BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium klinis dengan rancangan pre dan post test control group design.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat
1. Di koridor Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sebagai tempat perlakuan berkumur.
2. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara untuk tempat perhitungan jumlah bakteri.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 - Juni 2017.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU yang masih aktif. Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus penelitian yaitu:
n = [Z1-α/2√2P ( 1 – P)+ Z1-β√P1 (1 – P1) + P2(1 – P2)] 2
(P1 - P2)2
n = [1,96 √2 (0,001)(1 – 0,001) + 1,28√0,5(1 – 0,5) + 0,2(1 – 0,2)]2 (0,5 – 0,2)2
n = [1,96 (0,045) + 1,28 (0,64)]2 (0,3)2
n = 0,82 0,09
n = 9,14 = 15 orang Dimana :
n = Besar sampel P = Proporsi gabungan
P1 = Proporsi pada kelompok 1 penelitian terdahulu
P2 = Proporsi pada kelompok 2 penelitian terdahulu
Z1-α/2 = Nilai Z derajat kemaknaan yang dikehendaki
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji yang dikehendaki
Nilai yang dipakai pada rumus di atas berdasarkan penelitian terdahulu yaitu penelitian nyoman dkk. Dimana diketahui nilai dari proporsi gabungan pada penelitian tersebut adalah 0,001, nilai proporsi pada kelompok pertama 0,5 dan nilai pada proporsi pada kelompok kedua 0,2.12 Dari hasil perhitungan, besar sampel dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dimana setiap perlakuan diambil sebanyak 15 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk menghindari terjadi bias. Pemilihan sampel berdasarkan subjek kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai berikut:
Kriteria Inklusi:
1. Mahasiswa FKG USU yang bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent.
2. Mempunyai skor decay minimal 2 per orang. Kriteria Eksklusi:
1. Memakai piranti ortodonti cekat atau lepasan. 2. Memakai protesa.
3. Menderita penyakit sistemik.
4. Rutin menggunakan obat kumur antiseptik.
3.4 Variabel Penelitian
2. Variabel efek : penurunan jumlah bakteri sebelum dan sesudah berkumur yang dihitung dengan Colony Forming Unit (CFU).
3. Variabel Terkendali : a. Volume obat kumur = 15 ml b. Lama berkumur = 30 detik c. Skor decay minimal 2
3.5 Definisi Operasional
1. Berkumur dengan seduhan teh hitam
Seduhan teh hitam 80 mg/ml sebanyak 15 ml dikumur selama 30 detik kemudian dibuang.
2. Berkumur dengan seduhan teh hijau
Seduhan teh hijau 80 mg/ml sebanyak 15 ml dikumur selama 30 detik kemudian dibuang.
3. Jumlah bakteri
Jumlah bakteri sebelum dan sesudah berkumur seduhan teh hitam dan berkumur seduhan teh hijau dihitung dengan metode plate count di Fakultas MIPA, USU.
3.6 Metode Penelitian
3.6.1 Prosedur Pembuatan Seduhan Teh
1. 20 gr serbuk teh diseduh dengan air sebanyak 250 ml.
2. Diamkan seduhan teh selama 5 menit agar catechin yang ada dalam teh keluar dari daun teh.9
3.6.2 Prosedur Berkumur
1. Subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
3. Sebelum diberi perlakuan, sampel saliva seluruh subjek penelitian ditampung dalam tabung steril dan ditutup rapat untuk penghitungan jumlah bakteri sebelum perlakuan (pre test).
4. Subjek dibagi secara acak menjadi 2 kelompok dengan 15 orang dalam masing – masing kelompok, yaitu:
a. Kelompok perlakuan (kelompok I) berkumur dengan seduhan teh hitam 80 mg/ml. b. Kelompok Kontrol (kelompok II) berkumur dengan seduhan teh hijau 80 mg/ml.
5. Subjek kelompok perlakuan diberi air seduhan teh hitam sebanyak 15 ml untuk berkumur selama 30 detik kemudian dibuang. Subjek kelompok kontrol diberi seduhan teh hijau sebanyak 15 ml untuk berkumur selama 30 detik kemudian dibuang.
6. Selanjutnya saliva seluruh subjek langsung ditampung kembali dalam tabung steril dan ditutup rapat untuk penghitungan jumlah bakteri sesudah perlakuan (post test).
7. Sampel saliva segera dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara untuk penghitungan jumlah bakteri paling lama 1 jam setelah pengambilan sampel.
3.6.3 Penghitungan Jumlah Bakteri
1. Sebanyak 1 ml saliva (pre test) dan 1 ml saliva (post test) pada kedua kelompok dipindahkan ke tabung reaksi untuk melakukan pengenceran secara seri.
3. Suspensi saliva dari pengenceran tabung ketiga, diambil dengan pipet steril sebanyak 1 ml, kemudian di sebar pada piring petri steril yang mengandung plate count agar dengan menggunakan hockey stick.
4. Tahap selanjutnya, piring petri dimasukkan dalam inkubator 370C selama 2x24 jam.
5. Sesudah 48 jam, jumlah bakteri pada setiap piring petri dihitung dengan colony counter dengan satuan CFU.
3.7 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan kedalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik.
a. Univariat: untuk menghitung rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur dan sesudah berkumur dengan seduhan teh hitam dan seduhan teh hijau.
3.8 Alur Penelitian
Pembuatan seduhan daun teh hitam dan teh hijau
Volume 250 ml
Subjek penelitian dipilih sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi
Seluruh subjek diminta untuk tidak mengkonsumsi apapun selama 1 jam sebelum
penelitian
Saliva seluruh subjek ditampung dalam tabung steril sebagai sampel sebelum perlakuan (pre test)
Kelompok kontrol berkumur dengan 15 ml seduhan teh
hijau selama 30 detik, kemudian air kumur dibuang.
Kelompok perlakuan berkumur dengan 15 ml air
seduhan daun teh hitam selama 30 detik, kemudian air
kumur dibuang.
Saliva subjek ditampung dalam tabung steril sebagai sampel setelah perlakuan (post
test)
Saliva subjek ditampung dalam tabung steril sebagai sampel setelah perlakuan (post
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan umur paling banyak umur 22 tahun yaitu 36,7% diikuti umur 21 tahun 33,3%, 23 dan 24 tahun masing- masing 16,7% dan 13,3%. Berdasarkan jenis kelamin perempuan 86,7% dan laki-laki 13,3% (Tabel 2).
Tabel 2. Karakteristik Responden
4.2 Rata-rata Jumlah Bakteri Sebelum Perlakuan
Tabel 3. Rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur (pre test) pada kelompok berkumur seduhan teh hitam dan kelompok berkumur seduhan teh hijau.
Kelompok n
Teh Hitam 15 1556,60x10
3
± 296,22x103
p=0,378 Berkumur Seduhan
Teh Hijau 15 1644,66x10
3
± 238,81x103
4.3 Rata-rata Jumlah Bakteri Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pada kelompok berkumur seduhan teh hitam, rata-rata jumlah bakteri sebelum perlakuan (pre test) adalah 1556,60x103 ± 296,22x103 CFU/ml dan sesudah perlakuan (post test) adalah 852,40x103 ± 236,765x103 CFU/ml. Pada kelompok berkumur seduhan teh hijau, rata-rata jumlah bakteri sebelum perlakuan (pre test) adalah 1644,66x103 ± 238,81x103 CFU/ml dan sesudah perlakuan (post test) adalah 1001,00x103 ± 214,43x103 CFU/ml. Hasil uji t menunjukkan terdapat penurunan jumlah bakteri yang signifikan pada kelompok berkumur seduhan teh hitam dan kelompok berkumur seduhan teh hijau (p=0,000) (Tabel 4).
Tabel 4. Rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur (pre test) dan sesudah berkumur (post test) pada kelompok berkumur seduhan teh hitam dan kelompok berkumur seduhan teh hijau
4.4 Uji Efektivitas Terhadap Jumlah Bakteri
Selisih rata-rata jumlah bakteri sebelum perlakuan (pre test) dan sesudah perlakuan (post test) pada kelompok berkumur seduhan teh hitam adalah 704,20x103 ± 190,93x103 CFU/ml sedangkan selisih rata-rata jumlah bakteri sebelum perlakuan (pre test) dan sesudah perlakuan (post test) pada kelompok berkumur seduhan teh hijau adalah 643,66x103 ± 260,98x103 CFU/ml. Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok berkumur seduhan teh hitam dan kelompok berkumur seduhan teh hijau (p=0,082) (Tabel 5).
Tabel 5. Selisih rata-rata jumlah bakteri sebelum (pre test) dan sesudah berkumur (post test) pada kelompok berkumur seduhan teh hitam dan kelompok berkumur seduhan teh hijau.
Kelompok n Selisih penurunan bakteri (x±SD) (CFU/ml)
Hasil uji statistik Berkumur Seduhan
Teh Hitam 15 704,20x10
3
± 190,93x103
p=0,082 Berkumur Seduhan
Teh Hijau 15 643,66x10
3
BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil uji statistik jumlah bakteri sebelum perlakuan (pre test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok berkumur seduhan teh hitam 1556,60x103 ± 296,22x103 CFU/ml dengan kelompok berkumur seduhan teh hijau 1644,66x103 ± 238,81x103 CFU/ml (p>0,05). Hal ini disebabkan karena pemilihan subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu skor decay minimal dua per orang, tidak memakai piranti ortodonti cekat maupun lepasan, tidak memakai protesa, tidak menderita penyakit sistemik, dan tidak rutin menggunakan obat kumur antiseptik sehingga hal ini menyebabkan keadaan rongga mulut setiap sampel tidak jauh berbeda antara kelompok seduhan teh hitam dengan kelompok seduhan teh hijau.
meneliti aktivitas antibakteri teh hijau dan teh hitam terhadap bakteri Streptococcus mutans. Hasil penelitian Jalayer et al menunjukkan teh hitam lebih efektif dimulai pada konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan teh hijau.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan selisih rata-rata penurunan jumlah bakteri yang signifikan antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan pada kelompok berkumur seduhan teh hitam 704,20x103 ± 190,93x103 CFU/ml dan kelompok berkumur seduhan teh hijau 643,66x103 ± 260,98x103 CFU/ml (p>0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian Dellon dkk tentang daya hambat teh hitam, teh hijau dan teh oolong terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil teh hitam 3,7833 ± 0,82744, teh hijau 4,3667 ± 0,6607, dan teh oolong 4,0889 ± 0,6061. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dalam menghambat Streptococcus mutans.28 Hasil ini menunjukkan seduhan teh hitam sama efektif dengan seduhan teh hijau. Hal ini mungkin disebabkan karena daun teh hitam dan daun teh hijau memiliki daya antibakteri yang dapat menyebabkan penurunan jumlah bakteri. Daun teh hitam dan teh hijau sama-sama mengandung catechin, tetapi daun teh hitam mengalami proses oksidasi enzimatis sehingga catechin berubah menjadi theaflavin dan thearubigin. Theaflavin pada teh hitam memiliki peran dalam penghambatan amilase saliva dan bakteri dengan menghambat proses fermentasi gula yang dapat memproduksi asam. Theaflavin pada teh hitam 95 kali lebih banyak daripada teh hijau, sedangkan thearubigin 45 kali lebih banyak.17 Dari hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan selisih penurunan bakteri yang signifikan, namun terlihat bahwa selisih rata-rata pada teh hitam yaitu 704,20x103 ± 190,93x103 CFU/ml lebih besar daripada teh hijau yaitu 643,66x103 ± 260,98x103 CFU/ml.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok berkumur seduhan teh hitam sebelum perlakuan (pre test) adalah 1556,60x103 ± 296,22x103 CFU/ml dan sesudah perlakuan (post test) adalah 852,40x103 ± 236,765x103 CFU/ml.
2. Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok berkumur seduhan teh hijau sebelum perlakuan (pre test) adalah 1644,66x103 ± 238,81x103 CFU/ml dan sesudah perlakuan (post test) adalah 1001,00x103 ± 214,43x103 CFU/ml.
3. Selisih rata-rata jumlah bakteri sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok berkumur seduhan teh hitam adalah 704,20x103 ± 190,93x103 CFU/ml.
4. Selisih rata-rata jumlah bakteri sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok berkumur seduhan teh hijau adalah 643,66x103 ± 260,98x103 CFU/ml.
5. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok berkumur seduhan teh hitam yaitu p=0,000 (p<0,005). Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok berkumur seduhan teh hijau yaitu p=0,000 (p<0,005).
6. Tidak terdapat perbedaan selisih rata-rata penurunan jumlah bakteri yang signifikan antara kelompok berkumur seduhan teh hitam dengan kelompok berkumur seduhan teh hijau yaitu p=0,082 (p>0,005).
7. Berkumur seduhan teh hitam dan teh hijau sama efektifnya dalam menurunkan jumlah bakteri dalam saliva.
6.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
didapat, 78% masyarakat Indonesia mengkonsumsi teh hitam, dan memiliki rasa yang lebih enak.
2. Teh hitam sangat baik di konsumsi setiap hari pada pagi hari terutama untuk mencegah terjadinya penyakit karies gigi pada mulut, sehingga perlu adanya program promotif dan preventif dari pemerintah yang bertujuan memperkenalkan manfaat teh hitam melalui program peleyanan asuhan kesehatan gigi masyarakat.