• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 TB Paru

2.1.1 Definisi TB Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium Tuberculosis. Kuman ini biasanya menyerang organ paru-paru,

namun dapat juga menyerang organ lain (WHO, 2015).

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit golongan penyakit dengan penularan melalui udara yang kemudian masuk ke dalam tubuh melalui udara. Manusia menghirup udara untuk bernapas melalui saluran pernapasan sampai ke paru-paru. Setelah itu kuman-kuman penyebab Tb paru akan menyebar mulai dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui sisstem peredaran darah, system saluran limfe, bronkus dan penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto, 2013).

2.1.2 Tanda dan Gejala TB Paru

(2)

Selain dari gejala umum terdapat juga gejala respiratorik pada penderita TB Paru. Penderita mengalami batuk berdahak selama sekitar 2-3 minggu lebih. Batuk disertai dengan dahak, dan dahak bercampur darah. Selain itu penderita juga mengalami sesak nafas (Widyanto, 2013).

2.1.3 Cara Penularan TB Paru

Sumber penularan adalah penderita TB Paru dengan hasil laboratorium BTA positif. Waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan sputum (dahak) yang mengandung kuman tuberculosis ke udara dalam bentuk percikan dahak. Orang sekitar akan terinfeksi apabila kuman tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan melalui udara pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, sluran nafas, atau penyebaran langsung kebagian tubuh lainnya (Widyanto, 2013). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes, 2014).

(3)

2.1.4 Klasifikasi TB Paru

Widyanto (2013) dalam bukunya Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini mengklasifikasikan penyakit TB paru menjadi 4 hal, yaitu lokasi atau organ tubuh yang terkena, bakteriologi, tingkat keparahan penyakit dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Adapun penjelasan masing-masing klasifikasi adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan lokasi atau organ tubuh yang terkena

- TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru dan tidak termasuk pleura dan kelenjer hilus.

- TB ekstra paru adalah TB yang menyerang organtubuh selain paru seperti pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjer limfe, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain lain.

b. Berdasarkan bakteriologi

Klasifikasi bakteriologi didasarkan pada hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu:

- TB paru BTA (+)

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya positif dan foto thoraks dada menunjang gambaran TB.

(4)

tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (Obat Anti TB).

- TB paru BTA negatif

Semua kasus yang tidak termasuk criteria TB paru BTA positif termasuk pada klasifikasi TB paru BTA negatif dengan criteria sebagai berikut:

1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. 2) Foto thoraks abnormal menunjukkan gambar TB.

3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika OAT. 4) Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan.

c. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit

Pembagian TB paru BTA negatif dengan foto thoraks positif berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu didasarkan pada bentuk berat dan ringan. Bentuk berat digambarkan dengan foto thoraks yang memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.

d. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

- Baru, yaitu klien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.

- Kambuh (relaps), yaitu klien TB yang sebelumnya pernah mendapat penobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif melalui apusan kultur.

(5)

- Gagal (failure), yaitu klien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

- Pindahan (transfer in), yaitu klien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

- Lain-lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi criteria seperti kasus kronis yang hasil pemeriksaan BTA masih positif meskipun telah menyelesaikan pengobatan ulangan.

2.1.5 Pemeriksaan TB Paru

(6)

kemudian.Yang keempat pemeriksaan darah, pemeriksaan darah yang biasanya disarankan oleh dokter yaitu pertama HB, kadar darah (penanda anemia) ketiga diff count, hitung jenis leukosit, keempat LED (Laju Endapan Darah, penanda

penyakit kronis kelima SGOT / SGPT (penanda fungsi liver/hati) (Saragih, 2011). 2.1.6 Manifestasi Klinis

Perjalanan penyakit dan gejala penyakit TB paru ini bervariasi, tergantung pada umur dan kondisi fisik penderita saat terinfeksi. Gejala umum berupa demam dan malaise. Demam timbul pada petang dan malam hari disertai dengan berkeringat. Demam ini terkadang bisa mencapai suhu 40°- 41°C. Gejala demam ini bersifat hilang timbul. Gejala malaise yang terjadi dalam jangka panjang berupa pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu makan berkurang, serta penurunan berat badan. Gejala respiratorik batuk kering ataupun batuk produktif yang merupakan indikator yang sensitif untuk menentukan kasus TB paru aktif. Gejala sesak napas timbul karena adanya pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus. Selain itu, nyeri dada juga dirasakan oleh penderita, biasanya nyeri dada bersifat nyeri pleuritik karena terlibatnya pleura dalam penyakit TB paru tersebut (Djojodibroto, 2009).

2.1.7 Pengobatan TB Paru

(7)

Kementerian Kesehatan Nasional (2014) dalam Pedoman Pengendalian Nasional Tuberkulosis mengatakan bahwa penobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kumat TB.

a. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:

- Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi

- Diberikan dalam dosis yang tepat

- Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.

- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

b. Tahapan pengobatan TB meliputi:

- Tahap Awal, yaitu pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Tahap ini harus diberikan selama 2 bulan. Umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.

(8)

c. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Table 2.1 Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama

Jenis Sifat Efek Samping

Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksis, gangguan fungsi hati, kejang. Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan

gastrointestinal, urine berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas, anemia hemolitik. Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan

gastrointestinal,gangguan fungsi hati, gout artriris.

Streptomisin (S)

Bakterisidal Nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan pendengaran, renjatan anafilaktik,

anemia, agranulositosis, trombositopeni.

Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buata warna, neuritis perifer.

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi TB Paru

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tuberkulosis yaitu: a. Faktor Ekonomi

(9)

b. Status Gizi

Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon imunologik terhadap penyakit. Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB paru (Syahpitri, 2015).

c. Status Pendidikan

Latar belakang pendidikan mempengaruhi penyebaran penyakit menular khususnya tuberkulosis. Semakin rendah latar belakang pendidikan maka cenderung terjadi kasus tuberkulosis (Famy dalam Rizqina, 2011).

Sedangkan menurut departemen kesehatan, TB paru dapat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, kepadatan penduduk, status gizi, pendidikan, pengetahuan, jarak tempuh dengan pusat pelayanan kesehatan, dan ketidakteraturan berobat (Rizqina, 2011).

2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

(10)

demikian juga mengenai kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti hanya tidak ada keluhan saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginannya.

Calman (1985) mengungkapkan bahwa konsep dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan “Calman’s Gap”. Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya. Jika perbedaan antara kedua keadaan ini sangat mencolok, ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil. Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antara keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

(11)

sebagai kesadaran dan pengalaman hidup. Pengalaman bahwa hidup memiliki atau tidak memiliki makna juga dapat dilihat sebagai suatu keadaan sistem informasi biologis. Artinya dalam hidup dan keteraturan biologis berjalan beriringan dalam teori kehidupan. Oleh karena itu, hubungan antara kualitas hidup dan penyakit diilustrasikan dengan menggunakan teori individu sebagai sistem informasi.

2.2.2 Komponen Kualitas Hidup

Kualitas hidup dikembangkan untuk memberikan suatu pengukuran komponen dan determinan kesehatan dan kesejahteraan. Pengukuran kualitas hidup ini penting berhubungan dengan prioritas kesehatan sepanjang atau semasa hidup yang tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga kualitas dari kelangsungan hidup.

Hays dkk., (1995) mengatakan kualitas hidup dapat disimpulkan menjadi 2 komponen yaitu kesehatan fisik dan kesehatan mental, untuk mengkaji kualitas hidup tersebut maka didapat 36 pertanyaan tentang kemampuan pasien yang dibagi menjadi delapan subvariabel yaitu:

a. Fungsi fisik terdiri dari beberapa pernyataan tentang aktivitas yang memerlukan energi, aktivitas yang ringan, mengangkat dan membawa barang yang ringan, menaiki beberapa anak tangga, menaiki satu anak tangga, membungkuk, berjalan dan mandi atau memakai baju sendiri. b. Keterbatasan peran fisik terdiri dari pertanyaan tentang penggunaan waktu

(12)

c. Nyeri pada tubuh terdiri dari pernyataan tentang seberapa besar rasa nyeri pada tubuh dan seberapa besar nyeri mengganggu aktivitas.

d. Pesepsi kesehatan secara umum terdiri dari pernyataan bagaimana kondisi kesehatan saat ini dan satu tahun yang lalu, mudah terserang sakit, sama sehatnya dengan orang lain, kesehatan yang buruk dan kesehatan yang sangat baik.

e. Vitalitas terdiri dari pernyataan yang menggambarkan tentang bagaimana pasien dalam melaksanakan aktivitasnya apakah memiliki energi yang banyak, bosan atau lelah.

f. Fungsi sosial terdiri dari pernyataan seberapa besar masalah emosi mengganggu aktivitas sosial dan mempengaruhi aktivitas sosial.

g. Keterbatasan peran emosional terdiri dari pernyataan apakah masalah emosi mempengaruhi penggunaan waktu yang singkat dalam pekerjaan atau lebih lama lagi melakukan pekerjaan dan tidak berhati-hati sebagai mana mestinya. h. Kesehatan mental terdiri dari pernyataan apakah pasien sering gugup, merasa

tertekan, tenang, sedih dan periang.

University of Toronto (2004) yang dikutip oleh Maysarah (2012) menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu internal hidup, kepemilikan (hubungan indivindu dengan lingkungannya) dan harapan (prestasi dan aspirasi indivindu).

a. Internal hidup

(13)

personal higienis, nutrisi, olah raga, pakaian dan penampilan fisik secara umum. Secara psikologis terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan control diri. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi, standart-standart pribadi dan kepercayaan spiritual.

b. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan indivindu dengan lingkungannya) dalam kualitas hidup dibagi 2 yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah, tetangga/lingkungan dan masyarakat.

c. Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas hidup dapat dibagi 2 yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu aktivitas rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarelawan dan pencarian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.

2.2.3 Teori Kualitas Hidup

(14)

Kualitas hidup dapat dikelompokkan dalam 3 bagian yang berpusat pada suatu aspek hidup yang baik, yaitu :

a. Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan oleh masing-masing indivindu yang memilikinya. Masing-masing indivindu secara personal mengevaluasi bagaimana meraka menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka.

b. Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik hidup seseorang atau berada dilevel mana kehidupan seseorang. Ini mengansumsikan bahwa indivindu memiliki suatu sifat dasar yang lebih dalam yang berhak untuk dihormati dan indivindu tersebut berhak untuk dapat hidup dalam keharmonisan.

c. Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.

Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan dengan pernyataan yang relevan yang ditempatkan dalam suatu rentang dari subjektif ke objektif, elemen eksistensial berada diantaranya. Teori kualitas hidup meliputi:

a. Kesejahteraan

(15)

panjang tentang arti hidup yang mendalam, masalah eksistensial dan aspirasi seseorang, sehingga kualitas hidup dapat diartikan sebagai sesuatu yang bermakna dalam hidup, pemenuhan kebutuhan, dan self-realization.

b. Kepuasan hidup

Ketika harapan individu, kebutuhan, dan keinginan dalam hidup dipenuhi oleh dunia sekitarnya, maka individu tersebut akan merasa puas. Kepuasan merupakan suatu kondisi mental atau entitas kognitif. Hal ini dapat terjadi dalam dua cara, baik dengan mencoba untuk mengubah eksternal dunia sehingga cocok dengan impian seseorang atau menyerah tentang impiannya tersebut karena tidak realistis. Kedua pendekatan menghasilkan kepuasan yang sama, namun dua strategi ini dapat menghasilkan kehidupan yang sangat berbeda, yaitu satu kehidupan bertemu dengan impiannya dan kehidupan lainnya tinggal pengunduran diri, namun kedua kehidupan akan memuaskan. Kepuasan tidak selalu dilibatkan untuk mewujudkan kehidupan potensial, pemenuhan kebutuhan, atau kemampuan untuk berfungsi dengan baik dalam kehidupan obyektif.

c. Kebahagiaan

(16)

namun, tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan dapat dicapai dengan hanya beradaptasi dengan budaya dan faktor-faktor yang berhubungan, dengan kata lain, kebahagiaan memerlukan individu untuk tidak menyerah terlalu banyak tetapi berjuang untuk sesuatu yang lebih penting bagi mereka. Biasanya, kebahagiaan dikaitkan dengan dimensi rasional, seperti cinta, hubungan dekat dengan alam, dll, tapi tidak dengan uang, kondisi kesehatan, dan faktor-faktor obyektif lainnya. Kebahagiaan ditemukan dalam filsafat klasik dan konsep agama, dan itu telah mengilhami umat manusia secara luas.

d. Makna dalam hidup

Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari sesuatu yang tidak berarti dan sangat berarti dari hidup dan suatu kewajiban untuk mengarahkan diri seseorang untuk memperbaiki apa yang tidak berarti.

e. Gambaran Biologis Kualitas Hidup

(17)

Hubungan antara kualitas hidup dan penyakit diilustrasikan dengan baik menggunakan suatu teori individual sebagai suatu sistem informasi biologis.

f. Mencapai Potensi Hidup

Teori pencapaian potensi hidup merupakan suatu teori dari hubungan antara sifat dasar individu. Hal ini tidak akan mengurangi kekhususan dari mahluk hidup tetapi hanya merupakan suatu teori umum dari pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup individu untuk dapat menadi makhluk sosial.

g. Pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan seseorang terpenuhi maka kualitas hidup dapat dinilai tinggi. Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar individu yang pada umumnya dimiliki oleh mahluk hidup. Pemenuhan kebutuhan dihubungkan pada aspek sifat dasar manusia. Informasi ini berada dalam suatu bentuk kompleks yang dapat dikurangi menjadi sederhana yakni kebutuhan aktual.

h. Faktor-faktor objektif

Aspek faktor objektif dari kualitas hidup di hubungkan dengan faktor-faktor eksternal hidup.. Hal tesebut mencakup pendapatan, status perkawinan, status kesehatan dan jumlah hubungan dengan orang lain. Kualitas hidup objektif sangat mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi pada budaya dimana individu hidup. Derajat adaptasi pada budaya secara normal sama dengan gagasan kesejahteraan.

(18)

dalam dimensi kesehatan. Selain itu, hal ini berhubungan juga dengan dimensi khusus dari hidup yang telah ditentukan untuk orang yang memiliki penyakit spesifik. Konsep kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan yang menegaskan efek penyakit pada fisik, peran sosial, psikologi/emosional dan fungsi kognitif. Gejala-gejala persepsi kesehatan dan keseluruhan kualitas hidup sering tercakup dalam konsep kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (Ventegodt, dkk.,, 2003).

2.2.4. Pengukuran Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup dapat mengunakan instrument World Health Organization Quality of Life-BREF (1996 dalam Lombu, 2015) yang membagi

kualitas hidup menjadi empat domain yaitu domain fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan social, dan lingkungan.

1. Domain Pertama: Fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu: a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Menilai pengalaman sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien dan sampai sejauh mana sensasi tersebut mengganggu dan mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.

b. Tenaga dan lelah

(19)

merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat.

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari.

2. Domain Kedua: Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu: a. Perasaan positif

Menilai seberapa besar pengalaman perasaaan positif yang memberikan perasaan kebahagiaan, penuh harapan, kedamaian, kenikmatan terhadap hal-hal yang menyenangkan dalam hidup serta pandangan tentang masa depannya.

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu mengambil gagasan.

c. Harga diri

(20)

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif.Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya.

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Hal ini termasuk pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu.

3. Domain Ketiga: Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial menjadi tiga bagian, yaitu: a. Hubungan perorangan

Menilai seberapa jauh hubungan pertemanan, cinta dan dukungan yang diharapkan dan diperoleh dalam menjalin hubungan intim baik secara emosional maupun fisik.

b. Dukungan sosial

(21)

seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit. c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat.

4. Domain Keempat: Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu: a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan bebas individu.

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal.

c. Sumber penghasilan

(22)

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di dekat sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan.

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri.

f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi.

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.

h. Transportasi

Gambar

Table 2.1 Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama

Referensi

Dokumen terkait

Dimana mahasiswa mengisi data-data pada formulir pendaftaran sicara online dengan benar dan sesuai dengan ketentuan yang ada selanjutnya data mahasiswa tersebut akan

Higher expression of p53 tended to correlate with positive clinical response; it may be that mutated forms of p53 promote uncontrolled proliferation of cancer cells, which

Ciphertext yang acak dengan pengujian Avalanche Effect yang sudah mencapai 62,5% sehingga algoritma ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengamanan data. Kata Kunci:

Tahapan penelitian pada Gambar 2, dapat dijelaskan sebagai berikut, Tahap Identifikasi Masalah : Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap permasalahan yang ada,

Pada tahap ini dilaksanakan alternatif bantuan sebagaimana dirumuskan dalam prognosis, maka dalam treatment akan diambil tindakan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

• mendiskusikan detil rantai nilai dari hasil sektor, • Kegiatan apa saja yang dilakukan.. • Siapa yang melakukan, siapa yang mengambil keputuan untuk melakukan, bagaimana

(5) Pengajuan keberatan atas sanksi denda kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan oleh BO Pusat dengan terlebih dahulu membayar

[r]