• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan nya Waktu Pengeluaran Plasenta Pada Ibu Melahirkan di Klinik Bersalin Sumiariani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan nya Waktu Pengeluaran Plasenta Pada Ibu Melahirkan di Klinik Bersalin Sumiariani"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Plasenta

2.1.1. Bentuk Ukuran dan Letak Plasenta

Purwaningsih dan Fatmawati (2013) menjelaskan bentuk ukuran dan

letak plasenta sebagai berikut: 1) bentuk oval atau bundar, 2) Ukuran 15-20 cm,

tebal 2-3 cm, berat 500-600 gr, dan 3) Letak normal pada korpus uteri bagian

depan atau belakang ke arah fundus uteri.

2.1.2. Pembentukan Plasenta

Purwaningsih dan Fatmawati (2013) mengatakan bahwa nidasi atau

implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada

blastula penyebaran sel trofoblas tidak rata, sehingga bagian blastula dengan

inner cell masih akan tertanam kedalam endometrium.

Sel trofoblas mendestruksikan endometrium sampai terjadi pembentukan

plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadi nidasi mendorong sel

blastula mengadakan deferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan seksoselom

membentuk endoterm dan yolk sac sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan

amnion (Purwaningsih dan Fatmawati, 2013).

Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2013) ruangan amnion dengan

cepat mendekati koron sehingga jaringan yang terdapat antara amnion dan

embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat. Dengan berbagai bentuk

implantasi dimana posisi plat embrio berada akan dijumpai berbagai variasi dari

(2)

Vili korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai

dengan pembuluh darah vena pada hari ke 10-11 setelah konsepsi, embrio dapat

nutrisi dari ibu. Vili korealis menghancurkan pembuluh darah arteri sehingga

terjadi aliran darah pertama retroplasenter pada hari ke 14-15 setelah konsepsi

(Purwaningsih dan Fatmawati, 2013).

Bagian desidual yang tidak dihancurkan membagi plasenta menjadi

15-20 kotiledon maternal, sedangkan dari sudut fetus plasenta dibagi menjadi 15-200

kotiledon fetus (Purwaningsih dan Fatmawati, 2013).

2.1.3. Pembagian Plasenta

Plasenta terdiri dari tiga bagian: 1) bagian janin, terdiri dari korion

frondosum dan vili korealis, 2) bagian maternal, terdiri dari desisua kompakta

yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah), 3) tali pusat,

panjang rata-rata 50-55cm diameter 1-2,5 cm (Purwaningsih dan Fatmawati,

2013).

2.1.4. Fungsi Plasenta

Fungsi plasenta yaitu: 1) sebagai alat nutrisive untuk mendapatkan bahan

yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, 2) sebgai alat

pembuangan metabolisme, 3) sebagai alat pernafasan, 4) menghasilkan

hormone, 5) sebagai alat penyalur anti body ke tubuh janin, dan 6) sebagai

(3)

2.1.5. Tipe Plasenta

Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2013), tipe plasenta dibagi

beberapa tipe yaitu 1) menurut bentuknya seperti plasenta normal, plasenta

membranae (tipis 0), plasenta suksenturiata (satu lobus terpisah), plasenta

spuria, plasenta bilobus, dan plasenta trilobus; 2) menurut perlekatan pada

dinding rahim seperti adhesiva (melekat), akreta (lebih melekat), inkreta

(sampai ke otot polos) dan perkreta (sampai serosa).

2.1.6. Hormon yang Dihasilkan Plasenta

Hormon yang dihasilkan plasenta seperti hCG (hormon Chorionic

Gonadotropin), chorionic somatomamotropin,estrogen, progesteron, tirotropin

korionik dan relaksin (Purwaningsih dan Fatmawati, 2013).

2.1.7. Proses Pengeluaran Plasenta dengan pengaruh IMD

Pengeluaran Plasenta terjadi pada kala III persalinan. Kala III persalinan

dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi lahir

(Sumarah, 2009).

Dengan dilakukan IMD segera pada bayi baru lahir akan merangsang

pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran plasenta menjadi lebih cepat.

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh hipofisis posterior yang

akan dilepaskan ke pembuluh darah apabila mendapatkan rangsangan yang

tepat. Efek fisiologis dari oksitosin adalah merangsang kontraksi otot polos

(4)

juga mempunyai efek pada payudara ibu yaitu meningkatkan pemancaran ASI

dari kelenjar mammae (let down refleks) (Sherwood, 2001).

Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang myometrium uterus

sehingga dapat berkontraksi. Kontraksi uterus merupakan suatu proses yang

kompleks dan terjadi karena adanya pertemuan aktin dan myosin. Dengan

demikian aktin dan myosin merupakan komponen kontraksi. Pertemuan aktin

dan myosin disebabkan karena adanya myocin light chine kinase (MLCK) dan

dependent myosin ATP ase, proses ini dapat dipercepat oleh banyaknya ion

kalium yang masuk didalam sel (Sherwood, 2001dan Dasuki, 2008) sedangkan

oksitosin merupakan suatu hormon yang memperbanyak masuknya ion kalsium

ke dalam intra sel. Sehingga dengan adanya oksitosin akan memperkuat

kontraksi uterus.

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah

bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin

yang sangat besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah dan

membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan

mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas

kontraksi uterus biasa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting sekali

menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Pemberian ASI

segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena hisapan

bayi pada payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan

(5)

kontraksi, melepaskan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang

memilih menyusui bayinya, isapan bayi akan merangsang keluarnya oksitosin

lagi dan ini membantu uterus kembali kebentuk normal dan pengeluaran air susu

(Ambarwati, 2009).

2.2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2.2.1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Inisiasi menyusu dini

dilakukan pada bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan, dengan

segera posisikan bayi untuk menghisap puting susu ibu secara benar (Hubertin,

2004).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut early

inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir menyusu sendiri

pada ibunya satu jam pertama kelahirannya. Cara bayi melakukan IMD

dinamakan the breast crawl atau dengan istilah lain bayi merangkak untuk

mencari payudara ibu (Roesli, 2008).

Inisiasi menyusu dini adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini

mungkin segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi

tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak

kulit bayi ke kulit ibu menetap setidak selama satu jam bahkan lebih sampai

(6)

Roesli (2008) mengatakan bahwa, bayi menunjukan kesiapan untuk

menyusu 30-40 menit setelah lahir. Inisiasi menyusu dini adalah proses

menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa insiasi menyusu

dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

menemukan puting susu ibu. Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau

dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)

merupakan suatu kejadian yang luar biasa dimana bayi akan bereaksi oleh

karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan

menjangkaui payudara. Kemudian mulai menyusu dari payudara ibu.

Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas, IMD adalah suatu proses

menyusu yang dilakukan segera dalam satu jam pertama kelahiran bayi dengan

memposisikan bayi di atas perut atau dada ibu hingga terjadi kontak kulit antara

ibu dan bayi, lalu bayi secara aktif akan mencari puting susu ibu dan mulai

menyusu.

2.2.2. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini

Sejak tahun 2006, pemerintah gencar mengkampanyekan program

Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Program ini diserukan karena tingkat kematian

bayi maupun ibu saat melahirkan masih sangat tinggi. Ternyata dengan program

IMD ini, tingkat kematian bayi bisa ditekan hingga 22 persen. Sementara

kalangan medis di barat telah melaksnakan program ini sejak 10 tahun

(7)

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang

merekomendasikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai tindakan penyelamat

kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang

meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusu satu jam pertama kehidupan yang

diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator

global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia dan merupakan program

pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan

pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan

dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga

diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas.

Menurut Roesli (2008), inisiasi menyusu dini berperan dalam

pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu: 1) Membantu

mengurangi kemiskinan karena IMD dapat meningkatkan keberhasilan ASI

eksklusif enam bulan dan lama menyusui sehingga tidak membutuhkan susu

formula dan hemat Rp3,3 juta dalam enam bulan, 2) Menbantu mengurangi

kelaparan karena bagi anak usia dua tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu

memenuhi kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45%, dan vitamin C 95%, dan 3)

Membantu mengurangi angka kematian anak balita.

2.2.3 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Pada saat menyusu akan terjadi kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi.

Ketika kontak fisik antara ibu dan bayi tetap dipertahankan setelah bayi lahir,

konsentrasi perifer oksitosin dalam sirkulasi maternal tampaknya menjadi tinggi

(8)

Disaat yang bersamaan neonatus tampaknya diarahkan menuju payudara oleh

aroma (varendi et all, 1994). Selama hari-hari pertama kehidupan ekstrauteri

bayi baru lahir menunjukkan beberapa perilaku berdasarkan insting untuk

menempelkan dan mendapatkan nutrisi dengan menempelkan mulutnya ke

nutrisi baru, secara biologis bayi yang menyusulah yang memulai inisiatif untuk

menyusu (Pyor, 1963).

Manfaat IMD untuk Ibu (Bergstrom, 2007) yaitu: 1) Ibu dan bayi

menjadi lebih tenang, 2) Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi

siaga dalam 1-2 jam pertama, 3) Sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu ibu

akan merangsang pengeluaran hormon oxyitosin, 4) Membantu kontraksi uterus,

mengurangi risiko perdarahan dan mempercepat pelepasan plasenta.

2.2.4 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu dapat mencapai

keberhasilan, mampu melaksanakan program IMD tidak lebih dari satu jam.

Namun pada kenyataannya ada beberapa ibu yang mengeluhkan beberapa hal

yang dapat menghambat keberhasilan program IMD. Beberapa hal yang dapat

menghambat keberhasilan program IMD pada pasien dengan persalinan normal

menurut pendapat Maryunani (2012) antara lain: 1) kondisi ibu yang masih

lemah (bagi ibu post partum normal dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak

mampu melakukan program IMD) dan 2) ibu cenderung suka untuk beristirahat

saja dari pada harus kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil

(9)

Roesli (2008) mengatakan bahwa, berikut ini beberapa pendapat atau

opini yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi

diantaranya adalah a) Bayi kedinginan hal ini tidak benar karena dibuktikan

dengan bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan

ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi

diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005,

dalam Roesli, 2008), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi

1oC lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang

diletakkan di dada ibu iini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1oC. Jika bayi

kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2oC untuk menghangatkan bayi. Jadi,

dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir

dibandingkan tempat tidur yang ‘canggih’ dan mahal; b) Setelah melahirkan, ibu

terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya – tidak benar. Seorang ibu jarang

terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin

saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan

ibu; c) Tenaga kesehatan kurang bersedia – tidak masalah. Saat bayi di dada ibu,

penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan

sendiri payudara ibu. Melibatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga

bayi sambil memberi dukungan pada ibu; d) Kamar bersalin atau kamar operasi

sibuk – tidak masalah. Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang

pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan

usahanya mencapai payudara dan menyusu dini; e) Ibu harus dijahit – tidak

(10)

dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu; f) Suntikan vitamin K dan tetesan mata

untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah

lahir – tidak benar. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology

dan Academy Breastfeeding Medicine (2007, dalam Roesli, 2008), tindakan

pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu

sendiri tanpa membahayakan bayi; g) Bayi harus segera dibersihkan,

dimandikan, ditimbang dan diukur – tidak benar. Menunda memandikan bayi

berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan

vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kuli bayi lebih besar. Bayi dapat

dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda

sampai menyusu awal selesai; h) Bayi kurang siaga – tidak benar. Justru pada

1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur

dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu,

kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih

untuk bonding; i) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai

sehingga diperlukan cairan lain (cairan pre-laktat) – tidak benar. Kolostrum

cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan

membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu; dan j) Kolostrum

tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar. Kolostrum sangat

diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan

mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan

(11)

2.2.5. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Ada tiga langkah inisiasi menyusu dini yaitu: pertama, bayi harus

mendapatkan kontak kulit ke kulit dengan ibu sgera setelah lahir paling sedikit

satu jam. Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kulit ibu dan bayi selama satu

jam pertama kelahirannya walaupun bayi berhasil menghisap puting susu ibu

kurang dari satu jam. Kedua, bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk

melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta

memberi bantuan jika diperlukan. Ketiga, menunda semua prosedur yang haus

dilakukan pada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai, prosedur tu

seperti menimbang, memberikan antibiotika salep mata, vitamin K dan lain-lain

(JNPK-KR, 2008).

Menurut Roesli (2008), tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum

adalah 1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan; 2)

Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan dan dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat,

aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing; 3) Biarkan ibu menentukan cara

melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan norml, di dalam air, atau

dengan jongkok; 4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya

kecuali tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi

sebaiknya dibiarkan; 5) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu lalu biarkan

kulit bayi melekat dengan kulit ibu dengan posisi kontak kulit dengan kulit ini

dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya

(12)

ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak

memaksakan bayi ke puting susu ibu; 7) Ayah didukung agar membantu ibu

untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat

berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan

meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan

dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil

menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara

ibunya selama satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit

ibunya sampai berhasil menyusu pertama; 8) Dianjurkan untuk memberikan

kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan

tindakan, misalnya operasi caesar; 9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,

diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang

invasif, misalnya suntikan vitamin K dan dan tetesan mata bayi dapat ditunda;

dan terakhir 10) Rawat gabung. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama

24 jam ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.

Pemberian minuman pre-laktat (cairan yang diberikan sebelum ASI ‘keluar’)

(13)

2.2.6 Lima Tahapan perilaku (Pre-Feeding Behaviour) Sebelum Bayi

Berhasil Menyusu

Menurut Maryunani (2012), bayi baru lahir yang mendapatkan kontak ke

kulit segera setelah lahir, akan melalui lima tahapan perilaku sebelum ia berhasil

menyusu. Iima tahapan tersebut yakni 1) dalam 30-45 menit pertama, bayi akan

diam dalam keadaan siaga dan sesekali matanya membuka lebar serta melihat ke

ibunya. Pada masa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam

kandungan keluar kandungan dan merupakan dasar pertumbuhan rasa aman bayi

terhadap lingkungannya; 2) antara 45-60 menit pertama, bayi akan

menggerakkan mulutnya seperti mau minum, mencium, kadang mengeluarkan

suara, dan menjilati tangannya. Bayi akan mencium dan merasakan cairan

ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang

dikeluarkan payudara ibu dan bau serta rasa ini yang akan membimbing bayi

untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. Itulah sebabnya tidak

dianjurkan mengeringkan ke dua tangan bayi pada saat bayi baru lahir; 3)

mengeluarkan liur, saat bayi siap dan menyadari ada makanan di sekitarnya,

bayi mulai mengeluarkan liur; 4) bayi mulai bergerak ke arah payudara, areola

payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak menekan perut ibu.

Bayi akan menjilati kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke

kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya

dengan tangannya; dan 5) bayi mulai menyusu. Akhirnya bayi menemukan,

menjilati, mengulum puting, membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan

Referensi

Dokumen terkait

dokumen anggota teks berita klaster sebagai 9 4 atau dokumen teks yang akan dibandingkan dengan dokumen teks yang ada pada klaster/klaster yang ada lainnya dapat dilihat

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan variasi penambahan asam sitrat pada sirup yang dihasilkan yang terbaik adalah sirup jeruk nipis dengan penambahan

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Sari dan Sudjarini (2015) yang menyatakan bahwa profitabiitas tidak memiliki berpengaruh terhadap

SSL mengimplementasikan kriptografi kunci public dengan menggunakan algoritma RSA dan sertifikat digital untuk mengotentikasi server di dalam transaksi san untuk melindungi

2015, Formulasi Sediaan Pelembab Ekstrak Kering Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Bentuk Sediaan Krim, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universita Katolik

sesuai dengan Perda provinsi tentang APBD dan/atau. Perda provinsi tentang Perubahan APBD dan

Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan Islam ini timbul

 Pada boiler yang berbahan bakar minyak atau gas, sebaiknya dibuat kotak sekering untuk kabel sistim sambungan yang dapat mematikan jika terjadi kebakaran atau panas yang