• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN VIDEO TRAINNING YANG EFEKTIF DALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN VIDEO TRAINNING YANG EFEKTIF DALA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN VIDEO TRAINNING YANG EFEKTIF DALAM

DISEMINASI INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA

Oleh

Iskandar 1)

Email : sikkyach@yahoo.com

ABSTRACT

Most of existence of cacao farmer (85%) live in the villages. Inadequacy of facilities and infratructures of affiliation between a region and another region is very far. The geographical condition affect actions of technology diffusion. the concequence is acceptence of information is very restricted. The inadequacies are accumulation of geographical and demographic conditions, and availability of scouts and action frequency in the fields. Of course these items are influential to equality of farmers skill, firstly the new technologies those are only known by most of farmers.

The utilizing of new innovations as concerning plants pesticide, if it is applied to farmes those never know it, for example in Kolaka district. Of course it will be faced with problems of the innovation characteristics, as a relative avantage, Compatibility, complexity, Triability, and Observability. The practical packets of informations those are ready to use, for example is instructional video, this is information channel that help diffuse informations of agricultural technology. This research is referred to find out and explain effectiveness of instructional video in diffusing agricultural informations.

This research concern 60 persons those are divided randomly in three groups, namely group of instructional video experiment, group of demostration, and group of controller. Each group consisted of 20 persons. Datas are analyzed with ANCOVA and Spearman correlation Coeffisient. Result of the research indicate that instructional video is effective to be used as a media of diffusion of agricultural informations, serving substance of enforcing driller insects of cacao (PBK) in instructional video. It cause knowledge improving effect of farmers. Effectiveness of instructional video to knowledge improving effect is not determined by personal characteristic, education and experiences of farmer, and communication behavior. So that instructional video can be used effectively by farmers with different communication behaviors ; watching televition, listening radio, reading newspaper, contacting with scouts, and contacting with farmers.

Key Words : Instructional Video, Technology, Effectiveness, Informations,

(2)

PENDAHULUAN

Di Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kolaka merupakan areal terluas tanaman kakao, dengan intensitas serangan PBK sangat bervariasi antar kecamatan areal tanaman Kakao, sebagai contoh Kecamatan Ladongi yang memiliki produksi Kakao 1.091 kg/ha, setelah terserang Hama PBK menurun produksinya menjadi 623,50 kg/ha (Sjafaruddin, et al. 2000). Menurut penelitian Atmawinata (1995) di Indonesia, kerusakan akibat serangan hama PBK dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 82 persen.

Pengendalian hama PBK tersebut telah dilakukan oleh petani sesuai pengetahuan yang mereka miliki, namun belum menunjukkan hasil sesuai yang diharapkan. Salah satu cara yang telah diterapkan di Sulawesi Tenggara adalah penggunaan pestisida nabati dalam mengendalikan hama PBK. Penggunaan produk tersebut, ternyata cukup efektif dalam mengatasi permasalahan hama PBK.

Secara geografis, keadaan penduduk (petani) dilakukan dari kota sampai ke polosok pedesaan, sebagian besar (85%) penduduknya bertempat tinggal di pedesaan terutama yang berusahatani kakao. Sarana dan prasarana perhubungan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya, menggunakan transportasi darat. Kondisi geografis tersebut cukup mempengaruhi kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian. Pengaruh ini cukup memberikan dampak kepada para petani di kedua wilayah pesisir tersebut dan para petani di pulau-pulau kecil lainnya. Dampak yang paling dirasakan adalah penerimaan informasi-informasi pertanian masih sangat terbatas. Keterbatasan tersebut merupakan akumulasi dari kondisi geografis dan demografis, serta ketersediaan jumlah penyuluh, frekwensi kegiatannya di lapangan, dan jangkauan penyuluh di lapangan. Hal ini tentunya berpengaruh pada pemerataan pengetahuan petani, terutama teknologi baru yang hanya di ketahui oleh sebagian petani.

Penggunaan inovasi baru seperti pupuk tersebut, bila diterapkan pada petani yang belum pernah mengenalinya, seperti di Kabupaten Kolaka tentu akan dihadapkan dengan permasalahan karakteristik inovasi tersebut, seperti Relative avantage, Compatibility, Complexity, Triability, dan Observability. Hal ini karena produk tersebut merupakan suatu ide yang nantinya akan melalui suatu proses mengkomunikasikannya melalui saluran-saluran tertentu dalam saat tertentu diantara anggota-anggota suatu sistem sosial (para petani). Permasalahannya, bila inovasi tersebut disebarkan kepada para petani di Kabupaten Kolaka, akan dihadapkan pada keterbatasan saluran-saluran komunikasi, dan kondisi geografis. Untuk itu diperlukan pendekatan komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan inovasi tersebut kepada para petani.

(3)

yang ringkas dan kemampuannya untuk mendedah (“expose”) secara berulang-ulang, antara lain merupakan keunggulan media ini, sehingga para petani dapat menyimpannya untuk kemudian menonton kembali sewaktu-waktu bila perlukan. Kehadiran media video seperti itu dapat menggantikan sementara fungsi penyuluh lapangan. Sesuai yang dikemukakan oleh Roger (1995), suatu inovasi akan menimbulkan ketidakpastian dalam derajat tertentu yang dapat dikurangi dengan adanya informasi, dan penggunaan saluran mass media lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang inovasi.

Pentingnya komunikasi dalam penyuluhan pertanian, akan membantu, menganalisis, menentukan pilihan, menginformasikan, dan memantau pihak-pihak yang terkait dengan penyuluhan. Untuk itu para penyuluh dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai yang dikemukakan Roger (1995) bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan membangun dan berbagi informasi satu sama lain dalam usaha mencapai pengertian timbal balik. Dicontohkan pada kasus media massa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengerahan massa, bila memperhatikan : (a) kebutuhan khalayak, (b) strategi perencanaan komunikasi yang tepat, (c) pesan-pesan disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi khalayak, (d) sistem penyebaran informasi hendaknya dalam suatu jaringan informasi, (e) interelasi unsur-unsur komunikasi, dan (f) ada umpan balik. Hal ini dimungkinkan karena, pengenalan terhadap khalayak dalam kegiatan komunikasi massa merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan apabila kita menghendaki keefektivan komunikasi

Dijelaskan oleh Slamet (2003) bahwa di era informasi ini, dengan terjadinya perubahan-perubahan di lingkungan pertanian dan pranata sosial masyarakat, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian sudah saatnya ditata dalam suatu paradigma baru penyuluhan pertanian, sehingga dalam melaksanakan profesinya sebagai petani, memerlukan informasi-informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh James Deane (2004) bahwa strategi pembangunan yang menggunakan pendekatan komunikasi yang tepat, dapat mengubah sikap khalayak (masyarakat) dan menambah pengetahuan dan ketrampilan baru. Pendekatan teknik komunikasi melalui media, berguna untuk perubahan pengalaman dan bahkan untuk menuntunnya berubah. Van den Ban dan Howkins (2003) mengemukakan, sebelum diputuskan penggunaan media masa (televisi dan video misalnya) dalam penyuluhan pertanian perlu diamati pengaruhnya.

(4)

keterdedahan masyarakat. Kehadiran sarana informasi dan hiburan, dan penyajian beragam acara oleh stasiun-stasiun televisi swasta khususnya selama dua puluh empat (24) jam, dan tersedianya film dan lagu yang dikemas dalam cd (video), diperkirakan dapat memberikan efek terhadap perilaku komunikasi masyarakat (petani), yang berkaitan dengan penelitian ini.

Terkait dengan kondisi para petani di Kabupaten Kolaka, ketersediaan media informasi dan hiburan, kebiasaan petani menerima informasi, keterbatasan tenaga penyuluh dan jangkauan penyuluh merupakan alasan utama, mengapa penelitian ini menggunakan media video instruksional. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan keefektivan video instruksional dalam penyebaran informasi pertanian.

METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Loea Kabupaten Kolaka tahun 2009, Subyek penelitian ini adalah petani kakao dalam wilayah binaan BPP Kecamatan Amahai. Sampel dipilih secara acak sebanyak 60 (enam puluh) orang. Kemudian dibagi dalam 3 (tiga) kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 20 (dua puluh) petani. Dua kelompok eksperimen yang diberi perlakuan keragaan video instruksional (K1), dan keragaan demonstrasi cara (K2). satu kelompok lainnya adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan keragaan (K0). Prosedur dalam penelitian ini, dimulai observasi awal, pembuatan materi penelitian, uji media dan uji kuesioner, pretest (pengukuran awal), eksperimen (pemberian perlakuan), postest (pengukuran akhir), dan terakhir pengumpulan data karakteristik personal, perilaku komunikasi, dan persepsi tentang video instruksional.

Desain Penelitian

Dsain penelitian ini menggunakan desain separate sample pretest-postest (Van Dalen, 1973). Urutan pelaksanaannya sebagai berikut : obervasi awal pada tiga kelompok yang telah ditentukan ; pemberian perlakuan video instruksional dan demonstrasi cara pada dua kelompok yang telah ditentukan, sedangkan satu kelompok lainnya sebagai kontrol ; dan observasi akhir pada ketiga kelompok tersebut.

Pengumpulan Data

(5)

Defenisi Operasional dan Pengukurannya

Data primer dikumpulkan berdasarkan peubah-peubah penelitian, yang didefinisikan sebagai berikut : (1) Perilaku komunikasi adalah kebiasaan petani memperoleh dan menerima informasi dari televisi, radio, koran, kontak penyuluh,dan kontak petani, yang diukur dalam satuan waktu (jam) ; (2) Persepsi adalah pandangan/interpretasi petani tentang video instruksional sebagai media saluran informasi, dikaitkan dengan kondisi dirinya dimana dia berasal. Pengukurannya menggunakan skala ordinal, melalui 4 (empat) indikator sebagai berikut : daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan ; dan (3) Peningkatan pengetahuan adalah skor akhir cara mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK), yang diperoleh subyek penelitian. Pengukuran reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, menggunakan teknik Cronbach`Alpha. Sedangkan uji coba media dilakukan untuk menilai kelayakan video instruksional, sebagai bahan eksperimen.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisa data, menggunakan komputer (PC) dengan beberapa program aplikasi sederhana seperti Microsoft excel dan SPSS ver 14. Beberapa prosedur statistika digunakan dalam pengolahan dan analisa data. Deskripsi data dianalisis dengan prosedur statistik deskriptif. Pengujian hipotesis dilakukan melalui pengujian variasi dengan prosedur analisis kovarians (ANKOVA), dan pengujian hubungan dengan prosedur korelasi spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keefektivan Video Instruksional

Pengetahuan Awal Petani

Tujuan untuk mengukur pengetahuan awal petani adalah untuk mengetahui sejauhmana pemahaman awal petani terhadap informasi teknologi pestisida nabati. Pada Tabel 1, disajikan pengetahuan awal responden.

Tabel 1. Deskripsi Pengetahuan Awal Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK).

Kelompok N Kisaran (Skor) Rataan

(Skor)

Video Instruksional (P1) 20 8-10 9,75

Demonstrasi (P2) 20 9-11 9,95

Kontrol (P3) 20 9-10 9,80

(6)

eksperimen demonstrasi cara pada kisaran 9-11; dan kelompok kontrol pada kisaran 9-10. Berdasarkan rataan nilai skor pengetahuan awal menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) setiap kelompok merata di antara petani yang satu dengan petani lainnya, artinya tingkat pengetahuan para petani di lokasi penelitian tentang cara mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK) dengan mengunakan pestisida nabati dibawah 27 persen. Dengan demikian pemilihan materi sebagai subyek penelitian adalah tepat, yakni pesan yang disampaikan belum diketahui oleh banyak para petani kakao. Persebaran skor pengetahuan awal kelompok perlakuan video instruksional, demonstrasi cara, dan kontrol disajikan pada gambar 1.

Berdasarkan hasil analisis kovarians (ANKOVA), menunjukkan, variasi skor pengetahuan awal : K1 dengan K0, K2 dengan K0, dan K1 dengan K2, tidak berbeda nyata. Kesamaan kisaran skor pengetahuan awal pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maupun antara kelompok eksperimen. Tabel 2 berikut, menyajikan hasil perhitungan kovarians skor pengetahuan awal antar kelompok.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Awal antar Kelompok

Kelompok Fhit Ftab Keterangan

P1 – P0 0,73 2,15 Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)

P2 – P0 1,40 2,15 Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda

nyata)

P1 – P2 1,75 2,15 Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata) Ket : Ftab {(0,05) (v1,v2)}

Gambar 1. Persebaran skor pengetahuan awal kelompok perlakuan

0 2 4 6 8 10 12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

S

k

o

r

N

il

a

i

Sebaran Nilai Pre-Test

Video

Demonstrasi

(7)

Pengetahuan Akhir Petani

Nilai pengetahuan akhir adalah nilai yang diperoleh setelah dilakukan perlakuan, pada Tabel 3 disajikan skor pengetahuan akhir.

Tabel 3. Deskripsi Pengetahuan Akhir Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK).

Kelompok N Kisaran (Skor) Rataan

(Skor)

Video Instruksional ( P1) 20 20-33 25,9

Demonstrasi Cara) (P2) 20 21-34 24,45

Kontrol ( P3) 20 10-18 13,25

Pada Tabel 3, menunjukkan nilai pengetahuan akhir cukup bervariasi, dari skor nilai 10-34, perlakuan penggunaan video memperlihatkan nilai yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan demonstrasi dan kontrol. Namun nilai perlakuan video dan demostrasi tidak terlalu jauh berbeda, dan nilai kelompok kontrol lebih rendah dibanding dengan kelompok video dan demonstrasi. Nilai persebaran post-test disajikan pada gambar 2.

Pada gambar 2 menunjukkan grafik garis tentang nilai persebaran pengetahuan akhir, sebaran nilai-nilai yang membentuk garis menunjukkan perbedaan nilai akibat perlakukan yang diberikan, sebaran nilai perlakuan video dan demonstrasi nampak tidak berbeda.

Untuk mengetahui perbedaan nilai pengetahuan akhir setiap kelompok akibat perlakuan, dihitung dengan varians mengunakan analisis kovarians,

0 5 10 15 20 25 30 35 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Sebaran Nilai Post-Test

Video Demonstrasi Kontrol

(8)

pada Tabel 3 menyajikan hasil perhitungan varians peningkatan pengetahuan akhir.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Akhir antar Kelompok

Kelompok Fhit Ftab Keterangan

P1 – P3 228,99 2,15 Fhit > Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)

P2 – P3 126,53 2,15 Fhit > Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)

P1 – P2 1,59 2,15 Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)

Ket : Ftab {(0,05) (v1,v2)}

Berdasarkan analisis kovarians (ANKOVA), menunjukan, varians antar kelompok eksperimen yang diberi video (P1) dengan kelompok kontrol (P0), berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen ( 0,05). Demikian juga antara kelompok eksperimen yang diberi demonstrasi oleh penyuluh (P2) dengan kelompok kontrol (P0), hasil pengujian, varians antar K2 dengan K0 berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen ( 0,05). Perbedaan varians kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan bahwa, pemberian materi video instruksional dan demonstrasi cara oleh penyuluh, masing-masing menimbulkan efek yang nyata terhadap pengetahuan akhir petani. Sedangkan varians antar kelompok yang berikan video (P1) dengan demonstrasi oleh penyuluh (P2) tidak berbeda nyata. Artinya nilai pengetahuan akhir dari kedua metode tidak berbeda. metode tersebut dalam kondisi dikontrol, adalah merupakan bukti bahwa, video instruksional dan demonstrasi, sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan petani.

Peningkatan Pengetahuan Petani

Tabel 4 menyajikan deskripsi peningkatan pengetahuan petani kelompok eksperimen.

Tabel 4. Peningkatan Pengetahuan Petani Kelompok Eksperimen

Kelompok Perlakuan

Nilai Rata

Pre-Test

Nilai Rata Post-Test

Skor Peningkatan Pengetahuan

Persentase Efektivitas

Media

K1 9,75 25,9 16,15 69,45

K2 9,95 24,45 14,5 59,04

(9)

Tabel 5 menunjukkan tentang peningkatan pengetahuan akibat perlakukan metode yang diberikan, kelompok perlakuan video dengan nilai 16,15, metode demonstrasi sebanyak 14,5 dan kontrol sebanyak 3,45. Metode video instruksional dan demonstrasi dari penyuluh memberikan peningkatan yang tinggi. Hasil uji efektivitas memberikan nilai persentasi efektivitas kedua metode cukup efektif ( > 50%) digunakan untuk peningkatan pengetahuan petani.

Kesamaan variasi skor tersebut membuktikan, penyampaian pesan menggunakan video instruksional, sama efektifnya dengan penyampaian pesan melalui demonstrasi cara oleh penyuluh dalam peningkatan pengetahuan petani. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini dapat diterima.

Peningkatan pengetahuan dari video instruksional merupakan bukti bahwa, pesan-pesan penyuluhan dengan media video, dapat diterima sesuai dengan kebiasaan menerima informasi. Desain materi video instruksional dengan format pesan kronologis dan format pesan pemecahan, yang didesain secara instruksional, dengan memadukan unsur-unsur audio dan visual ke dalam unsur-unsur pesannya, ternyata efektif dalam proses penyampaian pesan kepada petani. Sehingga khusus untuk daerah penelitian, dan daerah sekitarnya, penyebaran informasi menggunakan media ini, dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga penyuluh pertanian, ketersedian fasilitas dan hambatan geografis

Efektivitas metode tersebut adalah bentuk komunikasi instruksional menggunakan media video, yang dapat dijadikan sebagai saluran informasi kepada petani. Sehingga tidak hanya pesan-pesan instruksional, tentang pengendalian hama PBK, tetapi dapat juga digunakan sebagai media penyebaran informasi pertanian lainnya, atau pesan-pesan yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.

Berdasarkan observasi di lapangan, bahwa sarana media televisi dan CD player hampir disetiap rumah tangga petani memiliki televisi, dan bentuk kemasan yang praktis video instruksional, akan sangat membantu penggunaannya sebagai media penyebaran informasi pertanian. Hal tersebut penting karena mengingat potensi kependudukan dan potensi pertanian wilayah ini cukup besar. Sehingga pelayanan ke masyarakat melalui sistem informasi yang tepat, semua potensi yang ada dapat dikembangkan secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.

(10)

Deskripsi Persepsi Video Instruksional

Aspek yang diukur dari persepsi tentang video instruksional meliputi: daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, yang diukur dalam 3 (tiga) level berdasarkan skala likert, hasil pengukuran menunjukkan persepsi tentang video instruksional berada pada interval 2 – 3. Berdasarkan rataan skor dan deviasi masing-masing aspek, secara umum sebaran skor cukup homogen di antara subyek penelitian. Pada Tabel 6 menunjukkan nilai persepsi tentang video instruksional cukup tinggi, lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 5.

Tabel 5. Deskripsi Persepsi tentang Video Instruksional

Persepsi tentang

Video Instruksional Kisaran Skor Rataan Skor Sd

Daya tarik

Berdasarkan unsur-unsur tampilan video instruksional, persepsi petani terhadap daya tarik video instruksional menunjukkan pada interval 1,50-3,00. Artinya unsur tampilan : gambar, suara, teks, dan unsur-unsur pesan, dalam pandangan petani, bervariasi dari cukup jelas dan menarik, sampai dengan sangat jelas dan sangat menarik. Persepsi tentang pemahaman terhadap unsur-unsur tampilan video instruksional, pada interval 1,50 -3,00,. Artinya : kemudahan memahami materi pesan, cukup bervariasi dari kurang memahami sampai dengan sangat memahami. Persepsi tentang penerimaan unsur-unsur tampilan video instruksional, pada interval 1,50 -3,00. Artinya : penerimaan materi pesan bervariasi dari setujuh sampai dengan sangat setujuh. Sedangkan persepsi tentang keterlibatan video instruksional, pada interval 2,00 – 3,00. Artinya : keterlibatan video instruksional dalam meningkatkan partisipasi, bervariasi dari setujuh dan cukup membantu, sampai dengan sangat setujuh dan sangat membantu.

Kontribusi Masing-masing Aspek Persepsi

(11)

Tabel 6. Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan

Persepsi

Peningkatan Pengetahuan

r P

Daya tarik 0,629 0,003

Pemahaman 0,564 0,010

Penerimaan 0,800 0,000

Keterlibatan 0,767 0,000

Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional

Pada Tabel 7, menunjukkan koefisien korelasi daya tarik dengan peningkatan pengetahuan signifikan, artinya daya tarik tampilan video instruksional cukup efektif meningkatkan pengetahuan petani dalam hubungan sedang. Artinya, makin menarik dan jelas keragaan materi video instruksional, pengetahuan petani (khalayak) tentang materi yang diperagakan, makin meningkat. Berdasarkan pengamatan pada saat eksperimen bahwa keserasihan tampilan gambar, suara, teks, dan unsur-unsur pesan, merupakan unsur-unsur-unsur-unsur yang penting pada video instruksional.

Desain tampilan video instruksional dalam melakukan kegiatan diseminasi teknologi pertanian, adalah suatu indikator bahwa komunikasi instruksional secara audiovisual, dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemampuan kognitif petani dalam menginterpretasi pesan-pesan visual tersebut. Hal ini disebabkan karena video instruksional dapat menyajikan informasi yang menarik perhatian khalayak untuk ditonton oleh pemirsa.

Kontribusi Pemahaman Video Instruksional

Aspek pemahaman tentang video instruksional berkaitan dengan pandangan petani terhadap kemudahan memahami materi yang ditampilkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara pemahaman materi video instruksional dengan peningkatan pengetahuan, memperlihatkan hubungan yang berarti, Artinya tampilan unsur-unsur pesan video instruksional, dalam pandangan petani sudah dipahami.

Tampilan video instruksional mendapat tanggapan positif dari petani. Sebab sebagian besar petani eksperimen sangat memahami materi yang ditampilkan. Hal ini dapat disebabkan karena penyajian materi (pesan) yang disajikan mudah dipahami dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani.

Kontribusi Penerimaan Video Instruksional

(12)

Dengan demikian ini menjadi bukti bahwa, penerimaan video instruksional sebagai media penyebarann informasi pertanian, mendapat tanggapan yang homogen dari petani. Sebagian besar petani sangat setujuh, kalau video instruksional layak diterima sebagai media penyebaran informasi pertanian. Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan.

Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional

Keterlibatan yang dimaksud adalah tampilan video instruksional dalam meningkatkan tingkat keterlibatan atau partisipasi petani. Nilai koefisien korelasi memperlihatkan bahwa keterlibatan video instruksional efektif meningkatkan pengetahuan petani, dalam hubungan kuat. Artinya makin tinggi partisipasi petani menggunakan video instruksional, pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan, kehadiran video tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat melibatkan partisipasi petani.

Dengan demikian, video instruksional efektif sebagai media penyebaran informasi pertanian, karena dapat meningkatkan partisipasi petani.

Secara keseluruhan, kefektifan video instruksional ditentukan oleh : aspek daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan. Kontribusi dari masing-masing aspek telah memberikan gambaran bahwa, secara parsial ternyata persepsi tentang video instruksional memberikan kontribusi yang berarti. Hasil tersebut membuktikan bahwa, penyajian unsur gerak dan dinamis video instruksional dapat memberikan efek pada pesan yang disajikan. Karena gambar, suara, dan musik merupakan jiwa yang dihantarkan dalam suatu pesan visual. Indikasi inilah yang menjelaskan terjadinya proses transmisi pengetahuan dari sumber kepada penerima. Dengan gerakan-gerakan yang realistik, perhatian subyek lebih terfokus terhadap obyeknya. Sehingga pandangan subyek penelitian tentang video instruksional positif sebagai media informasi pertanian.

Selain dari hasil uji secara statistik, hasil wawancara terbuka dengan responden, diperoleh jawaban bahwa, bila video diputar berulang-ulang mereka yakin dapat memahami isi informasi tersebut. Dan salah satu kelemahan komunikasi media massa seperti video, adalah pada proses penyampaiannnya yang bersifat linier. Untuk itu, disamping video, komunikasi interpersonal akan sangat efektif dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Deane (2004), bahwa media massa penting untuk membangun kesadaran khalayak, namun pada tingkat pengambilan keputusan mengadopsi atau tidak, komunikasi interpersonal lebih berpengaruh.

KESIMPULAN

(13)

1. Penyajian pesan/materi pengendalian hama penggerek kakao (PBK) dalam video instruksional, menimbulkan efek peningkatan pengetahuan petani. Efek tersebut sama besarnya dengan petani yang memperoleh informasi langsung dari penyuluh melalui demonstrasi cara, dan bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak menonton video instruksional.

2. Penggunaan video instruksional efektif terhadap peningkatan pengetahuan petani ditentukan oleh persepsi petani terhadap: daya tarik tampilan video instruksional, pemahaman materi dalam video instruksional, penerimaan tampilan video instruksional, dan kemampuan melibatkan video instruksional dalam meningkatkan partisipasi petani. 3. Keefektifan video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan

petani tidak ditentukan oleh karakteristik personal, pendidikan dan pengalaman petani sehingga video instruksional efektif dapat digunakan sama efektif oleh petani yang berbeda-beda karakteristik personal: umur, pendidikan formal, pengalaman bertani.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Sulawesi Tenggara, 2006. Sulawesi dalam Angka Dalam Angka Tahun 2007.

Devito, A, Yoseph, 1997. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Bahasa Indonesia. Proffesional Book. Jakarta

Iskandar, 2005. Pengaruh desain pesan pupuk agrodyke dalam video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan petani. Laporan BBI Tahun 2006. LPM Unhalu. Kendari

James, Deane, 2004. The Context of Communication for Development. Communication for Social Change Consorsium. 9th United Nations Roundtable on Communicaion for Development FAO. Rome. Italy.

(jdeane@communicationsocialchange.org).

Roger, M, Everett, 1976. Komunikasi dan Pembangunan ; Perspektif Kritis. LP3ES. Jakarta

Roger, M. Everett, 1995. Diffusion of Innovations. Glossary of Terms file:///D:/IPB/Diffusion%20of%20Innovations.htm.

Sadiman, Arif, S, dkk, 2003. Media Pendidikan. Pengantar Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. RajawaliGrafindo Persada. Jakarta

Siregar, Ashadi. 2001. Menyingkap Media Penyiaran : Membaca Televisi dan Melihat Radio. LP3Y. Yogjakarta.

Siswosumarto Sandjaya, 1999. Visualisasi Ide : Modul Pelatihan Produksi Video/TV. Pusat Teknologi Komunikasi Depdikbud. Jakarta

Slamet, Margono, H, R, 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.

Sugiyono. 1999. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung

(14)

Suryadi R, Aida V.S.H, Nurmala K.P.A. Hubungan Karakteristik dengan Persepsi dari Penyuluhan dan Petani Kecil tentang Kendala Berkomunikasi (Kasus Kabupaten Bogor). Jurnal KMP ; Vol. 01, No. 02, edisi Juli. KMP IPB Bogor.

Syam N. Winagsih dan Sugiana Dadang, 2001. Perencanaan Pesan dan Media. Universitas Terbuka. Jakarta.

Walpole, Ronald, E. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Walsh, Anthony, 1990. Statistics for the Social Sciences : With Computer Applications. Harper & Row. Publishers. New York.

Van Dalen, Deobold, B. 1973. Understanding Educational Research. McGraw-Hill Book Comany. Inc.

Gambar

Tabel 1. Deskripsi  Pengetahuan  Awal   Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK).
Tabel 2. Hasil Perhitungan  Varians Pengetahuan Awal antar  Kelompok
Tabel 3. Deskripsi  Pengetahuan  Akhir Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK).
Tabel 3. Hasil Perhitungan  Varians Pengetahuan Akhir antar  Kelompok
+2

Referensi

Dokumen terkait

- TELAH DILAKUKAN BEBERAPA KALI RAPAT KOORDINASI KHUSUSNYA BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN TERHADAP BIDANG TANAH TERHIMPIT TERMASUK MELIBATKAN BEBERAPA PERUSAHAAN

Pendekatan ini memerlukan informasi konstektual (metadata) yang banyak yang akan memeberikan makna terhadap arsip tersebut dan otentisitas dipaketkan dengan arsip

Misalkan dua orang mengikuti asuransi dana pensiun dengan usia pensiun normal r tahun, t p rr menyatakan peluang hidup pada status hidup gabungan dari dua

Rumusan masalah umum penelitian ini adalah “ “apakah implementasi supervisi akademik kepala sekolah dalam peningkatan profesionalisme guru di SMP Negeri 7 seluma telah

Dari hasil penelitian dengan metode wawancara terdapat penjelasan dari seluruh responden bahwa kehidupan mereka sangat tergantung dengan alam karena alam memberi

Penelitian ini menggunakan sayuran sawi hijau dari berbagai jenis bahan kemasan plastik, aluminium foil, kertas dan daun pisang segar, serta tanpa kemasan sebagai variabel kontrol

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,

Makna terpenting dan kegunaan yang paling pokok dari adanya akta otentik adalah bertujuan memberikan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum, karena akta