• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengan Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka dengan Metode Moisture Balance di Asri Wound Care Center Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengan Pasien Luka Kaki Diabetik dalam Menjalani Perawatan Luka dengan Metode Moisture Balance di Asri Wound Care Center Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki komplikasi yang

paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang terus menerus

meningkat, sehingga mengakibatkan rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur

internal lainnya. Zat kompleks yang terdiri atas gula dan terdapat dalam dinding

pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami

kebocoran (Adib, 2011).

Hasil laporan WHO pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia

menempati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes melitus di dunia. Pada tahun

2000 jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta jiwa dan

WHO memperkirakan pada tahun 2030 akan mengalami peningkatan menjadi

21,3 juta jiwa (Soegondo & Sukardji, 2008). Sebanding dengan meningkatnya

prevalensi penderita diabetes melitus, angka kejadian kaki diabetik juga semakin

meningkat. Diperkirakan sekitar 15% penderita diabetes melitus (DM) dalam

perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi luka diabetik terutama luka

kaki diabetik. Sekitar 14-24% di antara penderita luka kaki diabetik tersebut

memerlukan tindakan amputasi (Wijonarko, 2013).

Setiap tahun lebih dari 1 juta orang penderita diabetes melitus kehilangan

salah satu kakinya sebagai komplikasi diabetes melitus. Ini berarti bahwa setiap

30 detik, satu tungkai bawah 40-70 % berkaitan dengan diabetes pada banyak

(2)

orang pertahun, sedangkan diantara penderita diabetes,jumlah penderita yang

diamputasi sebanyak 6 sampai 8 per 1000 orang mayoritas amputasi ini didahului

luka kaki diabetik (Hendra, 2009).

Menurut Langi (2011) luka kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi

kronik diabetes melitus yang sering dijumpai dan ditakuti karena

penyembuhannya sering mengecewakan dan berakhir dengan amputasi.

Adanya kelainan persarafan pada perifer akibat diabetes melitus karena

tingginya kadar glukosa dalam darah yang bisa merusak saraf penderita dan

menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila

penderita mengalami trauma kadang- kadang tidak terasa. Selain itu, pembuluh

darah pada penderita diabetes melitus mudah menyempit dan tersumbat oleh

gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah tungkai akan

mudah mengalami ganggren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman

dan berbau busuk dan dapat mengakibatkan amputasi serta kematian penderita

luka kaki diabetik (Clark, 2011).

Lebih dari setengah pasien diabetes melitus telah mengalami amputasi

non-traumatic pada anggota tubuh dan sejumlah besar kasus amputasi didahului

oleh ulkus/luka kaki diabetik atau tanpa perawatan penyembuhan luka (Novak,

2010). Dunning (2009) menyatakan bahwa seperempat dari pasien diabetes

melitus pasti mengalami luka kaki diabetik.

Pasien luka kaki diabetik selain mengalami gangguan biologis yaitu rasa

nyeri dan tidak nyaman yang terjadi pada kaki juga mengalami gangguan

(3)

kakinya, rasa malu untuk berisosialisasi dan bertemu dengan orang lain karena

kondisi kaki yang sudah terinfeksi. Hal inilah yang membuat pasien luka kaki

diabetik berisiko mengalami amputasi pada kakinya (Gitarja, 2008).

Menurut Basit dan Nawaz (2013) pasien luka kaki diabetik di Pakistan

sangat terbebani dengan mahalnya biaya perawatan luka kaki diabetik, dan hal

inilah yang menyebabkan semakin meningkatnya tindakan amputasi pada pasien

luka kaki diabetik di Pakistan.

Pasien luka kaki diabetik banyak yang mengalami amputasi sebagai

akibat dari penyakit makrovaskular dengan prevalensi 30%-40%, sedangkan

angka kematian tiga tahun pada penderita diabetes melitus yang mengalami

amputasi adalah 50% (Stephen & William, 2011). Hardiman, Sutejo, dan Salim

(2013) menyatakan bahwa sekitar 40%-70% pasien luka kaki diabetik akan

mengalami amputasi.

Berdasarkan hasil penelitian di RSCM tahun 2011 komplikasi diabetes

salah satunya adalah luka kaki diabetik (INFODATIN Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI, 2014). Kejadian luka kaki diabetik akan meningkat

mengingat angka kejadian yang setiap tahun meningkat sebanyak 15% (American

Diabetic Association, 2007). Hal ini lah yang mendasari pemikiran bahwa

prioritas kesehatan yang perlu dilakukan pada pasien luka kaki diabetik selain

operasi adalah pencegahan luka ke arah yang lebih buruk dan perawatan luka pada

pasien luka kaki diabetik untuk mencegah komplikasi luka kaki diabetik terlalu

(4)

Dahulu masyarakat beranggapan bahwa luka akan cepat sembuh jika luka

dijaga agar tetap kering dan luka yang lembab akan lama proses penyembuhan

karena akan banyak kuman berkembang. Namun hal itu dibantah oleh para ahli

seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan dalam dunia perawatan luka,

karena kondisi luka kering menyebabkan kematian sel, dan tidak terjadi

perpindahan epitel dan jaringan matrik. Moisture balance adalah metode terbaru

dalam perawatan luka yang memfasilitasi proses penyembuhan luka dijaga

dengan memilih balutan yang sesuai sehingga luka terjaga kelembabannya

(Fahrurrozi & Purba, 2014).

Konsep perawatan luka moisture balance diperkenalkan pada tahun 1962

oleh George D. Winter yang melakukan penelitian tentang efektivitas perawatan

luka kering dan perawatan luka lembab. Beliau menyatakan bahwa perawatan

luka lembab memiliki efektifitas yang jauh lebih baik daripada perawatan luka

kering (Ekaputra, 2013). Penelitian mengenai perawatan luka dengan metode

moisture balancesemakin berkembang dalam dua dekade terakhir dan semakin

banyak penelitiannya. Dalam sebuah panel ahli Eropa menyimpulkan bahwa

lingkungan lembab membantu mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi

jaringan parut (O’connor, 2009).

Perawatan luka dengan metode moisture balancememiliki potensi untuk

mengatasi beberapa faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka. Hal ini

dikarenakan dengan perawatan ini luka dijaga supaya tidak terlalu kering dan

(5)

penyembuhan luka secara optimal (Practice Guidelines: Wound Management in

Diabetic Foot Ulcers, 2013)

Menurut Kavitha et al (2014) Saat melakukan perawatan luka kaki

diabetik harus diperhatikan jenis balutan yang digunakan dan menjaga lingkungan

sekitar luka agar tetap dalam keadaan lembab untuk mencegah infeksi. Jones et al,

(2007) meneliti 400 responden dan menemukan bahwa luka dengan menggunakan

metode kering memiliki dampak yang yang lebih buruk setelah 5 bulan

pengobatan dibandingkan dengan metode lembab (moisture balance).

Penelitian di University of Florida AS yang dilakukan oleh Liesenfeld, et

al (2009) menyatakan bahwa perawatan luka dengan metode moisture balance

merupakan perawatan luka yang memberikan asuhan terbaik karena mengurangi

rasa nyeri saat pergantian balutan dan tidak merusak jaringan kulit yang baru

sembuh.

Tudhope (2008) menyatakan bahwa biaya perawatan luka kaki diabetik di

Afrika Selatan dengan metode konvensional berkisar $12,128 sedangkan dengan

metode moisture balance $9,393 selain itu juga dapat mengurangi rasa nyeri saat

pergantian balutan dan tidak merusak jaringan yang baru sembuh. Hal ini lah

yang menjadi landasan mereka menyatakan bahwa perawatan luka kaki diabetik

dengan metode moisture balance lebih menghemat biaya dan memberikan

penyembuhan yang lebih cepat serta maksimal daripada metode konvensional.

Moisture balance merupakan salah satu metode perawatan luka terbaru

pada kasus luka kaki diabetik yang menggunakan balutan sintetik seperti

(6)

Elisabeth, 2010). Lingkungan lembab dalam perawatan luka juga mempercepat

proses penyembuhan luka, mengurangi infeksi, mengurangi kemungkinan adanya

luka baru pada saat penggantian balutan, mengurangi rasa nyeri, dan menghemat

biaya (Maryunani, 2013).

Penelitian Nurachmah, Kristianto, & Gayatri (2011) mengemukakan

bahwa perawatan luka modern (moisture balance) lebih baik daripada perawatan

luka konvensional. Hal inilah menunjukan bahwa perawatan luka dengan metode

moisture balance lebih nyaman dibandingkan dengan metode konvensional.

Dampak lebih lanjut bagi respon pasien adalah meningkatnya kerjasama pasien

setiap dilakukan tindakan perawatan. Kondisi ini memberikan manfaat yang

menguntungkan bagi pasien yaitu tidak hanya berpengaruh secara fisik, tetapi

juga perubahan psikologis.

Penelitian Wirdayati & Mavinia (2013) di Jawa Tengah mengenai

penilaian efektivitas perawatan luka menyimpulkan bahwa perawatan luka kaki

diabetik dengan metode moisture balance dapat menurunkan rata-rata jumlah

angka kesakitan luka kaki diabetik dari 28,4 menjadi 19,3.

Ose (2013) menyatakan bahwa di RSUD Tarakan luka kaki diabetik yang

ditangani dengan metode moisture balance lebih cepat sembuh dibandingkan

dengan luka yang ditangani dengan metode wet-dry. Kepuasaan pasien luka kaki

diabetik yang menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance

mengalami peningkatan ( Hizkia, 2013).

Metode moisture balance sangat dianjurkan dalam perawatan luka karena

(7)

dengan adanya lingkungan lembab pada luka kaki diabetik maka proses

penyembuhan lukanya akan lebih cepat, luka juga dibalut penuh sehingga

mengurangi terciumnya luka bau, infeksi berkurang, dan saat penggantian balutan

rasa nyeri dapat berkurang, selain itu juga biaya yang dikeluarkan oleh pasien

lebih ringan karena dengan metode moisture balancepenggantian balutan hanya

dilakukan sekitar 1-2 kali dalam seminggu (Bolton, 2010). Perawatan luka kaki

diabetik yang efektif dapat mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu, sehingga

beban fisik dan psikologis pada pasien kaki diabetik dapat berkurang.

Namun dalam perkembangannya perawatan luka dengan metode moisture

balance masih sangat minim perkembangannya di Indonesia. Hidayat (2015)

dalam artikelnya menyatakan bahwa perawatan luka dengan metode moisture

balanceini belum banyak dikenal dalam dunia medis di Indonesia. Asia Pacific

Wound Care Congress (APWCC) mencatat bahwa hingga tahun 2012, di

Indonesia setidaknya baru ada 25 rumah sakit, khususnya di pulau Jawa yang

telah menerapkan manajemen perawatan luka. Jumlah ini tentu saja sangat kecil

karena hanya mewakili sekitar 2,4% dari total 1.012 rumah sakit di Indonesia.

Medan sebagai kota besar juga belum memiliki banyak Rumah Sakit atau

klinik yang menerapkan perawatan luka dengan metode moisture balance, hanya

beberapa yang menerapkan metode ini salah satunya adalah Asri Wound Care

Center Medan.

Asri Wound Care Center Medan pada tahun 2014 memiliki pasien luka

kaki diabetik berjumlah 312 pasien sedangkan pada bulan Januari sampai

(8)

diabetik yang menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance tidak

ada yang mengalami amputasi dan kematian akibat luka kaki diabetik. Hal inilah

yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengalaman pasien

dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance di Asri Wound

Care Center Medan perlu dilakukan.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengalaman pasien

dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance di Asri Wound

Care Center Medan?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman pasien

dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance di Asri Wound

Care Center Medan.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak, yaitu:

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna

untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan khususnya tentang teknik

perawatan luka dengan metode moisture balance terhadap pasien luka diabetik.

4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat sebagai

(9)

luka, dan meningkatkan kualitas intervensi keperawatan dalam merawat pasien

luka diabetik dengan metode moisture balance yang disertai dengan pemakaian

modern dressing.

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan

referensi untuk penelitian berikutnya tentang perawatan luka dengan metode

Referensi

Dokumen terkait

Stres kerja pada karyawan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, stres kerja yang muncul pada diri seseorang karyawan

Dapat ditarik kesimpul an bahwa anak “Setuju” lingkungan keluarga menjadi penyebab anak tidak ingin melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian

Pada sub indikator ini rata-rata respon siswa sebesar 81,1 % dengan kriteria sangat kuat sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat dalam modul tidak berbelit-belit dan

Tahapan penelitian pada Gambar 2, dapat dijelaskan sebagai berikut. 3) Tahap keempat: Pembuatan Aplikasi/Program pengujian, sekaligus pengujian algoritma dan analisis hasil

Finite state automata dapat digunakan untuk membuat model Non-Deterministic Finite Automata (NDFA), sehingga dapat mendeteksi keadaan yang tidak normal atau malfungsi

Secara khusus dapat disimpulkan bahwa (1) pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, (2) pengenalan,

UKSW Salatiga memiliki sarana parkiran untuk kendaraan mobil dan motor, dimana dilakukan secara manual oleh KAMTIBPUS selaku pihak keamanan kampus. Sistem parkiran kendaraan

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental lapangan dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah two group pre test – post test design yang bertujuan untuk