PENERAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH SERTA PERAN PETANI PADA LAHAN TERDEGRADASI
Disusun Oleh Waskito Tulus Jawaharlal
134140073
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIOANAL ‘VETERAN’ YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk telah menimbulkan kesenjangan antara produksi dan permintaan terhadap pangan, sehingga mendorong pemerintah untuk melakukan impor beberapa komoditas pangan. Peningkatan impor pangan akan mengancam ketahanan pangan nasional, sehingga upaya peningkatan produksi pangan di dalam negeri perlu mendapat perhatian khusus dalam upaya mencegah kerawanan pangan. Sehubungan dengan hal itu, upaya peningkatan produksi pangan terus dilakukan antara lain dengan mengoptimalkan peman- faatan lahan kering berlereng. Pemanfaatan lahan kering berlereng untuk produksi pangan memerlukan penerapan teknologi konservasi tanah dan air yang tepat untuk meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan dan menjaga kelestarian lingkungan.
Konservasi tanah dan air melalui pendekatan agroekosistem dapat meningkatkan keuntungan usaha tani, memperbaiki ketahanan pangan, dan meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan (FAO 2011). Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu menerapkan secara simultan tiga prinsip konservasi tanah dan air, yaitu olah tanah minimum, penggunaan penutup tanah permanen berupa residu tanaman dan/atau tanaman penutup tanah (cover crop), serta rotasi tanaman (FAO 2010).
Manusia menggunakan lebih dari separuh ketersediaan air tawar, termasuk air tanah yang saat ini dieksploitasi di berbagai bagian dunia, termasuk di Indonesia (Seckleret al. 1999; UNEP dan IWMI 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman menanggulangi degradasi lahan akibat ulah manusia? 2. Bagaimana penerapan teknologi konservasi tanah yang tepat?
3. Apa peran penting petani dalam penerapan teknologi konservasi tanah?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teknologi konservasi tanah. 2. Mengetahui kerugian yang diakibatkan oleh degaradasi tanah. 3. Mengetahui cara menanggulangi degradasi tanah.
BAB II ISI
A. Pengertian Teknologi Konservasi Tanah
Kebutuhan ekstensifikasi lahan untuk diolah menjadi areal perkebunan atau pertanian semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Selain itu, persoalan hak penguasaan tanah baik antar warga, pemerintah maupun pihak swasta juga menjadi faktor penyebab upaya ekstensifikasi lahan di Sumberjaya. Hal-hal tersebut memicu terjadinya konversi hutan primer maupun sekunder menjadi areal pertanian serta pemanfaatan lahan sampai pada areal tanah miring yang selanjutnya membuka peluang meningkatnya erosi tanah sehingga terbentuklah lahan-lahan kritis. Dalam upaya mempertahankan sumberdaya alam dan mencari keselarasan dengan alam, manusia mengembangkan suatu sistem pengetahuan tertentu yang mengarah pada pembentukan pola pengelolaan lahan yang disertai dengan berbagai upaya konservasi (Joshi et al., 2004; Schalenbourg, 2002; Chapman, 2002).
B. Pengertian Degradasi Lahan Dan Kerugian Yang Ditimbulkan
Memasuki abad ke-21, degradasi lahan akibat aktivitas manusia telah menyebabkan terjadinya krisis air global akibat perubahan sistem tata air alamiah serta pencemaran sungai, air tanah, laut pesisir bahkan laut terbuka, selain meningkatkan risiko banjir, kekeringan, dan salinitas. Manusia menggunakan lebih dari separuh ketersediaan air tawar, termasuk air tanah yang saat ini dieksploitasi di berbagai bagian dunia, termasuk di Indonesia (Seckleret al. 1999; UNEP dan IWMI 2011).
kedalaman tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Biota tanah memer- lukan tanah yang cukup untuk tumbuh dan menyediakan hara bagi tanaman. Kehilangan tanah olah di daerah dataran tinggi dapat mencapai 300 t/ha/tahun, sehingga di beberapa area di dataran tinggi terjadi penurunan kedalaman tanah kurang dari 40 cm. Degradasi lahan tidak hanya menurunkan produk- tivitas lahan, tetapi juga merusak atau mengganggu fungsi lahan atau infrastruktur pertanian. Menurut Adimihardja (2008), Agus dan Husen (2004) dalam Adimihardja (2008), dan Subagyono et al. (2003), degradasi lahan dapat menurunkan produksi dan mutu hasil pertanian karena erosi tanah menurunkan pro- duktivitas melalui penurunan kesuburan tanah.
C. Contoh Upaya Menanggulangi Degradasi Lahan Dengan Teknologi Konservasi Tanah
Sunarti et al. (2008) mengemukakan bahwa perbeda- an tipe penggunaan lahan dan kemiringan lereng menghasilkan aliran permukaan dan erosi tanah yang berbeda. Aliran permukaan dan erosi pada tutupan hutan sekunder lebih kecil.
Dari table diatas dapat dilihat perlakuan dengan dipotong gulud setiap 5 m dan ditambahkan rorak menunjukan hasil yang paling baik dengan tingkat erosi 10,9 t/ha lebih rendah disbanding dengan 3 perlakuan lain pada kondisi curah hujan 7,4 %. Yang disebut penambahan rorak disini adalah l8bang – lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen – sedimen dari bidang oalah.
D. Peranan Petani Dalam Penerapan Teknologi Konservasi Tanah
Hal ini dikemukakan oleh seorang petani sebagai berikut: “Saya mendapatkan banyak pengetahuan dari para peneliti yang datang ke sini misalnya tentang Arachis pintoi sebagai tanaman penutup tanah. Semula masyarakat di Sumberjaya belum mengetahui manfaat tanaman ini. Namun atas masukan para peneliti, beberapa dari kami mencoba mempraktekkannya di sebuah lahan kecil. Hasilnya terbukti bagus dan mudah dipraktekkan. Kemudian kami mencoba mempraktekkannya di kebun kami. Namun demikian, tidak semua petani di sini percaya dan yakin akan manfaat tanaman tersebut karena mereka belum mencoba mempraktekkannya sendiri. Sebagian petani yang sudah melihat kami berhasil dan tertarik kemudian ikut mempraktekkan di lahannya”. (Sumber: Pak Baridi, Simpang Sari, Wawancara, Agustus 2003).
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konservasi tanah adalah suatu bentuk upaya dalam mencegah erosi tanah dan memperbaiki tanah yang sudah rusak oleh erosi. Hal ini terkait dengan penempatan setiap bidang tanah dengan memperlakukan atau menggunakan tanah tersebut sesuai dengan kemampuannya guna mencegah kerusakan tanah oleh erosi.
2. Upaya penerapan teknologi konservasi tanah dapat dilakukan dengan; penyiangan secara parsial, penggunaan tanaman penutup tanah, gulud, gulud buntu, rorak, saluran buntu, tanaman naungan/sistem multistrata, kombinasi berbagai teknik.
3. Dalam penerapan teknologi konservasi petani berperan dalam memilih cara yang sesui diterapkan didaerah mereka dan melakukan inovasi dalam menanggulangi lahan – lahan kritis akibat erosi.
B. Sumber Pustaka
Semua kutipan dalam makalah ini diambil dari;
Elok Mulyoutami1, Dkk. PEngetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi dalam Konservasi dan Pengelolaan Tanah Pada Pertanian Berbasis Kopi di Sumberjaya Lampung Barat. Universitas Lampung.
Nono Sutrisno dan Nani Heryani. 2013. Teknologi Konservasi Tanah dan Air untuk Mencegah Degradasi Lahan Pertanian Berlereng. Journal Litbang Pert. Vol. 32 No. 3 September 2013: 122-130