• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran Rumah Tangga ABDSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Anggaran Rumah Tangga ABDSI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ASOSIASI BDS INDONESIA

BAB I UMUM

Pasal 1

Landasan Penyusunan

(1) Anggaran Rumah Tangga disusun berlandaskan pada Anggaran Dasar Asosiasi BDS Indonesia yang ditetapkan dan disahkan dalam Munas Pertama di Jakarta tanggal 29 Mei 2002, diperbaharui di Munas II ABDSI tanggal 27-28 Juli 2005 di Balikpapan, diperbaharui pada Munas III di Solo tanggal 26-27 oktober 2009 dan disempurnakan pada Munas IV di Jakarta tanggal 11-12 November 2014.

(2) Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1).

BAB II ORGANISASI

Pasal 2

Pembentukan Organisasi

(1) a. Organisasi ABDS Indonesia pertama kali dibentuk tanggal 29 Mei 2002 melalui Musyawarah Nasional.

b. Organisasi ABDSI Provinsi pertama kali dibentuk atau disusun berdasarkan musyawarah Wilayah ABDSI Provinsi.

c. Organisasi ABDSI Kabupaten/Kota pertama kali dibentuk melalui musyawarah Daerah Kabupaten/Kota

(2) Pembentukan organisasi ABDSI Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang belum memiliki organisasi ABDSI diatur dalam peraturan organisasi yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Nasional.

Pasal 3

Musyawarah Nasional

(1) Musyawarah Nasional, disingkat Munas, adalah perangkat organisasi Asosiasi Business Development dan merupakan lembaga kekuasaan tertinggi ABDSI.

(2) a. Munas diselenggarakan satu kali dalam lima tahun oleh Dewan Pengurus Nasional dan pelaksanaannya paling cepat dua bulan sebelum dan paling lambat dua bulan sesudah masa jabatan kepengurusannya berakhir.

b. Dewan Pengurus Nasional memberitahukan secara tertulis rencana penyelenggaraan Munas selambat-lambatnya dua bulan sebelum pelaksanaannya kepada seluruh peserta yang berhak hadir sebagai peserta.

(3) Munas dihadiri oleh peserta dan peninjau. (4) Peserta Munas terdiri atas:

a. Anggota Biasa yang diwakili oleh utusan Koordinator Wilayah Provinsi; b. Dewan Penasehat Nasional;

▸ Baca selengkapnya: formatur atau formateur

(2)

a. Utusan Koordinator Wilayah Provinsi mempunyai hak suara yang mencakup hak memilih Ketua Umum yang sekaligus merangkap Ketua Formatur dan empat orang anggota formatur, hak bicara dan hak dipilih;

b. Dewan Penasehat Nasional mempunyai hak bicara; c. Dewan Pertimbangan Nasional mempunyai hak bicara

d. Dewan Pengurus Nasional mempunyai hak bicara dan hak dipilih.

Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munas, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(6) Kewajiban peserta Munas adalah mentaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munas, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Munas.

(7) Munas mempunyai wewenang:

a. Menetapkan dan mensahkan penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan atau mengamanatkan penyelenggaraan Munassus untuk menetapkan penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

b. Memberikan penilaian dan keputusan terhadap pertanggungjawaban atas pelaksanaan kerja, keuangan dan perbendaharaan dari Dewan Pengurus Nasional.

c. Menetapkan Kebijaksanaan Umum Organisasi. d. Menetapkan Rencana Kerja Organisasi.

e. Mengeluarkan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan organisasi dan masalah-masalah penting lainnya.

f. Memilih dan mengangkat Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional.

(8) a. Pemilihan dan pengangkatan Dewan Penasehat didasarkan pada unsur ketokohan yang didasarkan pada visi dan misi organisasi, serta penilaian kelayakan dan kepatutan atas kontribusi terhadap lembaga.

b. Pemilihan dan pengangkatan Dewan Pertimbangan didasarkan pada penilaian kelayakan dan kepatutan atas kontribusi dan jasanya terhadap lembaga, dan dipilih dari mantan pengurus di tingkatannya masing-masing.

c. Pemilihan Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional dilakukan melalui sistem formatur, Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional terpilih sekaligus merangkap ketua formatur, dan empat orang anggota formatur.

d. Formatur tersebut huruf c diberi kepercayaan dan wewenang untuk memilih Dewan Penasehat, Dewan Pertimbangan dan Susunan Dewan Pengurus Nasional, selanjutnya ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional.

(9) Munas dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu per dua jumlah utusan Koordinator Wilayah Provinsi, dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari utusan Koordinator Wilayah Provinsi yang hadir dalam Munas.

(10) Apabila kuorum tidak tercapai, maka Munas ditunda selama-lamanya enam jam.

(3)

b. Apabila sesudah penundaan sebagaimana dimaksud ayat (10) itu yang hadir kurang dari satu per tiga jumlah utusan Koordinator Wilayah Provinsi, maka Munas ditunda selama-lamanya tiga bulan, dan Dewan Pengurus Nasional segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Munas dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Munas kepada Peserta dan Peninjau Munas.

c. Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud huruf b kuorum tidak juga tercapai, maka Munas tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari utusan Koordinator Wilayah Provinsi yang hadir dalam Munas.

(12) Khusus untuk penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Munas dinyatakan mencapai kuorum dan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua per tiga jumlah utusan Koordinator Wilayah Provinsi, dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari utusan Koordinator Wilayah Provinsi yang hadir dalam Munas.

Pasal 4

Musyawarah Nasional Luar Biasa

(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa, disingkat Munaslub, adalah Musyawarah yang diselenggarakan di luar jadwal Munas yang reguler untuk meminta pertanggungjawaban Dewan Pengurus Nasional mengenai pelanggaran-pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau penyelewengan-penyelewengan dan perbendaharan organisasi oleh Dewan Pengurus Nasional, dan atau tidak berfungsinya Dewan Pengurus Nasional, sehingga ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau keputusan-keputusan Munas tidak terlaksana sebagaimana mestinya.

(2) Munaslub sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan berdasarkan permintaan sekurang-kurangnya satu per dua jumlah ABDSI Provinsi sesudah melalui tahap-tahap sebagai berikut: a. Koordinator Wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud ayat (2) berdasarkan keputusan rapat

Koordinator Wilayah Provinsi masing-masing memberikan peringatan tertulis terlebih dahulu kepada Dewan Pengurus Nasional atas hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) sekaligus memberikan batas waktu selama-lamanya tiga puluh hari untuk memperbaikinya; b. Apabila setelah batas waktu sebagaimana dimaksud huruf a, peringatan tersebut tidak

diindahkan oleh Dewan Pengurus Nasional, maka Koordinator Wilayah Provinsi memberi peringatan tertulis kedua dengan memberikan batas waktu selama-lamanya tiga puluh hari untuk memperbaikinya;

c. Apabila setelah batas waktu sebagaimana dimaksud huruf b, Dewan Pengurus Nasional tidak juga mengindahkannya, maka Koordinator Wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud ayat (2) berdasarkan keputusan rapat Koordinator Wilayah Provinsi masing-masing terlebih dahulu, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama; dapat mengajukan permintaan untuk mengadakan Munaslub.

(3) a. Setiap Koordinator Wilayah ABDSI Provinsi yang meminta diadakannya Munaslub dapat menarik kembali permintaannya jika yang bersangkutan berpendapat telah terjadi kesalahan dalam penilaian atas Dewan Pengurus Nasional.

b. Koordinator Wilayah ABDSI Provinsi yang menarik kembali permintaan diadakannya Munaslub sebagaimana dimaksud huruf b, tidak dibenarkan mengulangi permintaan atau ikut meminta diadakannya Munaslub untuk alasan kasus yang sama.

(4) Dewan-Koordinator Wilayah Provinsi yang meminta diadakannya Munaslub menjadi penyelenggara dan penanggungjawab Munaslub.

(4)

perbendaharaan organisasi dan atau tidan berfungsinya Dewan Pengurus Nasional sebagaimana mestinya.

(6) Keputusan-keputusan Munaslub mengikat organisasi dan anggota. (7) Peserta Munaslub terdiri dari:

a. Anggota Biasa yang diwakili oleh utusan Koordinator Wilayah Provinsi; b. Dewan Penasehat Nasional;

c. Dewan Pertimbangan Nasional d. Dewan Pengurus Nasional. (8) Pada Munaslub tidak ada peninjau. (9) Hak peserta Munaslub:

a. Utusan Koordinator Wilayah Provinsi mempunyai hak suara yang mencakup hak memilih Ketua Umum yang sekaligus merangkap Ketua Formatur dan tiga orang anggota formatur, hak bicara dan hak dipilih;

b. Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional mempunyai hak bicara; c. Dewan Pengurus Nasional mempunyak hak bicara dan hak dipilih.

serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munaslub sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(10) Kewajiban peserta Munaslub adalah menaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munaslub yang disiapkan oleh penyelenggara dan penanggungjawab Munaslub, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga setelah memperoleh persetujuan Munaslub.

(11) Munaslub mempunyai wewenang:

a. Menilai, menerima dan mensahkan atau menolak pertanggungjawaban dan atau kinerja Dewan Pengurus Nasional.

b. Jika pertanggungjawaban dan atau kinerja Dewan Pengurus Nasional sebagaimana dimaksud huruf a ditolak atau tidak diterima, maka Munaslub dapat memberhentikan Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengurus Nasional.

c. Dalam hal terjadi seperti tersebut pada huruf b, maka Munaslub segera melaksanakan pemilihan dan pengangkatan Dewan Pertimbangan Dewan Pengurus Nasional yang baru dengan mengutamakan nama-nama yang tercantum dalam daftar nama calon yang diusulkan pada Munas sebelumnya, melalui sistem pemilihan dengan cara sebagaimana dimaksud ayat (9).

(12) Munaslub dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah utusan Koordinator Wilayah Provinsi, dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari Koordinator Wilayah Provinsi yang hadir dalam Munaslub.

(13) Apabila kuorum tidak tercapai, maka Munaslub ditunda selama-lamanya dua puluh empat jam. (14) Apabila sesudah penundaan tersebut ayat (13) kuorum belum juga tercapai, maka Munaslub

dinyatakan batal dan permintaan untuk mengadakan Munaslub dinyatakan gugur.

Pasal 5

Musyawarah Nasional Khusus

(1) Musyawarah Nasional Khusus, disingkat Munassus, adalah Munas untuk menetapkan: a. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, atau

b. Pembubaran organisasi.

(5)

amanat Munas atau permintaan dari sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah Koordinator Wilayah Provinsi.

b. Munassus untuk menetapkan pembubaran organisasi tersebut ayat (1) huruf b diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Nasional berdasarkan permintaan dari sekurang-kurangnya dua per tiga jumlah ABDS Provinsi.

(3) Peserta Munassus terdiri dari:

a. Anggota Biasa yang diwakili oleh utusan Koordinator Wilayah Provinsi; b. Dewan Penasehat Nasional;

c. Dewan Pertimbangan Nasional d. Dewan Pengurus Nasional. (4) Peninjau pada Munassus:

a. untuk perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, ketentuan mengenai peninjau Munassus sama dengan ketentuan peninjau Munas.

b. untuk pembubaran organisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, tidak ada peninjau Munassus.

(5) Hak peserta Munassus:

a. Utusan Koordinator Wilayah Provinsi mempunyai hak suara dan hak bicara; b. Dewan Penasehat Nasional mempunyai hak bicara;

c. Dewan Pertimbangan Nasional mempunyai hak bicara; d. Dewan Pengurus Nasional mempunyai hak bicara.

(6) Kewajiban peserta Munassus adalah menaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munassus yang disiapkan oleh Dewan Pengurus Nasional sebagai penyelenggara Munassus sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Munassus.

(7) a. Munassus untuk perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah utusan Koordinator Wilayah Provinsi.

b. Munassus untuk pembubaran organisasi dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh seluruh utusan Koordinator Wilayah Provinsi.

(8) Apabila kuorum tidak tercapai maka Munassus dapat ditunda selama-lamanya dua puluh empat jam.

(9) Apabila sesudah penundaan sebagaimana dimaksud ayat (8) kuorum belum juga tercapai, maka Munassus dinyatakan batal dan permintaan mengadakan Munassus dinyatakan gugur. (10) a. Keputusan mengenai penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga harus disepakati secara musyawarah atau oleh suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Munassus setelah Munassus dinyatakan mencapai kuorum dan sah sebagaimana dimaksud ayat (7).

b. Keputusan mengenai pembubaran organisasi harus disepakati oleh seluruh utusan Koordinator Wilayah Provinsi yang hadir dalam Munassus setelah Munassus dinyatakan mencapai kuorum dan sah sebagaimana dimaksud ayat (7).

Pasal 6

Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional

(1) Dewan Penasehat Nasional adalah perangkat organisasi ABDSI yang terdiri dari tokoh-tokoh pengembangan jasa layanan bisnis, dunia usaha nasional dan masyarakat yang dianggap mampu membina landasan normatif asosiasi.

(6)

(3) Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional beranggotakan sebanyak-banyaknya lima belas orang.

(4) Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional dipimpin oleh seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua.

(5) Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Munas.

(6) Tugas dan wewenang Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional:

a. Menyusun dan melaksanakan program-program normatif dan pengembangan usaha dalam lingkup nasional, regional dan internasional.

b. Melakukan pengamatan, pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan layanan BDS secara transparan dan profesional dan menyampaikan hasil penilaiannya kepada Dewan Pengurus Nasional.

c. Memberikan saran sebagai bahan untuk penyusunan rancangan Kebijaksanaan Umum dan Rencana Kerja Organisasi, khususnya yang menyangkut pengembangan jasa layanan bisnis kepada Munas, setelah menampung aspirasi dari para stakeholder UKM.

(7) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud ayat (6), Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional dapat membentuk komisi-komisi kerja dari dan di antara anggota Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional.

(8) Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional bekerja secara kolektif yang tatacaranya ditentukan dan disepakati oleh rapat Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional.

(9) Rapat Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional diadakan sekurang-kurangnya setahun sekali, dan keputusannya yang bersifat normatif ditetapkan secara konsensus.

Pasal 7

Dewan Pengurus Nasional

(1) Dewan Pengurus Nasional adalah perangkat organisasi ABDSI Indonesia dan merupakan pimpinan tertinggi, mewakili organisasi keluar dan kedalam.

(2) Dewan Pengurus Nasional bertugas melaksanakan fungsi dan tugas ABDSI serta keputusan-keputusan Munas dan Rapimnas bertanggungjawab kepada Munas.

(3) Dewan Pengurus Nasional terdiri dari seorang Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan beberapa Ketua Departemen serta ketua-ketua Bidang, yang jumlahnya disesuaikan menurut kebutuhan. Ketua Umum dipilih dan diangkat oleh Munas. Dan Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Ketua departemen, Ketua Bidang, Ketua Divisi dan jajaran pengurus diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Umum setelah mendapatkan masukan dari anggota formatur.

(4) Badan Pelaksana merupakan pusat koordinasi kebijaksanaan dari kegiatan-kegiatan riil lembaga baik bersifat sosial maupun profit, Dewan Pengurus Nasional dapat membentuk Badan pelaksana sesuai kebutuhan.

(5) Dewan Pengurus Nasional Inti adalah terdiri dari: Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Ketua-Ketua Departemen.

(6) Dewan Pengurus Nasional lengkap adalah terdiri dari: Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Ketua-ketua Deparetemen, Ketua-Ketua Bidang beserta jajaran pengurus lainnya selain Badan Pelaksana

(7) Dewan Pengurus Nasional dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (2) berwenang:

a. Menyusun program kerja dan kebijaksanaan pelaksanaannya.

(7)

Perseroan Terbatas. Untuk melaksanakan kebijakan dan kebijaksanaan dari kegiatan-kegiatan riil ABDSI.

c. Membentuk panitia-panitia khusus yang bersifat ad-hoc dan mengangkat penasehat-penasehat ahli yang diperlukan untuk berbagai kegiatan, tugas dan usaha.

d. Menetapkan sanksi organisasi terhadap anggota Dewan Penasehat Nasional, Dewan Pertimbangan Nasional dan Dewan Pengurus Nasional yang melakukan pelanggaran atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan organisasi lainnya.

e. Menetapkan sanksi organisasi terhadap Koordinator Wilayah Provinsi dan atau Koordinator Daerah kabupaten/kota yang tidak melaksanakan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan organisasi lainnya.

f. Memberhentikan Pengurus Koordinator Wilayah yang tidak aktif dalam pelaksanaan program-program ABDSI.

Pembentukan badan-badan aparat organisasi sebagaiamana dimaksud huruf b dan c, diatur tersendiri dalam keputusan Dewan Pengurus Nasional, dan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada Dewan Pengurus Nasional.

(8) Dewan Pengurus Nasional mensahkan dan mengukuhkan Dewan Penasehat Nasional, Dewan Pertimbangan Nasional dan Koordinator Wilayah Provinsi hasil Musyawarah Wilayah Provinsi. (9) Dewan Pengurus Nasional dapat mengangkat Anggota Dewan Penasehat Nasional dan

Anggota Dewan Pertimbangan Nasional.

(10) Dewan Pengurus Nasional bekerja secara kolektif yang tatacaranya ditentukan dan disepakati oleh dan dalam rapat Dewan Pengurus Nasional.

(11) Rapat Dewan Pengurus Nasional yang diagendakan untuk menetapkan keputusan mengenai masalah-masalah keorganisasian yang mendasar dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu per dua jumlah angota Dewan Pengurus Nasional Inti dan keputusan dinyatakan sah dan mengikat anggotanya jika disepakati oleh suara terbanyak dari anggota yang hadir.

(12) Apabila kuorum tidak tercapai, maka rapat tersebut ayat (11) ditunda selama-lamanya enam jam.

(13) Apabila sesudah penundaan tersebut ayat (12) kuorum tidak juga tercapai tetapi dihadiri oleh sekurang-kurangnya satu per tiga jumlah anggotanya, maka sidang pleno tetap dilangsungkan dan semua keputusan yang diambil adalah sah.

(14) Dewan Pengurus Nasional mengadakan Rapat Dewan Pengurus Nasional, Rapat Pimpinan Nasional dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu.

(15) Rapat Dewan Pengurus Nasional:

a. Rapat Dewan Pengurus Nasional Inti diadakan menurut kebutuhan, sekurang-kurangnya empat kali dalam satu tahun.

b. Rapat Dewan Pengurus Nasional Lengkap diadakan menurut kebutuhan, sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan, dan satu di antaranya diadakan sebelum Rapat Pimpinan Nasional.

(16) Dewan Pengurus Nasional menerima saran-saran baik diminta ataupun tidak dari Dewan Penasehat Nasional dan Dewan Pertimbangan Nasional.

Pasal 8

Rapat Pimpinan Nasional

(1) Dewan Pengurus Nasional menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional disingkat Rapimnas, dua kali dalam satu tahun.

(2) Rapimnas diadakan untuk menilai pelaksanaan dan menetapkan Rencana Kerja yang dijabarkan dalam Program Kerja tahunan Tingkat Nasional yang dibuat oleh Dewan Pengurus Nasional dan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain yang diperlukan.

(8)

a. Dewan Penasehat Nasional; b. Dewan Pertimbangan Nasional; c. Dewan Pengurus Nasional;

d. Ketua Umum-Ketua Umum Koordinator Wilayah Provinsi. (5) Peninjau Rapimnas terdiri atas:

a. Anggota Penasehat Nasional;

b. Pengurus badan-badan aparat organisasi yang jumlahnya ditentukan oleh Dewan Pengurus Nasional.

(6) Hak dan Kewajiban Peserta dan Peninjau Rapimnas:

a. Setiap peserta Rapimnas mempunyai hak yang sama, yaitu hak suara dan hak bicara. b. Kewajiban peserta Rapimnas adalah menaati dan melaksanakan semua ketentuan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Rapimnas, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

c. Hak peninjau Rapimnas diatur dalam tata tertib penyelenggaraan Rapimnas, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(7) Rapimnas mempunyai wewenang:

a. Melakukan evaluasi terhadap kebijaksanaan pelaksanaan Rencana Kerja yang dijabarkan dalam Program Kerja Tahunan Organisasi Tingkat nasional yang dibuat oleh Dewan Pengurus Nasional.

b. Menilai dan menetapkan penyempurnaan atas pelaksanaan Rencana Kerja yang dijabarkan dalam Program Kerja Tahunan Organisasi Tingkat Pusat yang dibuat oleh Dewan Pengurus Nasional.

c. Menilai dan mengusulkan penyempurnaan dan atau penelitian lebih lanjut atas laporan kerja, keuangan dan perbendaharaan yang diajukan oleh Dewan Pengurus Nasional.

d. Mensahkan Anggaran Pendapatan dan Belaja Organisasi Tingkat Nasional tahun anggaran berikutnya yang diusulkan oleh Dewan Pengurus Nasional.

e. Membantu Dewan Pengurus Nasional untuk memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri, dan hasilnya dipertanggungjawabkan kepada Munas,

(8) a. Khusus untuk pelaksanaan wewenang yang dimaksud ayat (7) huruf e, Rapimnas harus mencapai kuorum dan dinyatakan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu per dua jumlah peserta Rapimnas sebagaimana dimaksud ayat (4) dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari peserta yang hadir.

b. Apabila kuorum sebagaimana dimaksud huruf a tidak tercapai, maka Rapimnas dapat ditunda selama-lamanya enam jam.

c. Apabila sesudah penundaan sebagaimana dimaksud huruf b kuorum belum juga tercapai, maka Rapimnas tetap dilangsungkan dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari peserta yang hadir.

Pasal 9

Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Daerah

(1) Musyawarah Wilayah Provinsi dan Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota, adalah perangkat organisasi ABDSI Daerah Provinsi dan ABDSI Daerah Kabupaten/Kota dan merupakan lembaga kekuasaan tertinggi Koordinator Wilayah ABDSI Provinsi dan Koordinator Daerah ABDSI Kabupaten/Kota.

(9)

b. Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota, memberitahukan secara tertulis rencana penyelenggaraan Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota selambat-lambatnya dua bulan sebelum pelaksanaannya kepada seluruh peserta yang berhak hadir sebagai peserta.

(3) Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota masing-masing dihadiri oleh peserta dan peninjau.

(4) Peserta Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota terdiri atas: a1. Untuk Muswil Provinsi:

Anggota Biasa yang diwakili oleh utusan Koordinator Daerah ABDSI Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

a2. Untuk Musda Kabupaten/Kota: Anggota Biasa yang bersangkutan;

b. Dewan Penasehat Provinsi dan Kabupaten/Kota; c. Dewan Pertimbangan Provinsi dan Kabupaten/Kota; d. Dewang Pengurus Provinsi dan Kabupaten/Kota. (5) Hak peserta Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota:

a. Utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (4) huruf a1 dan a2, mempunyai hak suara yang mencakup hak memilih Ketua Korwil yang sekaligus merangkap Ketua Formatur dan tiga orang anggota formatur, hak bicara dan hak dipilih; b. Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan Wilayah Provinsi dan Dewan penasehat

Daerah Kabupaten/Kota, mempunyai hak bicara;

c. Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota mempunyai hak bicara dan hak dipilih;

(6) Kewajiban peserta Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota adalah menaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah.

(7) Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota mempunyai wewenang:

a. Memberikan penilaian dan keputusan terhadap perbendaharaan dari Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah yang bersangkutan, serta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dewan Penasehat yang bersangkutan;

b. Menetapkan kebijaksanaan Umum Organisasi yang bersangkutan, yang sejalan dengan Kebijaksanaan Umum Dewan Pengurus Nasional ABDSI;

c. Menetapkan Rencana Kerja Organisasi yang bersangkutan, yang sejalan dengan Kebijaksanaan Umum Dewan Pengurus Nasional ABDSI;

d. Mengeluarkan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan organisasi dan masalah-masalah penting lainnya;

e. Memilih dan mengangkat Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah yang bersangkutan. (8) a. Pemilihan dan pengangkatan Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan berdasarkan azaz

kepatutan dan kelayakan yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Ayat 1 dan 2.

b. Pemilihan Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah sebagaimana dimaksud ayat (7) huruf e dilakukan melalui sistem Formatur. Ketua Koordinator Wilayah Provinsi dan Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota masing-masing yang terpilih, yang sekaligus merangkap ketua formatur, dan tiga orang anggota formatur;

c. Formatur tersebut huruf b, diberi kepercayaan dan wewenang untuk memilih Dewan Penasehat, Dewan Pertimbangan, Pengurus Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah yang bersangkutan;

(10)

(9) Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh:

a. Untuk Wilayah Provinsi:

Lebih dari satu per dua jumlah utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (4) butir a1;

b. Untuk Daerah Kabupaten/Kota:

Lebih dari satu per dua jumlah Anggota Biasa yang bersangkutan sebagaimana dimaksud ayat (4) butir a2;

dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musda yang bersangkutan.

(10)Apabila kuorum tidak tercapai, maka musyawarah yang bersangkutan ditunda selama-lamanya enam jam.

(11)Apabila sesudah penundaan tersebut ayat (11) kuorum belum juga tercapai maka: a. untuk Wilayah Provinsi:

a1. Jika Muswil dihadiri oleh sekurang-kurangnya satu per tiga jumlah utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota, Muswil Provinsi tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang hadir dalam Muswil Provinsi.

a2. Jika yang hadir kurang dari satu per tiga jumlah utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota, maka Muswil Provinsi ditunda selama-lamanya tiga bulan, dan Koordinator Wilayah Provinsi segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Muswil Provinsi dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Muswil kepada Peserta dan Peninjau Muswil Provinsi.

a3. Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud huruf a2, kuorum tidak juga tercapai, maka Muswil Provinsi tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang hadir dalam Muswil Provinsi.

b. Untuk Daerah Kabupaten/Kota:

b1. Jika Musda dihadiri oleh sekurang-kurangnya satu per tiga jumlah Anggota Biasa yang bersangkutan, Musda Kabupaten/Kota tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari Anggota Biasa yang yang hadir dalam Musda Kabupaten/Kota.

b2. Jika yang hadir kurang dari satu per tiga Anggota Biasa yang bersangkutan, Musda Kabupaten/Kota ditunda selama-lamanya tiga bulan, dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musda dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musda kepada Peserta dan Peninjau Musda Kabupaten/Kota.

b3. Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud huruf b2, kuorum tidak juga tercapai, maka Musda Kabupaten/Kota tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari Anggota Biasa yang hadir dalam Musda Kabupaten/Kota.

Pasal 10

Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Daerah Luar Biasa

(11)

diluar jadwal Muswil/Musda yang reguler untuk meminta pertanggungjawaban Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengenai pelanggaran-pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau penyelewengan-penyelewengan keuangan dan perbendaharaan organisasi oleh Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan atau tidak berfungsinya Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, sehingga ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau Keputusan-keputusan Musda tidak terlaksana sebagaimana mestinya.

(2) Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan berdasarkan permintaan dari:

a. untuk Wilayah Provinsi

sekurang-kurangnya satu per dua jumlah ABDSI Kabupaten/Kota yang bersangkutan; b. untuk Daerah Kabupaten/Kota

sekurang-kurangnya satu per dua jumlah Anggota Biasa Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

(3) Permintaan penyelenggaraan Muswillub dan Musdalub sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diajukan sesudah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Adanya peringatan tertulis terlebih dahulu kepada Koordinator Wilayah provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota atas hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) sekaligus memberikan batas waktu selama-lamanya tiga puluh hari untuk memperbaikinya yang diberikan:

a1. untuk Daerah Provinsi oleh:

Koordinator Daerah ABDSI Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a berdasarkan keputusan rapat Koordinator Daerah Kabupaten/Kota masing-masing yang bersangkutan.

a2. untuk Daerah Kabupaten/Kota oleh:

Anggota Biasa sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b.

b. Apabila setelah batas waktu sebagaimana dimaksud huruf a, peringatan tersebut tidak diindahkan, maka Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota diberi peringatan tertulis kedua dengan batas waktu selama-lamanya tiga puluh hari untuk memper-baikinya;

c. Apabila setelah batas waktu sebagaimana dimaksud huruf b, Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota tidak juga mengindahkan maka

c1. Untuk Daerah Provinsi:

Koordinator Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat mengajukan permintaan untuk mengadakan Muswillub berdasarkan keputusan-keputusan rapat Koordinator Daerah Kabupaten/Kota masing-masing yang bersangkutan terlebih dahulu.

c2. Untuk Daerah Kabupaten/Kota:

Anggota biasa sebagimana dimaksud ayat (2) huruf b, secara bersama-sama, dapat mengajukan permintaan untuk mengadakan Musdalub.

(4) a. Setiap Koordinator Daerah Kabupaten/Kota/Anggota Biasa yang meminta diadakannya Muswillub dapat menarik kembali permintaannya jika yang bersangkutan berpendapat telah terjadi kesalahan dalam penilaian atas Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota.

b. Koordinator Daerah Kabupaten/Kota/Anggota Biasa yang menarik kembali permintaan diadakan Muswillub sebagaimana dimaksud huruf a tidak dibenarkan mengulangi permintaan atau ikut meminta diadakannya Muswillub untuk alasan kasus yang sama. (5) Penyelenggara dan penanggungjawab Muswillub/Musdalub Provinsi/Kabupaten/Kota:

(12)

Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan yang meminta diadakannya Muswillub Provinsi menjadi penyelenggara dan penanggung jawab pelaksanaan Muswillub Provinsi setelah berkonsultasi terlebih dahulu dengan Dewan Pengurus Pusat.

b. untuk Daerah Kabupaten/Kota:

Anggota Biasa yang bersangkutan yang meminta diadakannya Musdalub Kabupaten/Kota menjadi penyelenggara dan penanggung jawab pelaksanaan Musdalub Kabupaten/Kota setelah berkonsultasi terlebih dahulu dengan Koordinator Wilayah Provinsi yang bersangkutan.

(6) Penyelenggaraan dan penanggung jawab Muswillub/Musdalub Provinsi/Kabupaten/Kota mempersiapkan tata tertib yang juga memuat tata cara penyampaian pendapat dan penilaian atas hal-hal yang telah dilakukan Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah yang bersangkutan yang dianggap telah menyimpang dan atau tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan atau penyelewengan keuangan dan perbendaharaan organisasi dan atau tidak berfungsinya Koordinator Daerah/Kabupaten/Kota.

(7) Keputusan-keputusan Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota mengikat organisasi dan anggota.

(8) Peserta Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota: a1. untuk Muswillub Provinsi:

Anggota Biasa yang diwakili oleh utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

a2. untuk Musdalub Kabupaten/Kota: Anggota Biasa yang bersangkutan; b. Dewan Penasehat yang bersangkutan

c. Koordinator Daerah Lengkap yang bersangkutan.

(9) Peninjau pada Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota hanya Dewan Pengurus yang tingkatan organisasinya lebih tinggi.

(10) Hak peserta Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota:

a. Utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota dalam Muswillub Provinsi, dan Anggota Biasa dalam Musdalub Kabupaten/Kota mempunyai hak suara yang mencakup hak memilih Ketua Umum yang sekaligus merangkap Ketua Formatur dan empat orang anggota formatur, hak bicara dan hak dipilih;

b. Dewan Pengurus Lengkap Daerah yang bersangkutan mempunyai hak bicara dan hak dipilih.

serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musdalub yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(11) Kewajibann peserta Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota adalah menaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Muswillub/ Musdalub yang disiapkan oleh penyelenggara dan penanggungjawab Musdalub sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Muswillub/Musdalub.

(12) Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota mempunyai wewenang:

a. Menilai, menerima dan mensahkan atau menolak pertanggungjawaban dan atau kinerja Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah masing-masing.

b. Jika pertanggungjawaban dan atau kinerja Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah sebagaimana dimaksud huruf a ditolak atau tidak diterima, maka Musdalub dapat memberhentikan Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah yang bersangkutan.

(13)

daftar calon yang diusulkan pada Musda Provinsi/Kabupaten/Kota sebelumnya, melalui sistem pemilihan dengan cara sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (9), dan selanjutnya dimintakan pensahan dan pengukuhannya kepada Dewan Pengurus yang setingkat lebih tinggi.

(13) Muswillub Provinsi dan Musdalub Kabupaten/Kota dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh:

a. untuk Muswillub Provinsi

sekurang-kuragnya dua per tiga dari jumlah utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musdalub Provinsi yang bersangkutan.

b. untuk Musdalub Kabupaten/Kota:

sekurang-kuragnya dua per tiga dari Anggota Biasa yang bersangkutan, dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musdalub Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(14) Apabila kuorum tidak tercapai, maka Musdalub Kabupaten/Kota yang bersangkutan ditunda selama-lamanya dua puluh empat jam.

(15) Apabila sesudah penundaan sebagaimana dimaksud ayat (14) kuorum belum juga tercapai, maka Muswillub/Musdalub Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan dinyatakan batal, dan permintaan untuk mengadakan Muswillub/Musdalub Provinsi/Kabupaten/Kota dinyatakan gugur.

Pasal 11

Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah

(1) Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota adalah perangkat organisasi ABDSI Provinsi dan Kabupaten/Kota dan merupakan pimpinan tertinggi ABDSI tingkat yang bersangkutan, mewakili organisasi keluar dan kedalam.

(2) Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan tugas fungsi dan kegiatan ABDSI sebagaimana dimaksud Pasal 9 dan Pasal 10 serta keputusan-keputusan Muswil/Musda Provinsi/Kabupaten/Kota dan bertanggung jawab kepada Muswil/Musda Provinsi/Kabupaten/Kota.

(3) Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas: a. untuk Daerah Provinsi:

seorang Ketua Korwil beserta beberapa Ketua Bidang ABDSI Provinsi beserta jajarannya, yang jumlahnya disesuaikan menurut kebutuhan, diangkat dan diberhentikan oleh Musda Provinsi melalui sistem pemilihan, dan ditetapkan serta disahkan oleh Dewan Pengurus Nasional. b. untuk Daerah Kabupaten/Kota:

seorang Ketua Korda, beberapa Ketua Bidang beserta jajarannya, yang jumlahnya disesuaikan menurut kebutuhan, dipilih dan diangkat oleh Musda Kabupaten/Kota melalui sistem pemilihan, dan ditetapkan serta disahkan oleh Dewan Pengurus Nasional.

(4) Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota berwenang:

a. Membentuk badan-badan aparat organisasi sesuai kebutuhan, serta komite khusus/teknis, lembaga, badan, yayasan, Koperasi dan Perseroan Terbatas.

b. Membentuk penitia-panitia khusus yang bersifat ad-hoc dan mengangkat penasehat-penasehat ahli yang diperlukan untuk berbagai kegiatan, tugas dan usaha.

(14)

(5) Koordinator Wilayah Provinsi mensahkan dan mengukuhkan Dewan Penasehat, Dewan Pertimbangan dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota hasil Musda/Musdalub Kebupaten/Kota di daerah provinsi yang bersangkutan.

(6) Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota dapat mengangkat Anggota Dewan Penasehat dan Anggota Dewan Pertimbangan pada tingkatannya masing-masing, yang pengaturannya ditetapkan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

(7) Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota bekerja secara kolektif yang tatacaranya ditentukan dan disepakati oleh dan dalam rapat Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

(8) Rapat Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang diagendakan untuk menetapkan keputusan mengenai masalah-masalah keorganisasian yang mendasar dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu per dua jumlah anggota Pengurus Korwil Inti yang bersangkutan dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat anggotanya jika disepakati oleh suara terbanyak dari anggota yang hadir.

(9) Apabila kuorum tidak tercapai, maka rapat tersebut ayat (8) ditunda selama-lamanya enam jam. (10)Apabila sesudah penundaan tersebut ayat (9) kuorum tidak juga tercapai tetapi dihadiri oleh

sekurang-kurangnya satu per tiga jumlah anggotanya, maka sidang pleno tetap dilangsungkan dan semua keputusan yang diambil adalah sah.

(11)Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota mengadakan Rapat Pimpinan Provinsi/Kabupaten/Kota dan rapat lainnya yang dianggap perlu.

(12)Rapat Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota:

a. Rapat Koordinator Wilayah Provinsi Inti dan Rapat Koordinator Daerah Kabupaten/Kota Inti diadakan menurut kebutuhan, sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan.

b. Rapat Koordinator Wilayah Provinsi lengkap dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota Lengkap diadakan menurut kebutuhan, sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan, satu diantaranya diadakan sebelum diselenggarakannya Rapimwil dan Rapimda.

(13)Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota menerima saran-saran, baik diminta ataupun tidak, dari Dewan Penasehat dan dewan Pertimbangan masing-masing.

Pasal 12

Rapat Pimpinan Wilayah dan Rapat Pimpinan Daerah

(1) Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota menyelenggarakan Rapat Pimpinan Wilayah dan Rapat Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota, disingkat Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabuapten/Kota, dua kali dalam satu tahun.

(2) Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota diadakan untuk menilai pelaksanaan dan menetapkan Program Kerja Tahunan yang dibuat oleh Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota masing-masing, dan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain yang diperlukan.

(3) Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota dihadiri oleh peserta dan peninjau. (4) Peserta Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota terdiri atas:

a. Dewan Pengurus Koordinator Daerah lengkap untuk Rapimda Kabupaten/Kota; b. Ketua-ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota untuk Rapimwil Provinsi.

(5) Peninjau Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota terdiri atas Anggota Kehormatan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(6) Hak dan Kewajiban Peserta dan Peninjau Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota: a. Setiap peserta Rapimda Provinsi/Kabupaten/Kota mempunyai hak yang sama, yaitu hak

suara dan hak bicara.

(15)

c. Hak peninjau Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota diatur dalam tata tertib penyelenggaraan Rapimwil/Rapimda sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(7) Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota mempunyai wewenang:

a. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Rencana Kerja yang dijabarkan dalam Program kerja Tahunan oleh Koordinator Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

b. Menilai dan menetapkan penyempurnaan atas pelaksanaan Rencana Kerja yang dijabarkan dalam Program Kerja Tahunan oleh Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

c. Menilai, mengusulkan penyempurnaan dan atau melakukan penelitian lebih lanjut atas laporan kerja, keuangan dan perbendaharaan yang diajukan Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

d. Mensahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota tahun anggaran berikutnya, yang diusulkan oleh Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

e. Membantu Wilayah Provinsi dan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota untuk memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri dan hasilnya dipertanggungjawabkan kepada Musda Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(8) a. Khusus untuk pelaksanaan wewenang yang dimaksud ayat (7) huruf e, Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota harus mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu per dua peserta sebagaimana dimaksud ayat (4) dan keputusannya dinyatakan sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari peserta yang hadir.

b. Apabila kuorum sebagaimana dimaksud huruf a tidak tercapai, maka Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota dapat ditunda selama-lamanya enam jam.

c. Apabila sesudah penundaan sebagaimana dimaksud huruf b kuorum belum juga tercapai, maka Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota tetap dilangsungkan dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah dan atau oleh suara terbanyak dari peserta Rapimwil Provinsi dan Rapimda Kabupaten/Kota yang hadir.

Pasal 13

Sekretariat Koordinator Wilayah dan Koordinator Daerah ABDSI

(1) Sekretariat ABDSI Provinsi/Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang merupakan tenaga profesional dan bekerja penuh waktu.

(2) Direktur Eksekutif berfungsi sebagai pelaksana semua ketetapan dan tugas-tugas yang dibebankan Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya, yang tidak merupakan kebijaksanaan, dan pelaksana fungsi pelayanan.

(3) Direktur Eksekutif diangkat dan diberhentikan oleh dan dalam rapat Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(4) Struktur organisasi dan uraian tugas Sekretariat ABDSI Provinsi/Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Dewan Pengurus masing-masing.

BAB III KEANGGOTAAN

(16)

a. BDS Provider adalah lembaga penyedia layanan pengembangan bisnis, yang terlibat dalam program pengembangan sentra UMKM di Indonesia.

b. BDS Provider adalah lembaga penyedia layanan pengembangan bisnis bagi Koperasi dan UMKM, yang mendaftarkan diri ke asosiasi dan lulus seleksi.

(2) Anggota Asosiasi BDS Indonesia terdiri dari:

a. Anggota Biasa : Adalah BDS anggota ABDSI yang memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagai anggota ABDSI.

b. Anggota Luar Biasa: Adalah BDS anggota ABDSI yang status keanggotaanya adalah pemberian/penobatan oleh ABDSI.

c. Anggota Kehormatan : Adalah lembaga dan atau perorangan yang memiliki jasa dan kontribusi positif dalam perkembangan BDS, Koperasi dan UMKM.

Pasal 15

Pendaftaran Keanggotaan

(1) Prosedur pendaftaran Anggota Biasa, diatur dalam peraturan organisasi yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Nasional.

(2) a. Dalam kondisi khusus, sesuai dengan ketetapan DPN ABDSI, pendaftaran dilakukan dan dievaluasi secara langsung oleh DPN ABDSI. Dalam kondisi khusus DPN ABDSI menetapkan diterima atau tidaknya BDS calon anggota.

c. DPN ABDSI yang memiliki hak dan kewenangan mengeluarkan Kartu Tanda Anggota dan Sertifikat Keanggotaan ABDSI di Seluruh Indonesia.

b. Pada kondisi umum, Pendaftaran Anggota Biasa dilakukan pada Korda ABDSI Kabupaten/Kota di tempat BDS berdomisili, selanjutnya dokumen dikirim ke Korwil dan dilakukan evaluasi. Korwil yang memiliki hak dan kewenangan untuk diterima atau tidaknya BDS calon anggota. Selanjutnya apabila diterima Korwil melaporkan pendaftaran data anggota baru kepada DPN ABDSI.

c. BDS yang diterima menjadi Anggota Biasa akan mendapat Kartu Tanda Anggota (KTA) dan Sertifikat Keanggotaan yang diterbitkan oleh DPN ABDSI dari Korwil ABDSI Provinsi melalui Korda ABDSI Kabupaten/Kota di tempatnya mendaftar.

d. Keputusan tentang diterima atau tidaknya menjadi Anggota Biasa disampaikan melalui surat pemberitahuan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tiga puluh hari kerja setelah formulir pendaftaran diterima oleh ABDSI Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Pasal 16 Anggota Kehormatan

(1) Anggota Kehormatan adalah orang perseorangan yang dianggap mempunyai jasa luar biasa dalam membentuk, membina, mengembangkan dan memajukan ABDSI, BDS, Koperasi dan UMKM.

(2) Anggota Kehormatan diangkat untuk seumur hidup oleh Dewan Pengurus masing-masing tingkat berdasarkan:

a. Usul Anggota Luar Biasa Nasional dan atau usul Korwil ABDSI Provinsi untuk Anggota Kehormatan Nasional.

b. Usul Anggota Luar Biasa Provinsi dan atau usul Korda ABDSI Kabupaten/Kota untuk Anggota Kehormatan Provinsi.

c. Usul Anggota Luar Biasa Kabupaten/Kota dan atau usul Anggota Biasa ABDSI Kabupaten/Kota untuk Anggota Kehormatan Kabupaten/Kota.

(17)

Muswil dan Musda Kabupaten/Kota berikutnya yang menerima pertanggungjawabannya, otomatis diangkat menjadi anggota kehormatan ABDSI.

(4) Anggota Kehormatan yang bukan Anggota Biasa dibebaskan dari kewajiban membayar uang pangkal dan iuran anggota.

(5) Anggota Kehormatan mempunyai:

a. Hak bicara, yaitu hak mengajukan usul, saran, pendapat dan pertanyaan

b. Hak untuk mengikuti kegiatan organisasi atas undangan Dewan Pengurus ABDSI.

Pasal 17

Sanksi Terhadap Anggota

Setiap anggota yang melakukan tindakan merugikan organisasi dapat dikenai sanksi organisasi berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan, berupa:

a. teguran atau peringatan tertulis; b. penghentian pelayanan organisasi; c. pemberhentian sebagai anggota.

Pasal 18 Hak Anggota (1) Anggota Biasa mempunyai:

a. Hak suara, adalah hak mengambil keputusan dan hak memilih Ketua Umum/Ketua yang sekaligus merangkap Ketua Formatur dan empat orang anggota formatur dalam Munas/Munaslub/Muswil/Muswillub Provinsi, Musda/Musdalub Kabupaten/Kota;

b. Hak dipilih, adalah hak menerima kepercayaan menduduki jabatan dalam kepengurusan ABDSI;

c. Hak bicara, adalah hak mengajukan usul, saran dan pendapat dan mengajukan pertanyaan; d. Hak pelayanan, adalah hak untuk mendapatkan informasi, mengikuti program, bimbingan,

bantuan dan perlindungan organisasi dalam menjalankan usahanya;

(2) Dalam penggunaan hak Anggota Biasa, badan hukum atau perusahaan sesuai ketentuan ayat (1) diwakili oleh satu orang pengurus atau manajemen perusahaan tersebut yang mendapat kuasa dari BDS yang bersangkutan guna mewakili dalam organisasi ABDSI.

(3) Dalam menampung Hak Anggota Biasa tersebut ayat (1), khususnya huruf a,b dan c, diberlakukan sistem perwakilan, yaitu:

a. Dalam forum-forum Munas, Munaslub dan Munassus, Anggota Biasa diwakili oleh utusan Koordinator Wilayah Provinsi.

b. Dalam forum-forum Muswil, Muswillub, Anggota Biasa diwakili oleh utusan Koordinator Daerah Kabupaten/Kota dari Daerah Provinsi yang bersangkutan.

c. Dalam forum-forum Musda, Musdalub Kabupaten/Kota, Anggota Biasa di daerah Kabupaten/Kota menggunakan haknya sendiri. Jika jumlah dianggap terlalu besar dan secara teknis menyulitkan penyelenggaraan Musda/Musdalub Kabupaten/Kota, hak Anggota Biasa dilaksanakan dengan cara perwakilan anggota yang tata caranya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 19 Kewajiban Anggota Setiap Anggota ABDSI berkewajiban:

a. Menaati dan melaksanakan sepenuhnya semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya.

(18)

Pasal 20

Kehilangan Keanggotaan (1) Anggota kehilangan keanggotaannya dalam ABDSI karena:

a. mengundurkan diri; b. menghentikan usahanya; c. diberhentikan oleh organisasi;

d. semua izin yang dimilikinya dicabut oleh pemerintah.

(2) Kehilangan keanggotaannya dalam ABDSI bagi Anggota Kehormatan karena: a. mengundurkan diri;

b. meninggal dunia.

Pasal 21

Pemberhentian Keanggotaan

(1) Dewan Pengurus ABDSI dapat melakukan pemberhentikan atau pemberhentian sementara keanggotaannya jika anggota:

a. bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga; b. bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi;

c. tidak memenuhi kewajiban keanggotaan sebagaimana yang ditetapkan organisasi; d. tidak mematuhi keputusan organisasi;

e. menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan organisasi. (2) Keputusan pemberhentian atau pemberhentian sementara keanggotaan dilakukan sesudah ada

peringatan tertulis terlebih dahulu sebanyak tiga kali berturut-turut dalam jangka waktu tiga bulan, terkecuali untuk hal-hal yang luar biasa.

(3) Dalam masa pemberhentian atau pemberhentian sementara, anggota yang bersangkutan kehilangan hak-hak keanggotannya.

(4) a. Pemberhentian yang dimaksud ayat (1), (2) dan (3) adalah: penghapusan keseluruhan hak anggota untuk selama-lamanya karena kesalahan prinsip anggota yang bersangkutan.

b. Pemberhentian sementara yang dimaksud ayat (1), (2) dan (3) adalah penghapusan sementara seluruh atau sebagian kegiatan anggota untuk jangka waktu tertentu karena kesalahan anggota yang bersangkutan, misalnya tidak memenuhi kewajiban membayar uang iuran anggota yang ditetapkan organisasi.

(5) Anggota yang dikenai sanksi pemberhentian atau pemberhentian sementara berhak membela diri dan dapat naik banding, secara berturut-turut, kepada:

a. Dewan Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi; b. Rapimwil/Rapimda yang bersangkutan;

c. Muswil/Musda yang bersangkutan; d. Rapim yang tingkatannya lebih tinggi; e. Musyawarah yang tingkatannya lebih tinggi; f. Rapimnas;

g. Munas

(6) Anggota yang kehilangan haknya karena terkena sanksi pemberhentian atau pemberhentian sementara, akan memperoleh pemulihan hak-haknya kembali, setelah sanksi tersebut dicabut oleh Dewan Pengurus yang bersangkutan atau Dewan Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi atau Rapim atau Musyawarah.

BAB IV KEUANGAN

Pasal 22 Sumber Dana

(19)

(2) Besar uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan berdasarkan asas proporsional dengan kemampuan anggota berdasarkan keputusan Dewan Pengurus Nasional.

(3) Untuk memperkuat keuangan ABDSI pada setiap tingkat, Dewan Pengurus setiap tingkat dibenarkan mengadakan upaya sendiri yang sah, tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 22

Perimbangan Pembagian Keuangan

(1) Uang pangkal dan uang iuran anggota yang ditarik oleh ABDSI Kabupaten/Kota pembagiannya dialokasikan sebagai berikut:

a. untuk ABDSI Kabupaten/Kota yang bersangkutan sebesar 50%. b. untuk ABDSI Provinsi yang bersangkutan sebesar 30%.

c. Untuk ABDS Indonesia sebesar 20%.

(2) Uang pangkal dan uang iuran anggota yang ditarik oleh ABDSI Provinsi pembagiannya ditetapkan sebagai berikut:

a. untuk ABDSI Provinsi yang bersangkutan sebesar 80%. d. untuk ABDS Indonesia sebesar 20%.

(3) Uang pangkal dan uang iuran anggota yang ditarik oleh ABDS Indonesia digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan ABDS Indonesia.

(4) Alokasi dana uang pangkal dan iuran anggota sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) disampaikan oleh:

a. Koordinator Daerah Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas penyampaian alokasi dana sebagaimana dimaksud ayat (1) melalui ABDSI Provinsi yang bersangkutan dengan melampirkan daftar anggotanya yang telah membayar kewajiban keuangan.

b. Koordinator Wilayah/Koordinator Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas penyampaian alokasi dana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dengan melampirkan daftar anggota yang telah membayar kewajiban keuangan.

(5) Penggunaan dan pengelolaan dana pada setiap tingkatan organisasi ditentukan oleh Dewan Pengurus masing-masing dengan menggunakan Program dan Rencana Kerja Tahunan sebagai acuan, dan ketentuannya diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 23 Penggunaan Dana

(1) Dewan Pengurus setiap tingkatan bertanggungjawab atas pengawasan, penerimaan dan penggunaan dana serta pengelolaan perbendaharaan atau harta kekayaan organisasi pada tingkat masing-masing.

(2) Untuk keperluan pengawasan, bila diperlukan Dewan Pengurus setiap tingkatan harus menggunakan akuntan publik yang akan melakukan pemeriksaan keuangan (audit).

Pasal 24

Pertanggungjawaban Keuangan

(1) Rapat Dewan Pengurus untuk membahas dan meneliti laporan keuangan dan perbendaharaan organisasi diadakan selambat-lambatnya satu kali dalam tiga bulan.

(2) Laporan keuangan organisasi harus disampaikan pada setiap Rapim masing-masing.

(3) Pembukuan organisasi di setiap tingkatan dimulai setiap tanggal satu Januari sampai dengan tanggal tiga puluh satu Desember tahun yang sama.

(20)

BAB V KEPENGURUSAN

Pasal 25 Dewan Pengurus (1) Dewan Pengurus Inti:

a. untuk Dewan Pengurus Nasional ABDSI disebut Dewan Pengurus Nasional Inti terdiri atas Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Ketua-Ketua Departemen.

b. untuk Pengurus Korwil ABDSI disebut pengurus Korwil Inti terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua-Ketua Departemen.

c. untuk Pengurus Korda ABDSI disebut Pengurus Korda Inti terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua-Ketua Bidang.

Yang jumlahnya masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Nasional.

(2) Dewan Pengurus Lengkap:

a. untuk Dewan Pengurus Nasional ABDSI disebut Dewan Pengurus Nasional lengkap terdiri atas Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Ketua-Ketua Departemen dan jajarannya.

b. untuk Pengurus Korwil ABDSI disebut pengurus Korwil Inti terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua-Ketua Departemen dan jajarannya.

c. untuk Pengurus Korda ABDSI disebut Pengurus Korda Inti terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua-Ketua Bidang beserta jajarannya.

Yang jumlahnya masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Nasional.

(3) a. Pengurus Departemen diangkat oleh Dewan Pengurus Nasional/Korwil dan dipimpin oleh seorang ketua Departemen;

b. Pengurus Bidang di Kabupaten/Kota diangkat oleh Koordinator Daerah Kabupaten/Kota dan dipimpin oleh seorang Ketua Bidang;

yang jumlah Departemen dan dan bidangnya disesuaikan menurut kebutuhan mengikuti pedoman yang ditetapkan Dewan Pengurus Nasional.

Pasal 26 Tugas Pengurus

Dalam memenuhi fungsi dan tugas ABDSI Pengurus bertugas melaksanakan kegiatan pokok sebagai berikut:

a. Memajukan dan mengembangkan jiwa entrepreneur dan leadership, kemampuan serta keterampilan BDS anggota agar dapat tumbuh dan berkembang secara dinamis dan mantap guna tercapainya pertumbuhan ekonomi, peningkatan pembangunan dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas.

b. Memupuk dan meningkatkan partisipasi aktif BDS, Koperasi dan UMKM Indonesia guna meningkatkan produksi nasional dengan cara kerja yang terampil, efisien, berdisiplin dan berdedikasi.

c. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, usaha-usaha dan kegiatan lain yang bermanfaat dalam rangka membina dan mengembangkan kemampuan BDS dalam melayani Koperasi dan UMKM Indonesia, baik dilakukan sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain.

d. Menyelenggarakan dan meningkatkan hubungan dan kerja sama yang saling menunjang dan saling menguntungkan antar BDS anggota di Indonesia.

(21)

mupun luar negeri seiring dengan kebutuhan dan kepentingan pembangunan di bidang ekonomi dan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.

f. Menyelenggarakan analisis dan statistik serta menyelenggarakan pusat informasi usaha dan mengadakan promosi di dalam dan di luar negeri.

g. Menjalankan advokasi dalam menjalankan dan menegakkan kode etik konsultan BDSI serta advokasi terhadap kepentingan BDS, Koperasi dan UMKM.

h. Menyiapkan dan memberikan keterangan yang diperlukan Koperasi dan UMKM Indonesia untuk keperluan perdagangan, industri dan jasa, baik untuk keperluan di dalam maupun di luar negeri. i. Menyumbangkan pendapat dan saran kepada pemerintah dan lembaga lainnya berkaitan dengan

proses pengambilan keputusan dalam kebijaksanaan BDS, Koperasi dan UMKM.

Pasal 27

Pembagian Tugas Dewan Pengurus

(1) Pembagian tugas di antara Dewan Pengurus dilakukan oleh Ketua Umum untuk Nasional dan oleh Ketua Korwil untuk Daerah Provinsi dan Ketua Korda untuk Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Rencana Kerja, Program Kerja dan Keputusan-keputusan Munas/Muswil Provinsi/Kabupaten/Kota masing-masing.

(2) Kedudukan ABDSI dalam lembaga/badan negara/daerah dan atau di forum-forum penentuan kebijaksanaan, diwakili otomatis secara ex officio oleh Ketua Umum ABDSI Indonesia dan Ketua Koordinator ABDSI Provinsi dan Kabupaten/Kota, atau oleh salah seorang Ketua Umum ABDSI Nasional/Ketua Korwil Provinsi/Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota yang ditunjuk dan ditetapkan oleh dan dalam rapat Dewan Pengurus yang bersangkutan yang diagendakan untuk keperluan tersebut.

(3) Ketua Umum ABDSI Nasional/Ketua Korwil Provinsi/Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan organisasi masing-masing berkewajiban: a. Memimpin organisasi dan Dewan Pengurus masing-masing dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, baik keluar mapun kedalam;

b. Mengkoordinasikan langkah-langkah Dewan Pengurus masing-masing dalam hal yang bersifat kebijaksanaan;

c. Memimpin rapat-rapat yang diadakan Dewan Pengurus masing-masing;

d. Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan tugas pada Ketua masing-masing; e. Bertanggung jawab kepada Munas/Muswil Provinsi/Musda Kabupaten/Kota masing-masing. (4) Ketua-ketua Departemen ABDSI Nasional, Ketua-Ketua Departemen Provinsi dan Ketua-Ketua

Bidang ABDSI Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan organisasi masing-masing berkewajiban:

a. Membantu Ketua Umum ABDSI Nasional/Ketua Korwil Provinsi/Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota masing-masing dalam mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan tugas Departemen, Bidang, Divisi, Seksi dan Badan Pelaksana dalam lingkup bidang tugasnya masing-masing;

b. Mengembangkan kerja sama yang serasi dan mengawasi kelancaran pelaksanaan tugas Departemen, Bidang, Divisi dan Seksi dalam lingkup bidang tugasnya masing-masing.

c. Mewakili Ketua Umum ABDSI Nasional/Ketua Korwil Provinsi/Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota atas dasar penunjukkan Ketua Umum/Ketua masing-masing;

d. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum ABDSI Nasional/Ketua Korwil Provinsi/Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas masing-masing.

(5) Setiap Ketua-Ketua Departemen ABDSI Nasional/Ketua-Ketua Departemen ABDSI Provinsi dan Ketua-Ketua Divisi ABDSI Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan organisasi berkewajiban:

(22)

b. Mengawasi kelancaran tugas Departemen-Departemen, Bidang-Bidang/Divisi-Divisi/Seksi-Seksi dalam lingkup masing-masing;

c. Mewakili ketua yang membidangi Departemen, Membidangi Bidang, Membidangi Divisi, membidangi Seksi bila Ketua tersebut berhalangan;

(6) Apabila Ketua Umum ABDSI Nasional/Ketua Korwil Provinsi/Ketua Korda Kabupaten/Kota berhalangan sementara atau tidak dapat menjalankan tugas sehari-harinya dalam waktu tertentu:

a. Untuk Nasional:

Ketua Umum menunjuk salah seorang Ketua Departemen ABDSI Nasional untuk mewakilinya, dan jika semua Ketua berhalangan maka Ketua Umum menunjuk salah seorang Ketua Bidang mewakilinya.

b. Untuk Wilayah:

Ketua Korwil menunjuk salah seorang Ketua Departemen ABDSI Kowil untuk mewakilinya, dan jika semua Ketua berhalangan maka Ketua Umum menunjuk salah seorang Ketua Bidang mewakilinya

c. Untuk Daerah Kabupaten/Kota:

Ketua korda menunjuk salah seorang Ketua Bidang mewakilinya, dan jika semua Ketua Bidang berhalangan, maka Ketua menunjuk salah seorang Ketua Seksi mewakilinya.

Pasal 28

Pendelegasian Wewenang (1) Pendelegasian wewenang Dewan Pengurus:

a. Untuk Dewan Pengurus Nasional:

Apabila Ketua Umum berhalangan sementara dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan kewajibannya untuk waktu tertentu, maka salah seorang Ketua Departemen ABDSI Nasional yang bersangkutan yang ditunjuk oleh Ketua Umum bertindak untuk dan atas nama Ketua Umum untuk jangka waktu tersebut.

b. Untuk Korwil Provinsi:

Apabila Ketua Korwil berhalangan sementara dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan kewajibannya untuk waktu tertentu, maka salah seorang Ketua Departemen ABDSI Korwil yang bersangkutan yang ditunjuk oleh Ketua Korwil bertindak untuk dan atas nama Ketua Korwil untuk jangka waktu tersebut.

c. Untuk Koordinator Daerah Kabupaten/Kota:

Apabila Ketua Korda berhalangan sementara dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan kewajibannya untuk waktu tertentu, maka salah seorang Ketua Bidang yang ditunjuk oleh Ketua Korda bertindak untuk dan atas nama Ketua Korda untuk jangka waktu tersebut.

Pasal 29

Pergantian Antar-Waktu (1) Pergantian antar-waktu Dewan Pengurus:

a. Apabila Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional atau Ketua Korwil Provinsi dan Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota berhalangan tetap dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatan kepengurusan berakhir, maka jabatan Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional digantikan oleh salah satu Ketua Departemen. Atau Daerah Provinsi di gantikan oleh seorang Ketua Departemen ABDSI provinsi, sedangan jabatan Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota digantikan oleh salah seorang Ketua Bidang, yang masing-masing ditetapkan oleh dan dalam Rapat Dewan Pengurus masing-masing yang diagendakan untuk keperluan itu.

(23)

Pengurus masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan dengan mempertimbangkan saran dan usul calon dari Anggota Luar Biasa yang terkait dalam waktu selambat-lambatnya tiga bulan.

c. Tindakan yang dilakukan Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b diberitahukan kepada Dewan Pengurus yang tingkat organisasinya setingkat lebih tinggi untuk disahkan dan dikukuhkan, serta dipertanggungjawabkan kepada Munas, Muswil Provinsi dan Musda Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(2) Pergantian antar-waktu Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan:

a. Apabila Ketua Dewan Penasehat dan Ketua Dewan Pertimbangan, Ketua Dewan Penasehat dan Ketua Dewan Pertimbangan Wilayah Provinsi, Ketua Dewan Penasehan dan Ketua Dewan pertimbangan Daerah Kabupaten/Kota berhalangan berhalangan tetap dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatan kepengurusan berakhir, maka jabatan Ketua digantikan oleh seorang Ketua ditetapkan dalam dan oleh Rapat Dewan Penasehat dan Rapat Dewan Pertimbangan masing-masing yang diagendakan untuk keperluan tersebut.

b. Apabila sesuatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan, maka pergantian untuk mengisi lowongan tersebut dilakukan dan ditetapkan oleh dan dalam rapat Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya tiga bulan.

c. Tindakan yang dilakukan Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b diberitahukan kepada Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan yang tingkat organisasinya setingkat lebih tinggi untuk disahkan dan dikukuhkan serta dipertanggungjawabkan kepada Munas/Muswil Provinsi/Musda Kabupaten/Kota masing-masing.

(3) Jika masa jabatan penggati Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional/Koordinator Wilayah Provinsi/Ketua Koordinator Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) lebih dari separuh masa jabatan satu periode, maka masa jabatan Ketua Umum/Ketua Dewan Pengurus pengganti tersebut dianggap satu periode.

Pasal 30

Kerja Sama dengan Pihak Ketiga

Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, setiap Dewan Pengurus dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kerja sama ABDSI dengan Pemerintah

a1. Berkembangnya hubungan timbal balik secara sinergik untuk mengefektifkan peran BDS serta Koperasi dan UMKM dalam pembangunan nasional.

a2. Mewujudkan iklim usaha Koperasi dan UMKM yang sehat dan dinamis, yang diperlukan bagi pengembangan dunia usaha.

b. Kerja Sama antar BDS

ABDSI meningkatkan dan mengembangkan kerja sama antar BDS berdasarkan kedudukan yang sejajar, sederajat dan seimbang, untuk mengembangkan hubungan yang serasi yang saling menunjang dan saling menguntungkan antara para pelaku ekonomi nasional dengan semangat kekeluargaan dengan mengutamakan kesejahteraan dan kepentingan rakyat banyak berdasarkan Demokrasi Ekonomi.

c. Kerja Sama ABDSI dengan Masyarakat.

ABDSI melakukan kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan masyarakat pada umumnya bertujuan:

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan kawasan bersejarah kampung Kauman sebagai kampung santri tradisional di tengah kota, awalnya merupakan area pemukiman yang diperuntukkan khusus bagi para

Asuransi Jasa Indonesia Cabang Surakarta yang menangani otoritas dan wewenang untuk menyelesaikan klaim asuransi pengakutan barang di laut ( Marine Cargo ), sehingga dapat

berdasarkan angka hasil pengukuran density dan temperatur observe pada setiap tangki dengan menggunakan tabel 53 ASTM IP D1250.  Menghitung dan menentukan angka

Guru melakukan penilaian atau tes hasil belajar dan pemberian tugas untuk mengetahui ketercapaian indikator dan kompetensi... Alat dan

harus login terlebih dahulu dengan menggunakan username dan password selanjutnya untuk instansi pemberi beasiswa harus memilih menu instansi dan setelah memilih menu

Dari berbagai definisi budaya organisasi yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarikkesimpulan bahwa budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini

Dalam perkembangannya, filsafat berkembang pesat dan membentuk aliran- aliran pemikiran,sesuai dengan instrumen dan landasan yang menjadi sarana dalam

Rumah panggung merupakan bentuk yang paling umum dari rumah-ruamh tradisional yang terdapat di Indonesia, hal ini disebabkan oleh tujuan masyarakat Indonesia lampau dalam