• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Harga Jual Bibit Melalui Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Kol (Brassica Oleracea Cv. Capitata) (Studi Kasus : Pt. Horti Jaya Lestari Kebun Smik Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Harga Jual Bibit Melalui Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Kol (Brassica Oleracea Cv. Capitata) (Studi Kasus : Pt. Horti Jaya Lestari Kebun Smik Kabupaten Karo)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kol

Kubis kepala alias kol (Brassica oleracea var capitata) adalah kol yang dalam

pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur.Bentuk kepala

atau telur ini juga lazim disebut krop.Semua kol yang baru tumbuh umumnya

memiliki hipokotil sepanjang 2 cm, bewarna merah.Kecuali kol berkeping dua,

berakar tunggang dan serabut.Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih

panjang dari pada daun yang diatasnya.Kol dapat ditanam hampir di semua jenis

tanah.Tanah yang ideal yaitu tanah liat berpasir yang cukup bahan

organis.Pertumbuhan kol paling baik di daerah yang hawanya dingin.Temperatur

optimum pertumbuhan terletak antara 150C, sedang di atas temperatur 250C

pertumbuhan kol terhambat (Pracaya, 2001).

Tanaman kol merupakan tanaman dataran tinggi, tumbuh terbaik pada ketinggian

tempat lebih dari 750 meter di atas permukaan laut.Namun demikian sekarang

sudah banyak kultivar yang dapat ditanam pada dataran yang lebih rendah.Kol

termasuk tanaman dwimusim, namun dapat juga ditanam sebagai tanaman

semusim. Titik tumbuh yang terletak di ujung tanaman tertutup oleh daun-daun

yang saling menutupi satu sama lain. Warna daun bermacam-macam putih, hijau,

(2)

2.1.2 Pengertian Bibit

Biji, benih dan bibit merupakan istilah hampir sama sehingga sering rancu dalam

penggunaannya. Menurut Undang-Undang Sistem Budi daya (1992), benih dan

bibit mempunyai pengertian yang sama, yakni tanaman atau bagian tanaman yang

dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Wirawan dan Wahyuni, 2004).

Sudah menjadi hukum alam bahwa untuk menghasilkan tanaman yang berbuah

dengan baik perlu bibit yang baik pula.Artinya pemilihan bibit harus dilakukan

secara selektif.Kesalahan memilih bibit dapat menyebabkan tanaman tumbuh

tidak normal atau lama berbuah.Bibit juga menentukan sifat tanaman yang

berproduksi tanaman nantinya berbuah unggul atau tidak (Agromedia, 2001).

Bibit unggul adalah varietas unggul.Unggul disini maksudnya memiliki sifat-sifat

agronomi yang unggul dibandingkan varietas lain, walaupun salah satu sifat

mungkin bahkan kalah (misal rasa atau ketahanan terhadap salah satu penyakit),

sehingga pada keadaan umum hasil produksinya tinggi (Harjadi, 1996).

Untuk dapat menghasilkan bibit bermutu, terlebih dahulu harus mengenal

bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan untuk perbanyakan yang disebut alat

perbanyakan dan prosedur kerjanya atau cara perbanyakan serta tersedianya bahan

tanaman yang memenuhi syarat varietas unggul yang disebut pohon induk

(Sunarjono, 1986).

Sunarjono (1986) menjelaskan bahwa ada beberapa kaidah yang harus

diperhatikan untuk menghasilkan bibit bermutu diantaranya ialah:

1. Lokasi (tempat) yang akan digunakan untuk menghasilkan bibit harus bebas

(3)

2. Tanaman yang akan dibibitkan harus mendapat isolasi dari tanaman sejenis

(khusus biji) atau tanaman inang (khusus penyakit) yang ada di sekitar

pembibitan.

3. Tanaman yang akan diterbitkan harus diseleksi secara berulang-ulang untuk

mencegah kelolosan dari salah pandang. Bibit setelah dipilih harus dirawat

dengan baik.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa harga pokok produksi merupakan

pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan.

Muhadi dan Siswanto (2001) mengartikan bahwa harga pokok produksi

merupakan biaya yang terjadi dalam rangka untuk menghasilkan barang jadi

(produk) dalam perusahaan manufaktur. Biaya produksi dapat digolongkan

menjadi tiga, yaitu (1) biaya bahan baku, (2) biaya tenaga kerja langsung dan, (3)

biaya overhead pabrik. Sedangkan Menurut Adikoesoema (1986), harga pokok

adalah gambaran kuantitatif dari pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh

produsen pada penukaran barang atau jasa yang ditawarkan di pasar. Jadi

perhitungan harga pokok adalah menghitung besarnya biaya atas pemakaian

sumber ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.

Menurut Mulyadi (2007) menjelaskanmanfaat dari penetapan harga pokok

produksi secara garis besar adalah sebagai berikut:

(4)

Perusahaan yang berproduksi masa memproses produknya untuk memenuhi

persediaan di gudang dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka

waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk.

Penetuan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data

yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non biaya.

2.Memantau Realisasi Biaya Produksi

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya

dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan, oleh

sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau

apakah produksi mengonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang

diperhitungkan sebelumnya.

3.Menghitung Laba Rugi Periodik

Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam

periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto.Manajemen memerlukan

informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk

dalam periode tertentu.Penetapan harga pokok yang tidak benar akan

menyebabkan kegagalan perusahaan dalam menjalankan usahanya.

Dan ada dua kemungkinan yang akan ditemui apabila perusahaan tidak teliti

dalam melakukan perhitungan harga pokok yaitu :

1.Harga yang diperhitungkan terlalu tinggi

Perusahaan yang tidak teliti dalam menghitung harga pokok membuat harga

pokok menjadi terlalu tinggi. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi perusahaan,

karena harga pokok yang tinggi akan menyebabkan harga produk di pasaran

(5)

memasarkan hasil produksinya dan kalah dalam persaingan bisnis dengan

perusahaan lain, sebab konsumen akan lebih memilih produk yang sama tetapi

harganya lebih rendah dan kualitasnya sama.

2.Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah

Kadangkala ada suatu perusahaan yang tidak teliti dalam memperhitungkan harga

sehingga harga pokok yang ditetapkan terlalu rendah dan hal tersebut akan

merugikan perusahaan itu sendiri. Harga pokok yang rendah akan menyebabkan

harga jual pun rendah. Di satu sisi mungkin produsen bisa menjual produknya

dengan cepat karena harganya rendah, tetapi disisi lain produsen akan mengalami

kerugian karena pendapatan yang diperoleh tidak mampu menutupi semua biaya

yang dikeluarkan.

2.2.2 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2007) metode penetapan harga pokok produksi adalah

menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Dalam

menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat dua

pendekatan yaitu metode ,full costing dan metode variabel costing.

1.Metode Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi

menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai

berikut :

Biaya bahan baku Rp. xxx

(6)

Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx

Harga pokok produksi Rp. xxx +

Dengan demikian harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full

costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap, dan biaya overhead pabrik variabel).

2.Metode Variable Costing

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya

menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok

produksinya. Metode variable costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi

sebagai berikut :

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenaga kerja Rp. xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx

Harga pokok produksi Rp. xxx +

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri

dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, biaya overhead pabrik variabel).

2.2.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Untuk menentukan harga pokok produksi yang mutlak diperlukan sebagai dasar

penilaian dan penentuan laba rugi periodik, biaya produksi perlu diklasifikasikan

(7)

biaya dan alokasinya yang seringkali menuntut adanya ketelitian yang tinggi,

seperti misalnya penentuan tingkat penyelesaian produk dalam proses pada

produksi secara masal dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat tiga unsur-unsur

harga pokok produksi menurut Hamanto (1992) yaitu biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung biaya produksi tak langsung atau biaya overhead pabrik.

1.Biaya Bahan Baku

Biaya ini meliputi harga pokok dari semua bahan yang secara praktis dapat

diidentifikasi sebagai dari produk selesai. Misalnya, papan atau kayu pada

perusahaan produsen mebel, pasir dan semen pada perusahaan produsen tegal

tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, memang

diklasifikasikan sebagai bahan baku. Paku dan lem pada perusahaan produsen

mebel, umpamanya barangkali tidak diklasifikasi sebagai bahan baku. Ini

disebabkan oleh karena biaya yang didapat dari ketelitian harga pokok

produksinya.Bahan-bahan yang relatif kecil nilainya sepeti itu disebut bahan

penolong dan diklasifikasikan sebagai bagian produksi tak langsung.

2.Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga

kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk

jadi.Gaji dan upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh biaya tenaga

kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya gaji dan upah

tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya kegiatan produksi mungkin saja

tidak digolongkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Karena itu, terhadap gaji

dan upah tenaga kerja dibebankan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya

(8)

tenaga kerja selain yang dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung.Pada

umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari:

1. Gaji pokok, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai

dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau

bulanan.

2. Upah lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang

melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan.

3. Bonus, yaitu upah tambahan diberikan kepada pekerja yang menunjukkan

prestasi melebihi batas yang ditentukan.

Tenaga kerja dibagi dua yaitu terdiri dari :

1. Tenaga Kerja Tetap

Tenagakerja tetap adalah tenaga kerja yang sudah diterima pada sebuah instansi

sebagai karyawan tetap. Bekerja pada sebuah instansi dengan waktu jam bekerja

yang sudah ditentukan terkecuali bila berhalangan dengan alasan yang sah

menurut ketentuan yang ada. Dan dalam hal ini, tenaga kerja tetap adalah tenaga

kerja tetap yang berhubungan langsung dengan produksi.

2. Tenaga Kerja Variabel

Tenaga kerja yang bekerja untuk waktu tertentu contohnya pada saat perusahaan

sangat membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mempercepat proses

pemanenan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja harian lepas.Pekerja

yang mengadakan hubungan kerja untuk melaksanakan pekerjaan yang bersifat

insidentif menurut kebutuhan perusahan dengan mendapatkan kelaziman yang ada

(9)

3.Biaya Overhead Pabrik

Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung. Adapun yang termasuk biaya tidak langsung ialah:

1. Biaya bahan penolong

Biaya bahan penolong adalah biaya untuk bahan yang bersifat sebagai bahan

pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil dibanding

biaya produksi.

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang menangani produksi secara

tidak langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai.Biaya ini

tidak dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu.

3. Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka

untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap untuk

digunakan dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas,

dan perlengkapan pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar

dalam kondisi siap pakai.

4. Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap

Biaya ini sering disebutjuga dengan penyusutan.Contoh biaya ini adalah

penyusutan mesin dan penyusutan kendaraan.

5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang

diperhitungkan pada akhir periode.Contoh biaya ini adalah biaya asuransi

(10)

6. Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya

Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air

dan biaya telepon.

Secara umum biaya overhead dibedakan atas:

a) Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap

walaupun volume produksinya bervariasi.

b) Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah

secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi.

Untuk menetukan harga pokok, produk sebagai dasar penilaian persediaan,

terdapat perbedaan yang fundamental tentang apa yang harus dilakukan terhadap

biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik. Untuk biaya produksi

langsung, pengumpulan data biaya dilakukan dengan menggunakan

dokumen-dokumen transaksi seperti misalnya surat permintaan bahan untuk bahan baku,

dan kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung ke dalam dokumen itu dicatat

data kuantitas dan harga atau tarif per satuannya. Setiap kali terjadi transaksi

pemakaian bahan baku atau pelaksanaan, satuan order produksi. Lain halnya

dengan biaya overhead pabrik, biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara langsung

kepada masing-masing produk berdasarkan suatu taksiran.Untuk mengatasi hal

ini, perusahaan pada umumnya menentukan jumlah biaya overhead pabrik untuk

jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun, kemudian membebankannya kepada

(11)

2.2.4 Harga Jual

Dalam arti yang paling sempit harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk

suatu produk atau jasa. Lebih luas harga adalah jumlah dari nilai yang

dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau

jasa. Menurut sejarah harga biasanya ditetapkan oleh tawar menawarantar pembeli

dan penjual. Penjual akan meminta harga lebih tinggi daripada yang mereka

harapkan untuk mereka terima, dan pembeli akan menawar lebih rendah daripada

yang meraka harapkan untuk mereka bayar. Lewat tawar-menawar, mereka akan

mencapai harga yang dapat diterima.

Mulyadi (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa: “Pada prinsipnya harga jual

harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual

sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.” Selain itu Philip Kotler (2003)

mengemukakan bahwa “Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh

suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual

atau diserahkan”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah

sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang

atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu

untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang

dilakukanuntuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga

yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai

dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan

(12)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Roslinawati (2007) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok

Produksi Benih Padi Pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa

Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode harga pokok produksi

yang diterapkan oleh PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi Subang, menetapkan

metode perhitungan harga pokok produksi benih padi yang tepat pada PT. Sang

Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing

menghasilkan harga pokok produksi yang berada di bawah harga pokok produksi

metode perusahaan dan di atas harga pokok produksi dengan menggunakan

metode variable costing, sehingga dianggap paling tepat karena berada di

tengah-tengah, artinya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Oleh karena itu

metode yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan yaitu metode full

costing.

Lestari (2006), dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pasta Ubi

Jalar (Ipomea batatas L.) Kaitannya dengan Perencanaan Laba Jangka Pendek

Perusahaan di PT. Galih Estetika, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang

bertujuan untuk menganalisis proses produksi pasta ubi jalar yang

dilakukanperusahaan, menganalisis metode penetapan harga pokok produksi pasta

ubi jalar,dan menganalisis perbandingan perhitungan harga pokok perusahaan

denganmetode full costing dalam kaitannya dengan perencanaan laba jangka

pendekperusahaan.Hasil penelitian menjelaskan bahwa PT. Galih Estetika masih

kurang tepatdalam melakukan penetapan harga pokok produksi, karena hanya

(13)

berbeda-beda.Selain itu juga belum tepat dalam mengelompokkan

unsur-unsurbiaya pembentuk biaya produksi karena memasukkanbiaya sewa kontainer

dalam perhitungannya, padahal sewa kontainer merupakanbiaya non produksi

karena termasuk biaya pemasaran.Perhitungan harga pokokproduksi yang tepat

adalah dengan menggunakan metode full costing karenametode ini

memperhitungkan seluruh biaya produksi baik yang bersifat tetapmaupun

variabel.

Maulidah (2011) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit

Tanaman Rambutan (Nephelium Lappaceum, L) pada Kebun Bibit Ranggunan,

Jakarta Selatan.Tujuan dari penelitian ini adalah menetapkan metode perhitungan

harga pokok produksi untuk bibit tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan.

Hasil penelitian dengan perhitungan yang telah dilakukan, memperlihatkan tidak

ada perbedaan dari total harga pokok produksi antara metode full costing dan

variable costing saat produksi 2000 bibit, namun akan berbeda pada saat kenaikan

produksi. Harga pokok produksi pada saat kenaikan produksi bertambah 2000

menjadi 4000 bibit dengan metode variable costing memiliki nilai terkecil bila

dibandingkan dengan metode full costing.Hal ini karena ada perbedaan dalam

menganalisis biaya pada saat kenaikan produksi.Harga pokok produksi yang tepat

adalah harga pokok yang dilihat pada tinggi atau rendahnya hasil

perhitungan.Oleh karena itu, yang lebih tepat digunakan untuk perhitungan harga

pokok produksi yaitu metode variable costing, karena pada saat kenaikan

produksi hanya menghitung biaya yang bersifat variabel saja sedangkan untuk

(14)

Kusumawardhani (2008) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi

Bibit Krisan pada PT . Ingu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang

bertujuan untuk mengindetifikasikan kebijakan perusahaan dalam penetapan harga

pokok produksi. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, memperlihatkan

adanya perbedaan harga pokok antara metode perusahaan dengan perhitungan

harga pokok metode full costing maupun variable costing, baik sebelum maupun

sesudah kenaikan harga bahan kimia makro dan mikro.Metode variable costing

dapat menghemat sebesar Rp. 62.297 per bibitnya, sedangkan metode full costing

justru menghasilkan harga yang lebih besar dibanding metode perusahaan, yaitu

sebesar Rp. 10.878 per bibitnya. Metode penetapan yang tepat adalah metode

variable costing karena akan menyebabkan harga jual yang rendah pula sehingga

diharapkan sesuai dengan daya beli petani yang umumnya rendah.

2.4 Kerangka Pemikiran

Penetapan harga pokok produksi adalah suatu kebijakan dalam mengalokasikan

biaya produksi yang dibuat perusahaan untuk menentukan harga jual produk yang

pada akhirnya tidak akan merugikan perusahaan. Perusahaan dalam hal ini

sebelumnya telah memiliki metode penetapan harga dengan cara perhitungan

perusahaan itu sendiri. Dengan penetapan harga metode perusahaan tersebut

dilihat sesuai atau tidak untuk perusahaan dan harus menggunakan metode

penetapan harga pokok produksi teori akuntansi sehingga tidak akan merugikan

perusahaan ataupun merugikan petani sebagai pembeli. Maka untuk

mengetahuinya diperlukan perhitungan cara metode full costing dan variable

costing dengan melihat metode mana yang sesuai dalam penetapan harga untuk

(15)

Metode yang menghasilkan harga pokok per bibit terendah akan dipilih sebagai

metode harga pokok produksi yang tepat untuk perusahaan dalam penetapan harga

jual bibit yang diproduksi. Harga jual bibit yang sudah ditetapkan sebelumnya

oleh perusahan dievaluasi dengan melihat harga jual yang dihasilkan

menggunakan metode full costing dan variable costing. Harga jual yang

menghasilkan nilai terendah dari metode full costing dan variable costing tersebut

akan direkomendasikan sebagai harga jual yang tepat untuk perusahaan. Karena

hal itu didasarkan pada perusahaan yang ingin mendapatkan harga yang relatif

terjangkau oleh petani juga tidak merugikan perusahaan.

: Menyatakan hubungan

PT. Horti Jaya Lestari (Perusahaan Pembibitan)

Harga Pokok Produksi

Metode Full Costing Metode Variable

Costing

Perbandingan antar Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

Metode Harga Pokok Produksi yang Tepat

Harga Jual Bibit

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Daripada keseluruhan 16 orang yang pernah dan masih melibatkan diri dalam pekerjaan formal, didapati 12 orang responden sudah berkahwin (Jadual 1). Seramai sembilan orang

berkenaan hal diatas, dimohon kepada dosen pengabdi yang namanya terlampir, agar segera melakukan pembayaran ke kas negara melalui SIMPONI, bagi dosen yang belum mengunggah

PENERIM AAN PESERTA DIDIK BARU T.P. Maka banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk mencairkan seluruh es tersebut adalah .... Sebuah benda beratnya 2000 N akan dinaikan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: “Analisis Novel Galaksi Kinanthi Karya Tassaro GK” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali

2) Minggu, 11 Juni 2017 Penjualan keripik pisang aneka rasa terjual dalam kegiatan acara buka bersama bertempat di All In Resto.. 3) Kamis, 22 Juni 2017 Penjualan keripik pisang

Sistem penilaian di Perguruan Tinggi yang pada saat ini masih menggunakan cara manual, yaitu nilai mahasiswa yang telah dikoreksi oleh dosen diserahkan kepada

Setelah dilakukan penelitian pengola- han limbah cair crumb rubber dengan meng- gunakan lumpur aktif biakan campuran dari lumpur industri crumb rubber secara aerob dengan

Komunisme adalah sebuah teori atau sistem sosial berdasarkan persamaan yang sama antara kepemilikan masyarakat dan negara, dengan semua kegiatan ekonomi dan sosial