengan pernyataan tertulis, yaitu

perjanjian jual beli ialah perjanjian konseptual karena mengikat para pihak saat

terjadinya kesepakatan para pihak tersebut mengenai unsur esencial dan aksidentalia

dari perjanjian tersebut.9 Setelah dilakukan perjanjian jual beli maka dilakukan

penyerahan terhadap obyek yang diperjual belikan, penyerahan terhadap barang tidak

bergerak atau tanah dilakukan dengan pendaftaran atau balik nama.10

Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak penjual

dan pembeli. Di dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan

objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban

untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut.11

Salah satu yang timbul di masayarakat adalah timbulnya surat perjanjian

urusan pengadaan tanah tapak rumah yang secara garis besar berisi tentang jual beli

(6)

tanah tapak rumah secara angsuran. Jual beli secara angsuran bisa memiliki

persamaan dengan sewa beli yaitu tentang klausul yang menyebabkan pembeli tidak

diberi kebebasan untuk mengalihkan barang yang dibeli secara angsuran atau disewa

beli sebelum barang tersebut dibayar lunas,12 dan perbedaannya adalah pada proses

penyerahan hak milik barang yang akan diterima pembeli pada jual beli angsuran

pada dasarnya hak milih sudah beralih pada saat barang yang menjadi obyek jual beli

diserahkan kepada pembeli sedangkan pada sewa beli hak milik naru beralih pada

saat pembayaran angsuran telah lunas.

Perjanjian jual beli tanah biasanya dibuat dalam akta autentik yang dibuat oleh

pejabat yang berwenang untuk itu,13 di Indonesia tentang jual beli hak atas tanah

seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang

Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) harus dilakukan dihadapan

yang berwenang, dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Khusus untuk tanah-tanah yang bersertipikat, jual beli yang merupakan

bentuk peralihan hak atas tanah dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT), tetapi ada kalanya pelaksanaan jual beli ini dilakukan di hadapan Notaris.

Sedangkan untuk tanah yang belum bersertipikat yaitu tanah yang alas haknya berupa

Surat Keterangan Camat, bisa dilakukan di hadapan notaris umumnya dengan akta

pelepasan hak atas sebidang tanah dengan ganti rugi.

12

Ahmadi Miru, Op.Cit, hal. 139.

13

(7)

Pembayaran harga barang pada umumnya dilakukan secara tunai bersamaan

dengan penyerahan barang. Akan tetapi, dalam beberapa jenis perjanjian harga

barang tersebut tidak dilakukan secara tunai, akan tetapi dilakukan dengan

angsuran.14 Dalam hal ini suatu perjanjian yang dimaksudkan untuk mengalihkan hak

milik atas suatu barang, namun hak milik atas suatu barang itu tidak beralih pada saat

penyerahan barang karena orang yang berkehendak untuk memiliki barang tersebut

statusnya bukan sebagai pembeli, tetapi hanya sebagai penyewa atas barang yang

diserahkan kepadanya dan status ini akan berubah menjadi pembeli pada saat

pembayaran angsuran terakhir dilunas oleh pihak yang berkehendak memiliki barang

tersebut.15

Dalam jual beli proses penyerahan obyek jual beli menurut Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata sangat berbeda dengan menurut hukum adat. Kitab Undang-Undang–

undang hukum perdata menyatakan bahwa penyerahan fisik bukan unsur jual beli

tetapi kewajiban penjual karena obyek jual beli adalah hak atas tanah sedangkan

menurut hukum adat penyerahan fisik adalah unsur jual beli.16

Dalam praktek yang terjadi ada surat perjanjian urusan pengadaan tanah tapak

rumah yang dibuat di bawah tangan yang obyeknya adalah tanah tapak dan belum

bersertipikat di Kota Binjai. Bentuk perjanjian tersebut dibuat tidak didepan pejabat

yang berwenang sehingga kedudukan pembeli kurang terjamin selama angsuran itu

(8)

berjalan didukung fakta bahwa proses administrasi dan penyerahan terhadap tanah

tersebut akan diproses setelah angsuran lunas, seperti balik nama menjadi milik

pembeli.

Pembeli dalam hal ini hanya memiliki surat perjanjian dibawah tangan

tersebut dan kwitansi pembayaran angsurannya dan berpegang pada kepercayaan

masing-masing pihak, dan selama angsuran belum lunas maka surat asli tanah yang

diperjual belikan tidak diproses balik nama menjadi nama pembeli dan masih berada

di bawah kekuasaan pihak penjual.

Nama perjanjiannya tersebut mengandung unsur kata pengadaan tanah, di

indonesia sendiri aturan tentang pengadaan tanah sudah diatur dalam Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas

Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Pasal 1 ayat 2

menyebutkan bahwa Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan

cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Dan ayat

3 Pasal tersebut menyebutkan bahwa pihak yang berhak adalah pihak yang menguasai

atau memiliki objek pengadaan tanah. Pihak yang membayar ganti kerugian dan

menerima objek pengadaan tanah adalah intansi pemerintah yang sudah mendapat

kuasa atas hal tersebut.

Sehingga ciri khas dari pengadaan tanah ada keterlibatan pihak pemerintah

yang diwakilkan oleh instansi pemerintahan, namun dalam surat perjanjian urusan

(9)

masyarakat dengan direksi sebuah perseroan komanditer, sehingga ada kesenjangan

yang terjadi dalam surat perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah tersebut.

Dalam hal jual beli secara angsuran yang terjadi dalam surat perjanjian urusan

pengadaan tanah tapak rumah, pembeli sudah melakukan kewajibannya (prestasi)

yaitu menyerahkan sesuatu yakni uang angsuran, sedangkan penjual hanya memberi

kwitansi pembayaran angsuran, dalam hal ini bagaimana tanggung jawab para pihak

ketika timbul masalah dari perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah tersebut

seperti seperti penjual meninggal dunia, surat tanah yang menjadi obyek jual beli

bermasalah, atau perjanjian tersebut dibatalkan sepihak serta bagaimana kekuatan

pembuktiannya secara Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata.

Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Analisis Yuridis Tanggung Jawab

Para Pihak daam Perjanjian Urusan Pengadaan Tanah Tapak Rumah yang dibuat di

Bawah Tangan”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian

ini dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk dan pengaturan perjanjian urusan pengadaan tanah tapak

rumah di Indonesia?

2. Bagaimana tanggung jawab para pihak dalam penyelesaian wanprestasi yang

terjadi karena perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah?

3. Bagaimana kekuatan pembuktian perjanjian urusan pengadaan tanah tapak

(10)

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memberikan pemahaman yang benar tentang

permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan, kemudian untuk menemukan

jawaban-jawaban atas permasalahan-permasalahan tersebut dalam lingkup yang

lebih khusus penelitian ini ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk dan pengaturan perjanjian perjanjian urusan

pengadaan tanah tapak rumah di Indonesia.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab para pihak dalam penyelesaian

masalah-masalah yang terjadi karena perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah.

3. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian perjanjian urusan pengadaan tanah

tapak rumah ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

D.Manfaat Penelitian

Terjawabnya permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan serta

tercapainya tujuan penelitian diharapkan memberikan sejumlah manfaat secara

teoritis maupun secara praktis, antara lain:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data

tentang tentang bentuk perjanjian perjanjian urusan pengadaan tanah tapak

rumah ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tanggung jawab

para pihak dalam penyelesaian masalah-masalah yang terjadi karena

perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah dan kekuatan pembuktian

perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah ditinjau dari Kitab

(11)

kalangan akademisi maupun praktisi serta masyarakat pada umumnya karena

penting untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Secara Praktis, hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pikiran:

a. Sebagai bahan masukan dan panduan bagi para paktisi hukum dalam

menyelesaikan kasus yang dihadapi

b. Untuk menambah khazanah dan wawasan pemikiran hukum tentang

bentuk dan pengaturan perjanjian perjanjian urusan pengadaan tanah tapak

rumah di Indonesia, tanggung jawab para pihak dalam penyelesaian

masalah-masalah yang terjadi karena perjanjian urusan pengadaan tanah

tapak rumah dan kekuatan pembuktian perjanjian urusan pengadaan tanah

tapak rumah ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

c. Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang

hukum kepada almamater.

E.Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas

Sumatera Utara khususnya di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Magister

Kenotariatan, menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah

dilakukan. Akan tetapi ditemukan judul tesis yang berhubungan dengan topik

dalam tesis ini yaitu tesis atas nama Wanda Lucia, Nim. 117011154, dengan judul

Tinjau Yuridis atas akta notaris terkait dengan pengikatan jual beli hak atas tanah

(12)

1. Apakah pengikatan jual beli tanah secara cicilan disebut sebagai jual beli yang

disebut dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?

2. Bagaimana proses hukum jual beli tanah secara cicilan?

3. Bagaimana status hukum penjual dan pembeli terhadap tanah yang dibeli secara

cicilan dalam hal penjual wanprestasi ?

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut berbeda dengan

permasalahan yang akan dibahas dengan penelitian ini. Oleh karena itu penelitian

ini dapat menjamin dengan sepenuhnya tentang keaslian penelitian dan dapat

dikategorikan sebagai penelitian yang baru dan dapat dipertanggung jawabkan

secara akademik.

F.Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang

fenomena tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau

eksistensinya,17dan suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui

tentang dunia sosial oleh partisipan dan ahli lainnya, minimal harus ada

aturan-aturan penerjemah yang dapat menghubungkan teori dengan ilmu

bahkan pengetahuan lain,18 sedangkan kerangka teori adalah kerangka

pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau

(13)

permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan

teoritis.19

Menurut J.J.H Bruggink yang dikutip oleh Titik Triwulan Tutik teori

hukum adalah “suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan

dengan sistem konseptual antara aturan-aturan hukum dan putusan-putusan

hukum dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan”.20

Sedangkan, menurut Bernard Arief Sidharta yang dikutip oleh Hasim

Purba teori hukum diartikan sebagai ilmu atau disiplin hukum yang dalam

perspektif interdisipliner dan eksternal secara kritis mengalisis berbagai aspek

gejala hukum, baik tersendiri maupun dalam kaitan keseluruhan, baik dalam

konsepsi teoritisnya maupun praktisnya dengan tujuan untuk memperoleh

pemahaman yang lebih baik dan memberikan penjelasan sejernih mungkin

tentang bahan hukum yang tersaji dan kegiatan yuridis dalam kenyataan

kemasyarakatan .21

Bagi suatu penelitian, teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa

kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut: 22

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan menkhususkan

faktor-faktor yang hendak diselidiki atai dikaji kebenarannya.

19

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, Mandar Maju, , 1994), hal. 80.

20

Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum,(Jakarta, Prestasi Pustakaraya. 2006), hal. 145.

21

Hasim Purba, Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum, ( Medan, CV. Cahaya Ilmu, 2006), hal. 98.

22

(14)

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistem klasifikasi

fakta membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan

definisi-definisi.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkit objek yang diteliti

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh

karena telah dikatahui sebab-sebab terjaadi fakta tersebut mungkin

faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhdap kekurangan-kekurangan

pada pengetahuan peneliti.

Teori hukum yang digunakan adalah teori kepastian hukum dari

Soerjono Soekanto yang menyatakan yang penting dalam kepastian hukum

adalah peraturan dan dilaksanakan peraturan itu sebagaimana yang ditentukan.

Apakah peraturan itu harus adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakat

adalah diluar pengutamaan kepastian hukum. Dengan tersedianya perangkat

hukum yang tertulis, siapapun yang berkepentingan akan mudah mengetahui

kemungkinan apa yang tersedia baginya untuk menguasai dan menggunakan

tanah yang diperlukannya, bagaimana cara memperolehnya, hak-hak,

kewajiban serta larangan yang ada di dalamnya.23

Teori kepastian hukum menekankan pada penafsiran dan sanksi yang

23

Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial,

(15)

jelas agar suatu perjanjian dapat memberikan kedudukan yang sama antar

subyek hukum yang membuat perjanjian itu. Kepastian memberikan kejelasan

dalam melakukan perbuatan hukum saat pelaksanaan perjanjian dalam bentuk

prestasi bahkan saat perjanjian tersebut telah masuk kepada wanprestasi.24

Memperbaiki kepastian hukum, memang bukan satu-satunya dan juga

tidak dapat berdiri sendiri, namun dengan mengetahui hak dan kewajiban

masing-masing yang diatur dalam hukum sangat dimungkinkan tidak terjadi

sengketa,25 artinya bila kepastian hukum yang dijadikan sasaran, maka hukum

formal adalah wujud yang dapat diambil sebagai tolak ukurnya, dengan

demikian perlu mengkaji hukum formal sebagai basis dalam menganalis suatu

kebijakan yang dapat memberikan suatu kepastian hukum. Teori kepastian

hukum ini digunakan untuk mencari kepastian hukum bagi pembeli yang

melakukan jual beli terhadap tanah kapling secara mengangsur dengan

perjanjian yang dilakukan dibawah tangan.

Teori kedua yang digunakan adalah teori tanggung jawab hukum dari Hans

Kelsen yang menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas

suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab atas suatu sanksi

24

Thomas Widinarto, Asas-asas Hukum Perjanjian Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta, Salemba Empat, 2012), hal. 46.

25

(16)

dalam hal perbuatan yang bertentangan.26 Pertanggungjawaban berdasar kesalahan

biasanya mencakup persoalan kelalaian.27 Prinsip ini menyatakan seseorang baru

dapat dimintakan untuk bertanggungjawab secara hukum apabila terdapat unsur

kesalahan yang dilakukannya. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang dikenal dengan pasal perbuatan melawan hukum mengharuskan empat unsur

kesalahan, adanya kerugian yang diderita, dan adanya hubungan kausalitas antara

kesalahan dan kerugian. Pertanggungjawaban mutlak biasanya kejadian yang tidak

terperkirakan atau tidak disengaja.28 Karena itu tanggung jawab mutlak sering disebut

dengan tanggung jawab tanpa kesalahan. Bentuk pertanggungjawaban dalam hukum

perdata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pertanggungjawaban

kontraktual dan kedua, pertanggungjawaban perbuatan melawan hukum.

Perbedaan antara tanggung jawab kontraktual dengan tanggung jawab

perbuatan melawan hukum adalah apakah dalam hubungan hukum tersebut terdapat

perjanjian atau tidak. Apabila terdapat perjanjian tanggung jawabnya adalah tanggung

jawab kontraktual. Sementara apabila tidak ada perjanjian namun terdapat satu pihak

merugikan pihak lain, pihak yang dirugikan dapat menggugat, pihak yang merugikan

bertanggung jawab dengan dasar perbuatan melawan hukum.29 Teori ini digunakan

26

Jimly Asshidiqie dan Ali Safaat, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat Jendrall dan kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006, halaman 63.

(17)

untuk meneliti seperti apa tanggung jawab para pihak dalam perjanjian urusan

pengadaan tanah tapak rumah ketika ada salah satu pihak melakukan wanprestasi.

2. Kerangka Konsepsi

Dalam kerangka konseptional diungkapkan beberapa konsepsi atau

pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.30

Selanjutnya konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu

penelitian, kalau masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, maka

sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok

perhatian dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari

sekolompok fakta atau gejala itu. Maka konsep merupakan definisi dari apa

yang perlu diamati, Konsep menentukan antara variable-variable yang ingin

menentukan antara variable-variable yang ingin menentukan adanya gejala

empiris.31

Konsepsional pada hakikatnya merupakan suatu pengarah, atau

pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka) yanh

sering kali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka

konsepsional belaka kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga

diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan menjadi pegangan konkrit

30

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 7.

31

(18)

di dalam penelitian.32

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitin tesis ini perlu

didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar

secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup variabel dan dapat diperoleh

hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan.

Konsep itu adalah sebagai berikut:

a. Tanggung jawab para pihak adalah kewajiban para pihak dalam

melaksanakan segala kewajiban yang tertulis di dalam Perjanjian urusan

pengadaan tanah tapak rumah yang menjadi obyek penelitian ini.

b. Perjanjian adalah suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu

orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. 33

c. Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara

memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang behak. 34

d. Dibawah tangan adalah suatu perjanjian yang ditandatangani oleh para

pihak yang bersangkutan saja.35

32

Soerjono Soekanto, PengantarPenelitian Hukum, (Jakara, UII Press, 2007), hal. 21.

33

Salim, H.S, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), hal. 25.

34

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

35

(19)

F. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian.

Spesifikasi penelitian dalam penulisan bersifat deskriptif analitis, dari

penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis

tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan

gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat bagaimana

menjawab permasalahan dalam menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban

dari permasalahan tersebut .36

Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip

umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam

kehidupan manusia, atau pola-pola yang yang dianalisis gejala-gejala sosial

budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan

untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku.37

2. Jenis Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode atau jenis penelitian yuridis

normatif, pendekatan teradap permasalahan dilakukan dengan mengkaji

ketentuan mengenai tanggung jawab para pihak dalam perjanjian urusan

pengadaan tanah tapak rumah yang dibuat di bawah tangan. Menggunakan

pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian ini adalah hukum

36

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, (Jakarta, UII Press, 2001), hal. 30.

37

(20)

atau kaedah (norm). Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam

arti sempit (value), Peraturan hukum konkret. Penelitian yang berobjekan

hukum normatif berupa asas-asas hukum, sistem hukum, taraf sinkronisasi

vertikal dan horisontal.38

Penelitian ini sering disebut juga penelitian dokumenter untuk

memperoleh data sekunder dibidang hukum. Penelitian lebih meliputi

penelitian asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, Peraturan

perUndang-Undangan yang berlaku, literatur-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian ini. Titik berat penelitian tertuju pada penelitian

dokumenter, yang berarti lebih banyak menelaah dan mengkaji data

sekunder yang diperoleh dari penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah tanggung

jawab para pihak dalam perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah

yang dibuat di bawah tangan

3. Metode Pengumpulan Data.

Sebagai penelitian hukum Normatif, penelitian ini menitikberatkan pada

studi kepustakaan. Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan data sekunder dan data

primer. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dari

arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi pada instansi Pemerintah,

38

(21)

Undang, makalah yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti,

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang

untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder, seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, surat kabar,

internet serta makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.41

Selain data sekunder, penulis juga menggunakan data primer, yaitu data

yang diambil langsung dengan wawancara yang dilakukan secara terarah

(directive interview),42 yaitu pembeli dan direktur CV. Putra Agung sebagai

pihak yang terlibat di dalam perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah,

yang dalam penelitian ini memiliki kapasitas sebagai informan dan

narasumber. 43 Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui ketentuan dan tata

39

(22)

cara penyelesaian wanpretasi dalam perjanjian jual beli tanah kaplingan secara

mengangsur yang dilakukan dibawah tangan.

4. Alat Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan

kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam

penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan

menggunakan cara :

a. Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan

membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data

sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.44

b. wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana penulis

melakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang

berkepentingan guna memperoleh keterangan atau data-data yang

diperlukan. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk

memperoleh keterangan lisan guna mencapai tujuan tertentu.45

44

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1986), hal. 21.

45

(23)

5. Analisis Data.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Data hasil penelitian yang berupa data

hasil studi dokumen (data sekunder), data hasil pengamatan dan wawancara

dianalisis dengan metode kualitatif,46 dengan maksud untuk memaparkan

apa yang dianalisis tadi secara sistematis dan menyeluruh untuk menjawab

permasalahan yang diteliti. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini

dengan menggunakan metode deduktif.

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan

dan evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan baik secara studi

dokumen dan wawancara. Setelah itu secara keseluruhan data tersebut akan

dianalisis dan disistematisasikan secara kualitatif yang artinya menjelaskan

dengan kalimat sendiri semua kenyataan yang terungkap dari data sehingga

menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk memperoleh jawaban terhadap

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

46

Referensi

Dokumen terkait

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Balanced Score Card, Perusahaan. Poliplas Makmur Santosa Ungaran adalah perusahaan manufaktur yang

keempat : implementasi dan pengujian sistem, serta analisis hasil pengujian. Pada tahapan ini dilakukan proses pembangunan sistem atau aplikasi berdasarkan rancangan yang

Activity diagram digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan-kegiatan dalam sebuah operasi meskipun juga dapat unakan untuk mendeskripsikan alur kegiatan yang lainnya seperti

Pada penelitian ini dibuat rencana strategis SI/TI untuk perkembangan teknologi sistem informasi terintegrasi dimana proses strategi dilakukan

Oleh karena itu peneliti mengambil judul pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based learning terhadap motivasi belajar siswa pada kelas IV di SD Muhammadiyah

[r]

- Siswa menerima tugas dari guru, yaitu menulis puisi bebas sesuai dengan tema yang ditentukan.b. - Guru beserta siswa mengakhiri kegiatan belajar

Identifikasi atau gambaran perkembangan perekonomian berdasarkan hasil analisis entropi, LQ, SSA dan informasi berkaitan dengan sarana infrastruktur wilayah akan menjadi