• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Penanganan Hak Asuh Anak Oleh Pusat Pelayanan Terpaduperempuan Dan Anak Provinsi Sumatera Utara Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Penanganan Hak Asuh Anak Oleh Pusat Pelayanan Terpaduperempuan Dan Anak Provinsi Sumatera Utara Chapter III VI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang sedang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011)

Melalui penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu membuat gambar keadaan atau fenomena secara sistematis dan akurat mengenai fakta tentang penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam penaganan hak asuh anak oleh pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak provinsi sumatra utara.

3.2 Lokasi Penelitian

penelitian ini dilakukan di pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak provinsi sumatera utara. Alasan penulis memilih lokasi ini karena, pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini adalah salah satu lembaga yang menangani berbagai masalah tentang perempuan dan anak. Penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini menggunakan penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial didalam mengatasi masalah yang ada khususnya masalah penanganan hak asuh anak.

3.3 Informan

(2)

orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu guna memberikan informasi, data, maupun fakta dari fenomena yang ada. Informan yang dipilih adalah orang-orang yang memiliki pengalaman dan merasakan langsung dampak dari objek yang diteliti. Adapun informan dalam penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu:

3.3.1 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dengan masalah atau objek yang diteliti. Adapun informan utama dalam penelitian ini adalah 3 Orang Pekerjaan Sosial (Peksos) di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok dalam penelitian. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala UPT Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi tau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer( Studi Lapangan)

(3)

a. Observasi , yaitu pengamatan terhadap objek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian. Obsevasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian , direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan dan keabsahannya. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi karena peneliti terlibat langsung secara aktif dalam obyek yang diteliti. Obserpasi dilakukan di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara ( P2TP2A) agar peneliti tahu bagaimana penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam penanganan hak asuh anak

b. Wawancara, yaitu perckapan atau tanya jawab yang dilakukan peneliti dengan informan, sehingga mereka memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah terpimpin dimana tanya jawab dilakukan dengan terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan ( siagian, 2011) wawancara dilakukan oleh 3 orang pekerjaan sosial (peksos) dan juga seksi koordinasi dan kerjasama sebagai informan kunci dari penelitian ini. c. Dokumentasi, yaitu mempelajari dokumen yang relevan diman

(4)

2. Data Sekunder (studi Kepustakaan), yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui sumber kepustakaan. Studi kepustakaan (library research)dilakukan guna mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah, surat kabar, jurnal, karya ilmiah, artikel, buletin, dan bahan tulisan lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber baik dari buku, jurnal, serta media tulis lainnya kemudian menelaahnya, mempelajarinya, dan menyusunnya dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta membuat analisis sesuai dengan kemampuan peneliti untuk membuat suatu kesimpulan penelitian (Moleong, 2004)

(5)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak merupakan pusat kegiatan terpadu yang didirikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan menyediakan pelayanan bagi masyarakat Indonesia terutama perempuan dan anak korban tindak kekerasan. Pusat Pelayanan Terpadu perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara terletak di Jalan Pangeran Diponegoro No.30, Madras Hulu, Medan Polonia yang bertempat didalam Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara.Melalui Peraturan Daerah Provinsi Sumatra Utara No.13 Tahun 2017 Tentang Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas PP dan PA Provinsi Sumatera Utara. Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak ini bertujuan untuk melakukan pelayanan bagi tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta berupaya memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan perempuan dan anak dalam rangka terwujudnya kesetaraan dan keadilan Gender.

(6)

4.1 BAGAN ORGANISASI

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI SUMATERA UTARA

DINAS

BIDANG

KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN KELUARGA GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

BIDANG EKONOMI

DATA DAN INFORMASI GENDER

KELEMBAGAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

BIDANG SOSIAL POLITIK DAN HUKUM

DATA DAN INFORMASI ANAK

LINGKUNGAN KELUARGA, PENGASUHAN ALTERNATIF DAN

PENDIDIKAN BUDAYA

HAK SIPIL, INFORMASI DAN PARTISIPASI

PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN

(7)

4.1.1 Tujuan pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak 1. Memfasilitasi kebutuhan perempuan dan anak korban kekerasan dalam

memenuhi hak korban yaitu hak atas kebenaran, hak atas perlindungan, hak atas keadilan dan hak atas pemulihan atau pemberdayaan

2. Mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kesetaraan gender diberbagai bidang kehidupan perempuan dan anak secara menyeluruh.

4.1.2 Sasaran

1) Perempuan dan anak korban kekerasan 2) Masyarakat

3) Pengambilan kebijakan atau pemerintah

4) Lembaga pemberi layanan (SKPA, lembaga Vertikal, LSM) 4.1.3 Peran Pusat pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak

1. Sebagai pusat pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan. 2. Sebagai pusat data dan informasi tentang kekerasan terhadap perempuan

dan anak .

3. Sebagai koordinasi lintas sector terkait pemberian layanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan.

4.2 Arah dan Kebijakan Umum Bidang Pembangunan yang Dikelola

(8)

4.2.1 Fungsi Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan anak Provinsi Sumatera Utara

Dalam menjalankan fungsinya, Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara (P2TP2A) menangani hal yang berkaitan dengan Perempuan dan anak yang dilakukan dengan :

a. Fungsi sosialisasi dan pendampingan

Melakukan sosialisai dan advokasi tentang Peraturan-undang-undang yang berkaitan tentang perempuan dan anak.

b. Fungsi riset dan kajian

Melakukan pengkajian Peraturan Perundang-undangan, kebijakan pemerintah dan kondisi pendukung lainnya baik dibidang sosial, ekonomi dan budaya.

c. Fungsi monitoring dan Evalusi

Menyampaikan dan memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada baerbagai pihak terutama Gubernur, DPR, Instansi Pemerintah terkait ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

d. Fungsi supervisi

Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada Gubernur Provinsi Sumatera Utara dalam rangka penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara.

e. Fungsi penyediaan data dan informasi

(9)

4.3 Pembagian Tugas

Pada Peraturan Gubernur Sumatera Utara terdapat tugas yang harus dijalankan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak yaitu sebagai berikut :

a. Melaksanakan persiapan perumusan kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi kekerasan terhadap perempuan dan anak

b. Melaksanakan persiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi kekerasan terhadap perempuan dan anak.

c. Melaksanakan persiapan perumusan kajian kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi kekerasan terhadap perempuan dan anak.

d. Melaksanakan persiapan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi kekerasan terhadap perempuan dan anak.

e. Melaksanakan fasilitasi, sosialisasi dan distribusi kebijakan pengumpulan pengelolahan, analisis dan penyajian data dan informasi kekerasan terhadap perempuan dan anak .

(10)

g. Melaksanakan pemantauan, menganalisis, mengevaluasi dan melaporkan penerapan kebijakan pengumpulan, pengelolahan, analisis dan penyajian data dan informasi kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Agar dapat berjalannya suatu tugas dan fungsi yang sudah ada maka Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak mempunyai susunan dengan masing-masing kebijakan umum yang berdasarkan pada fungsinya masing-masing – masing-masing yakni:

Bagian Ketujuh

UPT Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Pasal 13 menyatakan bahwa

1) UPT Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak mempunyai tugas membatu Kepala Dinas dibidang pelayanan terpadu perempuan dan anak. 2) UPT Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak, menyelenggarakan

fungsi:

a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT

b. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup UPT serta pelayanan umum

c. Penyelenggaraan instruksi pelaksanaan tugas lingkup UPT

(11)

e. Penyelenggaraan administrasi perencanaan, keuangan, umum, kepegawaian dan pelayanan umum, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan

f. Penyelenggaraaan koordinasi penyusun rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan UPT sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan

g. Penyelenggaraan pelayanan terpadu kepada perempuan dan anak korban kekerasaan dan tindak pidana perdangan orang

h. Penyelenggaraan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diberbagai pembangunan

i. Penyelenggaraan jejaring koordinasi dan kerjasama berdasarkan mekanisme kerja lintas disiplin dan institusi

j. Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama kepada seluruh stakeholder baik ditingkat provinsi dan Kabupaten / Kota seluruh Indonesia.

k. Penyelenggaraan pemeberi masukan yang perlu kepada dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya

l. Penyelenggaraan tugas dan fungsinya kepada kepala Dinas, sesuai standar yang di tetapkan .

3) Kepala UPT mempunyai uraian tugas:

a. Mennyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan dan program UPT

(12)

c. Menyelenggarakan pengendalian administrasi anggaran belanja d. Menyelenggarakan pengeloaan dan pembangunan administrasi

keuangan

e. Menyelenggarakan peneyusunan rencana kerja, laporan kinerja (LK), laporan keterangan penanggung jawaban (LKPJ), dan laporan pelaksana pemerintah daerah (LPPD) UPT

f. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan dinas

g. Menyelenggarakan fasilitasi pelayanan umum, pelayanan minimal h. Menyelenggarakan pelayanan terpadu perempuan dan anak korban

kekerasan

i. Menyelenggarakan pemberdayaan perempuan perlindungan anak diberbagai bidang pembangunan

j. Menyelenggarakan penyediaan rumah perlindungan sementara/rumah aman bagi perempuan korban kekerasan dan tindak pidana perdagangan orang

k. Menyelenggarakan pengadaan , memeliharaan, pembinaaan dan pengelolan urusan rumah tangga, perlengkapan/ peralatan kantor l. Menyelenggarakan fasilitasi dan pengaturan kantor

m. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan

n. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja tertentu o. Menyelenggarakan dan mengatur rapat-rapat UPT

(13)

4) Untuk melaksanakan tugas, fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (10, ayat (2) dan ayat (3), kepala UPT dibantu,

a. Sub Bagian Tata Usaha b. Seksi Pelayanan

c. Seksi Koordinasi dan Kerjasama

Terdapat pasal 14 yang menjelaskan tugas dari Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Pelayanan serta Seksi Koordinasi dan Kerjasama, yaitu sebagai berikut:

1) Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai uraian tugas:

a. Melaksanakan pengumpulan data/ bahan dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugasdan fungsi UPT

b. Melaksanakan penyusunan perencanaan/ atau kegiatan kerja UPT dan Sub Bagian Tata Usaha

c. Melaksanakan penyusunan dan pengolahan data kepegawaian d. Melaksanakan penyusunan bahab dan penyajian anggaran UPT e. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan UPT f. Melaksanakan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan

pelaporan administrasi keuangan

g. Melaksanakan administrasi/ penatausahaan, penerimaan, pendistribusian, surat-surat, naskah dinas dan arsip

h. Melaksanakan penggandaan naskah dinas

(14)

j. Melaksanakan urusan keprotokolan, upacara, absensi dan penyiapan rapat-rapat

k. Melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat, pelayanan umum, pelayanan minimal dan pendokumentasian surat-surat, barang bergerak dan barang tidak bergerak

l. Melaksanakan penyusunanrencana kebutuhan sarana dan prasarana, pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/ perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan aset lainnya serta ketertiban, keindahan, keamanan dan layanan kantor

m. Melaksanakan penyusunan laporan, evaluasi dan ,monitoring kegiatan Sub Bagian Tata Usaha

n. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

o. Melaksanakan penyerasian ketikan naskah dinas p. Melaksanakn koordinasi dengan unit kerja terkait

q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala UPT sesuai dengan bidang tugasnya

r. Melaksanakan pemeberian masukan yang perlu kepada kepala UPT, sesuai bidang tugasnya

s. Melaksanakan pembuatan laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya keda kepala UPT, sesuai standar yang ditetepkan

(15)

a. Melaksanakan pengumpulan data/ bahan dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fgungsi UPT

b. Melaksanakan penyusunan perencanaan/ program kerja UPT dan Seksi Pelayanan

c. Melaksanakan pelayanan terpadu kepada perempuan dan anak korban kekerasan dan tindak pidana pedagangan orang berupa layanan penanganan pengaduan, layanan pendampingan hukum, layanan rehabilitasi dan reintegrasi sosial

d. Melaksnakan pemberdayaan perempuan dan anak diberbagai bidang pembangunan

e. Melaksanakan perlindungan terhadap perempuan dan anak dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan

f. Melaksanakan upaya pencegahan agar diskriminasi perempuan dan anak tidak terjadi

g. Melaksanakan penyediaan rumah aman sebagai perlindungan sementara bagi perempuan dan anak korban kekerasan

h. Melaksankan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan pelaporan peelayanan

i. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

j. Melaksanakn koordinasi dengan unit kerja terkait

(16)

l. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala UPT, sesuai bidang tugasnya

m. Melaksanakan pembuatan laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala UPT, sesuai standar yang ditetapkan

3) Kepala Seksi Koordinasi dan Kerjasama mempunyai uraian tugas:

a. Melaksanakan pengumpulan data/ bahan dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi UPT

b. Melaksanakan Penyusunan perencanaan program kerja UPT dan seksi Koordinsi dan Kerjasama

c. Melaksanakan pemantauan prosedur birokrasi kerja tata naskah dinas, sasran administrasi, sistem pelayanan, pengkajian dan eksaminasi sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan

d. Melaksanakan pengembangan jejaring koordinasi dan kerjasama berdasarkan mekanisme kerja kintas disiplin dan institusi

e. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama kepada seluruh stakeholder baik ditingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia

f. Melaksnakan koordinasi, komunikasi dan promosi untuk memberikan informasi kepada masyarakat

(17)

h. Melaksanakn penyusunan pengkoordinasian evaluasi dan monitoring

i. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

j. Melaksanakna koordinasi dengan Unit Kerja terkait

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala UPT sesuai dengan bidang tugasnya

l. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala UPT, sesuai bidang tugasnya

m. Melaksanakn pembuatan laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada UPT, sesuai standar yang ditetapkan

Bagian Kedelapan Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 15 menyatakan bahwa:

1) Kepala dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Utara dapat dibentuk dalam jabatan fungsional yang mempunyai tugas membantu dan melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Dinas sesuai dengan keahlian masing-masing

2) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undanan

3) Jumlah tenaga fungsional sebagai dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja

(18)

Pada pasal 16 menyatakan bahwa:

1) Dalam melaksanakan tugasnya kepala Dinas, Sekretaris, kepala Bidang, Kepala UPT, Kepala Seksi dan Sub Bagian wajib menerapkan prisip koordinasi, integrasi, simplikasi, dan sinkronisasi baik intern maupun antar satuan kerja/ unit organisasi lainnya sesuai tugas an mekanisme yang ditetapkan

2) Kepala dinas wajib melaksanakn pengawasan dsan pembinaan terhadap bawahannya masing-masing

3) Dalam hal Kepala Dinas berhalangan dalam melaksanakan sesuatu hal, sekretaris melaksanakan tugas-tugas Kepala Dinas, sesuai dengan ketentuan peraturan

4) Apabila sekretaris Dinas berhalangan melaksanakan tugasnya karena sesuatu hal, maka Kepala Dinas menghunjuk pejabat yang telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas sekretaris

5) Apabila kepala Bidang berhalangan dalam melaksanakan tugasnya karena sesuatu hal, Kepala Dinas menghujuk pejabat yang telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas Kepala Bidang

6) Apabila kepala UPT berhalangan dalam melaksanakan tugasnya karena sesuatu hal, Kepala Sub Bagian Tata Usaha melaksanakan tugas-tugas Unit Pelaksana Teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 7) Apabila Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan/ atau kepala Seksi

(19)

untuk melaksanakan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan/ atau Kepala Seksi

8) Atas dasar pertimbangan dayaguna dan hasilguna, dalam hal berhalangan melaksanakan tugasnya, masing-masing pejabat setingkat dibawahnya yang dapat bertanggungjawab, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Pada pasal 17 menyatakan bahwa:

Untuk kepentingan koordinasi pengendalian surat menyurat maka :

1) Surat Dinas yang akan ditandatangani oleh Gubernur harus melalui paraf koordinasi, Asisten Sekretaris Daerah dan Sekretaris Daerah

2) Surat Dinas yang akan ditandatangani Kepala Dinas, harus melalui paraf penanggungjawab Kepala Bgaian Sub Bagian/ Kepala Seksi, Sekretaris dan Kepala Bidang

4.4 fasilitas di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara

Pusat Pelayanan Tgerpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara (P2TP2A) terletak di Kantor Gubernur Sumatera Utara . Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara ini baru berdiri sejak tahun 2017 ini, dan sudah disahkan oleh Keputusan Gubernur Sumatera Utara No 13 Thun 2017 .

Adapun fasilitas yang disediakan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara anta lain :

(20)

Fasilitas ini diperuntukkan bagi patra orang tua atau keluarga yang mempunyai masalah terhadap perempuan dan anak. ketika permasalahan yang dihadapi tidak mendapatkan titik terang dari suatu lembaga negara seperti pengadilan, maka dari pihak pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara memberikan jalan penengah dibalik permasalahan tersebut. Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara sendiri akan membuka percakapan dari pihak pelapor dan terlap[or dengan segala keinginan kedua pihak untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi anak, maka dari pihak Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara akan menampung segala harapan dan keinginan dari masing-masing pihak lewat notulensi.

Setiap percakapan yang terjadi selama mediasi akan ditulis kembali ke berita acara, agar jika salah satu pihak menginginkan hasil percakapan selama mediasi dapat diberikan kembali kepada pihak terlapor mau pun pelapor sebagai pertimbangan atau catatan pribadi. Apabila segala kesepakatan yang tercatat dilanggar, maka segala keinginan dan harapan salah satu pihak akan dicabut.

b. Ruang Sholat

(21)

c. Ruangan Bimbingan Konseling

Fungsi ruang ini adalah sebagai tempat konsultasi dan evaluasi perkembangan psikologi korban. Ruang ini khususnya digunakan oleh pekerjaan sosial untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi korban. Sehingga korban dapat memperoreh terapi psikologi dari ahlinya. Disini juga nantinya korban akan diajak bicara tentang apa yang diaalaminya.

Pekerjaan sosial (peksos) melakukan konseling kepada klien untuk memeberikan kebebasan bicara buat korban dalam berinteraksi dengan Peksos. Diharapkan ketika korban diberikan pertanyaan soal kejadian yang dia alami, dapat memberikan informasi yang dijadikan sebagai kronologis dan kejadian yang korban alami dengan memberikan kenyataan agar sikorban tidak takut untuk berinteraksi dengan konselor

d. Ruang Pengaduan

(22)

Provinsi Sumatera Utara dapat segera melakukan upaya terkait dengan kasus yang dialami klien tersebut.

e. Ruang Rapat

Ruangan ini digunakan untuk melakukan pertemuan anatara para staf di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara untuk membahas program-program apa yang akan dibuat untuk kegiatan selanjutnya .

f. Rumah Aman (Shelter)

Shelter atau rumah aman milik Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak Provinsis Sumatera Utara merupakan tempat tersembunyi yang digunakan untuk memberikan perlindungan bagi para korban baik perempuan dan anak yang mengalami sauatu ancaman akan jiwa dan keselamatannya. Begitu juga halnya dengan penindasan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehinggan diharapkan dapat memberikan ketenangan dalam jiwa dan berpikir klien. Biasanya rumah aman atau shelter hanya dilakukan dalam kurun waktu sementara. Ini dilakukan agar para klien dapat merasakan ketenangan dan menghilangkan ketakutan pada diri anak ketika melihat orang banyak.

4.5 Proses Penanganan Kasus di Pusat pelayanan Terpadu Perempuan Dan anak Provinsi Sumatera Utara.

(23)

Proses pengaduan ini merupakan langkah awal ketika seseorang, instansi atau kelompok yang datang mengajukan suatu kasus yang terkait dengan permasalahan perempuan dan anak, khususnya penanganan hak asuh anak. biasanya seorang atau kelompok yang datang mengadu disebut pelapor, dimana orang tersebut merupakan yang pertama kali mengetahui secara lengkap kronoligis akan pristiwa tersebut. Pelapor akan memberikan informasi yang akurat dengan apa yang menjadi masalah terhadap hal tersebut, sehingga lembaga ini akan mencatat kronologi tersebut untuk dijadikan sebagai buku penerimaan pengaduan.

Adapun syarat yang akan dipenuhi ketika pelapor datang dan memberikan pengaduannya kepada Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara seperti memberikan data diri pelapor, identitas korban dan menceritakan kronologis kejadian secara benar jika semuanya terpenuhi maka tahapan selanjutnya pelapor dan terlapor akan diundang untuk menghadiri proses mediasi baik secara via telpon tau melalui pos.

Tata Cara Pengaduan

1. Langsung, melalui menerima pelaporan atau pengaduan masyarakat yang datang langsung ke Kantor Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara secara langsung.

2. Tidak langsung, menerima pengaduan atau pelaporan dari masyarakat baik melalui telphon, surat serta via e-mail.

Prinsip-prinsip Pengaduan

(24)

Dalam penerimaan pengaduan kasus harus didudukkan sebagai subyek atau manusia yang mempunyai martabat yang harus dihormati dan dilindungi. Penerimaan pengaduan sebaiknya menghindari perbedaan yang menyangkut Kondisi fisik dan mental dari klien.

2. Mengutamakan kepentingan terbaik bagi klien

Dalam penerimaan pengaduan harus memperhatikan kepentingan yang terbaik bagi klien yang diperlakukan secara manusiawi, mempunyai akses informasi dan menjaga privasi dan pengaduan.

3. Menghormati pandangan klien

Dalam penerimaan pengaduan anak, anak mempunyai kebebasan untuk menyampaikan pendapat menyampaikan pendapat dan sikapnya tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

Mekanisme Pengaduan

1. Penerimaan (pendaftaran) Pengaduan

Setiap pengaduan harus didaftar terlebih dahulu sehingga kasus aduan dapat dicatat dengan jelas dan akurat sebelum memberikan saran 2. Analisis dan klasifikasi kasus/masalah

Setiap pengaduan diberikan analisis kemudian diklasifikasi dan dicarikan alternatif solusi terbaik bagi anak

3. Tindak lanjut penyelesaian

Upaya mempertemukan pihak yang bermasalah untuk penyelesaian kasus demi kepentingan terbaik bagi anak.

(25)

Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak dapat memberikan saran rujukan untuk pendampingan bagi anak dalam penyelesaian masalah (hukum, psikologi atau sosial)

b. Mediasi

Proses mediasi merupakan proses dimana merespon pengaduan pelapor yang datang. Mediasi bertujuan untuk memberikanjalan penengah dibalikpermasalahan yang diperuntukkan bagi para orang tua atau keluarga yang mempunyai masalah, guna untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi klien. Keinginan pelapor akan dilakukannya mediasi karena tidak mendapatkan hasil yang maksimal dari putusan pengadilan sehingga diharapkan kepada lembaga ini untuk dapat membantu dalam menemukan jalan tengah dari permasalahan tersebut. Dalam mediasi ini juga para pihak pelapor dan terlapor akan dipertemukan dan duduk bersama dalam satu ruangan, ini dilakukan agar masing-masing pihak dapat saling mendengar dan menyimak secara seksama dengan apa yang diinginkan pelapor.

(26)

dilakukannya sidang terikat dengan hak kuasa asuh. Yang didapat dari proses mediasi ini adalah adanya kesepakatan tertulis terkait dengan keinginan dari masing-masing pihak.

c. Pemantauan atau Rekam Aduan

(27)

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar

Pada bab V ini akan membahas mengenai data-data yang diperoleh peneliti dari lapangan dengan informan. Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan yaitu dengan melakukan teknik wawancara mendalam, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi keadaan informan, peneliti berhasil mengumpulkan data dan informasi mengenai “ Penerapan Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Penanganan Hak Asuh Anak Oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi kelokasi penelitian. Adapun lokasi yang telah di observasi peneliti adalah di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara

(28)

3. Dokumentasi, peneliti mengumpulkan beberapa dokumentasi cara penanganan hak asuh anak yang ada di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak

Dari hasil yang telah dilakukan dilapangan diperoleh berbagai data. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut.

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan I (Utama)

Nama : Widya Susanti . SPi Usia :33 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan :S1

Jabatan : Kasi Pelayanan Status : Menikah

(29)

dirinya yang mudah akrab pasti membuat para klien mudah untuk menceritakan masalahnya pada beliau, terutama saat dalam proses assesment.

Dalam penanganan hak asuh anak ini pasti ada tahapan yang akan dijalankan oleh pekerja sosial untuk menyelesaikan kasus dan pasti akan terjadi berbagai banyak hambatan yang akan terjadi saat kasus itu berjalan. Berikut penuturan Ibu Widya :

“ iya dek, jelaslah kalau tahapan itu dalam setiap lembaga pasti

ada, kalau disi ya itu melakukan assesmen dan mediasi, seperti yang

kamu tau kan dek assesemen itu mencaritau apa sih permasalahan

yang mereka hadapi, sedangkan mediasi kan pertemuan kedua belah

pihak yang bersangkutan untuk mengambil keputusan mana yang harus

ambil, kalau bisa pn dalam mediasi ini mereka kembali bersatu dan

tidak merebutkan anak ini akan kami satukan, karna dalam kasus ini

yang paling tersakiti adalah sianak mereka itu. Kalau soal hambatan

itu ada pastinya, hambatan yang biasa terjadi disini kayak para kedua

belah pihak yang tidak responsip pada undangan yang ditujukan

padanya untuk menghadiri mediasi, gagalnya mediasi atas tekanan

yang dilakukan keluarga, seperti orangtua yang ikut menginterfensi

pelapor, dan boleh jadi juga pihak terlapor yang tinggal jauh

diluarkota, yang susah untuk menjangkaunya.

Dalam penyelesaian kasus ini pasti ada waktu tersendiri untuk menyelesaikannya. Berikut penuturan Ibu Widya :

“ lama waktu kasus ditanganin itu berpariasi dek, ada kasus

(30)

tanganin , sampai pun boleh jadi jika kita tidak mampu lagi

menamnganinnya diderahkan pada pihak yang berwajib, tapi lebih

sering kita menghadpi sampai 2 minggu saja kasus itu dapat selesai.

Sebagai pekerjaan sosial ( Peksos) pasti ada prinsip yang akan dijalankan dalam penanganan setiap kasus ini . Berikut penuturan Ibu Widya :

“ iya dek pasti ada, tapi tidak semua dari 6 prinsip peksos itu

kami gunakan, yang kami pakai pasti secara umumnya penerimaan,

partisipasi,komunikasi,dan kerahasian, soal kerahasian pastilah

kami menjaga kerahasian dari klien kami itu sendiri.

Orangtua pasti punya tanggapan sendiri dari pelayanan yang para peksos ini lakukan dalam penanganan kasus , khususnya pada kasus penanganan hak asuh anak. Berikut penuturan Ibu Widya :

“tanggapaannya biasanya sepihak , paling saat mereka sudah

mendapatkan keputusan dari pengadilan itu, kenapa kayak tidak adil gini

yaa (ucap mereka), namun kan disini pusat pelayanan terpadu perempuan

dan anak sebagai mediator , harius bersifat netral , kita sebagai mediator

juga berharap ortangtua dapat bersatu saja, karna tetap yang jadi korban

itu sudah pasti anak.

Setelah semua kasus selesai dan sudah ditemukan siapa yang berhak dalam penanganan hak asuh anak itu maka tindakan selanjutnya yang akan dilakukan dari pusat pelayanan terpadu perempuan dan akan seperti apa. Berikut penuturan Ibu Widya :

(31)

membuat surat pernyataan dari 2 belah pihak yang akan disaksikan

oleh para staf Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak, kalau

bisa kepala lingkungan dan para orangtua dari terlapor dan

pelapor.

5.2.2 Informan II (Utama)

Nama : Nura Riza . SE

Usia : 33Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan :S1

Jabatan : Staf pelayanan Pengaduan Status : Menikah

Ibu Nura Riza adalah seorang yang berkerja di pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak yang menjabat sebagai staf pelayanan pengaduan. Disini beliau akan menerima semua catatan yang berhubungan masuknya laporan kasus dari para klien. Ibu widya juga orang yang ramah saat penulis meminta waktunya untuk menjawab pertanyaan seputas kasus penanganan hak asuh anak.

Tahapan yang sering digunakan saat dalam menanganin kasus biasanya seperti apa dan pasti adanya hambatan saat berjalannya proses tersebut saat dilakukan. Berikut penuturan Ibu Nura Riza :

“ tahapan yang dilakukan ya seperti biasa dek, tahap assesment

dan mediasi, masalah hambatan itu pasti ada apa lagi saat proses

(32)

mereka atau jauhnya jangkauan mereka untuk ke kantor pusat

pelayanan terpadu perempuan dan anak ini kan.

Waktu yang diperlukan untuk penyelesaian kasus itu biasanya samapai berapa lama dalam pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini. Berikut penuturan Ibu Nura Riza :

“ biasanya yang paling cepat kasus yang kami tanganin bisa sekali

assesmen dan mediasi sekitar 2 minggu, tapi bisa jadi juga kasus ini tidak

selesai karna para 2 belah pihak tidak datang saat ada panggilan mediasi

samapi panggilan ke 3 dan saat itu juga kami membuat surat rujukan

yang akan diserahkan pada pihak yang berwajib untuk melakukan

penanganan pada kasus ini.

Sebagai pekerjaan sosial (peksos) pasti ada prinsip yang diterapkan dalam penanganan kasus ini, khususnya pada penanganan hak asuh anak. berikut penuturan Ibu Nura Riza :

“ dari beberapa prinsip yang ada dan harus dijalankan, kami sebagai

peksos yang ada di pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini

menggunakan prinsip yang biasa digunakan di lembaga lainnya, kami

tetap menggunakan prinsisp penerimaan, pastisipasi, komunikasi dan

kerahasiaan.

Para terlapor pastinya ada tanggapan soal bagaimana proses penanganan yang dilakukan oleh pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini. Berikut penuturan Ibu Nura Riza :

(33)

diambil oleh pengadilan, kami sebagai mediator pasti sudah berupaya

dengan sedemikian untuk bersikap adil pada kedua belah pihak.

Setelah semua kasus selesai ada tindaklanjut yang akan diulakukan oleh pihak pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini. Berikut penuturan Ibu Nura riza ;

“ iya dek , pasti ada tindak lanjutnya,kami langsung membuat surat

pernyataan yang disaksikan oleh kedua belah pihak baik pelapor dan

terlapor, kemudian akan kami hadirkan juga kepala lingkungan dari

mereka, serta orang tua dari kedua belah pihak itu sendiri.

5.2.3 Informan III (Utama)

Nama : Parmohonan Nauli . SH

Usia : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan :S1

Jabatan : Pendukung Operasional Pelayanan Status : Menikah

(34)

jawaban untuk penelitian penulis, ternyata dia lebih terbuka dari yang dibayangkan.

Dalam penanganan setiap kasus ada tahapan yang akan dilakukan termasuk dalam penanganan hak asuh anak, dan ada juga hambatan yang akan terjadi dalam peroses berjalannya kasus. Berikut penuturan Bapak Permohonan Nauli :

“ yah assesmentlah dek yang pertama dilakukan,abis itu mediasi,

dari mediasikan akan dikorek apa saja permasalahan mereka, kenapa

bisa sampai beginikan. Hambatan yang sering terjadi biasanya mereka itu

kurang responsif dek saat ada panggilan undangan mediasi, kemudian

bisa juga terjdinya tekanan yang ada sama mereka yang biasanya ya

dilakukan sama para orang tua si pelapor dan terlapor, dan yang paling

jarang itu biasanya kayak jangkauan rumah mereka jauh, jadi susah untuk

memenuhi undangan mediasi.

Lamanya proses dalam penyelesaian masalah biasanya sampai berapa lama. Berikut penuturan Bapak Permohonan Nauli :

“ lama proses penuntasan masalah yaa, hah biasa nya paling

cepat itu kami tanganin 2 minggu dah yang paling cepat itu dek, dan yang

paling lama ya kasusnya gak bisa kami tanganin, tapi sebenarnya bukan

kami gak bisa nanganin, tapi ya gitulah, ada yang gak mau datang

mediasi sampai 3 kali panggilan pun, yaudah abis itu kami langsung

(35)

Dalam adanya prinsip pekerjaan sosial pasti ada yang digunakan dalam pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini. Berikut penuturan Bapak Permohonan Nauli :

“ soal prinsip itu pastilah ada kami terapkan apalagi kami sebagai

peksos juga kan, yang biasa kamingunakan, penerimaan, partisipasi,

komunikasi dan kerahasiaan, tidak semua dari prinsip itu kami

gunakan disini.

Para klien atau khususnya orangtua dalam penganan hak asuh anak yang sebagai pelapor dan terlapor pasti punya tanggapan tersendiri tentang penanganan hak asuh anak ini. Berikut Penuturan Bapak Permohonan Nauli :

“ tanggapannya biasanya ya dek, paling seputar tidak menerima

mereka soal keputusan yang diambil pengadilan , salah satu pihak

pasti ada yang mau kalau bisa tu di ulang lagi hasil dari pengadilan

itu. Kami sebagai mediator gak mungkinkan melakukan hal yang gak

adil gitu, kalau bisa pun akmi satukan mereka biar anak juga gak

menjadi korban dari permasalan ini.

Setelah semua proses assesmen dan mediasi dilakukan biasanya ada tindak lanjut yang dilakukan untuk suatu kasus itu benar-benar selesai atau tuntas. Berikut penuturan Bapak Permohonan Nauli :

“ tindak lanjut yang biasa ya membuat surat pernyataan untuk kedua

belah pihak yang disaksikan oleh staf pusat pelayanan terpadu

perempuan dan anak , kemudian memanggil juga kepala lingkungan

(36)

5.2.4 Informan IV ( Kunci )

Nama : Hamzah. S.Sos

Usia :52 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan :S1

Jabatan : Seksi Koordinasi dan Kerjasama Status : Menikah

Bapak hamzah berusia 50 tahun, bapak hamzah mengenyam pendidikan Strata 1 (S1). Bapak hamza menjabat sebagai Seksi Koordinasi dan kerjasama selama 1 priode ini di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak. bapak hamzah memiliki kepribadian yang ramah saat pertama kali penulis bertemu, beliau memberikan semua informasi yang penulis butuhkan untuk melakukan penelitian.

Peneliti bertanya pada pak hamzah apa saja permasalahan yang bisa terjadi saat dalam penanganan kasus di pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini. Berikut penuturan dari Bapak Hamzah :

jadi dek disini hanya 3 permasalahan yang biasa kami hadapi yaitu tentang perempuan, anak dan korban traficking,

kenapa saya bilang Cuma 3 itu karna kan dalam permasalahan

perempuan, anak dan traficking ini sangat luas, dalam

permasalahan perempuan bisa terjadi tentang kasus kekerasan

(37)

kekerasan pada anak, anak terlantar, anak yang dilacurkan, anak

yang dianiaya dan sebagainya, sedangkan korban traficking

tentang kasuh atau permasalahan perdagangan manusia, dia juga

bisa anak salah satunya yang sebagai korbannya.

Pasti dalam penanganan hak asuh anak ada kegiatan yang dilakukan oleh pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak. Berikut penuturan Bapak Hamzah :

“ Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini

melakukan mediasi antara kedua belah pihak mengenai hak asuh

anak, dan bagaimana tanggung jawab orang tua kedepannya itu

kita harus tau juga, kan gak mungkin anak itu akan diserahkan

sama orang tua yang tidak bertanggung jawab, kemudian

dibuatkalah kesepakatan tersendiri antara staf yang menanganin

dan para orang tua.

Cara penerimaan awal yang dilakukan saat menerima kasus penanganan hak asuh anak ini apa sama seperti penerimaan awal di lembaga lainnya juga pak. Berikut penutusan Bapak Hamza :

“ iya bener itu dek, kita dalam pusat pelayanan terpadu

perempuan dan anak ini juga sama melakukan assesment pada

klien, dan kalau soal kasus ini pada orang tua sianak, assesment

ini kan gunanya juga untuk mengorek permasalahan apa yang

terjadi.

(38)

Tentu ada dek, karna kan juga kita dapat pengantar dari dinas sosial kabupaten kota atau dinas sosial provinsi untuk

melakukan tindak lanjut kasus itu, makanya kita tadi dijelaskan

sebagai pihak kedua dalam penanganan kasus.

Pasti ada sistem dalam penanganan hak asuh anak ini, atau prosedur dalam penanganan hak asuh anak ini di pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak. Berikut penuturan Bapak Hamzah :

“ yang pasti tahapan tau prosedur itu yaitu tadi dek

melakukan assesment dan mediasi , namun ya dek jika tahapan

atau prosedur dari assesment dan mediasi itu juga tidak berhasil

maka dengan berat hati kami akan membuat surat rujukan untuk

tinbdak lanjut dari kasus ini oleh pihak yang berwajib atau

kepolisian.

Syarat yang harus dilakukan oleh penggugat atau pelapor dari kasus penanganan hak asuh anak ini sebelum hak asuh anak itu berada padanya seperti apa yang harus dipenuhi. Berikut penuturan Bapak Hamzah :

“ syaratnya yah harus ada keputusan pengadilan, keputusan itu kemudian

dilihat dahulukan, jika sudah ada keputusan maka akan dilanjutkan proses

mediasi, namun jika dalan 3 kali panggilan terlapor dan tergugat tidak

datang maka akan dikembalikan kasus itu kepada pihak yang berwajib.

Keputusan dari siapa yang akan mendapatkan hak asuh anak akan diputuskan oleh pengadilan tetap.

(39)

pengadilan, makanya itu pihak pengadilanlah yang memutuskan

semuanya.

5.3 ANALISIS DATA

Kasus atau masalah dari penanganan hak asuh anak menjadi masalah nomor satu. Banyaknya orang tua yang saling memperebutkan hak asuh anak mereka paska mereka berpisah, yang paling utama jadi korban disini tetaplah anak. para orang tua tidak pernah memikirkan bagaimana kedepannya. Anak akan mengalami guncangan dari permasalahan yang dihadapi oleh kedua orang tuanya,psikis bahkan mental anak akan lain dari anak yang tumbuh dari kasih sayang orang tua yang utuh.

Pusat pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga sosial yang memiliki perhatian terhadap permasalahan perempuan dan anak. Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak provinsi sumatera utara memberi pelayanan sosial berupa dampingan advice hukum, guna membantu mempermudah prosedur administrasi dalam hal pelaporan kasus bepenanganan hak asuh anak serta memberikan bimbingan konseling dari para pekerjaan sosial (Peksos) agar kondisi psikologi sianak dapat pulih kembali.

(40)

Selain sarana dan prasarana , hal yang berpengaruh dalam penyelesaian kasus di Pusat pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara ini tentunya keberadaan staff yang menanganin kasus-kasus yang diadukan disana, berdasrakan wawancara diatas bahwa Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan anak ini masih terlihat kuranya Pekerjaan sosial , kalaulah lebih ditambahkan pekerjaan sosial (peksos) maka akan lebih memudahkan para staff untuk menanganin kasus-kasus yang ada, dan masyarakat akan lebih nyaman untuk melaporkan masalahnya pada Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan anak Provinsi Sumatera Utara ini.

Menurut dari Walter A. Friedlender (dalam Hermawati, 2001). Menerangkan bahwa Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial ini kiranya demikian penting untuk dipahami dan di internalisasikan oleh mereka yang ingin mempunyai dasar-dasar pemahaman dan keterampilan praktek baik dalam bimbingan sosial perseorangan pada khususnya maupun praktek pekerjaan sosial umumnya. Pemahaman yang mendalam atas prinsip-prinsip ini akan memberikan bekal bagi pematangan pribadi maupun professional pada para pekerja sosial yang tugas utamanya adalah membantu orang untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya, yang secara khususnya mengacu kepada posisi dan peran orang tersebut, karena seperti telah dikemukakan bahwa proses pemberian bantuan ditentukan oleh pemberian bantuan dan bukan oleh teknik-teknik pemberi bantuan

(41)

penanganan hak asuh anak. Mereka berharap kalau bisa kasus dalam perebutan hak asuh anak ini dikurangi, berhubung anak yang selalu menjadi korban utama didalamnya.

Penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial yang diberikan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara berupa pendampingan advice hukum dan bimbingan konseling yang dilakukan pekerjaan sosial saat ini masih terlaksana cukup baik. Hal ini ditujukkan dari berbagai kasus yang para staf Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak yang terselesaikan dengan cepat dan tuntas, walau pun terkadang masih ada sebelah pihak yang kurang setuju saat di ambilnya keputusan untuk salah satu pihak.

Penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial di Pusat pelayanan Terpadu Perempuan dan anak Provinsi Sumatera Utara ini juga bertujuan untuk membuat klien dapat lebih terbukan dengan masalah yang iya alami dan lebih mau menceritakannya kepada pekerjaan sosial (peksos) agar juga memudahkan Peksos untuk melakukan assesment awal dan setelah itu melakukan mediasi kepada kedua belah pihak baik pelapor dan terlapor dalam kasus penanganan hak asuh anak ini.

(42)

belum siap menikah dan memiliki anak sebaiknya tidak harus melangsungkan pernikahan, karna kembali lagi yang menjadi korban utama adalah anaknya.

Penerapan prinsip-prinsip penanganan hak asuh anak oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara.Disini penulis hanya mengambil kesimpulan dari jawaban satu informan kunci dan satu informan utama, karena semua tahapan dan apa yang dilakuan oleh pekerjaan sosial(peksos) juga hampir sama, dan prinsip yang diterapkan Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini sama dengan peksos lainnya.

Prinsip-prinsip pekerjaan sosial ada 6 yaitu, penerimaan, komunikasi, individualisme, partisipasi, kerahasian, dan kesadaran diri peksos. Dalam pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini tidak semua prinsip pekerjaan sosial digunakan dalam penangana kasus, khususnya dalam kasus penanganan hak asuh anak. dari hasil penelitian yang penulis lakukan hanya ada 5 prinsip yang mereka terapkan disini. Berikut penuturan Bapak Hamzah selaku informan kunci tentang 5 prinsip yang digunakan pada tahapan penanganan kasus, khususnya penanganan hak asuh anak.

prinsip peksos itu pasti ada kami terapkan dalam penanganan setiap kasus, dapat kamu liat kan dek pada penerimaan awal yang

kami gunakan pada awal klien itu melaporkan masalah yang ia

hadapi,disitu kami menggunakan prinsip penerimaan,kami juga

menerima mereka dengan apa adanya, tidak membeda-bedakan

(43)

Setelah melakukan penerimaan awal terhadap klien yang baru melaporkan kasusnya, tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah mengassesment klien tersebut. Disini pekerjaan sosial (peksos) mencari tau apa permasalahan dari klien, seberapa besar masalah yang ia hadapin. Apa saja prinsip yang digunakan ditahap assesmen ini, berikut penuturan informan kunci.

“pada saat berjalannya assesment ini prinsip yang ada seperti

prinsip komunikasi, pasrtisipasi, dan individualisasi. Sebenarnya

kalau bicara pada prinsip yang saya sebutkn tadi, pada

penerimaan awal itu salah satunya pasti juga ada digunakan,

seperti prinsip komunikasi, kalau tidak adanya komunikasi dari

mana kita tau apa sih permasalahan dari klien kita itu, komunikasi

dalam penanganan hak asuh anak ini digunakan peksos untuk

menyelesaikan masalah klien, yang melibatkan 2 belah pihak baik

ayah dan siibu dari anak korban perebutan hak asuh ini, peksos

dalam kasus ini akan menanyakan apa penyebab mereka harus

berpisah sampai melibatkan anak, dan disinikan anak adalah

korban utama saat ayah ibunya memutuskan berpisah. Kemudian

bukan hanya menanyakan apa permasalahan yang mereka hadapi

kami sebagai peksos juga melibatkan mereka untuk ikut serta

dalam penyelesaian masalah,tapikan bukan kami lepaskan mereka

begitu saja, kami akan tetap membimbing , mendorong bahkan

memberikan masukan kepada mereka,bahwa dalam perebutan hak

asuh anak ini anak yang akan menerima resiko terbesarnya.

(44)

sebagai pekerjaan sosial juga harus bisa mendengar,memahami

dan mengamati diri klien, mengerti apa yang ia mau, tidak

berprasangka buruk terhadapnya, dan kami juga harus bisa

memandang kedepan, maksudnya disini harus bisa melihat

bagaimana akhir dari permasalahannya, apakah dalama kasus ini

tidak ada pihak yang akan dirugikan, dan anak juga yang utama

dipikirkan disini, apakah keputusan pengadilan itu baik buat anak,

dan tindakan ini kami masukkan dalam prinsip Individualisasi.

Tahap yang terakhir yang dilakukan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak adalah melakukan mediasi. Mediasi adalah mempertemukan 2 belah pihak baik pelapor dan yang terlapor dalam kasus penanganan hak asuh anak ini, dalam tahapan ini juga digunakan prinsip pekerjaan sosial. Berikut penuturan bapak hamza sebagai informan kunci .

mediasi ini kan mempertemukan kedua belah pihak dalam satu ruangan yang sama baik yang melapor dan yang terlapor.

Mediasi juga gunanya untuk membuat jalan keluar mana yang baik

terhadap permasalahan yang mereka hadapi, sebagai peksos kami

juga berharap agar kasus ini cepat selesai, apalagi kalau bisa

dengan jalan yang baik-baik saja. Pada kasus penanganan hak asuh

anak ini, orang tau selalu mementingkan ego mereka, anak harus

sama salah satu mereka. Tahapan mediasi yang kami lakukan,

(45)

para klien untuk menenangkan dirinya, rumah aman ini tetep

diawasi oleh para pekerjaan sosial yang berpengalan, ada psikolog

juga didalamnya, dibuat senyaman mungkin agar klien tidak merasa

terancam. Rumah aman ini tidak dipublikasikan baik kepada orang

tua anak atau kluarga yang bersangkutan,tapi kami menjamin anak

akan tetap aman saat berada disana. Tahapan ini juga

menggunakan prinsip kerahasisan.

Penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial yang ada di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak dalam penanganan kasus hak asuh anak ini belum semua prinsip pekerjaan sosial itu diterapkan, hanya sebagian dari prinsip yang digunakan disini. Berikut penuturan Ibu Widya selaku informan utama dan pekerjaan sosial.

“dalam penanganan kasus hak asuh anak yang ada di Pusat

Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak ini penerapan prinsip

Pekerjaan Sosial itu ada, tapi tidak semua prinsip kami

gunakan,pada penerimaan awal klien, kami menggunakna prinsip

Penerimaan, disini saya sendiri sebagai pekejaan sosial (peksos)

melakukan proses penerimaan tanpa melihat bagimana klien itu

datang kepada saya, saya juga tidak bisa membeda-bedakan

mereka karna itulah kami ini sebagai peksos, gimana pun keadaan

klien datang kepada kami akan kami terima,saya juga akan

membuat klien yang saya tangani senyaman mungkin agar iya juga

lebih mau terbuka terhadap masalah yang ia hadapi. Prinsip

(46)

disini saya sendiri sebagai peksos melakukan assesment dengan

klien untuk memperoleh data, dan apa masalah yang klien hadapi.

Peran prinsip komunikasi dalam hal ini untuk memudahkan antara

saya sebagai peksos dan klien sebagai orang yang punya masalah

biar lebih mudah menyelesaikan masalah klien tersebut, sedangkan

dalam prinsip partisipasi (ikut serta) bahwa mereka yang melapor

dan terlapor harus juga ikut berpastisipasi dalam menyelesaikan

masalahnya,kami akan tetap membimbing, mendorong dan

menimbulkan semangat klien, karna tidak ada masalah yang tidak

ada jalan keluarnya. Selanjutnya setelah proses assesment selesai

akan ketahap Mediasi, dalam proses mediasi disini lebih banyak

prinsip yang digunakan seperti, Komunikasi, partisipasi,

individualisasi dan kerahasian. Prinsip komunikasi dan partisipasi

sama halnya dengan proses assesmen tadi,sedangkan pada prinsip

individualisasi peksos harus ,memahami klien itu,maksudnya

gimana pun maksud yang disampaikan klien peksos harus bisa

memahaminya dahulu, kemudian bebas dari prasangka apapun

terhadap klien serta memahami tingkah laku apapun yang

dilakukan klien,biasanya klien yang saya hadapi ada yang suka

menjelaskan dengan emosi, bahkan pernah memukul meja,

kemudian ada yang menangia sampai saya tidak paham dengan

apa yang ia katakan, kemudian saya coba untuk menenangkan

(47)

memberikan data atau info tentang klen atau hasil dari assesmen

dan mediasi klien keda orang lain, karna pada dasarnya memang

apa masalah pribadi klen tidak boleh diberitahu pada orang lain,

bahkan pada kluarga yang tidak ada sangkut pautnya dalam

masalah klien, kami juga menyediakan rumah aman yang dimana

klien bisa berada disana apa bila klien berada dalam ancaman.

Dapat diambil kesimpulan dari hasil analisis antara informan kunci dan informan utama, penulis dapat menilai bahwa Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara ini hanya menggunakan 5 prinsip yang mereka terapkan, 5 diantaranya yaitu, penerimaan, komunikasi, individualisasi, partisipasi, dan kerahasian, yang tidak ada disini adalah kesadaran diri Pekerjaan sosial (peksos). Inilah yang menjadi kelemahan dari Pusat Pelayanan Terpadu Permpuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara ini, jikalah semua prinsip digunakan dalam penanganan kasus, khususnya dalam penanganan hak asuh anak ini maka akan sangat baik.

5.4 Keterbatasan penelitian

Berdasarkan pengalaman dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang peneliti temukan yaitu :

1. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini masih sangatlah kurang sehingga mempengaruhi peneliti dalam menyajikan dan membahas topik yang terkait dengan penelitian ini.

(48)
(49)

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak. Adapun penelitian ini mengenai bagaimana penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam penanganan hak asuh anak oleh pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak provinsi sumatera utara.

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pekerjaan sosial adalah suatu pelayanan sosial yang dilakukan oleh pekerja profesional yang mempunyai sifat sosial untuk membantu klien atau seorang penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) untuk mengembalikan keberfungsian dirinya kembali didalam masyarakat tempat dimana ia berada.

2. Prinsip-prinsip pekerjaan sosial yang diterapkan dalama penanganan hak asuh anak oleh pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak provinsi sumatera utara, menggunakan penerimaan awal dalam menanganin kasus-kasus yang ada sebelum adanya penanganan analisis klien.

(50)

permasalahn dari klien sehingga bisa menaikkan kasus atau permasalahan kepada pengadilan, untuk diputuskan siapakah yang berhak atas hak asuh anak tersebut.

4. Pengambilan keputusan pengadilah juga melihat hasil dari pertimbangan yang diberikan tim pipa dalam proses mediasi, apakah salah satu orang tua anak ada yang layak untuk hak asuh anak, karna bisa jadi kedua orang tua anak tidak ada yang layak untuk mendapatkan hak asuh anak, jika orang tua anak keduanya tidak layak maka hak asuh anak akan diberikan kepada saudara yang masik berhubungan dengan anak itu, bisa kakek, nenek, paman, bibi, dan lainnya yang masih berhubungan darah, tetapi dengan catatan saudara dari sang anak itu harus layak juga untuk mengasuh sianak.

5. Setelah sudah didapat siapa yang berhak mendapat hak asuh anak tersebut, maka dari pihak Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak akan membuat surat pernyataan yang akan disaksikan oleh para staf pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak, kepala lingkungan dan orang tua dari pelapor dan terlapor.

6.2SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang diperoleh adalah sebagai berikut :

(51)

kasus-kasus yang ditanganin pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak.

2. Kepada Kepala Dinas Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara, semoga semakin baik pelayanan yang ada di Pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak ini, karna juga melihat semakin banyaknya kasus yang terjadi disetiap daerah dan kasus yang paling banyak yaitu untuk perempuan dan anak.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu jumlah anggota keluarga kurang dari 4 sebanyak 57%, kepadatan hunian rumah pada 72% respoden

Peningkatan hasil pembelajaran menyimak melalui penerapan metode drill pada siswa kelas VII SMP Negeri I Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Tahun pelajaran

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran

Rahayu, S. Mitigasi Tsunami Di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Berbasis Keanekaragaman Vegetasi. )Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Agro Wisata Pesanggrahan Watu Gunung adalah wisata alam di Ungaran yang dibangun pada tahun 2008 dan belum memiliki corporate identity yang dapat mempresentasikan

Pada penelitian ini telah dirancang suatu sistem watermarking pada file audio .wav dengan menggunakan Stationary Wavelet Transform dan Statistical Mean Manipulation ,

NDVI adalah salah satu cara yang efektif dan sederhana untuk mengidentifikasi kondisi vegetasi di suatu wilayah, dan metode ini cukup berguna dan sudah

Pengujian sistem kendali fuzzy dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pengujian variasi fungsi keanggotaan nilai masukan fuzzifikasi yang disajikan pada Tabel 5, variasi fungsi