• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran Uang Palsu (Study Putusan Nomor 1515 Pid.B 2013 PN MDN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran Uang Palsu (Study Putusan Nomor 1515 Pid.B 2013 PN MDN)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Uang mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perekonomian karena uang merupakan alat transaksi pembayaran dalam

kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berfungsi sebagai alat tukar, uang harus

diterima/mendapat jaminan kepercayaan. Pada masa ini jaminan kepercayaan itu

diberikan pemerintah berdasarkan undang-undang atau keputusan yang

berkekuatan hukum. Dengan fungsinya sebagai alat transaksi, uang amat

mempermudah dan mempercepat kegiatan pertukaran dalam perekonomian

modern.

Uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita

sehari-hari. Dan ada pula yang berpendapat bahwa “uang” merupakan “darah”-nya

perekonomian, karena di dalam masyarakat modern dewasa ini, dimana

mekanisme perekonomian berdasarkan lalu lintas barang dan jasa semua

kegiatan-kegiatan ekonomi akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai

tujuan .1

Peranan uang sangat strategis dalam memainkan peranannya dalam

perekonomian suatu Negara. Walaupun saat ini berkembang suatu penggunaan

transaksi keuangan secara elektronik, namun tidak mengurangi pentingnya

transaksi secara tunai. Terlebih lagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih

menggunakan uang kertas (kartal) 2

1 Iswardono SP., Uang dan Bank, Edisi Keempat, Cetakan Kelima (Yogyakarta): BPFE, 1997,

hlm.3.

2 Tim Peneliti Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung, “Ringkasan Penelitian Hukum

Tindak Pidana di Bidang Mata Uang”, Makalah Dalam Seminar Kejahatan Terhadap Mata Uang dan Upaya Penegakan Hukumnya di Wilayah Sumatera Utara Pada Tanggal 14 Januari 2006 di Biro Rektor USU, Medan hlm. 7-8.

(2)

Peranan uang ini menimbulkan keinginan setiap manusia untuk memiliki

uang sebanyak-banyaknya. Dimana menimbulkan gangguan berupa

tindakan-tindakan yang melanggar hukum 3

3 PAF. Lamintang dan Theo Lamintang, Kejahatan Membahayakan Kepercayaan Umum Terhadap Surat, Alat Pembayaran, Alat Bukti, dan Peradilan, edisi kedua. Sinar Grafika. Jakarta.

2009. Hal 162-163.

, dimana pengaruhnya dapat mengganggu

kelancaran mekanisme di bidang perekonomian, yang akhirnya akan berpengaruh

kepada bidang-bidang lain. Segala aspek kehidupan saat ini tidak lepas dari yang

namanya uang. Tidak satupun peradaban di dunia tidak mengenal uang. Jika

adapun, maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti tidak berkembang.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan kepada suatu

kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang-kadang

mereka menghadapi desakan untuk mempertahankan status diri. Secara umum

kebutuhan setiap manusia itu akan dapat dipenuhi, walaupun tidak seluruhnya.

Terhadap kebutuhan yang mendesak pemenuhannya dan harus dipenuhi dengan

segera biasanya sering dilaksanakan tanpa pemikiran yang matang yang dapat

merugikan lingkungan atau manusia lain.

Seiring dengan perkembangan teknologi banyak orang yang semakin

pandai, tetapi kepandaian tersebut tidak diimbangi dengan etika dan moral yang

baik sehingga banyak orang yang menggunakan kepandaian tersebut untuk

kepentingan sendiri. Motif ekonomi seringkali mendorong munculnya berbagai

tindak pidana yang baru dan inovatif. Misalnya mumculnya kejahatan cyber

crime, money laundering, pemalsuan uang, kejahatan perbankan, dan lain

sebagainya. Manusia cenderung mencari celah-celah hukum dengan kecanggihan

teknologi dan ilmu pengetahuan. Sepanjang ada niat untuk memperkaya sendiri,

adanya sarana, adanya jalan yang dapat digunakan dan adanya tujuan dan sasaran

yang potensial untuk dapat dikuasai maka kesempatan untuk munculnya jenis

(3)

Maraknya berbagai jenis kejahatan merupakan suatu bukti bahwa tingkat

moralitas dan akhlak masyarakat sudah mulai berkurang. Sebagai contoh

akhir-akhir ini banyak terjadi aksi-aksi penipuan salah satunya yaitu maraknya

pemalsuan uang dan pengedarannya. Kejahatan pemalsuan uang dan

pengedarannya, tidak hanya melanda warga kota bahkan sudah sampai ke seluruh

pelosok tanah air .4

Memalsu uang ataupun mengedarkan uang palsu adalah jalan paling

pintas dari semua jalan pintas yang pernah digunakan manusia dengan berbagai

macam tujuan ekonomis alasannya karena tindakan ini tidak perlu membeli

senjata, bergadang sampai malam mengintai mangsa, mengatur scenario,

merampok juragan emas, menghindari kejaran polisi, sembunyi, dan baru menjual

hasil rampokannya selang beberapa saat kemudian .5

Kejahatan pemalsuan uang dan pengedarannya dewasa ini semakin

merajarela dalam skala yang besar dan sangat merisaukan dimana dampak yang

paling utama yang ditimbulkan oleh kejahatan pemalsuan uang dan

pengedarannya yaitu dapat mengancam kondisi moneter dan perekonomian

nasional. Masyarakat Indonesia memiliki mayoritas ekonomi menegah kebawah

dan tentu saja keberadaan uang palsu ini akan sangat merugikan terhadap

masyarakat Indonesia sendiri terutama terhadap masyarakat ekonomi bawah.

Contoh yang dapat kita amati secara sederhana adalah jika seorang pedagang

bakso keliling setiap harinya harus berkeliling untuk menjual dagangannya,

sementara itu ia juga menjadi tumpuan keluarga dan tulang punggung keluarga

yang harus membiayai istri dan anaknya. Penghasilan per harinya sekitar

Rp.50.000,00. Namun si pedagang akan sangat merugi dan terpukul jika ternyata

uang hasil dagangannya tersebut adalah uang palsu yang tidak dapat digunakan. Ia

tidak hanya merugi karena uang tersebut tidak dapat digunakan untuk modal

4 “Skripsi Pemalsuan Uang”, diakses dari

http”//Scribd.com/doc/18544984/skripsi-pemalsuan-uang#scribd, pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 04.35.

(4)

usahanya kembali, namun ia juga merugi karena ia tidak dapat memenuhi

kebutuhannya akan dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal diatas terjadi karena

umumnya masyarakat umumnya tidak cukup mengerti bagaimana membedakan

uang asli dengan uang palsu, apalagi apabila uang palsunya tersebut dibuat

dengan sangat canggih sehingga sangat sulit dibedakan dengan yang aslinya.

Masyarakat juga kebanyakan tidak melengkapi diri dengan detector ultraviolet

yang tidak murah harganya. Mereka sudah cenderung mempercayakan

penyelenggaraan infrastrukstur keras maupun lunak mereka kepada Negara.

Kebanyakan Kasus pemalsuan uang dan pengedarannya dilakukan oleh

para residivis. Hal ini menunjukkan ketidak-jeraan para pelaku, karena mungkin

sanksi hukum pidana terlalu ringan dan tidak ada denda pada pasal 244, 245

KUHP, atau memang masyarakat tak melakukan pencelaan terhadap tindak

pidana ini, baik secara lahir maupun secara batin (jiwa manusia) 6

1. Bagaimanakah ketentuan hukum terhadap tindak pidana pemalsuan dan

pengedaran uang palsu dalam hukum positif Indonesia ? .

Atas dasar uraian di atas mengenai kasus pemalsuan uang dan

pengedarannya yang kebanyakan dilakukan oleh para residivis maka Penulis

tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang “PENERAPAN SANKSI

PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU”. Dengan melakukan studi kasus pada perkara

No. 1515/Pid.B/2013/PN.MDN.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah dalam skripsi ini adalah :

6 Satjipto Rahardjo, Hukum, Polisi dan Residivis, Seminar Kajian Residivis dan Pembinaannya,

(5)

2. Bagaimanakah penerapan hukum pidana materil dam hukum pidana formil

terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di

dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1515/Pid.B/2013/PN/MDN

?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah disebut di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami ketentuan hukum yang berlaku

terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan uang dan pengedarannya dalam

hukum positif Indonesia.

2. Untuk mengetahui kesesuaian antara Putusan Pengadilan Negeri Medan

No.1515/Pid.B/2013/PN/MDN dengan hukum pidana formil dan hukum

pidana materil yang berlaku di Indonesia.

Adapun manfaat daripada penelitian ini antara lain :

1. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

memberikan masukan untuk perkembangan kemajuan hukum pidana serta

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai tindak pidana

pemalsuan uang dan pengedarannya.

2. Secara Praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

informasi atau referensi bagi kalangan akademis dan calon peneliti yang

akan melakukan penelitian lanjutan terhadap penerapan sanksi pidana

(6)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Penerapan Sanksi Pidana Dalam Tindak Pidana

Pemalsuan Uang Dan Pengedarannya ” sepengetahuan penulis belum ada penulis

lain yang mengemukakannya, dan penulis telah mengkonfirmasikannya kepada

Sekretariat Departemen Pidana.

E. Tinjauan Pustaka

1. Tentang Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Disertai Dengan Pengertian, Fungsi, Ciri-Ciri, Dan Keaslian Uang Rupiah Beserta Dasar Hukum Pengeluaran Dan Pengedaran Uang Rupiah Di Indonesia

1.1 Pengertian Bank Indonesia

Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia

adalah Bank Sentral Republik Indonesia. 7

7 Pasal 4 Undang-Undang No.3 tahun 2004 Jo UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia

adalah Bank yang berfungsi sebagai bank sirkulasi dan sebagai induk dari

bank-bank lain (bank-banker of bank-banks). Adapun bank-bank-bank-bank yang dibawah naungan bank-bank

sentral yaitu :

1. Bank Umum

2. Bank Swasta

3. Bank Syariah

(7)

Berdasarkan Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tetang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah

lembaga Negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,

bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal yang

secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini. 8 Kedudukan Bank Indonesia

sebagai lembaga Negara yang independen berada di luar pemerintahan

mempunyai konsekuensi bahwa Bank Indonesia juga mempunyai kewenangan

mengatur dan membuat/ menerbitkan peraturan yang merupakan pelaksanaan

Undang-Undang.9 Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968

dimana Bank Indonesia merupakan lembaga yang tugasnya membantu pemerintah

dan menjalankan tugasnya berada di bawah koordinasi Dewan Moneter sebagai

otoritas moneter tertinggi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

pengaturan moneter dan perbankan.10

Dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia

memiliki satu tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah Dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 Jo UU No 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, maka

Bank Indonesia menjadi lembaga independen yang berada di luar pemerintahan,

dan hubungannya dengan pemerintah Bank Indonesia hanya bertindak sebagai

pemegang kas pemerintah.

1.2 Tujuan, Tugas Bank Indonesia

11

8

Loc.cit

9 Prof.Dr.Thamrin Abdullah, M.M., M.Pd., Dr. Francis Tantri, S.E., M.M., Bank Dan Lembaga Keuangan, Edisi Pertama. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2014. Hlm 83.

10 Loc.cit

11 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomoe 3 Tahun 2004

tentang Bank Indonesia.

dan

nilai tukar yang wajar merupakan prasarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan. Kestabilan nilai rupiah akan tercermin pada stabilitas harga,

(8)

ekonomi yang baik dengan ditandai oleh kenaikan daya beli masyarakat pada

umumnya. Sedangkan kegagalan dalam memelihara stabilitas nilai rupiah ditandai

dengan kenaikan harga pada umumnya, penurunan daya beli masyarakat. Gejala

ini secara umum adalah adanya tingkat inflasi yang relatif tinggi sehingga

kepercayaan terhadap mata uang menurun baik di mata nasional maupun di mata

internasional.12

Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Dalam rangka

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank Indonesia berwenang . Secara garis besar ada 3 tugas Bank Indonesia dalam rangka mercapai

dan memelihara kestabilan nilai rupiah seperti yang telah diungkapkan di atas,

yaitu :

a. Menetapkan Dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

13

12 Prof.Dr.Thamrin Abdullah, M.M., M.Pd., Dr. Francis Tantri, S.E., M.M. Op,cit., hlm 79

13 Kasmir, S.E.,M.M., Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi revisi. PT.Raja Grafindo

Persada. Jakarta. 2014. Hlm 159.

a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasasaran laju

inflasi yang ditetapkannya.

b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang

termasuk, tetapi tidak terbatas pada :

- operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang rupiah maupun valuta

asing

- penetapan tingkat diskonto

- penetapan cadangan wajib minimum

(9)

c. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, paling lama

Sembilan puluh hari kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka

pendek bank yang bersangkutan.

d. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah

ditetapkan.

e. Mengelola cadangan devisa.

f. Menyelenggarakan survey secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang

bersifat makro dan mikro.

b. Mengatur Dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Dalam tugas

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia berwenang

: 14

14

Ibid, hlm 160.

a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa

sistem pembayaran.

b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan

laporan kegiatannya.

c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

d. Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang rupiah maupun asing.

e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank.

f. Menetepakan macam, harga, cirri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang

(10)

g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan

memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian dengan

nilai yang sama.

c. Mengatur Dan Mengawas Bank

Pengaturan dan pengawasan Bank diarahkan untuk mengoptimalkan

fungsi perbankan Indonesia sebagai :

1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga

penghimpun dan penyalur dana ;

2. Pelaksana kebijakan Moneter;

3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta

pemerataan; agar tercipta sistem perbankan yang sehat, baik sistem perbankan

secara menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan

masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi

perekonomian nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan

menerapkan :

1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);

2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan

3. Pengawasan Bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten

ketentuan intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam

melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip

kehati-hatian.

Berdasarkan pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, dalam Pengaturan dan Pengawasan Bank,

(11)

1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu kewenangan untuk

menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian

izin oleh Bank Indonesia meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha

bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,

pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian

izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha-usaha tertentu.

2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk

menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan

dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa

perbankan yang diinginkan masyarakat.

3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan

melakukan pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site

supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site supervision). Pengawasan

langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang

bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan

untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta

untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang

membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu

pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan

bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya,

apabila diperlukan Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap

bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahaan induk, perusahaan anak,

pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank. Bank Indonesia dapat

menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan tugas

pemeriksaan.15

15 “Tujuan Pengaturan Dan Pengawasan Bank”, diakses dari

(12)

1.3 Pengertian Uang

Dalam keadaan seperti ini sulit untuk mencari orang yang tidak mengenal

uang. Uang sudah digunakan untuk segala keperluan sehari-hari dan merupakan

suatu kebutuhan dalam menggerakkan perekonomian suatu Negara. Bahkan yang

uang yang mula-mula hanya digunakan sebagai alat tukar, sekarang ini sudah

berubah menjadi multifungsi. Begitu pula dengan jenis-jenis uang yang sudah

demikian beragam, terutama yang digunakan sebagai alat tukar-menukar.

Seperti diketahui awal mula dikenalnya uang adalah akibat dari kesulitan

masyarakat dalam melakukan tukar menukar di masa lalu. Kendala utama dalam

melakukan pertukaran adalah sulit untuk memperoleh barang dan jasa yang

diinginkan sesuai dengan jenis barang dan jasa pada saat yang dibutuhkan.

Kendala seperti ini terjadi pada saat perekonomian dalam suatu wilayah masih

menggunakan sistem barter untuk memperoleh barang maupun jasa.

Sistem barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan

barang atau barang dengan jasa atau sebaliknya. Sistem ini merupakan sistem

yang pertama kali dikenal di dalam perdagangan dunia. Namun, sistem ini mulai

ditinggalkan akibat dari banyaknya kendala dalam setiap kali melakukan

pertukaran dan mulai dikenalnya sarana pertukaran yang lebih efisien.

Beberapa kendala yang sering dialami sistem barter dalam melakukan

pertukaran antara lain, sebagai berikut :

1. Sulit untuk menemukan orang yang mau menukarkan barangnya yang sesuai

dengan kebutuhan yang diinginkan.

2. Sulit untuk menentukan nilai barang yang akan ditukarkan terhadap barang

yang diinginkan.

3. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barangnya dengan jasa yang

dimiliki atau sebaliknya.

4. Sulit untuk menemukan kebutuhan yang mau ditukarkan pada saat yang cepat

sesuai dengan keinginan. Artinya untuk memperoleh barang yang diinginkan

memerlukan waktu yang terkadang relatif lama.

Untuk mengatasi segala kendala yang ada oleh para ahli dipikirkanlah

(13)

Alat tukar tersebut adalah yang kita kenal dengan nama “uang” seperti sekarang

ini. Dengan ditemukannya uang segala kendala di atas dapat diatasi, bahkan

fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar saja, melainkan beralih ke

fungsi-fungsi lainnya yang jauh lebih luas.

Secara umum uang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar, akan tetapi

juga memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti sebagai alat satuan hitung, penimbun

kekayaan atau sebagai standar pencicilan utang. Kemudian uang biasanya hanya

dapat dipergunakan dalam satu wilayah tertentu, misalnya Negara, karena bisa

saja satu mata uang tertentu tidak berlaku di Negara lain dan sebaliknya, namun

bisa saja satu mata uang Negara tertentu berlaku di semua Negara seperti mata

uang US Dollar.

Dalam perekonomian yang semakin modern seperti sekarang ini uang

memainkan peranan yang sangat penting bagi semua kegiatan masyarakat. Uang

sudah merupakan suatu kebutuhan, bahkan uang menjadi salah satu penentu

stabilitas dan kemajuan perekonomian di suatu Negara. Namun demikian, bukan

berarti sistem barter sudah lenyap, tetapi masih digunakan untuk tingkat

perdagangan tertentu saja seperti perdagangan antarnegara dan di daerah

pedesaan.

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pengertian uang secara

luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran

dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang, sebagai alat

untuk melakukan pembelian barang dan jasa, sebagai alat penimbun kekayaan 16

16

Kasmir, S.E.,M.M.,Op.cit., hlm 12-14

.

1.4 Fungsi Uang

Pada umumnya fungsi uang dipergunakan oleh masyarakat sebagai alat

tukar menukar, dalam pembayaran dan sebagainya. Tetapi fungsi uang yang

sebenarnya dibagi menjadi empat fungsi, pertama uang sebagai alat tukar

menukar, kedua uang sebagai kesatuan hitung, ketiga uang sebagai alat penimbun

kekayaan, keempat uang sebagai standar pembayaran berjangka atau standar

(14)

a. Alat Tukar- Menukar

Fungsi uang yang pertama adalah sebagai alat tukar – menukar. Fungsi

uang sebagai alat tukar-menukar didasarkan pada kebutuhan manusia yang

mempunyai barang dan kebutuhan manusia yang tidak mempunyai barang dimana

uang adalah sebagai perantara diantara mereka. Dengan uang tersebut seseorang

bisa memiliki/mempunyai barang dan orang yang memiliki barang bisa menerima

uang sebagai harga dari barang tersebut. Dengan demikian, uang sebagai harga

dari barang dan uang juga digunakan sebagai harga dari pihak produsen ke

konsumen. Dalam kaitan ini kita bisa memerhatikan pandangan-pandangan dari

teori modern yang berdasarkan dari suatu analisis makro bahwa secara makro

uang mempunyai fungsi yang tertentu dalam masyarakat yaitu sebagai perantara

dalam pertukaran sehingga secara makro setiap orang mempunyai penghargaan

masing-masing terhadap suatu benda yang dianggap sebagai uang. Oleh karena

itulah, uang mempunyai fungsi tertentu yaitu sebagai perantara. Dengan demikian,

uang yang berfungsi sebagai alat tukar-menukar yang sesungguhnya adalah untuk

mempermudah kehidupan manusia sehari-hari, walaupun tidak setiap orang

menyadari peranan uang dalam kehidupannya.

b. Satuan Hitung

Fungsi lain uang adalah sebagai satuan hitung atau unit of account. Yang

dimaksudkan sebagai satuan hitung adalah uang sebagai alat yang digunakan

untuk menunjukkan nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan di pasar dan

besarnya kekayaan yang bisa dihitung berdasarkan penentuan harga dari barang

tersebut.

Melalui alat yang dinamakan uang akan terjadilah berbagai kesatuan

hitung yang kemudian kesatuan itu diseragamkan dalam kesatuan hitung tertentu.

Sebagai satuan hitung seseorang akan bisa menggunakan uang untuk

membedakan kegiatan yang satu dengan yang lain. Disinilah perlunya peranan

uang untuk bisa menyatakan perhitungan-perhitungan masyarakat dan perhitungan

tersebut tentunya mempunyai kaitan dalam kegiatan ataupun transaksi masyarakat

baik dia sebagai produsen mau dia sebagai konsumen, pengambilan keputusan

(15)

Segala perhitungan dalam bidang ekonomi akan kesulitan bila tidak ada satu alat

yang bisa mengukur suatu nilai atau tidak ada alat yang bisa menyatakan

perhitungan nilai dari barang tersebut.

c. Penimbun kekayaan

Fungsi yang ketiga uang sebagai alat penimbun kekayaan akan bisa

memengaruhi jumlah uang kas yang ada pada masyarakat. Masyarakat yang

mempunyai uang bisa menggunakan uang tersebut untuk dibelanjakan, tapi juga

bisa disimpan untuk keperluan yang lain di kemudian hari. Bagi masyarakat yang

memiliki kelebihan uang dari kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya, akan

mau menyimpan uang tersebut dalam bentuk uang tunai baik disimpan di rumah

sendiri ataupun disimpan pada bank atau pihak-pihak lain. Artinya uang tersebut

setiap saat apabila dia memerlukan ada dan bisa ditunaikan setiap saat. JM Keynes

dalam teori liquidity preference mengemukakan berbagai alasan mengapa orang

cenderung untuk menyimpan uang dalam bentuk uang tunai. Alasan itu adalah:

alasan transaksi, alasan untuk berjaga-jaga serta alasan untuk berspekulasi.

d. Standar Pencicilan Utang

Uang juga berfungsi sebagai standar untuk melakukan pembayaran

berjangka atau pencicilan utang. Penggunaan uang sebagai standar pencicilan

utang erat berkaitan dan bersamaan waktunya dengan penerimaan masyarakat

sebagai alat ukur ataupun alat satuan hitung. Oleh karena kegiatan utang piutang

berkaitan dengan uang atau merupakan suatu gejala yang umum dalam dunia

perdagangan dan perekonomian masyarakat, dengan adanya uang digunakan

untuk melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan cepat, baik secara

tunai ataupun angsuran, akan bisa meningkatkan usaha perekonomian ataupun

usaha-usaha perdagangan karena uang telah bisa dijalankan sebagai alat untuk

mengatur pembayaran tersebut. 17

(16)

1.5 Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah

Keaslian Rupiah dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik pada

bahan yang digunakan untuk membuat uang (kertas, plastic atau logam), desain

dan warna masing-masing pecahan uang. Maupun teknik pencetakannya.

Sebagian dari ciri-ciri yang terdapat pada uang rupiah tersebut, selain

berfungsi sebagai ciri untuk membedakan antara satu pecahan dengan pecahan

lainnya, dapat berfungsi juga sebagai alat pengamanan dari ancaman tindak

pidana pemalsuan uang. Alat pengamanan tersebut terdiri dari alat pengamanan

yang kasat mata, kasat raba dan pengamanan yang baru terlihat dengan

menggunakan alat bantu berupa sinar ultra violet (UV lights), sinar infra merah

(infra red lights), kaca pembesar (loupe), dan plastik tertentu untuk melihat

scramble image. 18

a. Ciri-Ciri Pada Bahan Uang

Bahan yang digunakan untuk membuat uang kertas rupiah dibuat

sedemikian rupa sehingga memberikan ciri-ciri tertentu yang ditujukan untuk

pengamanan terhadap ancaman tindak pidana pemalsuan uang. Bahan uang

tersebut dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu kertas dan bahan plastic (Polymer).

1. Bahan Kertas Uang

Ciri- ciri uang yang dibuat dari bahan kertas yaitu terdiri dari :

a). Bahan Kertas Uang

Adalah kertas yang terbuat dari serat kapas atau campuran dengan bahan

lainnya, yang diproses secara khusus sehingga tidak memendar di bawah

sinar ultra violet (UV lights).

b).

Adalah gambar berupa kepala Pahlawan Nasional yang dibuat dengan cara

menipiskan serat kertas sehingga terlihat jelas apabila diterawangkan ke

arah cahaya, baik dari bagian muka maupun dari bagian belakang. Tanda Air (Water Mark)

18 Poniman, SH, Tesis Kebijakan Penal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Uang Palsu, hlm

(17)

c). Benang Pengaman (Security Thread)

Adalah bahan dari plastik yang ditanam pada kertas uang dan akan terlihat

sebagai garis melintang dari atas ke bawah apabila diterawang ke arah

cahaya. Benang pengaman tersebut dapat dibuat tidak memendar

(fluorescent) dibawah sinar ultra violet dengan penampakan satu warna

(single color fluorescent) atau beberapa warna (multi color/rainbow

fluorescent).

d). Electrotype

Adalah gambar berbentuk hiasan yang dibentuk dengan cara seperti

pembuatan tanda air (water mark) namun lebih tipis sehingga akan terlihat

lebih terang dari pada penampakan tanda air, apabila diterawangkan ke arah

cahaya.

e).

Adalah serat berwarna yang disebarkan secara acak di atas kertas uang

sehingga penempatannya tidak pernah sama pada setiap lembar uang. Serat

tersebut terdiri dari serat yang kasat mata dan serat yang baru terlihat

apabila disinari dengan ultra violet. Serat-serat (Vibres)

19

2. Bahan Plastik (Polymer)

Ciri-ciri yang terdapat pada uang berbahan plastik (polymer) terdiri dari :

a). Bahan Plastik (Polymer)

Adalah Plastik yang terbuat dari bijih plastic yang diproses secara khusus

dengan diberi lapisan (coating) sehingga tidak memendar dibawah sinar

ultra violet (UV lights).

b). Bayangan Gambar (Translucent Shadow Image)

Adalah bayangan gambar yang dapat dilihat dibawah cahaya dari sisi

tertentu.

c).

Adalah jendela transparan yang memuat gambar hologram (Optically

Variable Divices/OVD) yang terlihat dari sisi muka dan belakang serta akan Jendela Transparan (Transparent Security Window)

19

(18)

menampakkan perubahan warna bila dilihat dari sudut pandang yang

berbeda.

d).

Adalah jendela transparan yang berwarna dan memuat suatu filter untuk

melihat gambar (metameric print) di sisi tertentu yang berfungsi sebagai alat

penguji keaslian uang (self-authentication). Jendela Berwarna (Color Security Window)

20

b. Ciri-Ciri Pada Desain Warna

Desain dan warna dari setiap pecahan uang Rupiah telah dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan cirri-ciri tertentu, baik untuk

keperluan keindahan maupun untuk pengamanan terhadap ancaman tindak pidana

pemalsuan uang, yang meliputi :

a. Gambar utama bagian muka dan bagian belakang

b. Gambar dan ornamen pendukung lainnya.

c. Warna dominan uang.

d. Ukuran uang.

c. Ciri-Ciri Pada Teknik Cetak Uang

Teknik cetak uang rupiah yang dilakukan oleh perusahaan percetakan

uang dapat memberikan ciri-ciri tertentu, baik untuk keperluan keindahan maupun

untuk pengamanan terhadap ancaman tindak pidana pemalsuan uang. Tinta cetak

yang digunakan dalam pencetakan uang merupakan security ink yang istimewa

dibanding dengan tinta cetak untuk pencetakan securitas lainnya. Teknik cetak

tersebut adalah terdiri dari :

1.

20 Ibid, hlm 39 – 40. Cetak Intaglo

Adalah hasil cetak timbul berbentuk relief yang terasa kasar apabila diraba.

Hasil cetakan ini merupakan alat pengaman yang sangat tinggi terutama pada

bagian wajah gambar utama, karena pada setiap wajah yang digunakan sebagai

gambar utama memiliki karakteristik masing-masing sehingga akan sulit untuk

(19)

2. Rectoverso (See Trough Register)

Adalah hasil cetak yang beradu tepat atau saling mengisi antara bagian muka

dan belakang sehingga penampakannya waktu diterawangkan ke arah cahaya

tidak boleh bergeser sedikit pun.

3. Nomor Seri Yang Memendar

Adalah hasil cetak berupa nomor seri yang selain kasat mata juga akan

memendar dibawah sinar ultra violet.

4. Latent Image/Multilayer Latent Image

Adalah hasil cetak lebih dari satu objek dalam suatu tempat yang akan tampak

jelas apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

5. Huruf/Angka Micro

Adalah hasil cetak berupa huruf/angka dengan ukuran yang sangat kecil

sehingga baru dapat dibaca jelas apabila dilihat dengan menggunakan kaca

pembesar.

6. Hasil Cetakan Yang Tidak Kasat Mata (Invisible Ink)

Adalah hasil cetak dengan menggunakan tinta khusus sehingga tidak kasat

mata dan baru akan terlihat jelas apabila disinari dengan ultra violet.

7. Tinta Berubah Warna (Optical Variable Ink/OVI)

Adalah hasil cetak yang mengkilap (glittering) yang warnanya akan berubah

apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Teknik cetak ini dilakukan

untuk menghindari ancaman pemalsuan dengan mesin foto kopi berwarna.

8. Latar (Screen)

Adalah hasil cetak berupa garis yang sangat halus dengan satu atau beberapa

warna yang memberikan kesan warna dominan dari suatu pecahan uang.

9.

Adalah hasil cetak berupa garis-garis sangat halus yang tidak terputus dan

membentuk alur-alur seperti rajut. Guilloche

21

21

(20)

Berikut akan dijelaskan mengenai penempatan ciri-ciri keaslian yang

terdapat pada uang, dapat dilihat pada penjelasan gambar di bawah.

(21)

Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 100.000 tahun

emisi 2004, yaitu:

a. Ukuran uang : 151 mm X 65 mm.

b. Bahan uang : Serat Kapas.

c. Warna Dominan : Merah.

d. Tanggal Terbit : 1 Agustus 2011.

e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.

f. Gambar Utama

- Bagian Muka : -DR. IR. SOEKARNO.

-DR. H. MOHAMMAD HATTA.

- Bagian Belakang : Gedung MPR dan DPR RI.

(22)

Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp50.000 tahun

emisi 2005, yaitu :

a. Ukuran uang : 149 mm X 65 mm.

b. Bahan Uang : Serat Kapas.

c. Warna dominan : Biru.

d.Tanggal Terbit : 1 Agustus 2011.

e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.

f. Gambar utama

-Bagian muka : I GUSTI NGURAH RAI.

(23)

3. Rupiah Kertas Pecahan Rp 20.000 Tahun Emisi 2004

Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 20.000 tahun

emisi 2004, yaitu :

a. Ukuran uang : 147 mm X 65 mm.

b.Bahan Uang : Serat kapas.

c. Warna dominan : Hijau.

(24)

e. Penandatanganan : Gubernur, Dewan Gubernur.

f. Gambar utama

- Bagian muka : OTO ISKANDAR DI NATA.

- Bagian belakang : Pemetik teh.

4. Rupiah Kertas Pecahan Rp.10.000 Tahun Emisi 2005

Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 10.000 tahun

emisi 2005, yaitu :

a. Ukuran uang : 145 mm X 65 MM.

(25)

c. Warna dominan : Ungu kebiruan.

d. Tanggal terbit : 3 Juni 2010.

e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.

f. Gambar utama

- Bagian muka : SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II.

- Bagian belakang : Rumah Limas, Palembang.

(26)

Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 5.000 tahun

emisi 2001, yaitu :

a. Ukuran uang : 143 mm X 65 mm.

b. Bahan uang : Serat kapas.

c. Warna dominan : Hijau dan coklat.

d. Tanggal terbit : 6 November 2001.

e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.

f. Gambar utama

- Bagian muka : TUANKU IMAM BONDJOL.

- Bagian belakang : Pengrajin tenun.

(27)

Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 2.000 tahun

emisi 2009, yaitu :

a. Ukuran uang : 141 mm X 65 mm.

b. Bahan uang : Serat kapas.

c. Warna dominan : Abu-abu.

d. Tanggal terbit : 10 Juli 2009.

e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.

f. Gambar utama

- Bagian muka : PANGERAN ANTASARI.

(28)

7. Rupiah Kertas Pecahan Rp 1.000 Tahun Emisi 2000

Adapun ciri-ciri lain dari uang rupiah kertas pecahan Rp 1.000 tahun

emisi 2000, yaitu :

a. Ukuran uang : 141 mm X 65 mm.

b. Bahan uang : Serat kapas.

c. Warna dominan : Biru dan hijau.

d. Tanggal terbit : 29 November 2000.

e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.

f. Gambar utama

- Bagian muka : KAPITAN PATTIMURA.

(29)

8. Rupiah Logam Pecahan Rp 1.000 Tahun Emisi 2010

9. Rupiah Logam Pecahan Rp 500 Tahun Emisi 2003

10. Rupiah Logam Pecahan Rp 200 Tahun Emisi 2003

(30)

12. Rupiah Logam Pecahan Rp 50 Tahun Emisi 1999

1.6 Dasar Hukum Pengeluaran Dan Pengedaran Uang Rupiah Di Indonesia

Dasar Hukum pengeluaran dan pengedaran uang rupiah di Indonesia,

terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23 ayat (3) yang berbunyi : “Macam dan

harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang”. Dalam penjelasan

Undang-Undang dasar tersebut dikemukakan bahwa “Bank Indonesia yang

akan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas, ditetapkan dengan

undang-undang”.22

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No.3 Tahun 2004

tentang Bank Indonesia, mengatur :

a. Pasal 19

Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan

dikeluarkan, bahan yang akan digunakan dan tanggal mulai berlakunya

sebagai alat pembayaran yang sah.

(31)

b.

Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan

memusnahkan uang yang dimaksud dari peredaran. Pasal 20

23

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran,

Pengedaran, Pencabutan Dan Penarikan, Serta Pemusnahan Uang Rupiah,

mengatur :

a. Pasal 2

1). Bank Indonesia menetapkan macam Uang, harga Uang, ciri Uang yang

akan dikeluarkan, serta Bahan Uang yang digunakan.

2). Dalam menetapkan Ciri Uang dan Bahan Uang, Bank Indonesia

berwenang menetapkan desain Uang, spesifikasi Uang, dan spesifikasi

Bahan Uang.

b. Pasal 5

Bank Indonesia menetapkan tanggal mulai berlakunya uang yang

dikeluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Republik

Indonesia.

c. Pasal 7

1). Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang

mengedarkan uang kepada masyarakat.

2). Pelaksanaan pengedaran Uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang disetujui oleh Bank

Indonesia.

d.

b. Uang yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi

mempunyai manfaat ekonomis dan atau kurang diminati oleh

masyarakat. Pasal 11

Bank Indonesia melakukan pemusnahan terhadap :

a. Uang tidak layak edar; dan

24

23 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Bank

(32)

4. Undang- Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata uang, mengatur :

a.

1). Pengelolaan Rupiah meliputi tahapan : Pasal 11

2). Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan

Pemerintah.

3). Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang

melakukan pengeluaran, pengedaran dan/atau Pencabutan dan Penarikan

Rupiah.

4). Dalam melaksanakan pengedaran rupiah sebagaimana dimaksud pada

ayat (3), Bank Indonesia menentukan nomor seri uang kertas.

b.

1). Perencanaan dan penentuan jumlah Rupiah yang dicetak dilakukan oleh

Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah. Pasal 13

2). Penyediaan jumlah Rupiah yang beredar dilakukan oleh Bank Indonesia.

c.

1). Pencetakan Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia. Pasal 14

2). Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di

dalam negeri dengan menunjuk badan usaha milik Negara sebagai

pelaksana Pencetakan Rupiah.

3). Dalam hal badan usaha milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) menyatakan tidak sanggup melaksanakan Pencetakan Rupiah,

Pencetakan Rupiah dilaksanakan oleh badan usaha milik Negara bekerja

24

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran,

(33)

sama dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan

dan akuntabel serta menguntungkan Negara.

4). Pelaksana Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing.

d.

1). Pengeluaran Rupiah dilakukan dan ditetapkan oleh Bank Indonesia,

ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta

diumumkan melalui media massa. Pasal 15

2). Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dibebaskan dari bea materai.

3). Bank Indonesia menetapkan tanggal, bulan dan tahun mulai berlakunya

Rupiah.

e.

1). Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang

mengedarkan rupiah kepada masyarakat. Pasal 16

2). Pengedaran Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan jumlah uang beredar.

3). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengedarkan Rupiah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bank

Indonesia.

f.

1). Pencabutan dan Penarikan Rupiah dari peredaran dilakukan dan

ditetapkan oleh Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia, serta diumumkan melalui media massa. Pasal 17

2). Pencabutan dan Penarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan penggantian oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal yang

sama.

3). Hak untuk memperoleh penggantian Rupiah yang telah dicabut dan

ditarik dari peredaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku

(34)

4). Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penggantian atas Rupiah yang

dicabut dan ditarik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan

Peraturan Bank Indonesia.

g.

c. Rupiah yang sudah tidak berlaku. Pasal 18

1). Pemusnahan terhadap Rupiah yang ditarik dari peredaran dilakukan oleh

Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah.

2). Jumlah dan nilai nominal Rupiah yang dimusnahkan ditempatkan dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia.

3). Kriteria Rupiah yang dimusnahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa :

a. Peratutan Bank Indonesia Nomor 16/14/PBI/2014 tentang Pengeluaran dan

Pengedaran Uang Rupiah Kertas Pecahan 100.000 (Seratus Ribu) Tahun

Emisi 2014 Dalam Bentuk Uang Rupiah Kertas Bersambung

5. Ketentuan-Ketentuan lainnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada

waktu penerbitan uang rupiah baru dan pada waktu pemusnahan uang rupiah.

Contohnya :

26

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/1/PBI/2016 tentang Jumlah Dan Nilai

Nominal Uang Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2015

.

27

25 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

26 Peratutan Bank Indonesia Nomor 16/14/PBI/2014 tentang Pengeluaran dan Pengedaran Uang

Rupiah Kertas Pecahan 100.000 (Seratus Ribu) Tahun Emisi 2014 Dalam Bentuk Uang Rupiah Kertas Bersambung.

27 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/1/PBI/2016 tentang Jumlah Dan Nilai Nominal Uang

Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2015

(35)

2. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Hukum Positif Di Indonesia

a. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut KUHP

Tindak pidana terhadap pemalsuan dan pengedaran uang palsu secara

menyeluruh di dalam KUHP terdapat pada pasal 244 KUHP sampai dengan pasal

252 KUHP. Pasal 248 telah dihapus melalui stb. Tahun 1938 No. 593.

Tindak pidana pemalsuan mata uang dan uang kertas, dapat juga disebut

dengan kejahatan peniruan dan pemalsuan uang kertas dan mata uang, yang

kadang juga disingkat dengan sebutan pemalsuan uang. Disebut dengan

“peniruan” dan “pemalsuan” uang, karena perbuatan dalam pemalsuan uang

tersebut terdiri dari meniru dan memalsu. Penyebutan tindak pidana peniruan dan

pemalsuan uang tepat, apabila hanya dilihat dari rumusan pasal 244 KUHP.

Namun sesungguhnya tindak pidana mengenai mata uang, yang objeknya uang,

sesungguhnya lebih luas daripada sekedar memalsu dan meniru uang. Misalnya

mengedarkan uang palsu atau yang dipalsu (pasak 245), mengurangi nilai mata

uang (pasal 246) dan mengedarkannya (pasal 247) dan lain-lain. Objek tindak

pidana disebut dengan “mata uang” dan “uang kertas”, karena benda uang tersebut

terdiri dari uang kertas dan mata uang (uang logam). Objek mata uang dan uang

kertas tersebut baik yang dikeluarkan oleh Negara atau bank 28

1. Ancaman pidana maksimum tindak pidana pemalsuan uang rata-rata berat.

Ada tujuh bentuk tindak pidana pemalsuan uang dalam Bab X Buku II

KUHP, yaitu meniru atau memalsu uang (Pasal 244), sengaja

mengedarkan mata uan atau uang kertas palsu atau dipalsu (Pasal 245),

kejahatan merusak uang (Pasal 246), mengedarkan uang rusak (Pasal 247), .

Dalam Sistem Hukum pidana kita, tindak pidana terhadap mata uang dan

uang kertas merupakan tindak pidana yang berat, terbukti dari dua hal, yaitu :

28 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, Cetakan Pertama. PT.Raja Grafindo.

(36)

mengedarkan uang rusak, tidak asli atau dipalsu yang lain dari pasal 245

dan pasal 247 (Pasal 249), membuat atau mempunyai persedian benda atau

bahan untuk meniru, memalsu uang atau mengurangi nilai mata uang

(Pasal 250), menyimpan kepingan perak yang dianggap mata uang (Pasal

251). Dua diantara 7 tindak pidana tersebut diancam dengan pidana

penjara maksimum 15 tahun (Pasal 244 dan 245), dua dengan pidana

penjara maksimum 12 tahun (Pasal 246 dan 247), satu dengan pidana

penjara maksimum 6 tahun (Pasal 250). Sementara sisanya diancam

dengan pidana penjara maksimum 1 tahun (Pasal 250 bis) dan pidana

penjara maksimum 4 bulan 2 minggu (Pasal 249).

2. Keberlakuan norma hukum tindak pidana mengenai uang berlaku asas

universaliteit.29 Maksudnya adalah bagi setiap orang di luar wilayah

Hukum Indonesia melakukan tindak pidana mengenai mata uang dan uang

kertas Indonesia, diberlakukan hukum pidana Indonesia (Pasal 4 angka 2

KUHP) 30

Diberlakukannya asas universaliteit bukan saja berhubungan dengan

maksud memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum

masyarakat dan Negara Indonesia, melainkan juga memberikan perlindungan

hukum bagi masyarakat Internasional. Sebagai contoh, hukum pidana Indonesia

dapat digunakan untuk memidana seorang warga Negara asing yang memalsu

uang Negara yang kemudian melarikan diri ke luar negeri, dimana Negara

tersebut tidak mempunyai perjanjian mengenai ekstradisi dengan Indonesia .

31 .

29 Pasal 4 angka 2 KUHP menyatakan, bahwa ketentuan pidana dalam perundang-undangan

Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan di luar Indonesia “Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank, ataupun mengenai materai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia”.

(37)

b. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

Ketentuan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dianggap belum mengatur

secara kompherensif jenis perbuatan dan sanksi yang diancamkan. Dengan dasar

pemikiran tersebut, lahirlah peraturan hukum baru yang membahas mengenai

Rupiah sebagai mata uang Indonesia yang diharapkan dapat menjadi suatu

langkah baru dalam upaya pemberantasan tindak pidana pemalsuan dan

pengedaran uang palsu di Indonesia, berikut larangan dan sanksi terhadap tindak

pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu menurut Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2011 tentang mata uang.

1. Larangan

Isi dari bab VII dari UU RI Nomor 7 Tahun 2011 merupakan larangan

atas beberapa perbuatan yang berkaitan dengan pemalsuan dan pengedaran uang

palsu yang terdiri dari 5 pasal, mulai dari pasal 24 sampai pasal 27 Yaitu

mengenai larangan terhadap tindakan terhadap Meniru Rupiah (Pasal 24),

Merusak Rupiah (Pasal 25), Memalsu Rupiah (Pasal 26), Memproduksi Atau

Memiliki Persediaan Bahan Untuk Membuat Rupiah Palsu (Pasal 27)

2. Ketentuan Pidana

Ketentuan Pidana Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran

Uang Palsu secara menyeluruh terdapat di dalam pasal 34 sampai pasal 41

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Ada 4 bentuk tindak

pidana terkait dengan pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011, yaitu :

1. Meniru dan mengedarkan Rupiah tiruan (Pasal 34);

2. Sengaja merusak, memotong, menghancurkan dan/atau mengubah Rupiah,

membeli, menjual, mengekspor atau mengimpor Rupiah yang sudah dirusak,

dipotong, dihancurkan dan/atau diubah (Pasal 35);

(38)

4. Memproduksi atau memiliki persediaan bahan untuk membuat Rupiah palsu

(Pasal 37);

Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran

uang palsu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata uang

memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara seumur hidup dan pidana

denda paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) (Pasal 36

ayat (5)), (Pasal 37 ayat (1) dan (2)), dan (Pasal 28 ayat (2)). Berbeda dengan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang memiliki ancaman hukuman

maksimal pidana penjara 15 (lima belas) tahun.

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, objek

mata uang terbatas hanya di mata uang Indonesia, saja yaitu Rupiah 32

32 Diakses dari http: Respository.Usu.ac.id pada tanggal 16 Juni 2016

(39)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif

yaitu penelitian dilakukan dengan cara lebih dahulu meneliti bahan-bahan

perpustakaan hukum yang berhubungan dengan permasalahan dan selanjutnya

melihat secara obyektif melalui ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang

berlaku. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisis

permasalahan yang dikemukakan yang bertujuan untuk mendeskriptifkan secara

konkret tentang Penerapan Sanksi Pidana Dalam Tindak Pidana Pemalsuan Uang

Dan Pengedarannya.

2. Sumber data

Penelitian ini mengumpulkan sumber-sumber selanjutnya dijadikan

sebagai bahan dalam pengolahan data yang bersumber dari :

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang,

Putusan Pengadilan dan buku-buku literatur yang menyangkut pemalsuan uang.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah memakai data

sekunder yakni studi pustaka dengan cara mempelajari literatur-literatur buku

tentang pemalsuan uang.

4. Analisa Data

Data akan dianalisa secara kualitatif dengan mempelajari berbagai

literature buku. Karena sifat penelitian adalah deskriptif maka semua data yang

dikumpulkan kemudian diseleksi serta dianalisis sedang data yang diperoleh di

putusan pengadilan akan dianalisis sesuai dengan data yang diperlukan sehingga

akan diperoleh gambaran dalam prakteknya terhadap permasalahan yang ingin

(40)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang dipakai dalam

melakukan penulisan skripsi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

melakukan penulisan skripsi ini. Hal ini juga bertujuan untuk mempermudah

dalam menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi

skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 4 (empat) bab yang secara garis besar

isi dari bab perbab diuraikan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang, permasalahan, tujuan dan

manfaat penulisan, tinjau kepustakaan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : KETENTUAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DAN PENGEDARANNYA

Dalam bab ini akan diuraikan tentang bagaimana pengaturan

tindak pidana pemalsuan uang dan pengedarannya dalam Hukum

positif yang berlaku di Indonesia.

BAB III : KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA PENGEDARAN UANG PALSU DITINJAU DARI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN NOMOR 1515/Pid.B/2013/PN.MDN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang bagaimana pengaturan

tindak pidana pengedaran uang palsu di dalam Putusan

Pengadilan Negeri Medan Nomor 1515/Pid.B/2013/PN.MDN.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir yang memuat kesimpulan dan

Referensi

Dokumen terkait

Gaya akibat beban gempa terhadap penulangan utama pada balok dermaga mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dibandingkan dengan gaya akibat kombinasi beban tanpa gempa, sehingga

Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling yaitu pada peternak ayam Pelung di wilayah kerja HIPPAPI Kabupaten Bandung, dengan pertimbangan

Analisis Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad Al- Maliki Dalam Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib. Konsep pendidikan akhlak

[r]

[r]

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi yang berguna bagi seluruh lapisan masyarakat yang haus akan pengetahuan mengenai tradisi yang ada di

PENGARUH HARGA, KEMASAN, DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MINUMAN TEH BOTOL SOSRO (Studi Kasus Pada Rumah Makan Bakso Urat ADS Jl. Setia Budi, Tanjung..

Terhadap anggota kepolisian yang melanggar Kode Etik Profesi Polri tersebut, dari data yang tersaji dapat diketahui bahwa hukuman yang paling banyak dijatuhkan