BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Proses dalam pembelian baju bekas impor, dapat diprediksi dengan mengetahui bagaimana perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Banyak para ahli mendefinisikan tentang perilaku konsumen seperti yang dikemukakan sebagai berikut.
Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli, menggunakan atau mengatur produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1997),
Ilmu perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil suatu keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu, termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu produk dan jasa.
Peter dan Olson (1999) menyatakan bahwa :
a. Perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu, kelompok konsumen dan lingkungan sosial akan selalu berubah.
b. Perilaku konsumen dipengaruhi pikiran antar manusia, perasaan, dan tingkah laku beserta lingkungannya.
Engel (1994), menyatakan bahwa:
Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melewati lima tahapan yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi, pembelian dan pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :
a. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi.
b. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.
c. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap/perilaku. Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen (2002:6) adalah studi
tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide.
Swastha dan Handoko (2000:10) mengatakan perilaku konsumen (consumer
behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan
tertentu.
Menurut Phillip Kotler (2001:202) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh
Table 2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Konsumen
Budaya Sosial Pribadi Psikologis
Pembeli
-Umur dan tahap siklus hidup
-Pekerjaan dan Situasi
ekonomi (pendapatan)
-Gaya hidup
-Kepribadian dan konsep diri
-Motivasi
-Presepsi
-Pengetahuan
-Keyakinan dan
sikap
Sumber: Kotler dan Amstrong (2001)
Dari pengertian di atas maka perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan
hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi
untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses
pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan
perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan
berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Produsen dapat
mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa
laku konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya sering tersembunyi jauh dalam benak
konsumen.
2.1.2. Alasan Berbusana
Beberapa hal mengapa orang memilih busana antara lain adalah:
2.1.2.1 Faktor Umur dan Tahap Siklus Hidup
Usia dan tahap siklus hidup, daur hidup seseorang berubah seiring dengan selera
konsumen, sehingga dalam memilih busana selalu memperhatikan usia karena mode untuk
anak-anak berbeda dengan mode untuk remaja. Konsumsi seseorang pada saat muda dan
bujangan akan berbeda dengan konsumsi seseorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai
anak. Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan
makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga
dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga
sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar sering menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap
daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap
tahap.
2.1.2.2 Pekerjaan dan Situasi Ekonomi (Pendapatan)
Jenis pekerjaan yang berbeda berpengaruh jauh pada perbedaan kebutuhan seseorang.
Misalnya kebutuhan busana seorang kuli bangunan berbeda dengan kebutuhan seorang
karyawan. Pekerja kasar tidak membutuhkan banyak kebutuhan. Berbeda dengan para
karyawan kantor yang memerlukan banyak kebutuhan seperti kemeja, jas, dasi, celana, sabuk
dan sepatu. Serta barang – barang pendukung lainnya untuk melakukan pekerjaanya. Pilihan
dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang serta kemampuan untuk meminjam dan sikap
terhadap kegiatan berbelanja atau menabung. Dalam hal ini harga poduk sangat berpengaruh
dalam menciptakan keputusan pembelian.
Pengertian Harga
Menurut William J. Stanton (1994) dalam Dinawan (2010:33), harga adalah
sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk atau jasa yang lainnya ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk satu harga yang
sama terhadap semua pembeli
Tjiptono (2005) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam
mempengaruhi ketertarikan beli, yaitu :
1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk
memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan
daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk
memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli
membandingkan harga dari beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi
dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai
faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana
pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif.
2.1.2.3 Gaya Hidup
Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002: 282), gaya hidup adalah
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan
pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola
hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam
membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama
pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis.
Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan
jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya
dari karakteristik konsumen.
Namun seperti yang dikatakan Lury (1998:9) bahwa sekalipun kemiskinan
menghalangi kemungkinan untuk berpartisipasi dalam konsumsi, namun hal itu tidak bisa
mencegah—dalam arti sesungguhnya mungkin menghasut—partisipasi dalam budaya
konsumen. Konsumsi gaya hidup bukan monopoli kaum berduit saja, sebab kaum miskin
sekalipun ikut berlomba-lomba mencicipi ‘kenikmatan’ bergaya, yaitu sebuah euforia
merayakan mode dan tren. Inilah yang dikatakan Lury sebagai proses reproduksi sosial.
Lury (1998:102) Perjuangan kelas bawah tersebut dimungkinkan terjadi karena
bergaya bagi manusia modern tidak hanya untuk menyembunyikan pribadi
(concealment), melainkan juga merupakan aksi untuk pelampiasan (unburdening). Adapun
bentuk-bentuk lifestyling tersebut menurut Lury (1998: 305) dapat terjadi dalam tiga macam
bentuk: 1) penyamaran (masquerade); 2) peniruan (imitation); dan
penggabungan(incorporsation).
Atas dasar itulah urusan gaya hidup bukan hanya milik golongan the have saja, sebab
meskipun dengan meniru-niru atau berpura-pura. Seperti halnya orang berduit juga bisa
berlagak miskin karena pilihan gaya.
2.1.2.4 Kepribadian dan Konsep Diri
Menurut Kotler (2006:140) Personality adalah karakteristik unik dari
psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan
orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi,
defensif, mudah beradaptasi, agresif.
Dalam Kotler (2003:212) Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan
perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut. Yang dimaksud
kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia (human psychological traits) yang khas
yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan
lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti
kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisai, pertahanan diri,
dan kemampuan beradaptasi.
Menurut Kotler dan Keler (2007:223) Kepribadian dapat menjadi variabel yang
sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Gagasan adalah bahwa merek
juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen mendefinisikan kepribadian merek
sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek
tertentu.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Seivina Ardiyani (2012) dengan judul “Disonansi
Kognitif Dalam Pemakaian Baju Sisa Impor ‘Awul-Awul’ “ penelitian ini bertujuan untuk
impor di masyarakat dengan menggunaka metode penelitian analisis deskriptif kualitatif.
Dengan melakukan wawancara penelitian ini memiliki hasil yaitu terjadinya pemikiranyang
inkonsisten pada mulanya disonansi (ketidaksukaan) namun berubah secara bertahap menjadi
suka karena rangsangan dari umum atau orang dekat. Penelitian ini merupakan penelitian
untuk ilmu komunikasi, namun hasil dari penelitian ini dapat diterapkan kedalam ilmu bisnis
karea dapat merangsang ketertarikan seseorang untuk menggunakan suatu produk.
Penelitian tentang keputusan membeli pakaian juga dilakukan oleh Enny Zuhni
Khayati dan Kapti Asiatun (2008) dengan judul “Ketertarikan Konsumen Terhadap Produk
Busana Dari Bahan Sutera ATBM dengan Stilasi Motif Batik Modern dan Manipulating
Fabric di Daerah Istimewa Yogyakarta” untuk mengungkap dan menganalisis tingkat
ketertarikan (kesukaan) konsumen terhadap busana dari bahan sutera ATBM dengan stilasi
motif batik modern dan manipulating fabricdilihat dari segi: jenis bahan, motif, desain,
warna, hiasan, kualitas jahitan, dan total look. Dengan sampel remaja dan dengan metode
penelitian survei dengan pendekatan deskriptif yang disajikan dalam bentuk persentase. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa remaja lebih menyukai model baju batik yang
mempunyai kesan casual tetapi sangat girly dan dapat digunakan untuk berbagai gaya
penampilan, sehingga sangat menghemat dana belanja busana.
Ari Luhur Sasangka (2010) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Minuman Energi (Studi Kasus Pada
Extra Joss Di PT. Bintang Toedjoe Cabang Semarang)” tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui perilaku konsumen yang terdiri dari faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis
terhadap keputusan untuk membeli extra joss. Dan faktor mana yang paling dominan
terhadap keputusan masyarakat untuk membeli produk minuman energi. Data Diperoleh
perhitungan korelasi product moment . ujia reliabilitas dengan menggunakan SPSS.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa dari keempat faktor (kebudayaan,
sosial, pribadi dan psikologis) yang paling banyak mempengaruhi keputusan konsumen untuk
membeli minuman energi adalah faktor kebudayaan.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan telaah pustaka di atas dapat dibuat kerangka pemikiran dalam penilitian ini
sebagai berikut :
Variabel yang mempengaruhi
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Atau Konsep
Keterangan :
1. Y : Keputusan Pembelian baju bekas impor
2. X1 : Variabel Faktor Umur dan Tahap Siklus Hidup
3. X2 : Variabel Faktor pekerjaan dan situasi ekonomi (pendapatan)
4. X3 : Variabel Gaya Hidup
5. X4 : Variabel kepribadian dan konsep diri X1
X2
X3
X4
Berdasarkan model, penulis bisa mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
Hl: Diduga ada pengaruh positif antara variabel Faktor umur dan tahap siklus hidup dengan
keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor
H2: Diduga ada pengaruh positif antara variabel faktor pekerjaan dan situasi ekonomi
(pendapatan) dengan keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor
H3: Diduga ada pengaruh positif antara variabel faktor gaya hidup dengan keputusan
konsumen dalam pembelian baju bekas impor.
H4: Diduga ada pengaruh positif antara variabel kepribadian dan konsep diri dengan
keputusan konsumen dalam pembelian baju bekas impor