• Tidak ada hasil yang ditemukan

LISENSI SEBAGAI ALTERNATIF STRATEGI BISN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LISENSI SEBAGAI ALTERNATIF STRATEGI BISN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROCEEDING INTERNATIONAL CONFERENCE OF COMMUNICATION, INDUSTRY AND COMMUNITY

Cetakan ke-1, Februari 2016 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau

Seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Editor:

Widayatmoko, Septia Winduwati

Desain dan tata letak: Xenia Angelica

Cetakan ke-1, Jakarta, FIKom UNTAR 2016 ix-385 hlm, ukuran 7,17 x 10,12 inch

ISBN: 978-602-74139-1-7

Diterbitkan oleh:

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S. Parman No. 1

(2)

ii

PROCEEDING INTERNATIONAL CONFERENCE OF COMMUNICATION, INDUSTRY AND COMMUNITY

Reviewer: Ahmad Djunaidi

Asep Muhtadi Atwar Bajari

Chairy Dorien Kartikawangi

Eko Harry Susanto Endah Murwani

I Nengah Duija Juliana Abdul Wahab Kurniawan Hari Siswoko

(3)

iii

KATA PENGANTAR

International Conference of Communication, Industry and Community atau ICCIC mengajak untuk melihat fenomena dan realitas sosial. Pertumbuhan pesat di sektor ini telah bersinggungan dengan praktek perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang bersinggungan dengan praktik perkembangan media industri serta komunitas di kehidupan masyarakat yang sangat dinamis. Ilmu komunikasi tidak dapat disangkal memiliki kontribusi besar pada perkembangan bisnis dan usaha bidang industri, baik di segi pemasaran, pengembangan branding dan image serta pembangungan masyarakat.

Pada kesempatan ini International Conference Of Communication, Industry And Community mengundang seluruh akademisi; praktisi baik dari pihak industri komersial, pihak pemerintah dan praktisi media; mahasiswa, dan peneliti, untuk berpartisipasi dalam Call For Paper ICCIC 2016. Penyelenggaraan International Conference Of Communication, Industry And Community dapat terselenggara berkat kerjasama antara Fakulras Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara berkolaborasi dengan Universiti Sains Malaysia dan Institut Hindu Dharma Negeri di Bali. Subtema dalam International Conference Of Communication, Industry And Community adalah media industry, Public Relations, communication & community, marketing communication, communication tourism industry and creative economy.

Setiap paper yang masuk ke dalam prosiding ICCIC telah melalui serangkaian proses review oleh tim reviewer yang berasal dari delapan institusi berbeda. Jumlah paper yang diterima dalam ICCIC 2016 berjumlah 135 paper yang dibagi kedalam empat jilid buku prosiding.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Universiti Sains Malaysia dan Institut Hindu Dharma Negeri, pihak sponsor, media partners, tim reviewer, Pimpinan Universitas, dan panitia yang telah bekerja keras untuk mewujudkan konferensi ini terlaksana.

Ketua Pelaksana ICCIC 2016

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Suatu kehormatan bagi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara untuk dapat menyelenggarakan acara International Conference Of Communication, Industry And Community berkolaborasi dengan Universiti Sains Malaysia dan Institut Hindu Dharma Negeri. Konferensi internasional ini diselenggarakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan berbagi pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Komunikasi.

Dewasa ini, Ilmu Komunikasi menjadi salah satu kajian yang semakin menarik perhatian khalayak terlebih lagi dengan hadirnya media baru sebagai salah satu sarana potensial dalam meningkatkan peradapan manusia di berbagai aspek kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa Ilmu Komunikasi telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan industri dan masyarakat.

Di industri media selain perkembangan media arus utama (mainstream) kemunculan portal media online menunjukkan pemanfaatan konvergensi media yang banyak diminati khalayak. Media baru serta pengaplikasian Ilmu Marketing Komunikasi juga dimanfaatkan oleh pihak industri, baik industri kecil, menengah maupun besar guna meningkatkan pelayanan dan memaksimalkan eksistensinya di dunia persaingan bisnis sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di kalangan masyarakat, Ilmu Komunikasi dianggap mampu untuk membedah isu-isu sosial dan budaya yang ada. Ilmu Komunikasi juga dimanfaatkan untuk mengembangkan komunitas yang kuat dan mampu bersaing di dunia internasional.

Pada kesempatan ini, selayaknya saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung terlaksananya acara ini – pimpinan Universiti Sains Malaysia dan Institut Hindu Dharma Negeri, pihak sponsor, media partners, tim reviewer, Pimpinan Universitas, dan panitia yang telah bekerja keras untuk mewujudkan konferensi ini terlaksana.

Plh Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UNTAR.

(5)

v

PANITIA ICCIC

Penanggung Jawab : Dr. Eko Harry Susanto, M.Si Ketua Steering Committee : Drs. Widayatmoko, MM, M.Ikom Wakil Ketua SC : Dr. Riris Loisa, M.Si

Panitia Pelaksana

Ketua : Dra. Suzy S. Azeharie, M.A., M.Phil Wakil Ketua : Septia Winduwati, S,Sos., M.Si

Sekretaris : Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos., M.Si

Bendahara : Candra Gustinar

Koordinator Humas : Yugih Setyanto, S.Sos, M.Si Sponsorship dan LO : Wulan Purnama Sari, S.Ikom., M.Si Publikasi & Dokumentasi : Xenia Angelica Wijayanto, S.H., M.Si Koordinator Acara : Sinta Paramita, SIP, MA

(6)

vi

DAFTAR ISI

REVIEWER i

KATA PENGANTAR Ketua Panitia ICCIC ii

KATA PENGANTAR Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UNTAR iii

PANITIA ICCIC iv

Lokalisasi Sistem Penyiaran Di Aceh: Analisis Terhadap Harapan, Peluang Dan Tantangan

Hamdani M. Syam, Khairulyadi, Bukhari 1 – 17

Lisensi Sebagai Alternatif Strategi Bisnis Media Cetak Olahraga Di Indonesia

Narayana Mahendra Prastya 18 – 30

Manajemen Radio Islam: Pergulatan AntaraIdeologi Dan Eksistensi

Puji Hariyanti 31 – 42

Logika Jangka Pendek Jurnalisme Online (Studi Kasus Replubika Online)

Ratna Puspita 43 – 57

Dampak Penggunaan Smartphone Pada Perubahan Perilaku Anak

Taufik Suprihatini 58 – 68

Situs Online Dating Sebagai Sarana Membangun Hubungan Romantis Berkomitmen

Reni Dyanasari, Tatya Mutiara Annisa 69 – 79

Gaya Hidup Dan Perilaku Seksual Pengguna Cybersex (Studi Kasus: Pada Mahasiswa Di Kota Padang)

Elva Ronaning Roem 80 – 93

Fenomena Perilaku Narsisme Di Instagram (Studi Fenomenologi Laki-Laki Metroseksual)

Welly Wirman, Emia Vintanta Kb, Eoudia Stefanie 94 –104

Ujaran Kebencian: Membangun Literasi Era Digital

(7)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

18

LISENSI SEBAGAI ALTERNATIF STRATEGI BISNIS MEDIA CETAK OLAHRAGA DI INDONESIA

Narayana Mahendra Prastya

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

nara.prastya@gmail.com

Abstract

Sports print media business in Indonesia decline in recent years. In the last two years, a number of sports print media ended their publication. In general, print media at the national level is decline. But at the local level, the print media business still has good prospects. In the narrower context, public interest to local sports news quite high. This is an opportunity for sport print media business development. This paper discuss the business strategies that may be applied by the national sport print media in order to reach local market. The data in this study using literature sources related to sports media and media management. The authors give recommendations that licensing strategies can be an alternative print media sports business strategy in Indonesia. In this strategies, national sport print media become licensor for local media. Licensing strategies have excess financial savings and do not require strict supervision. National sport print media does not need to spend much money to cover the issue of local issues. Instead the local media that are partners obtain news national news on a regular basis. The challenge is the difference in the quality of its resources and potential conflicts of distribution of profits that may arise.

Keywords: media business, media management, print media, sports media

Abstrak

(8)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

19

biaya untuk meliput isu isu lokal. Sebaliknya media lokal yang menjadi partner memperoleh berita berita nasional secara rutin. Tantangannya adalah perbedaan kualitas sumber daya yang dimiliki serta adanya potensi konflik tentang pembagian keuntungan yang mungkin muncul.

Kata kunci: bisnis media, manajemen media, media cetak, media olahraga

Pendahuluan

Masyarakat Indonesia sangat menyukai olahraga. Sepakbola, bulutangkis, olahraga otomotif (MotoGP atau balap mobil), basket, merupakan cabang olahraga yang cukup digemari. Dengan situasi tersebut, maka asumsinya bisnis hal hal seputar olahraga memiliki prospek yang bagus, karena sudah pasti banyak konsumennya.

Kegemaran akan olahraga bakal meningkatkan kebutuhan informasi mengenai olahraga. Kebutuhan informasi merupakan lahan bisnis bagi media. Bagi media, konten olahraga merupakan salah satu tema yang menjajikan pembaca dalam jumlah yang besar.

Itu berarti, bisnis media olahraga cukup menjanjikan, karena dalam beberapa tahun terakhir, bermunculan media media olahraga dalam berbagai platform. Dalam platform media cetak misalkan, harian olahraga mulai menggeliat dengan kehadiran harian BOLA dan Tribun Super Ball dalam kurun waktu 2013 dan 2014. Sebelumnya TopSkor, terbit perdana tahun 2005, “sendirian” di pasar harian olahraga.

Dalam platform online, bermunculan media yang mengkhususkan diri untuk berita olahraga, seperti msports.net, sportsatu.com, juara.net dan bola.com. Media asing pun ikut meramaikan kompetisi media online olahraga di Indonesia. Contohnya Goal Indonesia, yang merupakan salah satu edisi dari situs induk Goal. Pengelola Goal adalah Perform Group, perusahaan multimedia sports content berbasis internet dan platform digital asal Inggris. Goal telah berkembang dengan cakupan lebih dari 200 negara dan memiliki 36 edisi dalam 17 bahasa termasuk Indonesia (Mariatna, 2014: 3).

Namun kenyataannya bisnis media olahraga tidak semulus yang diperkirakan. Dalam dua tahun terakhir yakni 2014 dan 2015, setidaknya ada dua media cetak olahraga di Indonesia berhenti terbit, yakni tabloid Soccer dan harian olahraga Bola. Sebagai tambahan informasi, tutupnya tabloid Soccer juga diikuti dengan penghentian operasional dari website www.duniasoccer.com, website berita sepakbola yang juga dikelola oleh redaksi tabloid Soccer. Untuk harian Bola, harian tersebut berusia tidak sampai tiga tahun dari sejak edisi perdana diluncurkan. Di dunia pertelevisian misalkan, tayangan Sport7 pagi di stasiun televisi Trans7 sudah tak lagi mengudara sejak Oktober 2014. Penyebab Soccer dan Sport7 berhenti, karena secara bisnis dipandang sudah tidak menguntungkan lagi (Hasbi, 2014).

(9)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

20

memunculkan pesaing berupa alternatif media-media baru yang lebih diminati karena lebih mudah dan murah. Namun di sisi lain, media cetak dipandang masih memiliki peluang untuk menggarap pasar pembaca yang belum terkena penetrasi internet.

Data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka yang berasal dari media-media olahraga serta literatur mengenai manajemen media. Dari studi kepustakaan kemudian penulis mencoba memberikan masukan mengenai strategi bisnis apa yang dapat digunakan bagi media cetak olahraga di Indonesia.

Dari hasil pembahasan tersebut, penulis menyimpulkan sebuah gagasan bahwa strategi lisensi dapat menjadi salah satu alternatif bagi bisnis media cetak olahraga di Indonesia. Lisensi memiliki kelebihan lebih menghemat biaya dan tidak memerlukan pengawasan yang ketat. Media cetak olahraga nasional tidak perlu mengeluarkan biaya untuk meliput isu isu lokal. Sebaliknya media lokal yang menjadi partner memperoleh berita berita nasional secara rutin. Tantangannya adalah perbedaan kualitas sumber daya yang dimiliki serta adanya potensi konflik tentang pembagian keuntungan yang mungkin muncul.

Tinjauan Pustaka

Perkembangan Bisnis Media Cetak Olahraga di Indonesia

Semenjak reformasi tahun 1998, ratusan surat kabar baru muncul. Jika pada tahun 1997 tercatat 167 surat kabar, pada tahun 2008 jumlah ini berkembang pesat menjadi 515 surat kabar. Atau dengan kata lain, terjadi kenaikan sebesar 208% dari segi jumlah pemain pasar. Namun, lain lagi jika bicara mengenai audience share atau dalam terminologi media cetak disebut readership. Meskipun jumlah pemain pasar atau produsen naik signifikan, jumlah konsumen atau pembaca surat kabar dari tahun 1998 ke 2008 justru mengalami penurunan 2,6% sebanyak 300 ribu orang. Industri yang berada pada fase decline adalah industri surat kabar. Penurunan performa surat kabar dipengaruhi oleh faktor perkembangan teknologi yang memunculkan pesaing berupa alternatif media-media baru yang lebih diminati karena lebih mudah dan murah (Nastiti, 2011: 25)

Kehadiran internet dianggap merupakan salah satu penyebab media cetak surat kabar menjadi tersisih. Namun, perlu diingat bahwa penetrasi internet belum menjangkau mayoritas penduduk di Indonesia. Penetrasi Internet di Indonesia pada Agustus 2013 yang masih berkisar antara 40 juta - 85 juta pengguna (penetrasi Internet di Indonesia sebesar 16,7 - 35,4 persen); sedangkan jumlah oplah/tiras seluruh media cetak di Indonesia mencapai 21 juta eksemplar (artinya tingkat penetrasi media cetak di Indonesia baru mencapai 8,75 persen); sedangkan komposisi penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta jiwa; masih terbuka peluang bisnis untuk mengembangkan industri media cetak di Indonesia (Supadiyanto, 2013: 691).

(10)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

21

Liga Champions Eropa, balap MotoGP, SEA Games, atau event di mana Indonesia ikut serta di dalamnya.

Contohnya Kompas merupakan harian dengan mengangkat pemberitaan-pemberitaan umum— yang mencatat sejarah dengan mencapai tiras 500 ribu lembar, berkat pemberitaan Piala Dunia 1986. Tidak hanya pemberitaan, apabila Kompas membikin kuis mengenai Piala Dunia, bisa ada satu juta kartu pos pengirim jawaban yang masuk (Hasbi, 2014).

Mundur sekitar 60 tahun ke belakang, surat kabar lokal Yogyakarta, Kedaulatan Rakyat pada tahun 1962 menerbitkan “Madjalah Sport” yang memiliki tagline “Madjalah Lembaran Berisikan Chusus Olah-Raga”. Majalah yang terbit setiap Selasa itu mematok biaya Rp8,5 per bulan bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya yang ingin berlangganan. “Madjalah Sport” terbit karena jumlah halaman berita olahraga yang hanya satu halaman yang dimiliki oleh Kedaulatan Rakyat saat itu. Space tersebut dirasa kurang untuk menampung berita berita olahraga yang ada (Hasbi, 2014).

Berita olahraga hadir di media cetak baik itu media cetak yang membahas semua berita (koran umum) dan media cetak yang membahas khusus mengenai olahraga. Di Indonesia, semua harian memiliki rubrik khusus olahraga sebanyak 2-4 halaman. Sementara media cetak yang membahas khusus mengenai olahraga, pada umumnya berformat tabloid atau majalah. Untuk format tabloid atau majala misalkan ada tabloid BOLA, majalah Main Basket, hingga beberapa produk asing berbahasa Indonesia seperti Four Four Two atau Inside United.

Top Skor merupakan pionir dan salah satu harian khusus olahraga yang masih eksis hingga saat ini. Top Skor mencuri perhatian ketika berada di posisi 4 readership share surat kabar dengan jumlah 745 ribu pembaca di tahun 2007. Sebagai surat kabar baru (terbit perdana tahun 2005), Top Skor langsung mampu merebut pembaca sebesar 8%. Keberhasilan tersebut diasumsikan akibat genre yang diambilnya. Dengan genre koran olahraga, Top Skor mampu membidik target pasar yang spesifik, yaitu para penikmat olahraga (Nastiti, 2011:6).

Kompetisi harian olahraga mulai menggeliat dengan kehadiran harian BOLA dan Tribun Super Ball dalam kurun waktu 2013 dan 2014. Harian BOLA merupakan produk baru dari tabloid olahraga BOLA, sementara Tribun Super Ball adalah produk baru dari harian umum Tribun. Sebelumnya Super Ball merupakan nama rubrik olahraga di harian Tribun. Mulai tahun 2014 Super Ball dijual terpisah, dan rubrik olahraga di harian umum Tribun berubah nama menjadi Super Sport. Harian BOLA dan Super Ball membuat Top Skor yang selama hampir sepuluh tahun menjadi pemain tunggal, menjadi memiliki pesaing. Fokus dari BOLA dan Top Skor adalah pembaca di kawasan Jabodetabek dan Jawa Barat, sementara Super Ball berusaha meraih pasar di berbagai kota di Indonesia dengan cara menyajikan berita sepakbola lokal (Anshari “& Prastya, 2014; Pramesti, 2014).

(11)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

22

sembari menjelaskan bahwa sebenarnya mereka sudah unggul dalam penguasan pasar dibanding “dua produk serupa” dan telah menjadi “market leader di harian olahraga nasional” (“Notasi Redaksi” harian BOLA edisi No.III/118, Sabtu-Minggu 31 Oktober-1 November 2015, hal.11. Edisi tersebut merupakan edisi terakhir harian BOLA). BOLA sendiri masih memiliki produk media cetak berupa tabloid yang terbit setiap hari Kamis. Selepas mengakhiri Harian BOLA, BOLA kembali menghidupkan BOLA edisi Sabtu mulai 7 November 2015

Pasar Lokal bagi Masa Depan Media Cetak

Di era digital, surat kabar diperkirakan akan mati. Di Amerika Serikat, hal tersebut sudah mulai terjadi. Di Indonesia, mungkin terlalu dini untuk mengatakan itu. Tetapi kejadian di mana harian Bola berhenti terbit; atau dalam situasi yang menimpa harian umum misalkan saat harian Jurnal Nasional dan Jakarta Globe berhenti terbit, juga bisa dipahami sebagai pertanda bahwa surat kabar tengah menuju kematian.

Namun nada optimistis tetaplah ada. Yang akan tutup memang surat kabar dengan cakupan nasional. Tetapi bagi surat kabar lokal, kondisinya justru sebaliknya. Bisa dikatakan, pasar lokal merupakan masa depan bagi surat kabar.

Di Indonesia ada pergeseran model distribusi dari koran nasional ke koran regional. Di medio awal tahun 2000-an, koran regional naik dari 20 judul menjadi 138 judul. Koran nasional yang didistribusikan antarkota dan antarpropinsi bersaing dengan koran regional yang diterbitkan hanya dalam kota di lingkup propinsi (Adiprasetyo, 2007: 240-241)

Data Serikat Penerbit Suratkabar SPS (tahun 2007-2008) menujukkan bahwa media cetak tetap menjadi fenomena kota-kota besar. Sebanyak 71% media cetak beredar di Jakarta, dan hanya 29% beredar di luar Jakarta (Siregar, 2010: 13-14). Sementara data dari Media Scene (tahun 2008) menunjukkan

Karena pertumbuhan media cetak dalam sepuluh tahun terakhir masih terpusat di kota besar, berarti kota kota kecil merupakan potensi pasar yang dapat dikembangkan bagi penerbitan media cetak. Menurut Rahayu (2010) isu lokal dipandang penting dalam kajian ekonomi dan manajemen media karena lokal merupakan lokasi di mana praktek konkrit media terjadi. Di level ini interaksi antara media dengan audiens berlangsung. Di Malaysia dan Singapura misalkan, institusi media lokal melakukan adaptasi format terhadap program asing agar lebih sesuai dengan konteks Asia dan selera lokal. Di wilayah lokal, produk media lokal mendominasi pasar dibandingkan dengan produk asing. Dominasi tersebut terutama adalah berita dan hiburan (hal. 49-51).

(12)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

23

cukup besar, yakni sekitar Rp 1-2 juta rupiah per hari (Wangkar, 2013: 122). Secara khusus mengenai media olahraga, sudah banyak sekali situs berita/media online berbahasa Indonesia yang mengangkat berita olahraga luar negeri. Bahkan untuk konteks sepakbola, sejumlah klub sepakbola dari Eropa seperti Juventus, Inter Milan, Arsenal, dan lain lain telah memiliki website resmi dan/atau media sosial resmi yang berbahasa Indonesia..

Namun begitu konten lokal ini belum digarap secara baik oleh harian olahraga di Indonesia. Harian harian olahraga di Indonesia lebih sering menjadikan sepakbola Eropa sebagai berita utama sekaligus konten berita yang paling dominan.

Padahal tuntutan untuk berita olahraga lokal cukup tinggi. Faktor inilah yang akhirnya membuat media lokal menggunakannya untuk meraih sebuah keuntungan. Akhirnya media lokal banyak membuat rubrik olahraga menjadi rubrik dengan space banyak halaman disertai grafis serta warna-warna yang menarik. Peranan media lokal dinilai penting dalam memberikan informasi pada masyarakat termasuk dalam olahraga. Pengambilan isu-isu spesifik di tingkat lokal memberikan variasi sendiri dan sangat cocok untuk masyarakat yang memiliki kedekatan geografis serta emosional di daerah tersebut (Pramesti, 2014: 83-86).

Hasil Temuan dan Diskusi

Tantangan Menembus Pasar Lokal bagi Media Cetak Olahraga di Indonesia

Animo masyarakat tentang berita olaharaga lokal, teruama sepakbola, sangat tinggi. Batasan lokal dalam konteks sepakbola adalah batas geografis. Keberadaan kompetisi berbasis kedaerahan melahirkan keterbentukan jejaring pengelola klub, ofisial, pemain, penonton, atas dasar simpul-simpul geografis (Junaedi, 2014: 10-13).

Bagi masyarakat, berita tentang tim dari kota asal mereka, itu lebih penting daripada berita mengenai tim tim besar dari kota lain. Sekali pun tim tersebut tidak berlanga di kompetisi kasta tertinggi, tidak memiliki pemain bintang, dan minim atau bahkan tidak memiliki prestasi (Anshari & Prastya, 2014).

Tidak mudah bagi media nasional untuk menembus pasar lokal. Bahkan kompetisi yang terjadi dengan media lokal pun bisa menjurus ke persaingan tidak sehat (Wangkar, 2013: 108). Harian BOLA mengklaim memiliki brand yang kuat. Brand Bola memang pemain lama di bisnis media cetak olahraga, karena sudah terbit sejak 1984 sebagai tabloid. Namun saat menyajikan produk baru berupa harian, mereka menghadapi tantangan yang besar (Anshari & Prastya, 2014).

(13)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

24

Dari segi penyajian harian BOLA juga berbeda dengan tabloid BOLA. Harian BOLA menyajiakan berita dengan format straight news, menggunakan kata kata yang ringkas, panjang berita lebih singkat, dan menampilkan lebih banyak foto, ilustrasi, tabel, serta infografis. Singkatnya, harian BOLA berformat view paper. Ini berbeda dengan tabloid BOLA yang lebih banyak menyajiakn berita berupa ulasan, berita yang disajikan juga lebih panjang daripada harian, dan menggunakan format penulisan news story. Tidak jarang wartawan tabloid BOLA juga memberikan interpretasinya terhadap fakta yang diberitakan.

Yang menjadi tantangan bagi tabloid BOLA adalah SDM di bagian redaksi, di mana edisi tabloid dan edisi harian dikerjakan oleh orang yang sama. Yang membedakan hanyalah posisi-posisi personelnya, misalkan di harian menjabat sebagai Redaktur namun di tabloid menjabat sebagai reporter begitu pula sebaliknya. SDM di redaksi BOLA sendiri memiliki basic pola kerja sebagai tabloid. Meski sama-sama media cetak, namun pola kerja tabloid dan harian tentu saja berbeda, dan membutuhkan pendekatan yang berbeda.

Kesulitan juga dialami oleh TopSkor. Status sebagai pionir harian olahraga di Indonesia, tidak membuat mereka bisa dengan mudah menembus pasar lokal. TopSkor sejauh ini baru bisa menembus pasar di kota Bandung dan sekitarnya. Sementara di kota lain, Yogyakarta misalkan, TopSkor dijual dengan harga promosi yakni Rp 2.500,00. Padahal, di header TopSkor tertulis, harga jual Rp 4.000,00 di luar kawasan Jabodetabek dan Bandung (Anshari & Prastya, 2014)

Sebagian besar dari harian olahraga tersebut merupakan media nasional. Untuk menembus pasar lokal, mereka menghadapi tantangan besar karena sudah ada pemain lama, yakni media media lokal. Tentu saja logika penentuan kelayakan berita, atau nilai berita antara media nasional dan media lokal bakal berbeda.

(14)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

25

Satu terobosan dilakukan oleh Tribun Super Ball, yakni dengan menghadirkan halaman khusus berita sepakbola lokal di mana Tribun Super Ball tersebut terbit (Pramesti, 2014: 79). Berita tersebut ditempatkan di halaman belakang. Jadi contohnya, halaman terakhir Tribun Super Ball yang terbit di kawasan D.I.Yogyakarta akan berisi berita mengenai PSS Sleman, PSIM Yogyakarta, dan/atau Persiba Bantul; halaman terakhir Tribun Super Ball yang terbit di kawasan Jawa Tengah akan menyajikan berita mengenai Persis Solo, PSIS Semarang, PPSM Magelang, dan/atau PSCS Cilacap; dan sebagainya.

Keunggulan Lisensi bagi Pengembangan Bisnis Media Cetak Olahraga Nasional

Dalam profil perusahaan TopSkor tertulis “...sedang mencari mitra usaha untuk mengembangkan pasarnya baik dukungan iklan dan distribusi”. Point menarik kalimat tersebut yakni “mencari mitra usaha untuk mengembangkan pasar” (http://topskor.co.id//halaman/hal/tentang-kami, diakses 13 November 2015). Bagi harian olahraga nasional, merebut pasar lokal tentu tidak bisa sendirian. Sendirian artinya membangun kantor biro perwakilan di kota lain, kemudian mengupayakan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengelola kantor biro perwakilan tersebut, mencari iklan sendiri, melakukan riset pasar secara rutin, dan lain-lain. Aktivitas aktivitas tersebut tentu saja menuntut biaya, tenaga, dan waktu yang tinggi. Hal tersebut tentu secara bisnis kurang menguntungkan.

Ketika media nasional memutuskan untuk mengelola media lokal sendiri, maka tantangan yang dihadapi adalah efisiensi pengelolaan. Salah satu konsekuensinya adalah standar gaji karyawan sangat rendah, lebih rendah dari kualifikasi karyawan itu sendiri. Perlu menunggu hingga keuntungan akhir tahun untuk memperoleh gaji yang minimal sesuai kebutuhan. Bagi perusahaan, butuh waktu setidaknya lima tahun untuk meraih laba (Wangkar, 2013: 112, 122-123).

Itu sebabnya media nasional membutuhkan mitra, yang dapat memudahkan kerja dari harian olahraga nasional dari segi SDM, distribusi, iklan, dan perluasan pasar. Namun kerjasama dengan mitra juga bukan hal yang mudah. Kerjasama antara Kompas dengan Sriwijaya Post misalkan, diwarnai problem tentang manajemen SDM dan pengelolaan keuangan. Dalam hal manajemen SDM, kerjasama itu membuat posisi-posisi penting diisi orang-orang dari Kompas Gramedia. Dalam pengelolaan keuangan, pihak Kompas Gramedia berkehendak untuk menangani hal tersebut karena mereka adalah pemegang saham mayoritas. Kondisi ini membuat pemegang saham lain merasa dirugikan. Di internal, karyawan pun terpecah. Singkatnya, permasalahan itu berujung pada konflik (Wijaya, 2013: 170-175).

(15)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

26

memiliki memiliki akses permodalan untuk berbagi biaya dengan franchisee dengan resiko yang relatif lebih rendah. Hal ini menguntungkan bagi franchisor untuk melakukan ekspansi (Sudarmiatin, 2011: 4).

Adanya strategi bisnis lisensi tidak perlu membuat media cetak olahraga nasional harus mengeluarkan biaya untuk mendirikan biro daerah, atau mengirim wartawan untuk mencari liputan di daerah secara rutin. Strategi lisensi dapat menekan biaya operasional dan biaya untuk Sumber Daya Manusia. Dengan lisensi, berita berita lokal langsung mendapat pasokan dari media lokal yang menjadi partner. Berita yang dihasilkan dari partner media lokal pun bisa lebih baik, karena dilakukan oleh para wartawan media lokal tersebut -- yang asumsinya sudah paham tentang isu isu apa yang menarik untuk dikembangkan.

Keuntungan tak semata diperoleh media cetak olahraga nasional selaku pemberi lisensi. Bagi media lokal yang menjadi mitra, bisnis lisensi juga menguntungkan mereka untuk memperoleh berita berita nasional secara eksklusif. Di samping secara konten, kehadiran lisensi dari media nasional dapat meningkatkan nama/merk dari media lokal tersebut.

Melalui strategi bisnis lisensi, media cetak olahraga nasional juga tidak perlu terlalu disibukkan melakukan fungsi pengawasan secara ketat terhadap partner bisnis, karena perjanjian lisensi tidak harus menuntut hubungan yang erat dan berkesinambungan dari kedua belah pihak. Relatif longgarnya fungsi pengawasan, membuat media cetak olahraga nasional selaku pemberi lisensi dapat menghemat biaya (sebagai perbandingan fungsi pengawasan di bisnis jaringan media daerah, baca Wangkar, 2013: 111). Lisensor (pemberi lisensi) jarang meminta ataupun mendapatkan kewenangan pengawasan operasional yang setingkat dengan kewenangan pengwaralaba (franchisor) (Khumarga, 2002: 20)

Lisensi sebenarnya bukan hal asing dalam media olahraga di Indonesia. Contohnya majalah Liga Italia yang bekerjasama dengan majalah Football Italia dan selanjutnya Guerin Sportivo (keduanya dari Italia); Planet Football yang bekerjasama dengan majalah sepakbola Don Balon (Spanyol) (Hasbi, 2014). Sebagai catatan, majalah Liga Italia dan Planet Football saat ini sudah tidak terbit.

Saat ini harian olahraga nasional yang masih melakukan kerjasama berupa lisensi adalah TopSkor, dengan La Gazzetta dello Sport (Italia) dan MARCA (Spanyol). Kerjasama ini membuat TopSkor memperoleh berita berita dan ulasan eksklusif mengenai sepakbola Italia dan Spanyol dari dua mitra kerja tersebut. Itu sebabnya berita berita tentang Liga Italia, Liga Spanyol, menjadi menu utama dari TopSkor. Kerjasama lisensi ini membuat TopSkor tidak perlu menambah sumber daya manusia untuk memperkuat harian mereka, terutama untuk meng-cover berita berita luar negeri. Wartawan internal TopSkor dapat fokus untuk berita berita olahraga di Indonesia. Dari sisi ekonomis, hal tersebut akan meningkatkan keuntungan dalam hal bisnis redaksional (Anshari & Prastya, 2014)

(16)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

27

dalam penyajian berita terutama dari Italia dan Spanyol. Pasalnya, wartawan olahraga di Eropa pada umumnya tidak sekadar menyajikan fakta, namun juga memberikan analisis secara mendalam dari berbagai sudut pandang. Dalam istilah jurnalistik olahraga, mereka adalah pundit. Tentunya analisis ini akan berbeda jika dibandingkan analisis yang dilakukan oleh wartawan internal TopSkor, dengan mengandalkan sumber sumber dari internet.

Kelemahan, Hambatan dan Tantangan dalam Strategi Bisnis Lisensi

Secara konseptual, strategi bisnis lisensi menguntungkan. Bagi pemberi lisensi, mereka akan lebih irit biaya. Namun yang harus diwaspadai adalah strategi ini juga bukannya tanpa cacat. Data tentang bisnis waralaba dan lisensi di Indonesia (tahun 2009) menunjukkan rata-rata pertumbuhan bisnis franchise lokal mencapai 8-9% per tahun, sedangkan franchise asing 12-13% per tahun. Namun perbedaan tingkat kegagalan dari keduanya sangat mencolok yaitu sebesar 50-60% untuk franchise lokal dan hanya 2-3% untuk franchise asing. Hal ini menunjukkan bahwa antusias masyarakat untuk membuka bisnis franchise belum dibarengi dengan kehati-hatian dan kejelian dalam pengelolaan (Sudarmiatin, 2011: 4).

Tantangan yang mungkin muncul adalah adanya “jarak” antara harian olahraga nasional selaku pemberi lisensi dengan harian lokal selaku penerima lisensi. “Jarak” tersebut muncul dalam hal strategi bisnis, kualitas dari sumber daya yang dimiliki mencakup: sumber daya manusia, sumber daya teknologi, metode atau cara dalam bekerja, dan lain-lain. Tantangan lain adalah secara kultural media nasional masih “enggan” (misal baca Armando, 2011: 166-168) bekerjasama dengan media lokal karena adanya berbagai perbedaan tersebut.

Selanjutnya adalah

Upaya untuk Memanfaatkan Peluang Lisensi

Meskipun pengawasan tidak terlalu ketat dan tidak perlu mengadakan SDM, pemberi lisensi hendaknya tetap memberikan dukungan kepada pemegang lisensi, baik itu di fase awal kerjasama atau pun ketika kerjasama tengah berjalan. Bentuk bentuk dukungan ini dapat mengadopsi dari sistem waralaba (Sudarmiatin, 2011: 21-22).

Media cetak olahraga nasional selaku pemberi lisensi perlu juga memberikan pelatihan bagi sumber daya manusia di redaksi media lokal yang menjadi mitra. Secara teknik jurnalistik, sebenarnya pelatihan tidak terlalu perlu dilakukan. Asumsinya, SDM di media lokal yang menjadi mitra sudah mengetahui teknik dasar jurnalistik.

(17)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

28

nantinya. Dengan adanya peningkatan kualitas kerja, maka otomatis harian olahraga nasional yang menjadi pemberi lisensi dapat lebih mudah dalam mengawasi.

Pelatihan juga bisa diperluas ke unit unit organisasi media di luar redaksi, pelatihan untuk riset pemasaran dan konsumen, pengembangan teknologi informasi IT, workshop menyusun perencanaan pengembangan bisnis, workshop pengelolaan komunikasi pemasaran terpadu, dan sebagainya. Bagi media lokal, ini bermanfaat karena mereka mendapatkan ilmu tambahan tentang pengelolaan media nasional.

Simpulan

Minat masyarakat terhadap berita olahraga cukup tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh industri media untuk memperoleh keuntungan finansial. Melalui pemberitaan mengenai olahraga, perusahaan media punya peluang untuk meningkatkan jumlah pembaca/penonton.

Peluang tersebut juga dimiliki oleh media cetak. Di waktu lalu, berita olahraga terbukti sukses menambah jumlah pembaca media cetak. Bagaimana dengan saat ini? Kemajuan teknologi memungkinkan pembaca/penonton memperoleh informasi dengan lebih mudah dan murah. Media cetak menghadapi persaingan sengit terutama dengan media online.

Guna menghadapi tantangan kompetisi tersebut, perusahaan media cetak memerlukan pendekatan lain dalam kebijakan redaksionalnya yakni dengan mengangkat berita mengenai olahraga lokal. Konten lokal merupakan peluang, mengingat kebanyakan pemberitaan didominasi berita tentang kompetisi olahraga di luar negeri. Meski merupakan favorit pembaca, tetapi apabila terlalu banyak informasi tentang kompetisi olahraga luar negeri tersebut dapat menimbulkan kejenuhan. Di sisi lain, berita olahraga lokal pun memiliki peminat yang banyak.

Kebijakan redaksional tersebut tentu harus diiringi dengan strategi bisnis yang mendukung. Pada umumnya, perusahaan media membuka kantor biro di kota lain untuk memperluas pasar di kota tersebut. Strategi itu memiliki kelemahan yakni membutuhkan biaya yang banyak. Guna memperluas pasar lokal, perusahaan media cetak dapat melakukan bisnis lisensi dengan media di kota yang tengah dituju. Dengan lisensi, biaya operasional di tingkat lokal dapat lebih ditekan.

Namun begitu strategi ini juga memiliki sejumlah kelemahan. Pengalaman membuktikan bahwa kerjasama antar media, tidak selalu berlangsung dengan lancar. Bahkan beberapa di antaranya berujung konflik.

(18)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

29

Pertama, mengenai lisensi dapat melakukan penelitian tentang praktek bisnis lisensi di media media yang ada di Indonesia, yang bekerjasama dengan media lain. Kedua, mengenai manajemen media cetak olahraga, penulis memberikan saran tentang penelitian mengenai komunikasi pemasaran dalam meraih pasar dan pengiklan di tingkat lokal, dan riset terhadap pembaca media cetak olahraga. Riset pembaca tersebut dapat berupa kesadaran merk (brand awareness) terhadap media olahraga. Tema lain adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pembelian media olahraga.

Daftar Pustaka

Adiprasetyo, Agung. 2007. "Mengapa Bicara Soal "Kematian" Surat Kabar?" dalam KOMPAS Menulis dari Dalam. (Editor: St. Sularto).Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Anshari, Faridhian & Prastya, Narayana Mahendra. 2014. “Membaca Kompetisi Surat Kabar Olahraga di Indonesia dengan Pendekatan S-C-P”, prosiding The 1st Indonesia Media Research Award Summit (IMRAS) 2014: Tren Pola Konsumsi Media di Indonesia (ISBN 978-602-96140-2-2)

Armando, Ade. 2011. Televisi Jakarta di Atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia. Yogyakarta: Bentang

Hasbi, Sirajudin. 2014. “Jejak Sepakbola di Media”. Pindai Media, 18 November 2014. URL: http://pindai.org/2014/11/18/jejak-sepak-bola-dalam-media/ , diakses 30 Oktober 2015

Junaedi, Fajar. 2014. Merayakan Sepakbola: Fans, Identitas, dan Media. Yogyakarta: Buku Litera

Khumarga, D. 2002. "Penelitian tentang Waralaba Franchise Apakah Merupakan Salah Satu Bentuk Perjanjian Tertentu yang Diatur dalam KUHP Perdata", Law Review, Vol II, No, 1, Juli. URL:

http://ojs.uph.edu/index.php/LR/article/download/30/27, diakses 10

November 2015

Mariatna, Sandy. 2014. “Manajemen Redaksi Media Online: Studi Kasus Manajemen Redaksi Goal Indonesia sebagai Portal Berita Sepakbola Berbasis Virtual Management”. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Nastiti, Aulia Dwi. 2011. Potret Industri Media Massa di Indonesia dalam Kerangka Analisis Ekonomi Media. Jakarta: Program Studi Komunikasi Media Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. URL: http://www.scribd.com/doc/67051026/Potret-Industri-Media-Massa-Di-Indonesia-Dalam-Kerangka-Analisis-Ekonomi-Media#scribd , diakses 10 November 2015

(19)

International Conference of Communication, Industry, and Community. Bali, 3-4 Maret 2016 ISBN: 978-602-74139-1-7

30

Rahayu. 2010. "Ekonomi dan Manajemen Media: Perkembangan Kajian, Otokritik, dan Eksplorasi terhadap Isu Lokalitas" dalam Potret Manajemen Media di Indonesia. (Editor: Dyah Hayu Rahmitasari). Yogyakarta: Total Media dan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia Siregar, Amir Effendi. 2010. "Kajian dan Posisi Manajemen Media serta Peta

Media di Indonesia" dalam Potret Manajemen Media di Indonesia. (Editor: Dyah Hayu Rahmitasari). Yogyakarta: Total Media dan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia

Sudarmiatin. 2011. “Praktik Bisnis Waralaba Franchise di Indonesia, Peluang Usaha dan Investasi”. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi. Disampaikan dalam Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang (UM), Tanggal 28 April 2011. URL: http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/2011/Praktik%20Bisni s%20Waralaba%20Franchise%20Di%20Indonesia%20Peluang%20Usaha%2 0Dan%20Investasi.pdf. , diakses 10 November 2015

Supadiyanto. 2013. “Implikasi Teknologi Digital dan Internet (Paperless Newspaper) pada Industri Media Cetak di Indonesia” , Prosiding Seminar Nasional: Menuju Masyarakat Madani URL: http://dppm.uii.ac.id/dokumen/seminar/2013/G.Supadiyanto.pdf , diakses 22 Januari 2014

Wangkar, Max. 2013. "Jawa Pos adalah Dahlan Iskan" dalam Dapur Media : Antologi Liputan Media di Indonesia. (Editor: Basil Tri Haryanto & Fahri Salam). Jakarta: Pantau

Referensi

Dokumen terkait

dapat digunakan untuk semua jenis pelatihan. Untuk itu perlu dicarikan metode pelatihan yang cocok untuk suatu pelatihan. 2.5.4.12 Prinsip hubungan pelatihan dengan

Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SDN Gugus Erlangga

“ Pola AsuhOrangtua Terhadap Anak Berprestasi Di Sekolah” bahwa orangtua yang sibuk bekerja di luar rumah, untuk mendidik anak-anak mereka menerapkan. pola asuh

Sellers want to get an idea about how much a car is worth so they can limit their search and so that they can make sure that the price of a car is legitimate and that they

For me it was a thrill of a lifetime and without doubt it is just one of the many reasons that Thailand is in my top 5 of places you need to visit in the world. This is a demo

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yaitu kualitas produk, motivasi membeli, inovasi produk,

Berdasarkan hasil evaluasi Pekerjaan Jasa Konsultan Pembuatan IT Blueprint/IT Masterplan Kejaksaan RI Tahun 2015 – 2019 yang telah dilaksanakan oleh Pokja ULP,

› Istilah paritas suku bunga yang tidak terlindungi (uncovered interest rate parity) lahir untuk menyatakan bahwa perbedaan suku bunga antara sepasang negara (kira-kira) sama