• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP KETAATAN SISWA PADA TATA TERTIB SEKOLAH DI MTS YAKTI TEGALREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP KETAATAN SISWA PADA TATA TERTIB SEKOLAH DI MTS YAKTI TEGALREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS LAYANAN BIMBINGAN

DAN KONSELING TERHADAP KETAATAN SISWA

PADA TATA TERTIB SEKOLAH DI MTS YAKTI

TEGALREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

DiajukanUntukMemperoleh

GelarSarjanaPendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

DisusunOleh:

Trinikmah Utamimah

111 10 096

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

NOTA PEMBIMBING Lamp : 5 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi Kepada

Sdr. Trinikmah Utamimah Yth. Ketua STAIN di Salatiga

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari :

Nama : Trinikmah Utamimah NIM : 111 10 096

Program Studi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah Di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosah.

Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salatiga, 25 November 2014 Pembimbing

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : TRINIKMAH UTAMIMAH

NIM : 111 10 096

Judul Skripsi : Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah Di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Salatiga, 25 November 2014 Peneliti

(4)

SKRIPSI

“PENGARUH INTENSITAS LAYANAN BIMBINGAN DAN

KONSELING TERHADAP KETAATAN SISWA PADA TATA TERTIB SEKOLAH DI MTS YAKTI TEGALREJO TAHUN PELAJARAN

2014/2015”

DISUSUN OLEH : TRINIKMAH UTAMIMAH

NIM : 111 00 096

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Sekolah Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal

20 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd. ________________ Sekretaris Penguji :Dra. Sri Suparwi. M.A. ________________ Penguji I : Prof. Dr. Mansur, M.Ag. ________________ Penguji II :Wahidin, M.Pd. ________________

Salatiga, Jum’at 20 Februari 2015 Ketua STAIN Salatiga

(5)

MOTTO



















Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Qs.Al-Ashr:1-3)

Kemajuan bukan hanya memperbaiki masa lalu tapi bergerak

menuju masa depan

.

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang

penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidupnya:

1. Teruntuk ayah dan bundaku tercinta (Bapak Nur

Aziz dan Ibu Srikhayah) yang selalu ikhlas dan tulus

memberikan kasih sayang dan do’a restu kepada

penulis.

2. Kakak-Kakak dan Adikku tercinta yang selalu

memberi inspirasi dalam hari-hari penulis.

3. Kepada Ibu Dra. Sri Suparwi. M.Si. atas arahan

dan bimbingan sampai terselesaikan penyusunan

skripsi ini.

4. Kepada sahabatku (Kiki, Dhinii, Dc, Topek, Helmi)

kalian adalah saksi perjuanganku, dan kepada

penghuni kos mbh.Jon (Mb.Dini, Riski, Leli, Mega)

canda tawa kalian memberikan semangat untukku.

5. Seseorang yang kelak menjadi pemimpin dalam

keluargaku.

6. Para pembaca yang budiman

7. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis

(7)

ABSTRAK

Trinikmah Utamimah. 2014. INTENSITAS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP KETAATAN SISWA PADA TATA TERTIB SEKOLAH DI MTS YAKTI TEGALREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Jurusan Tarbiyah. Program Studi PAI STAIN Salatiga, pembimbing Dra. Sri

Tujuan penelitian : (1) Untuk mengetahui Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015, (2) Untuk mengetahui Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015, (3) Untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling terhadap Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran2014/2015. Teknik pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi . Teknik analisis data deskriptif, presentase, dan uji hipotesis dengan mengunakan rumus product moment.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah selalu teriring sebagai sebuah bentuk terimakasih atas limpahan taufiq, ridho, hidayah yang telah Allah SWT berikan, sehingga dalam kesempatan ini memberikan kemudahan dan kelapangan dalam penyusunan tugas akhir kuliah berupa skripsi, sebagai prasyarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada khatamul anbiya’ nabi

Muhammad SAW yang selalu menjadi inspirator bagi penulis dalam segala aktivitasnya. Taklupa shalawat salam juga tercurah kepada seluruh keluarga nabi, sahabat dan orang-orang yang berjalan teguh diatas ajarannya.

Taklupa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selakuKetua STAIN Salatiga.

2. Bapak Rasimin, S.PdI., M.Pd. selakuKaprodi PAI JurusanTarbiyah STAIN Salatiga

3. Ibu Dra.Sri Suparwi. M.A. selaku dosen pembimbing skripsi.

4. Bapak Rochmat Almashari, BA dan keluarga besar MTs Yakti Tegalrejo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian disekolah tersebut.

5. Seluruh jajaran dosen dan karyawan STAIN Salatiga.

6. Ayah dan bundaku tercinta beserta keluarga besarku yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual.

(9)

8. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini

Semoga jasa baik yang telah diberikan mendapat balasan dan ridho dari Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pada khusunya dan pembaca yang budiman pada umumnya.

Billahitaufiq walhidayah

Salatiga, 25 November 2014 Penulis

Trinikmah Utamimah 111 10 096

(10)

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G. Metode Penelitian ... 11

(11)

I. Sistematika Penulisan Skripsi ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling ... 16

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 16

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 20

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 24

4. Jenis Bimbingan dan Konseling ... 29

5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling ... 35

6. Penyelenggaraan Program Bimbingan dan Konseling ... 40

B. Ketaatan Pada Tata Tertib ... 44

1. Pengertian Tata Tertib ... 44

2. Penyusunan Tata Tertib di Sekolah... 47

3. Fungsi Tata Tertib di Sekolah ... 48

4. Faktor yang mempengaruhi Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib di Sekolah ... 50

C.Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib ... 52

BAB III HASIL PENELITIAN A. Sejarah, letak Geografis, dan Kondisi MTs. Yakti Tegalrejo .. 56

1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs. Yakti Tegalrejo ... 56

2. Letak Geografis ... 59

(12)

4. Sarana dan Prasarana Pendukung Belajar Mengajar ... 60

5. Guru ... 61

6. Siswa ... 62

7. Kurikulum ... 63

B. Penyajian Data ... 64

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data ... 67

B. Interpretasi Data ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran-saran... 83

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sarana Fisik MTs Yakti Tegalrejo Tahun 2014/2015 ... 60 Tabel 3.2 Daftar Guru Mata Pelajaran MTs Yakti Tegalrejo Tahun

2014/2015 ... 61 Tabel 3.3 Keadaan Siswa MTs Yakti Tegalrejo Tahun 2014/2015 .... 62 Tabel 3.4 Pelaksanaan Jumlah Jam Pelajaran Berdasar Tingkat

Kelas MTs Yakti Tegalrejo ... 63 Tabel 3.5 Kegiatan Ekstra Kurikuler MTs Yakti Tegalrejo Tahun

2014/2015 ... 63 Tabel 3.6 Daftar Nama Responden ... 64 Tabel 4.1 Interval Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling ... 69 Tabel 4.2 Nilai Nominasi Intensitas Layanan Bimbingan dan

Konseling ... 70 Tabel 4.3 Komparasi Layanan Bimbingan dan Konseling ... 72 Tabel 4.4 Interval Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah ... 74 Tabel 4.5 Nilai Nominasi Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah . 74 Tabel 4.6 Komparasi Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah ... 77 Tabel 4.7 Tabel Kerja Untuk Mencari Koevisien Korelasi Antara

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Daftar Pertanyaan / Angket

3. Tabel Jawaban Angket Variabel Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling

4. Tabel Jawaban Angket Variabel Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah

5. Tabel Nilai Angket Variabel Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling

6. Tabel Nilai Angket Variabel Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah 7. Permohonan Izin Penelitian

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bimbingan konseling merupakan salah satu ilmu yang baru dibanding dengan ilmu-ilmu yang lain, sebab ia baru muncul pada abad ke 20 Masehi. Namun seiring dengan perkembangan zaman bimbingan konseling mengalami kemajuan terutama pada bidang pendidikan (Walgito, 1995: 9).

Secara umum bimbingan dan konseling telah memiliki kedudukan yang sangat kuat. Setiap lembaga pendidikan selayaknya memiliki unit bimbingan dan konseling dalam upaya optimalisasi potensi pendidikan. Bimbingan dan konseling merupakan serangkaian progran layanan yang diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu berkembang lebih baik. Bimbingan dan konseling dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, bahkan pra sekolah sampai tingkat tinggi.

Walgito(2005: 1), terdapat dua istilah, yaitu “Bimbingan” dan

“Konseling”. Istilah bimbingan merupakan tejemahan dari guidance,

sedangkan istilah konselingmerupakan bentuk serapan dari counseling. Dalam buku yang terdahulu, digunakan istilah “penyuluhan” sebagai terjemahan dari

counseling , namun kemudian ada pendapat yang menyatakan bahwa dalam hal

(16)

tetapi konselor harus mengusahakan adanya hubungan yang timbal-balik antara klien (orang yang mempunyai masalah) dan konselor, serta menempatkan klien dalam posisi yang lebih aktif.

Seorang anak yang tumbuh akan mengalami fase perubahan di dalam dirinya. Terkadang anak yang beranjak remaja menuju dewasa akan lebih dekat dengan teman sebayanya dari pada orang tuanya. Mereka cenderung akan lebih banyak bercerita dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang yang lebih dewasa. Pada masa ini, anak-anak sedang mencari jati diri di mana proses menuju kedewasaan dalam berfikir dan berperilaku yang baik dan benar di dalam masyarakat. Penting sekali arahan dari orang tua yang lebih tua agar anak-anak tidak tersesat dalam berfikir dan berperilaku. Maka di dalam sekolah atau lembaga pendidikan lainnya terdapat bimbingan dan konseling.Peranan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting. Bimbingan dan konseling selain sebagai tempat mengadukan penyelesaian masalah-masalah yang baru dihadapi, juga sebagai pusat informasi tentang bagaimana seharusnya ia melangkah untuk mencapai cita-cita masa depannya dan bagaimana ia bersikap dalam kondisi tertentu.

(17)

siswa harus ikut berpartisipasi dalam menciptkan situasi belajar yang harmonis sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien dengan cara menaati peraturan atau tata tertib sekolah, sesuai dengan tujuan bimbingan konseling yaitu memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajiban (juntik, 2008: 14).

M.Arifin( 1994: 85), faktor eksternal yang mendorong anak berlaku menyimpang dan tidak taat terhadap peraturan guru dan kepala sekolah meliputi:

1. Rasa cinta dan perhatian yang kurang terutama dari orang tua atau wali 2. Pengawasan yang kurang dari orang tua atau wali

3. Kurangnya sarana-sarana pengarahan serta pemanfaatan waktu-waktu luang

4. Cara-cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orang tua

5. Terbukanya kesempatan untuk berbuat nakal

(18)

apabila siswa belum mempunyai kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang sering dirasakannya memberatkan dan belum mengetahui manfaat dan kegunaannya. Kondisi seperti ini ini sering ditemui pada anak-anak SMP-SMA yang mengharuskan pendidikannya melakukan pengawasan agar tata tertib sekolah dilaksanakan, yang sering kali mengharuskan siswa yang tidak menaati harus diberi sanksi atau hukuman karena pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.

Siswa yang manaati tata tertib atau peraturan yang berlaku di sekolah, karena tata tertib sekolah merupakan suatu peraturan yang bertujuan untuk mengatur dan melatih secara individu dilingkungan sekolah atau tempat dan waktu tertentu. Masalah yang berkembang saat ini adalah banyaknya siswa yang melanggar aturan tersebut, sebagai contoh di MTs Yakti Tegalrejo masih banyak sekali siswa yang datang terlambat sampai sekolah, merokok, masih juga ada beberapa anak yang memakai seragam sekolah tidak rapi dan memakai atribut yang kurang lengkap, diwaktu jam istirahat kedua waktunya shalat dzuhur juga masih ada beberapa anak yang tidak langsung menuju ke masjid sekolah untuk menjalankan shalat dzuhur. Padahal dalam tata tertib sudah tercantum kewajiban siswa untuk menaati peraturan sekolah tersebut. Siswa yang tidak menaati tata tertib sekolah memperlihatkan sikap yang kurang baik dalam kehidupan di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.

(19)

perkembangan yang baik dan optimal harus ada asuhan yang baik dan terarah yang bisa menjangkau segi psikologi yang bersifat pribadi. Oleh karena itu diperlukan bimbingan dan konseling untuk memberikan asuhan terhadap proses perkembangan pribadi peserta didik tersebut.

Didalam Al-Qur’an telah disebutkan dalam Qs.Al-Ashr yang merupakan pokok pikiran tentang bimbingan dan konseling.

Artinya : “Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”(Qs.Al-ashr:1-3).

Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, adalah merupakan wadah yang bisa menampung masalah-masalah dan membantu para siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mengarahkan peserta didik mencapai tahap perkembangan yang optimal baik secara akademis psikologis maupun sosial.

(20)

B.Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

2. Bagaimana Ketaatan Siswa pada Tata Tertib Sekolah di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

3. Adakah pengaruh antara Layanan Bimbingan dan Konseling terhadap Ketaatan Siswa pada Tata Tertib Sekolah di MTs Yakti TegalrejoTahun Pelajaran 2014/2015?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Intensitas Layanan dan Bimbingan Konseling di MTs Yakti TegalrejoTahun Pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling terhadap Ketaatan Siswa pada Tata Tertib di MTs Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran2014/2015.

D. Hipotesis

(21)

dapat diartikan sebagai anggapan dasar yang menjadi teori sementara dan masih bisa diuji kebenarannya.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka hipotesis yang dilakukan adalah “Ada pengaruh positif antara layanan bimbingan dan konseling dengan ketaatan siswa dalam menaati tata tertib di sekolah”.

E. Manfaat Penelitian

Di antara manfaat-manfaat penelitian yang penulis inginkan adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritik diharapkan memberikan sumbangan pada perkembangan dunia pendidikan, dan dapat memperkaya khasanah keilmuan bagi orang yang membacanya.

2. Secara praktis adanya pengaruh intensitas layanan bimbingan dan konseling terhadap ketaatan siswa pada tata tertib sekolah. Agar dijadikan evaluasi bagi para siswa supaya lebih taat tehadap tata tertib di sekolah. 3. Bagi perpustakaan diharapkan dapat menambah koleksi referensi ilmu

yang dapat memberi varian ilmu yang berbeda, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi guru BK, jika terbukti bahwa intensitas layanan bimbingan dan konseling ada pengaruh positif dengan ketaatan siswa, supaya para guru BK meningkatkan kualitas bimbingan dan konseling.

(22)

dalam meningkatkan pelayanan kepada seluruh mahasiswa di STAIN Salatiga.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis tegaskan lebih dulu mengenai istilah yang terdapat dalam judul di atas. Adapun istilah-istilah tersebut adalah :

1. Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling a. Intensitas

Kata intensitas adalah keadaan (tingkatan, ukuran) intensnya (kuat dan hebat) dan sebagainya. Intensitas berarti 1. hebat atau sangat kuat (rentang kekuatan efefk). 2. Tinggi (tentang mutu). 3. Bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar (tentang perasaan).4. sangat emosional (tentang orang)(Corsini, 2002).

Berdasarkan pengertian diatas,intensitas dapat diartikan sebagai seberapa besar respon individu atas suatu stimulus yang diberikan kepada siswa ataupun seberapa sering siswa melakukan sebuah tingkah laku.

b. Layanan Bimbingan dan konseling

(23)

Hallen ( 2002: 3) bimbingan berasal dari terjemahan kata guidance yang artinya menuntun, membimbing, sedangkan menurut istilah adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuan secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Sedangkan konseling berasal dari bahasa inggris to counsel yang berarti memberi saran dan nasehat. Sedangkan menurut istilah konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya (Hallen, 2002: 9).

Jadi yang dimaksud dengan pengaruh intensitas layanan bimbingan dan konseling adalah daya atau kekuatan yang dimiliki seseorang untuk memberikan bantuan kepada orang lain dalam menghadapi berbagai kesulitan dan perkembangan potensi.

Menurut (Farida: 2008), indikator untuk mengukur layanan bimbingan dan konseling, sebagai berikut :

1) Memberikan bimbingan terhadap semua siswa 2) Sosialisasi peraturan sekolah

3) Pemberian teguran baik lesan maupun tulisan 4) Pemberian sanksi atas pelanggaran

(24)

7) Membuat surat pernyataan tentang pelanggaran yang diketahui wali siswa.

c. Ketaatan siswa pada tata tertib

Ketaatan dan kepatuhan memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan.Menurut (Zulfri dan Aprilia, 2008:812), Tata tertib adalah aturan, kaidah dan susunan tata tertib adalah peraturan-peraturan yang harus dituruti atau dilaksanakan.

Tata tertib merupakan suatu peraturan yang bertujuan untuk mengatur perilaku individu di tempat atau waktu tertentu, dalam penelitiann ini yang dimaksud tata tertib adalah tata tertib di MTs Yakti Tegalrejo dan dikhususkan pada tata tertib yang mengatur perilaku siswa waktu kegiatan sekolah berlangsung.

Adapun indikator tentang tata tertib siswa di MTs Yakti Tegalrejo adalah sebagai berikut :

a. Setiap siswa wajib melaksanakan ajaran agama Islam.

b. Setiap siswa wajib menjaga ketertiban, keamanan dan kebersihan lingkungan madrasah.

c. Setiap siswa wajib menghormati kepala Madrasah, guru, karyawan dan sesama siswa

d. Selama kegiatan berlangsung, setiap siswa wajib mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang ada

(25)

f. Sebelum pelajaran dimulai semua siswa wajib berdo’a dan membaca Al-Qur’an yang di pandu oleh petugas

g. Siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran karena suatu kepentingan wajib meminta izin dengan surat izin

h. Setiap siswa wajib mengikuti sholat dzuhur dan jama’ah dzuhur di Masjid Madrasah

i. Setiap siswa wajib memenuhi ketentuan administrasi yang berlaku di Madrasah

j. Setiap siswa yang terlambat 10 menit atau lebih harus mendapat izin masuk dari satuan tugas kedisiplinan

k. Setelah pelajaran berakhir setiap siswa wajib berdo’a bersama

G. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Suharsimi Arikunto (1998: 115), mengemukakan populasi adalah keseluruhan objek penelitianyang berfungsi sebagai sumber data. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah siswa di MTs Yakti Tegalrejo Magelang kelas VII-IX secara keseluruhan yang berjumlah 620 siswa.

b. Sampel

(26)

Sampel dari penelitian ini berjumlah 60, dengan landasan pendapatnya Suharsimi Arikunto yang menyatakan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua dan jika jumlah subyeknya lebih dari 100, lebih baik diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 1998: 120-121).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dalam pengambilan sampel yang dengan cara random sampling (acak) maksudnya penelitian mencampur subyek di dalam populasi, semua subyek sama dan memberi hak yang sama.

c. Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini ada 2, yaitu intensitaslayanan bimbingan konselingsebagai variabel pertama sedangkan ketaatansiswa menaati tata tertib sekolah sebagai variabel kedua.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu :

a. Angket

(27)

b. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (1998:236), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagainya di MTs Yakti Tegalrejo.

c. Observasi

Nazir (1988: 212), obsevasi yaitu pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Metode ini penulis gunakan sebagai metode bantu untuk mengetahui dan mengumpulkan data tentang keadaan umum di MTs Yakti Tegalrejo dan intensitas layanan bimbingan konseling dan ketaatan siswa menaati tata tertib sekolah.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data statistik sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui intensitas layanan bimbingan dan konseling dan ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah digunakan teknik analisis data presentase dengan menggunakan rumus :

(28)

N : Jumlah objek

2. Untuk mengetahui apakah layanan bimbingan dan konseling mempunyai pengaruh terhadap ketaatan siswa menjalankan tata tertib sekolah digunakan statistik dengan rumus product moment :

√(∑ )(∑ )

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara x dan y

xy : Perkalian antara variabel x dan y x : Variabel pengaruh

y : Variabel terpengaruh

I. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam memperoleh gambaran jelas dari penelitian skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Adapun yang dibahas dalam bab ini meliputi, latar belakang masalah, penjelasan istilah, pokok masalah, tujuan penelitian, hipotesa, metode penelitian metode pengumpulan data, metode analisis data.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(29)

1. Intensitas layanan bimbingan dan konseling meliputi : pengertian intensitas layanan bimbingan dan konseling, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, jenis bimbingan dan konseling, asas bimbingan dan konseling, penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.

2. Ketaatan siswa terhadap tata tertib meliputi : pengertian tata tertib, penyusunan tata tertib sekolah, fungsi tata tertib sekolah, faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas siswa menaati tata tertib sekolah.

3. Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan Konseling dan Terhadap Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib

BAB 111 LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang : Gambaran umum tentang sejarah berdirinya MTs Yakti Tegalrejo, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, jumlah ruang, prestasi siswa, penyajian hasil angket.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang analisis data dan interprestasi data. BAB V PENUTUP

Dalam bab terakhir ini penulis menyajikan bagian-bagian dari penutup yakni kesimpulan dan saran-saran.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Hallen (2002: 3), Sebagai langkah awal untuk menelusuri sejauh mana konsep Bimbingan dan Konseling perlu pemahaman mengenai pengertian Bimbingan dan Konseling itu sendiri. Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”

berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing , menuntun ataupun membantu”. Sesuai

dengan istilahnya maka secara umum Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan ataupun tuntunan. Sedangkan Konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara etimologi “to give advice

yang artinya memberi saran atau nasehat.

Sedangkan menurut pandangan Shertzer dan Stone (1981), dalam W.S.Winkel (1997), bimbingan sebaiknya diartikan sebagai: proses membantu orang-perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Membantu di sini berarti memberikan pertolongan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan serta kesulitan yang timbul dalam kehidupan manusia.

(31)

bantuan, pendampingan dengan memberikan saran atau nasehat kepada peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Sehingga secara khusus siswa dapat menjalani proses pendidikan dengan lancar dan secara umum tujuan pendidikan dapat dicapai.

Berkaitan dengan Bimbingan secara umum, dijelaskan juga dalam perspektif Agama Islam, yaitu terdapat dalam surat Asy-Syuara ayat 52 yang berbunyi sebagai berikut :

Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi

petunjuk kepada jalan yang lurus”.

(32)

lingkungan. Sedangkan Syamsu Yusuf dan Juntik (2008: 6), juga menambahkan bahwa Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang sistematika atau kebutuhan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematika dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.

Menurut Koestor (1985:15-16), konseling atau penyuluhan mempunyai dua arti yaitu:

a. Arti Luas

Konseling adalah segala ikhtiar pengaruh psychologis yang dapat diadakan terhadap sesama manusia.

b. Arti yang sesungguhnya

Konseling merupakan suatu hubungan yang sengaja dilakukan dengan manusia lain dengan maksud agar dengan berbagai cara psycologis, kita dapat mempengaruhi beberapa kpribadian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh efek tertentu.

(33)

directin), kemampuan merealisasikan dirinya (self releacation), sesuai dengan potensi atau kemampuan dalan mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan ini diberikan untuk orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tertentu.

Maka dari beberapa pengertian diatas bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu, makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis yang di alami dalam kehidupannya.

Adapun dasar bimbingan dan konseling adalah salah satu

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS.Al-Ahzab:21)

(34)

a. Merupakan bantuan kepada klien dalam memecahkan masalah b. Merupakan salah satu bentuk atau bagian dari usaha bimbingan c. Dilakukan dengan wawancara atau diskusi face to face atau sesuai

dengan keadaan(Sofyan dan August, 1978:24).

Kemudian sesuai dengan pengertian baik pengertian bimbingan maupun konseling yang telah dikemukakan para ahli diatas, kalau ditarik hubungan atau dipadukan akan Nampak adanya keterkaitan antara bimbingan dan konseling yaitu antara bimbingan dan konseling sangatlah erat hubungannya. Ini berarti bahwa bimbingan adalah menjelaskan pola-pola garis besar bantuan terhadap individu. Didalam bimbingan kelompok diadakan pelayanan informasi dan diskusi kelompok.Dengan itu saja belum berarti bahwa bantuan telah selesai, sebab jika bantuan itu belum memadai maka perlu diberikan bimbingan individual yakni dengan teknik konseling.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

(35)

Yusuf dan Nurihsan (2005: 16-17), Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah dan Madrasah memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. Fungsi Pemahaman

Membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman tehadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma Agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi preventif

Upaya konselor untuk senntiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

c. Fungsi Pengembangan

(36)

secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya.

d. Fungsi Perbaikan (penyembuhan)

Fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

e. Fungsi Penyaluran

Fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

f. Fungsi Adaptasi

Fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa).

g. Fungsi Penyesuain

Fungsi bimbingan dalam membantu individi (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, norma Agama.

(37)

mencapai hasil sebagaimana terkandung dalam di dalam masing-masing fungsi bimbingan konseling.

Dengan beberapa fungsi dari bimbingan konseling tersebut dapat dimaknai sebagai sebuah tahapan atau proses bimbingan yang dilaksanakan secara teratur dan berurutan. Dalam artian proses bimbingan diutamakan sebagai sebuah tindakan preventif (pencegahan) dan pemberian pemahaman. Fungsi tindakan selanjutnya adalah berupa perbaikan serta pemberian alternatif solusi pemecahnya bagi para siswa atau anak didik yang terlanjur memiliki masalah, kemudian dilanjutkan tahap developmen atau pengembangan sebagai upaya untuk tetap menjaga kondisi psikologis siswa, atau dalam tahap ini juga dicari sejauhmana potensi yang mampu berkembang dari siswa tersebut untuk melakukan pendampingan dan dikembangkan.

Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang terapkan haruslah secara langsung mengacu pada salah satu atau pada beberapa fungsi itu, agar hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan evaluasi. Selain itu proses tersebut harus dilaksanakan secara terus menerus reabilitas dan kontinue.

(38)

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Sedangkan konseling serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya (Hallen, 2002:3-4).

Dalam pelaksanaan proses pengawalan dan pendampingan dalam hal ini melalui proses bimbingan dan konseling tentunya mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai. Kami mencoba mendeskripsikannya dalam dua bentuk cakupan tujuan, yaitu secara umum dan khusus.

a. Tujuan Umum

(39)

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai dengan tujuan sistem pendidikan nasional diatas sebagai suatu upaya membentuk karakter, perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan dan konseling di SMP dan SMA haruslah dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan, yaitu adanya relevansi program pendidikan dengan tuntunan zaman. Maka secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat dan kemampuan sertadan memilih, dan menyesuaikan diri dengan kesempatan serta memilih, dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karir yang sesuai dengan tuntunan zaman.

Tujuan secara umum tersebut merupakan sebuah rangkaian kebijakan yang bersifat general dari pemerintah pusat. Maka pada tahapan selanjutnya pelaksanaanya pun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosio kultur daerah setempat.

b. Tujuan Khusus

(40)

mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

a. Tujuan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan aspek pribadi-sosial individu :

1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. 2. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri

sendiri dan orang lain.

3. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

4. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

b. Tujuan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan aspek akademik (belajar) :

(41)

pelajaran, dan aktif mengikuti semua belajar yang diprogramkan.

2. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

3. Memiliki ketrampilan atau tekhnik belajar yang efektif.

4. Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.

5. Memiliki kesiapn mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

c. Tujuan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan karir 1. memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat)

yang terkait dengan pekerjaan.

2. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja.

3. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

4. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan. 5. Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat.

(42)

amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.

Tohirin(2009:36-37), Secara lebih rinci, tujuan bimbingan dan konseling atau tujuan konseling seperti telah disebutkan di atas adalah:

1. Memperoleh pemahaman yang lebih baik tehadap dirinya.

2. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal.

3. Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.

4. Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

(43)

4. Jenis Bimbingan Konseling

Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik.

Layanan dan kegiatan pokok tersebut adalah : a. Layanan orientasi

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar perannya peserta didik dilingkungan yang baru ini. Layanan orintasi ini dilakukan dengan memberikan pemahaman pandangan kedepan terhadap siswa.

Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut pengenalan sekolah, kurikulum, peranan bimbingan konseling, dan berbagai hal yang berkaitan.

b. Layanan informasi

(44)

keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Materi layanan informasi menyangkut hal-hal informasi seputar kegiatan atau sistem belajar-mengajar dan orientasi belajar. Layanan informasi ini dimaksud sebagai sebuah gambaran atau referensi bagi peserta didik dalam melakukan tindakan atau perbuatan. Sehingga peserta didik dapat melakukan pembacaan dan pertimbangan yang serius terhadap proses perjalanan hidupnya. c. Layanan penempatan dan penyaluran

Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan, program pilihan, magang, kegiatan ekstra kurikuler) sesuai dengan dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.

Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi penjurusan anak didik, penempatan sesuai dengan motivasi dan kemampuan anak, baik melalui intrakulikuler maupun ekstrakulikuler, bahkan penempatan siswa sesuai kemampuan belajar juga dapat dimasukkan.

(45)

wilayah potensi dapat tepat. Harapannya adalah sebagai bekal siswa dalam mengembangkan potensinya yang akan diaplikasikan pada kehidupan nyata.

d. Layanan bimbingan belajar

Layanan bimbingan dan konseling ini memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Sesuai dengan perkembangan ilmu, tekhnologi dan kesenian. Materi yang diberikan harus diorientasikan pada pengembangan yang bersifat personal.

e. Layanan konseling perseorangan

Jenis layanan ini dapat dikategorikan sebagai bimbingan yang bersifat privat. Karena antara konselor atau dalam hal ini pembimbing secara langsung (face to face) bertemu dengan siswa bimbingan.

(46)

1. Pengenalan dan pemahaman permasalahan 2. Analisis yang tepat

3. Aplikasi dan pemecahan permasalahan

4. Evaluasi, baik evaluasi awal, proses ataupun evaluasi akhir.

Pada tahap diatas perlu dilakukan secara berurutan dikarenakan perlu pendalaman masalah dan penyelaman seakan-akan konselor masuk kedalam kehidupan siswa bimbingan. Model ini dapat secara efektif dilakukan dengan syarat adanya prinsip keterbukaan.

Melihat kepada teknik penyelenggaraan konseling perorangan terdapat macam-macam tekhnik konseling perorangan yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang dialami siswa. Tekhnik konseling perorangan yang sederhana melalui proses atau tahap-tahap diantaranya adalah, tahap pembuka, penjelasan, pengubah tingkah laku dan penilaian atau tindak lanjut.

(47)

f. Layanan bimbingan kelompok

Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari, baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Layanan bimbingan kelompok mempunyai 3 fungsi, yaitu : 1. Berfungsi informasi

2. Berfungsi pengembangan 3. Berfungsi preventif dan kreatif

Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan melalui kegiatan home room yang berfungsi untuk penyampaian informasi dan pengembangan psikodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi, sosiodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi bagi masalah-masalah konflik sosial.

(48)

g. Layanan konseling kelompok

Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana hidup yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang yang ditandai adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.

Secara subtansi tujuan konseling kelompok meliputi, penanaman rasa percaya diri, bersosialisasi, dan melatih manajemen kelompok.

(49)

5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan konseling dan diterapkan sesuai dengan asas-asas bimbingan konseling. Dintaranya asas-asas bimbingan dan konseling menurut M.Syamsu dan Nurihsan (2005: 22-24) tersebut yaitu :

a. Asas kerahasiaan

Menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiannya benar-benar terjamin.

b. Asas kesukarelaan

Menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/ kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

c. Asas keterbukaan

(50)

maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/ kegiatan. Agar pesrta didik dapat terbuka dan tidak berpura-pura.

d. Asas kegiatan

Menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/ kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.

e. Asas kemandirian

(51)

diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

f. Asas kekinian

Menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa

depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada apa yang diperbuat sekarang. g. Asas dinamis

Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klian) yang sama hendaknya selalu bergerak maju, tidak dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

h. Asas terpadu

(52)

dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

i. Asas harmonis

Menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan, kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbimngan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaanya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

j. Asas ahli

(53)

dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konnseling.

k. Asas alih kasus

Menghndaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalih tangankan kasus kepada guru mata pelajaran / praktik dan lain-lain.

l. Tut wuri handayani

(54)

Selain asas-asas tersebut terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu didahulukan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

6. Penyelenggaraan Program Bimbingan dan Konseling

Djumhur dan Muh.Surya (1975:45), Agar layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat berdaya guna, hasil guna dan mengenal pada sasarannya, maka perlu disusun adanya suatu program yang baik, karena dengan program yang baik, pelaksanaan bimbingan akan lebih efektif dan efisien serta optimal, sehubungan dengan hal itu Friank W.Muller menyarankan syarat-syarat melakukan proses bimbingan yang baik, sebagaimana yang dikutip Djumhur dan Muh.Surya, mengemukakan program bimbingan hendaknya:

a. Merupakan usaha bersama dan berkembang setahap demi setahap b. Harus mempunyai tujuan yang ideal dan pelaksanaan yang realistis c. Mendorong komunikasi yang terus menerus antara klien dan konselor

d. Menpunyai fasilitas yang khusus

(55)

g. Melaksanakan peran yang penting dalam hubungannya dengan masyarakat

h. Memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap dirsendiri.

Memperhatikan pendapat diatas diperoleh gambaran mengenai ciri-ciri atau syarat-syarat program bimbingan konseling yang baik, diantanranya program hendaknya dikembangkan secara bertahap dengan melibatkan semua unsur sekolah dalam merencanakannya, memiliki tujuan yang ideal dan realitas dengan didukung adanya fasilitas yang memadai, layanan diberikan kepada semua siswa dengan memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri. Di samping syarat tersebut program bimbingan hendaknya mencerminkan komunikasi yang continue antara semua unsur sekolah dan berperan penting dalam menghubungkan atau mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat serta menjamin keseimbangan layanan bimbingan.

Sofyan dan August (1978: 28-51), agar usaha bimbingan dan konseling itu betul-betul efisien dan mengenai sasarannya, haruslah disusun program pendidikan sebagai berikut :

a. Program orientasi

(56)

sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru.

Program ini amat penting karena semua murid yang memasuki sekolah yang baru belum dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. Hal ini disebabkan karena keadaan sekolah yang akan dimasukinya merupakan hal yang asing dan serba baru, mereka merasa canggung, heran. Karena itu program orientasi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan akan informasi tentang sekolahnya yang baru, meliputi akan hal-hal pengenalan terhadap lingkungan sekolah, personil sekolah, kurikulum atau mata pelajaran yang akan diajarkan dikelasnya, organisasi sekolah, organisasi belajar, tata tertib dan perpustakaan.

b. Program pengumpulan data

Program pengumpulan data yaitu segala usaha yang berencana, bertujuan dan sistematis untuk mengumpulkan data tentang murid-murid, dengan tujuan agar dapat mengenalnya lebih baik sehingga memudahkan pendidik dalam memberikan bantuan.

Termasuk didalam program ini adalah :

(57)

2) Program non-testing yaitu cara untuk mengetahui tingkah laku, sifat-sifat, pendapat, penyataan tanpa melalui test psikologi, yang termasuk program non testing ialah : angket, observasi, wawancara, sosiometri, home visit (kunjungan rumah), studi documenter.

c. Program counseling

Program counseling adalah suatu perencanaan mengenai pelaksanaan baik di sekolah maupun untuk individu lainnya.

d. Program penempatan

Program penempatan ialah suatu rencana bimbingan konseling di sekolah yang bertujuan membantu murid dalam hal menentukan jurusan sekolah untuk kelanjutan studinya, menempatkan seorang murid di dalam kelompoknya yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya, membantu murid untuk menentukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

e. Program kelanjutan (follow up)

Program follow up adalah suatu usaha untuk mengadakan evaluasi terhadap :

(58)

tentang masalah yang telah diselesaikan yaitu grafik absensi, kenaikan kelas, prestasi hasil belajar.

2) Evaluasi bimbingan dan konseling yang telah diberikan kepada siswa

Untuk mengevaluasi adanya perubahan tingkah laku siswa-siswa setelah mendapatkan bimbingan konseling.

3) Evaluasi hasil bimbingan dan konseling terhadap alumni suatu sekolah

Sekolah hendaknya mempunyai catatan tentang hasil lulusannya yang sering disebut alumni. Dimana mereka melanjutkan studinya, dimana bekerja, ataukah menganggur saja setelah tamat, bahkan berapa orang yang telah berumah tangga dan mungkin ada yang telah meninggal dunia. Dengan adanya catatan tentang alumni itu akan dapat dinilai tentang kemajuan dan kemunduran sekolah. Maju mundurnya alumni membuktikan tentang hasil bimbingan di sekolah.

B. Ketaatan Pada Tata Tertib 1. Pengertian tata tertib

(59)

Untuk sampai pada pengertian yang lebih jelas tentang mentaati tata tertib, dibawah ini dikutipkan beberapa definisi sebagai berikut :

a. Suharsimi Arikunto (1991:114), mengartikan disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong atau disebabkan untuk adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.

b. Soegarda Poerbakawaca (1982:81), mendifisikan ketaatan atau kedisiplinan dengan suatu tingkatan tata tertib untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.

(60)

yang bertujuan untuk membatasi setiap perilaku siswa. Di lingkungan sekolah yang menjadi “hukum” nya adalah tata tertib sekolah.

Sumarno (1998:37), mengemukakan bahwa “ peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap tingkah laku

para siswa selama mereka bersekolah untuk mencipkan suasana yang mendukung pendidikan”. Selanjutnya Indrakusumah, (1973;140), mengartikan tata tertib sebagai “sederetan peraturan yang harus

ditaati dalam suatu situasi atau dalam tata kehidupan tertentu”. Hal ini mengandung arti bahwa dalam kehidupan manusia dimana pun berada pasti memerlukan tata tertib. Tata tertib adalah Patokanseseorang untuk bertingkah laku sesuai yang diharapkan oleh keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam lingkungan sekolah tata tertib diperlukan untuk menciptakan kehidupan sekolah yang kondusif dan penuh dengan kedisiplinan.

(61)

2. Penyusunan tata tertib di sekolah

Penyusunan peraturan dan tata tertib yang dilakukan dengan cermat dan hati-hati akan mempermudah adanya kesadaran untuk selalu mentaati tata tertib sekolah. Apabila suatu peraturan atau tata tertib dinyatakan dalam rumusan yang umum, maka perlu dibuat penjelasan tertulis untuk butir-butir tertentu atau dijelaskan dalam kesempatan tersendiri kepada subyek sasaran. Didalam penjelasan tersebut sebaiknya diberi tekanan pada hal-hal yang bersifat positif (yang harus dilakukan) disbanding yang sifatnya negative (yang tidak boleh dilakukan). Jika perlu untuk butir-butir yang dipandang sangat penting dibubuhi garis bawah atau dicetak tebal.

Suharsimi Arikunto (1991:124), ada beberapa cara dan prosedur yang dapat dipilih oleh sekolah untuk menyusun peraturan dan tata tertib sekolah, antara lain :

a. Disusun melalui diskusi yang diselenggarakan oleh sekolah yang dihadiri oleh pengurus sekolah, guru dan siswa tetapi dilakukan secara bertahap maupun perwakilan dari kelompok-kelompok siswa.

b.Disusun oleh pihak sekolah kemudian dibicarakan dalam rapat BP3 untuk mendapat saran-saran dan pengesahan.

(62)

saran-saran dipertimbangkan oleh penyusun konsep dan digunakan sebagai bahan penyempurnaan, maka peraturan dan tata tertib dapat diberlakukan.

d.Disusun oleh sekelompok siswa yang dipilih sebagai wakil mereka. Hasil susunan pertama yang masih berupa konsep dapat dikonsultasikan kepada pihak sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan untuk kemudian diberlakukan secara umum oleh sekolah.

e. Disusun oleh pihak sendiri tanpa melibatkan siswa sebagai subyek sasaran maupun orang tua siswa yang dapat dijadikan sebagai penyangga berlakunya hasil susunan yang berupa peraturan dan tata tertib.

Keikutsertaan siswa dalam penyusunan peraturan dan tata tertib sekolah berdampak baik karena siswa mengetahui bagaimana lahinya peraturan dan tata tertib mereka, selain itu juga bermanfaat lain bagi siswa yautu adanya hubungan yang lebih akrab antara siswa dengan pengelola sekolah. Didalam proses penyusunan peraturan dan tata tertib terdapat saling menggali isi hati antara siswa dengan pengelola sekolah.

3. Fungsi tata tertib di sekolah

(63)

itu. Namun selalu ada dua kemungkinan ketika manusia menjalaninya. Tentunya seiring dengan perjalanan manusia akan muncul berbagai tantangan dan rintangan untuk dihadapi sebagai suatu proses pendewasaan diri. Bahkan dalam berkehidupan manusia berinteraksi antara manusia satu dengan yang lainnya sehingga keberadaannya pasti dibatasi dengan norma dan hak-hak orang lain.

Ketika terjadi benturan dan perbedaan cara dalam menjalani hidup ini, manusia menjadi sadar bahwa ia membutuhkan aturan, kaidah, tata cara atau sistem tertentu dengan tujuan agar kehidupan menjadi lebih tertata, berjalan lancar sesuai dengan yang diinginkan, inilah yang disebut tata tertib. Tata tertib diperlukan oleh pribadi maupun relasi dengan orang lain. Agar terjadi keselarasan pola tingkah laku dengan orang lain atau masyarakat. Sehingga manusia dituntut harus bisa menyesuaikan diri dan menjalankan tata tertib yang sudah disepakati (Renita dan Yusup, 2006:14).

(64)

Dengan adanya tata tertib ini proses kegiatan belajar mengajar disekolahnya akan berjalan dengan tertib, teratur, disiplin, dan membangun iklim yang kondusif. Maka upaya dorongan untuk selalu mentaati tata tertib ini merupakan bagian pembentukan karakter siswa sebagai insane akademis yang berdisiplin dan bertanggung jawab.Dengan harapan nantinya siswa sudah terbiasa menghargai dan menghormati sistem yang berlaku dalam kedupan.

Maka fungsi tata tertib ini adalah untuk membentuk karakter dan membiasakan diri sebagai insane akademis yang disiplin dan bertanggung jawab serta secara sadar menjalankan apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya. Kerangka dasar ini yang akhirnya akan membedakan antara manusia yang berpendidikan dan tidak berpendidikan.

4. Faktor yang mempengaruhi ketaatan siswa mentaati tata tertib di sekolah

(65)

Adapun yang memungkinkan timbulnya tingkah laku pelanggaran terhadap tata tertib sekolah atau kedisiplinan siswa, menurut Crow and Crow(1975:155), ada 4 faktor yaitu :

a. Faktor psikologis

Kesadaran siswa dapat mempengaruhi sikap yang menjurus kepada tindak pelanggaran terhadap peraturan sekolah, kesehatan indra dan kesehatan keseluruhan akan membantu cara belajar yang tenang, gangguan pada kelenjar-kelenjar dapat menimbulkan sikap amarah, gelisah dan lelah.

b. Faktor perorangan

Sering kali kita jumpai sikap seseorang siswa tidak sesuai dengan standar mentaati disiplin kelas. Sikap siswa yang mementingkan diri siswa, bertingkah laku tidak baik dan terlalu rendah diri, itu semua jika dibiarkan akan menganggu ketertiban dalam kelas dan menganggu kelancaran proses belajar mengajar. c. Faktor sosial

(66)

keinginan-keinginan untuk bebas bertindak merupakan cenderung untuk meniadakan pengawasan dari orang lain, sehingga timbul sikap menentang, melanggar peraturan yang merupakan perwujudan ingin bebas.

d. Faktor lingkungan

Kesibukan dalam sekolah atau di luar sekolah dipengaruhi oleh keadaan seluruhnya, misalnya keadaan ruang yang cukup bersih, menarik, cukup penerangan dan kebutuhan udara segar akan berpengaruh terhadap ketenangan dan kesungguhan dalam belajar, juga figure seorang pendidik yang simpatik dan menyenangkan akan menambah semangat siswa untuk belajar. Sebaliknya jika ruangan kelas yang kotor, pengap, dan kurangnya penerangan dalam belajarnya, maka siswa akan cenderung ogah-ogahan dalam mengikuti belajarnya dan mungkin siswa akan membalas dan membantah apa yang akan diperintahkan gurunya.

C. Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Ketaatan siswa Pada Tata Tertib

(67)

kedisiplinan maka mutlak dibutuhkan sistem yang mengelola pembentukan kedisiplina tersebut. Salah satunya melalui penerapan tata tertib sekolah, baik itu bagi siswa, guru, maupun seluruh penghuni lembaga pendidikan..

Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar di lingkup pendidikan formal atau di sekolah tentunya akan banyak sekali bersinggungan ,dalam hal ini adalah peraturan yang dibuat oleh pihak sekolah dengan peserta didik sebagai pelaksana. Benturan yang muncul dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lingkungan, maupun kepribadian siswa itu sendiri.

Sebagai maksud diatas bahwa sistem yang dilaksanakan di sekolah belum tentu berkesesuaian terhadap lingkungan yang membentuk siswa tersebut.Disinilah benturan dan singgungan sering terjadi antara siswa dengan peraturan sekolah. Karakter yang dibentuk lingkungan belum tentu berkesesuain dengan yang ada di sekolah, hal ini yang sering menjadi masalah untuk dipelajari dalam proses bimbingan.

(68)

kurang mendapat perhatian dari orang tua akan cenderung berperilaku kurang baik di sekolah, karena di kehidupan keluarga yang punya skala waktu lebih lama jarang mendapatkan pendidikan di dalamnya.

Dalam kondisi seperti inilah muncul tuntutan bagi para pembimbing (konselor) untuk mampu membaca secara cermat faktor yang memnyebabkan perilaku menyimpang dari peserta didik. Sehingga apa yang dimaksudkan adanya tata tertib sebagai penanaman kedisiplinan dan tanggung jawab siswa dapat bersinergi dengan kondisi psikologis peserta didik. Melalaui bimbingan ini pula peserta didik dituntut bukan hanya sebagai objek saja, namun secara mandiri dan berkesinambungan dapat berperan sebagai subyek.Tugas inilah yang harus diemban oleh konselor di sekolah.

Kedudukan bimbingan konseling di sekolah sangat mutlak dibutuhkan sebagai jembatan untuk menanggulangi keberadaan siswa yang bermasalah, untuk dibimbing dan diarahkan melalui prinsip-prinsip yang edulcated dalam bimbingan dan konseling. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah merupakan andil besar dari bimbingan dan konseling.

(69)
(70)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah, letak geografis, dan kondisi MTs. Yakti Tegalrejo

1. Sejarah singkat berdirinya MTs. Yakti Tegalrejo

Sebagai embrio MTs. Yakti Tegalrejo adalah lembaga Pendidikan Guru Agama ( PGA ). Berdiri pada tanggal 16 Agustus 1965 untuk menjawab fakumnya pendidikan guru agama Islam dalam rangka mendidik generasi muslim akibat meletusnya peristiwa G 30 S/ PKI.

Lahirnya pendidikan ini dibadani oleh para ulama seluruh Tegalrejo, antara lain K. Abdan, KH. Khudhori, KH. Idris Sidiq, KR. Hasyim, K. Kir’at, K.Zarkasi dan para kyai muda serta tokoh agama dan masyarakat antara lain K. Idris Abdan, K. Hasyim Abdan, K. Thoyib Nurhadi, K. Siradj Abdan, Moh. Hasyim, Muhammad AR, Dulkarnen, Abdullah Hartanato, A. Supriatik, Sumarmo BA dll.

(71)

Sejak awal lembaga ini ternyata mendapat respon yang sangat besar dari masyarakat. Terbukti lulusan SD / MI yang masuk tidak saja dari kecamatan Tegalrejo, tetapi juga dari Kecamatan sekitar yaitu Kecamatan Pakis, Candimulyo dan Ngablak. Hal ini mengingat PGA Tegalrejo adalah satu- satunya lembaga pendidikan menengah yang berada di Magelang Timur.

Perkembangan zaman serta kebijakan pemerintah lembaga ini dituntut untuk menyesuaikan keadaan, maka pada tahun 1987 PGA ini alih fungsi menjadi MTs dengan piagam madrasah nomor WK/5.C/22/Pgm/1987 tanggal 8 desember 1987 dengan nomor statistik 04/22/2/B, di tanda tangani oleh Kabid binrua Islam ( D. Sumaryo, SH ) dengan kepala madrasah Bapak Drs. A. Hartanto sampai dengan 30 Juni 1989.

Pada tahun 1989 MTs. Yakti diberikan hak menurut hukum untuk mengikuti Ujian Persamaan Madrasah Negeri berdasar piagam nomor WK/3.C/474/MTs/1981 dari Kakanwil Depag Propinsi Jawa Tengah oleh Kabid Pendais ( H. Midchal, BA ).

Sejak 1 Juli 1989 Kepala Madrasah diamanatkan kepada Bapak Prajitno sampai dengan 15 Februari 2002.

(72)

Akreditasi berbentuknya tahun 1999 dengan jenjang DIAKUI berdasar SK. Kakanwil Depag Propinsi Jawa Tengah nomor WK/5.C/pp.05/733/99 tanggal 4 Maret 1999 yang ditandatangani oleh Kabid Binrua ( Drs. H. Djamhuri M. Nur Rasyid ).

Pada tanggal 15 februari 2002 Kepala Madrasah diserah terimakan kepada Bapak Drs. Hanafi sampai dengan 14 desember 2004.

Mulai 15 Desember 2004 atas keinginan para Pembina Yayasan diamanatkan kepada Bapak Rochmat Almashari, BA. Karena Kepala yang terdahulu alih tugas menjadi Pengawas Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Candimulyo Magelang.

Empat bulan setelah bapak Rochmat Almashari, BA dilantik sebagai kepala madrasah MTs Yakti Tegalrejo telah dilaksanakan Akreditasi Madrasah oleh Badan Akreditasi Madrasah tepatnya pada bulan April 2005 dan berhasil sebagai Madrasah TERAKREDITASI dengan peringkat B ( Baik ), peringkat ini tertuang dalam piagam Akreditasi Madrasah Tsanawiyah nomor : KW.II.4/4PP.03.2/624.8.50/2005 tanggal 31 Mei 2005 oleh Kabid Mapenda Islam ( Drs. H. Abdul Choliq MT, M.ag ).

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Daftar Guru Mata Pelajaran MTs Yakti Tegalrejo
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kelas pemanfaatan tanah yang paling tinggi dari pengolahan yang telah dilakukan di Kecamatan Banyumanik yaitu kelas tidak ada pemanfaatan dengan luas sebesar

Target dari pemasaran kalender ini adalah mahasiswa IPB yang pada dasarnya adalah mahasiswa pertanian, sehingga informasi yang ada pada kalender ini dapat bermanfaat

Daya tahan Kardiovaskuler yang di maksud dalam penelitian ini adalah kemampuan jantung pemain basket SMA Negeri 1 Pinrang untuk memompa darah dan paru-paru untuk

bukan berarti bahwa langit bersentuhan dengan Alloh. Sebagaimana ungkapan kita bahwa langit di atas bumi bukan. berarti bahwa langit menempel ke bumi, tetapi

Hubungan antara Pengetahuan ibu hamil Tentang kekerangan energy kronik dengan kejadian kekurangan energi Kronik pada ibu hamil di puskesmas kajoran II magelang ;

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian .... Letak, Jarak, dan Luas Lokasi Penelitian ... Ilmu Hidrologi ... Penggunaan Lahan ... Kondisi

IMPLEMENTASI PENILAIAN KINERJA PADA MATA PELAJARAN BASIC SKILL DI SMKN 12 BANDUNG7. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu