• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KARANGSALAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Eko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KARANGSALAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Eko"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG

KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI

HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KARANGSALAM

KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Ekonomi Syariah

Oleh :

Meyda Tia Sasti

NIM. 21411032

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) Eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth :

Dekan fakultas syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan, dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Meyda Tia Sasti NIM : 21411032

Judul : SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KARANGSALAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(3)

iii

Nafis Irkhami, M.Ag., MA.

NIP. 197310262003121002

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

DI KARANGSALAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG)

OLEH: MEYDA TIA SASTI

NIM. 21411032

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah Skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari kamis, tanggal 17 September 2015, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam.

Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. Sekretaris Sidang : Nafis Irkhami M.Ag., Penguji I : Evi Ariyani, MH. Penguji II : Drs. Machfudz M.Ag

Salatiga, 17 September 2015 Dekan Fakultas Syari‟ah

Dra. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Meyda Tia Sasti NIM : 21411032

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KARANGSALAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 07 September 2015 Yang menyatakan,

(5)

v

MOTTO PENULIS

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu" maka berdirilah,

niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(Q.S. Al-Mujadilah: 11)

“Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta”

(Albert Einstein)

“Kejujuran dan kegigihan akan membawa kepada keberhasilan”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Sulton Amirudin dan Ibu Partini tercinta, yang telahmendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini. 2. Adikku Wildan Ramadhan, yang telah mendoakan agar selalu tetap

semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini. 3. Keluarga Besar Dinasty Ramelan, yang selalu memberikan dorongan serta

motivasi agar selalu bersabar dalam menghadapi setiap masalah.

4. Seseorang yang telah memberikan kehidupan bermakna, pencerahan dan motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani kehidupan.

5. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkatrahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsiini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat-sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari‟ah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah yang berjudul:Sistem Pengelolaan Dana

Tanggungrenteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi kasus di Karangsalam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)”.Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

(8)

viii

3. BapakIlya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di IAIN Salatiga.

5. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag., MA selaku Dosen Pembimbing yang selalu meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuaiyang diharapkan.

6. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

7. Ibu tyas, yang telah berkenan memberikan izin penelitian di Desa Karang Salam dan telah memberikan informasi berkaitan penulisan skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

9. Sahabat-sahabatkuyang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

(9)

ix

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya.Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan demi enaknya penulisan skripsiini dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 17 Agustus 2015

(10)

x

ASBTRAK

Sasti, Meyda Tia. 2015. Sistem pengelolaan dana tanggung renteng kelompok Sejahtera Bumi Jaya ditinjau dari hukum Islam (studi kasus di Karangsalam kecamatan Suruh kabupaten Semarang).Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah.Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Nafis Irkhami, M.Ag., MA.

Kata kunci: penggelolaan dana. Tanggung renteng. Hukum Islam.

Pemerintah Indonesia meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yang dimulai dengan adanya Program Pengembangan Kecamatan (PKK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di pedesaan untuk memajukan perekonomian daerah tersebut.Salah satunya adalah pembiayaan dana tanggung renteng. Penulis dalam hal ini mengkaji tentang penerapan sistem pengelolaan dana tanggung renteng dan analisis hukum Islam. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Prosedur dan sistem pinjaman dana tanggung renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang (2) Bagaimana pengelolaan dana tanggung renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang (3) Bagaimana pandangan hukum islam terhadap pengelolaan dana tanggung renteng Kelompok Sejahtea Bumi Jaya di desa karang salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan hukum empiris dengan mendekati masalah peneliti dengan sifat hukum nyata atau bfakta sosial sesuai dengan kenyataan hidup, serta menggunakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu sendiri atau dalam instansi yang bersangkutan. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengelolaan dana tanggung renteng dan produk pinjaman di kelompok Sejahtera Bumi Jaya.

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan dana tanggung renteng bersifat kelompok dan ditanggungkan bersama sama dalam satu kelompok. Tanggung renteng yang artinya menanggung secara bersama-sama dan menerapkan sistem bagi hasil di semua anggota kelompok.Sistem pembiayaan tidak dikenakan bunga melainkan bagi hasil.

(11)

xi PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTO... V A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Kegunaan Penelitian... 5

E. Penegasan Istilah... 6

F. Tinjauan Pustaka... 6

G. Metode Penelitian... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 11

2. Kehadiran Peneliti ... 12

3. Lokasi Penelitian ... 13

4. Sumber Data... 13

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 14

6. Analisis Data ... 15

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 16

8. Tahap-tahap Penelitian... 17

(12)

xii BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Akad... 19

1. Konsep Akad dalam Fiqh Muamalah... a. Pengertian Akad... 20

b.Unsur-unsur Akad... 21

c.Rukun dan Syarat Akad... 24

d.Macam-macam akad... 26

B. Dasar Hukum Program Nasional Pengembangan Masyarakat... C. Prinsip dasar PNPM... D. Konsep Umum Tanggung Renteng... 37 38 1. Pengertian Tanggung Renteng... 39

2. Tata Nilai Tanggung Renteng... 40

E. Konsep Umum Pinjaman... 40

1. Pinjaman Menurut Hukum Positif... 41

2. Qardh atau Pinjaman Menurut Fiqh Muamalah... 42

F. Konsep Umum Pembiayaan... 1. Tujuan Analisis Pembiayaan... 2. Jenis-jenis Pembiayaan... 3. Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah... 4. Jaminan Pembiayaan... 5. Prinsip-prinsip Pembiayaan... 6. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet... G. Konsep Umum Wakalah atau Pertanggungan... H. Konsep umum Riba... BAB III GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG A. Gambaran Umum Pengelolaan Dana Tanggung Renteng.... 62

(13)

xiii

Sejahtera Bumi Jaya... B. Visi dan Misi Pinjaman Kelompok Sejahtera Bumi

Jaya... C. Sistem Kerja Kelompok Sejahtera Bumi Jaya... D. Lokasi Pinjaman Dana Tanggung Renteng... E. Struktur Organisasi Kelompok Sejahtera Bumi Jaya... F. Tujuan Pendanaan Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya... G. Bentuk pinjaman... H. Data-data Deskriptif... I. Proses Pengajuan Pinjaman... J. Proses Pengembalian Pinjaman... K. Akad yang berlaku dalam Pinjaman Dana Tanggung

Renteng...

A. Pengelolaan dana Tanggung Renteng di desa Karangsalam Kecamatan Suruh...

72

B. Prosedur Pengajuan Pinjaman Dana Tanggung Renteng di Kelompok Sejahtera Bumi Jaya... C. Prosedur Pengembalian Pinjaman Dana Tanggung Renteng

di Kelompok Sejahtera Bumi Jaya... D. Pengelolaan dana tanggung renteng dan Sistem Pinjaman

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan yang sedang giat dilakukan pada saat ini meliputi segala aspek kehidupan yang pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan yang ada dalam masyarakat, seperti yang tertuang dalam UUD 1945 alinea IV.Upaya peningkatan ini, tidak lepas dari persoalan kemiskinan dan pengangguran, yang semakin lama semakin bertambah.

Setiap tahun muncul lulusan dari berbagai tingkat sekolah, yang secara otomatis juga menambah individu baru yang akan terjun didunia pekerjaan, namun jumlah lembaga usaha yang didapat menampung tenaga kerja juga semakin berkurang. Sebaiknya masalah pengangguran bisa teratasi dengan menciptakan lapangan kerja sendiri.Masyarakat bisa memulai dengan membuka usaha kecil, agar tidak terjadi krisis ekonomi dan tidak terjadi kemiskinan. Dengan membuka usaha tentunya mendapat beberapa kendala terutama di permodalan.

(15)

2

penyaluran dana kepada masyarakat, yaitu dengan cara mengeluarkan pembiayaan-pembiayaan.

Koperasi adalah salah satu bentuk kelompok keuangan non bank yang beroperasi sesuai bank.Seperti halnya disuatu wilayah yang melakukan pendanaan.Pemerintah Indonesia meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yang dimulai dengan adanya Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di pedesaan untuk memajukan perekonomian daerah tersebut. Pemerintah memberikan bantuan di desa Karang Salam untuk mengembangkan usahanya karena terdapat beberapa kendala dimodal usaha.

(16)

3

Tanggung renteng dapat diartikan sebagai tanggung jawab bersama.Jadi sistem tanggung renteng dapat diartikan sebuah sistem yang membagi tanggung jawab secara merata, tidak ada bunga kecuali biaya administrasi, menerapkan konsep kolektifitas mulai dari merancang program hingga mengatasi masalah yang dihadapi dengan dasar keterbukaan dan saling mempercayai.Sistem tanggung renteng dimplementasikan dalam wujud musyawarah untuk berbagai kepentingan dalam pengambilan keputusan.Termasuk boleh tidaknya anggota melakukan pinjaman.Bahkan menyangkut persyaratan yang harus disetujui.Lebih dari itu, manakala terjadi kerugian piutang maka pelunasannya harus ditanggung renteng seluruh anggota kelompoknya (Alam, 2007:35).

Didesa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang justru bertolak belakang. Dana yang diberikan pemerintah ini diberi nama tanggung renteng kelompok Sejahtera Bumi Jaya. Akan tetapi banyak warga bilang bahwa inisial X yang memegang dana di Kelompok Sejahtera Bumi Jaya dicampur dengan dana pribadinya untuk dijadikan usaha dia dengan memakai bunga yang masih di atas namakan tanggung renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya. Akad pembiayaan yang diterapkanpun juga tidak sama seperti tangung renteng yang akan ditanggung oleh suatu kelompok, melainkan perseorangan, atau lebih ke simpan pinjam seperti koperasi. Maka disini saya meneliti tentang “Sistem

(17)

4

JayaDitinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasusdi Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)

B. Rumusan Masalah

1. Prosedur dan Sistem Pinjaman Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ?

2. Bagaimana Pengelolaan Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ?

3. Bagaimana Pandangan Hukum Islam Terhadap Pengelolaan Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses Pengelolaan Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

(18)

5

3. Untuk mengetahui tentangpandangan hukum Islam terhadap praktek Pengelolaan Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai penambah wawasan tentang pengelolaan dana, riba, dan hukumnya.

2. Untuk mengetahui sejauh mana ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan mempraktekan semua teori dari mata kuliah yang telah diberikan.

3. Penelitian ini difokuskan pada praktek Pengelolaan Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.Sebagai objek penelitian sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan keputusan

E. Penegasan Istilah

Pengelola dana adalah orang yang diberi tugas untuk menjalankan dana atau uang.

(19)

6

utang sedang pembayaran yang dilakukankepadasalah satu membebaskan orang yang berutang meskipun perikatan menurut sifatnya dapat dipecah dan dibagi diantara beberapa orang berpiutang tadi(KUHP 2013 : 123).

Hukum Islam yaitu rangkaian dari kata “Hukum” dan kata “Islam”

untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih dahulu arti kata hukum.Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat itu berlaku dan mengikat untuk seluruh anggotanya.Hukum Islam artinya seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang beragama Islam (Syarifudin, 1997:4-5).

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian yang ada. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian ini yaitu terdapat beberapa penelitian terkait yang membahas tentang kegiatan simpan pinjam dalam ruang lingkup yang berbeda. Di antaranya adalah:

Pertama, skripsi dari Daniel Veri Saputra, 2008, yang berjudul “Prosedur pembiayaan di Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT

(20)

7

dalam proses pengajuan pembiayaan mudah ringan dan tidak mempersulit calon debitur, nasabah, calon, cukup menghadap customer service dalam pengajuan pembiayaan pemberkasan dituntut kelengkapan dan keabsahanya untuk dapat diproses lebih lanjut. Langkah-langkah pemberian pembiayaan pihak nasabah harus menempuh tahapan tahapan hal yang dipertimbangkan dalam menyetujui pembiayaan bersikap dengan penuh kehati-hatian dalam memberikan pinjaman, setelah melalui proses analisis dan evaluasi dinyatakan memenuhi kriteria permohonan pembiayaan akan direalisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan hambatan pembiayaan. Faktor keberhasilannya antara lain bertambahnya pesaing, bertambahnya pihak ketiga ekonomi yang bersangkutan, dalam bidang usahanya, meningkatkan pelayanan simpanan pada anggota, meningkatkan prinsip kehati-hatian, sedangkan faktor hambatannya antara lain yaitu semakin bertambahnya BMT yang bermunculan keterbatasan karyawan keterbatasan modal dan terjadinya kredit macet.

Kedua skripsi dari Abdul Aziz Herawanto (2009) yang berjudul “Implementasi Akad Murabahah dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsidi Secara Syari‟ah di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syari‟ah Surakarta”.Skripsi tersebut menjelaskan tentang implementasi

akad murabahah dalam pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi secara syari‟ah di bank Tabungan Negara Kantor cabang Syari‟ah Surakarta.

(21)

8

deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proses implementasi akad murabahah dalam pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi secara syari‟ah di bank tabungan Negara kantor cabang syari‟ah Surakarta sudah menerapkan prinsip-prinsip syari‟ah Islam. Hal

tersebut pada proses pembuatan akad antara pihak bank dengan pihak pemohon pembiayaan. Proses penyelesaian permasalahan yang digunakan pihak bank dengan pihak pemohon bank juga telah menggunakan prosedur hukum yang berlaku di Indonesia.

Ketiga, skripsi dari Kurneawati (2011) yang berjudul “Analisis Perlakuan Akuntansi Piutang Murabahah pada PT. Bank BRI Syari‟ah

KCI Gubeng Surabaya”.Skripsi tersebut menjelaskan tentang analisis perlakuan akuntansi piutang murabahahpada PT. Bank BRI Syari‟ah KCI gubeng Surabaya.Metode penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif deskriptis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa di dalam praktik transaksi murabahah di BRI Syari‟ah, bank tersebut mempunyai dua metode alternatif untuk melakukan transaksi piutang, alternatif pertama yaitu pada saat memberi kuasa ke nasabah, BRI Syari‟ah

memberi kuasa kepada nasabah untuk membeli barang, maka hal ini dibukukan dalam perkiraan piutang wakalah sebesar uang yang diserahkan kepada nasabah, sedangkan apabila barangnya telah ada dan telah diserahkan kepada nasabah, baru dibukukan dalam perkiraan piutang murabahah. Alternatif kedua yaitu bank BRI Syari‟ah membeli sendiri

(22)

9

Keempat, skripsi dari Andri Susila (2002) Yang berjudul “Praktik Akad Murabahah dan Akad Ijarah di BMT Haniva Berbah dalam Perspektif Fikih Muamalah”.Penelitian tersebut mengkaji masalah kesesuaian akad Murabahah dan akad Ijarah yang dilakukan di BMT Haniva

dalam perspektif fikih muamalat. Penelitian tersebut merupakanfield research

atau penelitian lapangan yang bersifat deskripsi-analisisyaitu menggambarkan

bagaimana praktik akad murabahah dan akad ijarah di BMT Haniva. Dan

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa praktik akad di BMT Haniva dalam

perspektif fikih muamalat bahwa akad murabahah dan akad ijarah belum

sesuai dengan fikih muamalat, karena masih mengandung unsur garar.Akad

murabahah dan akad ijarah juga menimbulkan wanprestasi, karena ada

cidera janji dan dalam pemesanan barang belum dicantumkan tentang umur

dan pihak-pihaknya. Dalam penyelesaian wanprestasi pada akad murabahah

dan akad ijarah di BMT Haniva belum mengacu pada fatwa-fatwa Dewan

Syari‟ah Nasional, karena masih menggunakan pendekatan dengan cara

musyawarah dan mufakat..

(23)

10

diperoleh di lapangan.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang pembiayaannya bermasalah pihak BMT menggunakan cara-cara yang lebih bersifat kekeluargaan seperti melakukan silaturahim, pembinaan rescheduling, memberi peringatan kemudian sita jaminan.

Keenam, skripsi dari Stevi Sulistiyoningrum (2010) yang berjudul “Implementasi Pemberian Kredit Bergulir PNPM Mandiri

Kepada Usaha Kecil dan Menengah Masyarakat di Kelurahan Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan menguraikan data-data yg telah terkumpul yang diperoleh di lapangan.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nasabah pemberian kredit bergulir dibentuk sekelompok, yang dimana kelompok tersebut harus melunasi pinjaman kredit secara bergulir.Setiap pemberian kredit harus menggunakan jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor maupun sertifikat.Bagi yang pembiayaannya bermasalah pihak menggunakan cara-cara yang lebih bersifat kekeluargaan, dan dimusyawarahkan satu kelompok tersebut, memberi peringatan ke-mudian sita jaminan.

Ketujuh, skripsi dari Giska Matahari Gegana (2011) yang berjudul “Penerapan Prinsip Tanggung Renteng dalam Hal Kreditur

(24)

11

yaitu menggambarkan dan menguraikan data-data yg telah terkumpul yang diperoleh di lapangan.Hasil penelitiannya menunjukan dalam penyelesaian wanprestasiterhadap perjanjian kredit sindikasi oleh kreditur,

yang diakibatkan kredit macet di kelompok tanggung renteng

mengakibatkan kredit sindikasi tersebut batal dan kreditur harus membayar

ganti rugi sesuai porsi keikutannya.

Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan.Namun penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya.Letak perbedaannya ada pada titik tekan yang penulis fokuskan. Penulis menitikberatkan pada bagaimana pelaksanaan pengelolaan dana dan pembiayaan pinjaman di Kelompok Bumi Jaya Sejahtera apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

G. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

(25)

12

hukum di masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum (Utsman, 2014:2-3).

Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami gejala hukum di Kelompok Sejahtera Bumi Jaya ditijau dari hukum islam, apakah sudah sesuai hukum Islam atau belum.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2011:6).

Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui atau mendalami bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan simpan pinjam dana tanggung renteng kelompok sejahtera bumi jaya di desa karang salam kecamatan suruh kabupaten semarang.Penelitian kualitatif dipilih karena dipandang cocok untuk mengekspresikan temuan kasus-kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan akad simpan pinjam.

2. Kehadiran Peneliti

(26)

13

data-data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian ini serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana lokasi penelitian itu akandilakukan. Lokasi dalam penelitian ini adalah dirumah Ibu X RT02 RW01 Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

Penulis memilih lokasi ini karena ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan akad tanggung renteng, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengungkap kebenaran bagaimana dalam pelaksanaan akad tersebut apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data penelitian berupa;

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.

1) Informan

(27)

14

dana tanggung renteng di Desa Karang Salam kecamatan suruh Kabupaten Semarang dan nasabah yang meminjam.

2) Dokumen

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan dengan sistem pengelolaan dana dan bentuk simpan pinjam data-data berupa jumlah nasabah yang mengambil pembiayaan di Kelompok Sejahtera Bumi Jaya di Desa Karang Salam kecamatan suruh Kabupaten Semarangdan data-data tata cara dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian yaitu sebagai berikut:

(28)

15

Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139).Dalam observasi ini, data yang penulis peroleh secara langsung dari Kelompok Sejahtera Bumi Jaya di Desa Karang Salam kecamatan suruh Kabupaten Semarang. Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi padaobyek penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar,

proses pelayanan pada nasabah dalam memberikan pembiayaan.

b. Interview

Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak Kelompok Sejahtera Bumi Jaya dalam hal ini adalah pengelola dana tanggung renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya dan nasabah kelompok tanggung renteng tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan, menyusun dan mengelola dokumen-dokumen tertulis yang terdapat di Kelompok Sejahtera Bumi Jaya dan kegiatan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

6. Analisis Data

(29)

16

dengan memakai metode berfikir induktif yaitu yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum (Sudjana, 1988:7).

Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan untuk menilai apakah pelaksanaan pengelolaan dana tanggung renteng dan bentuk pembiayaaan pinjaman sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2010:274) Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:

a. Triangulasi Sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

(30)

17

c. Triangulasi waktu yaitu pengecekan data dengan wawancara observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagi berikut, yaitu; a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang pelaksanaan akad, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan dokumentasi.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti.

(31)

18

dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal yang akan dilaporkan secara sistematis, dengan tujuan agar mempemudah dalam memperoleh suatu gambaran secara meyeluruh mengenai analisa praktek Pengelolaan Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Adapun sistematika penulisan proposal meliputi:

BAB I :Pendahuluan berisi tentang Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Penegasan istilah, Tinjauan pustaka, Metode penelitian, dan Sistematika penulisan

BAB II:Kajian pustakatentang akad, asas-asas hukum perakadan secara dan secara umum. Pengertian riba, macam macam riba.Larangan riba, Pengertian tanggung renteng.Pinjaman dari hukum positif, muamalah, pinjaman dari sudut pandang Islam.Pembiayaan dalam keuangan syariah, pertanggungan.

(32)

19

BABIV:Hasil pelitian dan pembahasan yang membahas tentanng pengelolaan Dana Tanggung Renteng Kelompok Sejahtera Bumi Jaya Desa Karang Salam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang ditinjau dari hukum Islam.

(33)

20 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Akad

1. Konsep Akad dalam Fiqh Muamalah

a. Pengertian Akad

Dalam al-Qur‟an ada dua istilah yang berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-„aqdu (akad) dan al-„ahdu (janji). Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.Para ahli hukum Islam (jumhur ulama) memberikan definisi akad sebagai “Pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya” (Dewi dkk, 2006:45-46).

(34)

21

penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyaratkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2011:35).

b. Unsur-Unsur Akad

1) Pertalian Ijab dan Qabul

Ijab adalah pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib) untuk melakukan sesuatu.Qabul adalah pernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut oleh pihak lainnya (qaabil).Ijab dan qabul ini harus ada dalam melaksanakan suatu perikatan (Dewi dkk, 2006:48).

2) Dibenarkan Oleh Syara‟

Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah atau hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an dan Nabi Muhammad dalam hadits. Pelaksanaan akad, tujuan akad maupun objek akad tidak boleh bertentangan dengan syari‟ah, jika

bertentangan akan mengakibatkan akad itu tidak sah (Dewi dkk, 2006:48).

3) Mempunyai Akibat Hukum Terhadap Objeknya

(35)

22 c. Rukun dan Syarat Akad

Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi.Secara bahasa, rukun adalah yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan.Sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan (Dewi dkk, 2006:49).

Menurut ulama Hanafiah sebagaimana yang dikutip oleh Muslich (2010:115) bahwa rukun akad ada dua macam, yaitu ijab dan qabul. Sedangkan unsur-unsur yang lain yang menjadi penopang terjadinya akad, seperti objek akad dan pelaku akad, merupakan sesuatu yang secara otomatis harus ada untuk pembentukan akad, namun tidak menjadi rukun akad.

Ulama-ulama selain Hanafiah berpendapat bahwa rukun akad itu ada tiga yaitu orang yang melakukan akad („aqid), objek akad (ma‟qud „alaih) dan shighat.

1) Aqid (Orang yang Melakukan Akad)

(36)

23 2) Ma‟qud „Alaih (Objek Akad)

Objek akad adalah segala sesuatu yang dijadikan sasaran atau tujuan akad.Jenisnya kadang-kadang benda yang bersifat maliyah, seperti barang dijual, digadaikan atau dihibahkan. Para fuqaha, sebagimana dikutup oleh Wahbah Zuhaili, mengemukakan ada empat syarat yang harus dipenuhi agar benda bisa dijadikan objek akad:

a) Benda tersebut harus ada pada saat dilakukannnya akad.

b) Barang yang dijadikan objek akad harus sesuai dengan ketentuan syara‟.

c) Barang yang dijadikan objek akad harus bisa diserahkan pada waktu akad.

d) Barang yang dijadikan objek akad harus jelas diketahui oleh kedua belah pihak sehingga tidak menimbulkan perselisihan antara keduanya.

e) Barang yang dijadikan objek akad harus suci, tidak najis dan tidak mutanajis. Syarat yang kelima ini dikemukakan oleh jumhur ulama selain Hanafiah (Muslich, 2010:129).

3) Shigat (Ijab dan Qabul)

(37)

24

akad.Sedangkan qabul adalah pernyataan kedua yang timbul dari pelaku akad yang kedua. Sedangkan yang dimaksud dengan shigat akad adalah pernyataan yang timbul dari dua orang melakukan akad yang menunjukkan kesungguhan kehendak batin keduanya untuk mengadakan akad.Kehenndak batin tersebut diketahui melalui lafal, ucapan, atau semacamnya, seperti perbuatan, isyarah, atau kitabah (tulisan). Shigat akad ini dalam istilah lain disebut ijab dan qabul(Muslich, 2010:138).

d. Syarat-Syarat Akad

1) Syarat In‟iqad

Syarat in‟iqad adalah sesuatu yang disyaratkan terwujudnya untuk menjadikan suatu akad dalam zatnya sah menurut syara‟.Apabila syarat tidak terwujud maka akad menjadi batal.

Syarat ini ada dua macam yaitu:

a) Syarat umum, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam setiap akad. Syarat ini meliputi syarat dalam shighat, aqid, objek akad.

(38)

25 2) Syarat Sah

Syarat sah adalah syarat yang ditetapkan oleh syara‟ untuk

timbulnya akibat-akibat hukum dari suatu akad, apabila syarat tersebut tidak ada maka akadnya menjadi fasid.Tetapi tetap sah dan eksis.Contohnya seperti dalam jual beli disyaratkan oleh Hanafiah, terbebas dari salah satu „aib (cacat) yang enam, yaitu:

a) Jahalah (ketidakjelasan) b) Ikrah (paksaan)

c) Tauqid (pembatasan waktu) d) Gharar (tipuan/ketidakpastian) e) Syarat yang fasid.

3) Syarat Nafadz (kelangsungan akad)

a) Adanya kepemilikan atau kekuasaan. Artinya orang yang melakukan akad harus pemilik barang yang menjadi objek akad, atau mempunyai kekuasaan (perwakilan). Apabila tidak ada kepemilikan dan tidak ada kekuasaan (perwakilan), maka akad tidak tidak bisa dilangsungkan, melainkan mauquf (ditangguhkan), bahkan menurut asy-Syafi‟i dan Ahmad akadnya batal.

(39)

26

akadnya mauquf tidak nafidz. Seperti menjual barang milik orang lain

c) Syarat Luzum yaitu pada dasarnya setiap akad itu sifatnya mengikat (lazim). Untuk mengikat (lazim-nya) suatu akad, seperti jual beli dan ijarah, disyaratkan tidak adanya kesempatan hiyar (pilihan), yang memungkinkan di-fasah-nya akad oleh salah satu pihak. Apabila di dalam akad tersebut terdapat khiyar, seperti khiyar syarat, khiyar aib, atau khiyar ru‟yat, maka akad tersebut tidak mengikat (lazim) bagi orang

yang memiliki hak khiyar tersebut. Dalam kondisi seperti itu ia boleh membatalkan akad atau menerimanya (Muslich, 2010:150-151).

e. Macam-Macam Akad

1. Ditinjau dari Segi Hukum dan Sifatnya

Ditinjau dari segi hukum dan sifat akad, menurut jumhur ulamaterbagi kepada dua bagian:

a) Akad Shahih

(40)

27

dengan sifat adalah hal-hal yang tidak termasuk rukun dan objek seperti syarat.

Akad shahih menurut Hanafiah dan Malikiyah terbagi menjadi dua yaitu, akad yang nafidz dan akad yang mauquf.Akad nafidz adalah akad yang dilakukan oleh orang yang memiliki kecakapan dan kekuasaan.Contohnya seperti akad yang dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dan mampu mengurus hartanya sendiri, atau oleh wali dari anak yang masih dibawah umur. Hukum akad semacam ini menimbulkan akibat-akibat hukum secara langsung tanpa menunggu persetujuan orang lain.

Akad nafidz ada dua yaitu akad lazim dan akad ghair lazim. Akad lazim adalah suatu akad yang tidak bisa dibatalkan oleh salah satu pihak tanpa persetujuan pihak lain, seperti jual beli dan ijarah (sewa-menyewa). Sedangkan akad ghair lazim adalah suatu akad yang bisa di-fasakh (dibatalkan)oleh salah satu pihak tanpa memerlukan persetujuan dari pihak yang lain. Kondisi ini bisa terjadi karena watak akadnya itu sendiri seperti akad wakalah dan pinjaman, atau karena kemashlahatan orang yang melakukan akad, seperti akad yang mengandung khiyar. b) Akad Ghair Shahih

(41)

28

terpenuhi).Misalnya seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang di bawah umur, jual beli babi dan minuman keras.Dilihat dari aspek hukumnya akad ini tidak menimbulkan akibat hukum, yakni tidak ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak, sebagai akibat dari akad tersebut.

Akad ghair shahih terbagi menjadi dua yaitu akad yang fasid dan akad batil. Akad yang batil adalah suatu akad yang rusak yang sama sekali tidak terpenuhinya rukun, objek dan syaratnya. Oleh karena itu hukum akad batil adalah tidak sah dan tidak menimbulkan akibat hukum sama sekali, yakni tidak ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak yang melakukan akad. Contohnya jual beli oleh orang gila atau anak di bawah umur, jual beli minuman keras dan ikan yang masih ada di dalam air laut.

Sedangkan akad fasid adalah akad yang disyariatkan dengan asalnya, tidak dengan sifatnya.Maksudnya adalah bahwa akad fasid adalah suatu akad yang rukunnya terpenuhi, pelakunya memiliki ahliyah, objeknya dibolehkan oleh syara‟, ijab dan qabul-nya beres, tetapi di dalamnya terdapat sifat yang dilarang oleh syara‟.Contohnya seperti jual beli barang yang

majhul (tidak jelas).

(42)

29

akadnya dilarang oleh syara‟ fasakh ini berlaku dengan dua

syarat yaitu, pertama barang yang menjadi objek akad masih ada dan utuh seperti halnya sebelum diterima.Apabila barangnya telah rusak atau telah berubah bentuknya, misalnya tepung telah dimasak roti, maka fasakh tidak berlaku.Kedua barang yang menjadi objek akad tidak ada kaitannya dengan hak orang lain. Apabila ada sangkutan dengan hak orang lain, maka fasakh tidak berlaku (Muslich, 2010:153-158).

2. Ditinjau dari Segi atau Hubungan Antara Hukum dengan Shighat-nya.

Dilihat dari segi apakah ijab dan qabul langsung menimbulkan akibat hukum atau tidak, maka akad dapat dibagi menjadi tiga bagian:

a) Akad yang dapat dilaksanakan (al-„Aqdu Al-Munjaz)

(43)

30

b) Akad disandarkan kepada masa mendatang (al-„Aqdu al -Mudhaf li al-Mustaqbal)

Akad yang disandarkan kepada masa mendatang adalah suatu akad yang menggunakan shighat dengan ijab yang disandarkan kepada masa depan, bukan masa sekarang. Hukum akad semacam ini adalah sah untuk masa sekarang ketika akad diucapkan, namun akibat hukumnya baru berlaku pada saat yang disebutkan dalam akad tersebut.

c) Akad yang dikaitkan dengan syarat (al-„Aqdu al-Mua‟alaq „ala Syarh)

Akad yang dikaitkan dengan syarat adalah suatu akad yang digantungkan dengan sesuatu yang lain dengan menggunakan salah satu alat syarat. Contonhya “jika engkau pergi ke Jakarta maka engkau adalah wakil saya”.Dalam

contoh ini penunjukan sebagai wakil dikaitkan dengan kepergian ke Jakarta (Muslich, 2010:160-163).

3. Ditinjau dari Segi Maksud dan Tujuannya a) Akad at-Tamlik

(44)

31

terdapat mu‟awadhah antara dua pihak.Apabila pemilikan terjadi tanpa imbalan maka akadnya disebut akad tabarru‟ sepeti hibah, shadaqah, wakaf, i‟arah dan hiwalah.

b) Akad Isqathat

Akad Isqathat yaitu suatu akad yang dimaksudkan untuk menggugurkan suatu hak, baik dengan pengganti maupun tanpa pengganti.

c) Akad Ithlaqat

Akad Ithlaqat yaitu pelepasan oleh seseorang kepada tangan orang lain dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Contohnya seperti wakalah, persetujuan kepada orang yang mahjur „alaih untuk melakukan tasarruf dan isha‟ atau

pengangkatan sebagai pemegang wasiat. d) At-Taqyidat

At-Taqyidat yaitu suatu akad yang membatasi atau mencegah seseorang untuk melakukan tasarruf, seperti pemberhentian sebagai hakim atau pejabat, pemberhentian sebagai wakil dan pembatasan seseorang untuk melakukan tasarrufkarena gila, boros, atau karena masih dibawah umur. e) At-Tautsiqat

(45)

32

yang memiliki piutang atas utangnya, yaitu akad kafalah, hiwalah dan rahn.

f) Al-Isytirak

Al-Isytirak yaitu suatu akad yang dimaksudkan untuk bekerja sama dalam pekerjaan dan keuntungan, seperti akad syirkah dengan berbagai jenisnya, akad mudharabah, muzara‟ah dan musaqah.

g) Al-Hifzhu

Al-hifzhu yaitu suatu akad yang dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara harta bagi pemiliknya, seperti akad wadi‟ah (Muslich, 2010:164-165).

Tanggung renteng menurut pengertiannya termasuk akad yang dikaitkan dengan syarat (Al-„aqdu al-Mua‟alaq „ala syarh). Akad ini dikaidkan dengan syarat yaitu suatu akad yang digantungkan dengan sesuatu yang lain dengan menggunakan salah satu syarat.

f. Berakhirnya Akad

a) Berakhirnya akad karena fasakh (pembatalan) 1) Batal karena akadnya rusak

2) Batal karena hiyar

(46)

33

5) Batal karena habisnya masa yang disebutkan dalam akad atau tujuan akad telah terwujud

b) Berakhirnya akad karena pelaku meninggal

c) Berakhirnya akad karena tidak adanya persetujuan dalam akad yang mauquf(ditangguhkan) (Muslich, 2010:166-168).

g. Asas-Asas Perjanjian dalam Hukum Islam

a) Asas ibahah (mabda‟ al -Ibahah)

Asas ibahah adalah asas umum hukum Islam dalam bidang muamalat secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium “pada asasnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya”.Asas ini merupakan kebalikan dari asas yang

berlaku dalam masalah ibadah.Dalam hukum Islam, untuk tindakan-tindakan ibadah berlaku asas bahwa bentuk-bentuk ibadah yang sah adalah bentuk-bentuk yang disebutkan dalam dalil-dalil syari‟ah (Anwar, 2010:84-85).

b) Asas Kebebasan Berakad (Mabda‟ Hurriyyah at- Ta‟qud)

(47)

34

Adanya asas kebebasan berakad dalam hukum Islam di dasarkan pada firman Allah surat al-Maidah ayat 1:

Ayat tersebut menjelaskan bahwa hukum memenuhi akad adalah wajib.Dalam ayat ini akad disebutkan dalam bentuk jamak yang diberi kata sandang “al” (al-„uqud).Menurut kaidah usul fiqh, jamak yang diberi kata sandang “al” menunjukkan

keumuman. Dengan demikian, dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa orang dapat membuat akad apa saja baik yang bernama maupun yang tidak bernama dan akad-akad itu wajib dipenuhi (Anwar, 2010:84-85).

c) Asas Konsensualisme (Mabda‟ ar- Radha‟iyyah)

Asas konsensualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu(Anwar, 2010:87-88).Sesuai dengan firman Allah dalam an-Nisa ayat 29 yaitu:

















(48)

35

kamu.dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu”.

d) Asas Janji Itu Mengikat

Sesuai dengan firman Allah surat al-Israa ayat 34 yaitu:























“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.

e) Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan dalam transaksi tercermin pada dibatalkannya suatu akad yang mengalami ketidakseimbangan prestasi yang mencolok. Asas keseimbangan dalam memukul resiko tercermin dalam larangan transaksi riba, di mana dalam konsep riba hanya debitur yang memikul segala resiko atas kerugian usaha, sementara kreditur bebas sama sekali dan harus mendapat prosentase tertentu sekalipun pada saat dananya mengalami kembalian negatif(Anwar, 2010:90).

f) Asas Kemaslahatan

(49)

36

mereka dan tidak boleh menimbulkan kerugian (mudharat) atau keadaan memberatkan (masyaqqah) (Anwar, 2010:91).

g) Asas Amanah

Dengan asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak haruslah beritikad baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya dan tidak dibenarkan salah satu pihak mengeksploitasi ketidaktauan mitranya (Anwar, 2010:91).

h) Asas Keadilan

Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua hukum(Anwar, 2010:92).Dalam hukum Islam, keadilan langsung merupakan perintah al-Qur‟an yang tercermin dalam firman Allah surat al-Maidah ayat 8 yaitu:



































(50)

37

B. Dasar hukum Program Nasional Pengembangan Masyarakat

Dasar hukum pelaksanaan PNPM mandiri mengacu pada landasan konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idil pancasila, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM terkait dalam sistem pemerintahan.

1. Sistem pemerintahan.

Dasar peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan adalah a. Undang – Undang Nomor 22 tahun 1999 jo, Undang – Undang Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Pemerintah Desa. c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 tentang Kelurahan.

d. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulanggan Kemiskinan.

2. Sistem Perencanaan

a. Undang – Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

b. Undang – undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

c. Peraturan Presiden nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

d. Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutaman Gender Dalam Pembangunan Nasional.

(51)

38

a. Undang – Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara b. Undang – Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara c. Undang – Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

d. Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/ atau Penerimaan Hibahserta Penerusan Pinjaman dan/ atau Hibah Luar Negeri.

e. Peraturan Mentri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

C. Prinsip dasar PNPM

a. Bertumpu pada pembangunan manusia b. Otonomi dalam pelaksanaan PNPM c. Berorientasi pada masyarakat miskin d. Partisipasi masyarakat terlibat secara aktif

e. Desentralisasi, kewenangan kegiatan pembangunan. f. Demokratis setiap pengambilan keputusan.

g. Transparansi dan akuntabel.

h. Prioritas. Pemeritah dan masyarakat harus memprioritaskan.

i. Kolaborasi, semua pihak ikut serta dalam penanggulangan kemiskinan. j. Keberlanjutan setiap pengambilan keputusan.

(52)

39

D. Konsep Umum Tanggung Renteng

1. Pengertian tanggung renteng

a. Tanggung renteng adalah suatu perikatan yang terjadi antara beberapa orang yang berpiutang, yang didalamnya terdapat perjanjian secara tegas. Orang yang berpiutang diberikan hak untuk menuntut pemenuhan seluruh hutang. Sedangkan pembayarannya dilakukan pada salah satu untuk membebaskan orang yang berpiutang (Sarmadi, 2013:42).

b. Tanggung renteng adalah tanggung jawab bersama pada suatu kelompok orang yang mengerjakan suatu pekerjaan tertentu yang bersifat utang piutang, dan melakukan bagi hasil. Apabila mengalami keuntungan sesama rekan satu kelompok tersebut, begitu sebaliknya jika mengalami kerugian (Sulistyani, 2011:52).

c. Tanggung renteng adalah istilah hukum menanggung secara bersama-sama tentang biaya yang harus dibayar dan sebagainya (Gegana, 2014:23).

d. Tanggung renteng adalah suatu hutang yang bersifat kelompok yang mempunyai satu kewajiban membayar agar hutang gugur (Alam, 2007:38).

e. Tanggung renteng adalah tanggung menanggung diantara anggota dalam satu kelompok atas segala kewajiban terhadap koperasi dengan keterbukaan dan saling mempercayai (Puskowanjati, 2009:13)

(53)

40

a. Tanggung renteng dalam proses pengambilan keputusan, tidak secara pribadi atau perseorangan.

b. Tanggung renteng dalam masalah finansial.

c. Tanggung renteng dalam menghadapi resiko usaha.

d. Tangung renteng dalam memikul beban organisasi terutama menyangkut masa depan.

e. Tanggung renteng mempunyai nilai dasar transparan. f. Tanggung renteng memiliki nilai kebersamaan. 3. Tujuan pemerintah dana tanggung renteng

a. Membantu masyarakat agar dapat mengembangkan usahanya dengan maksimal.

b. Masyarakat agar dapat berwirausaha.

c. Bagi masyarakat yang kekurangan modal masyarakat bisa menggunakannya.

d. Agar kehidupan masyarakat menjadi lebih baik (Alam, 2007 : 42) .

E. Konsep Umum Pinjaman

1. Pinjaman menurut hukum positif

(54)

41

simpanan yang dikumpulkan bersama dan pinjamkan kepada anggota yang memerlukan pinjaman dalam berbagai usaha dimana anggota mengajukan permohonan tertulis kepada pengurus dengan mencantumkan jumlah uang yang diperlukan, kemudian pengurus mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pinjaman tersebut. Syarat administratif untuk pinjaman seperti surat permohonan tertulis, legalitas usaha, identitas diri, laporan keuangan, data penjualan (Antonio, 2002: 171)

Kata kredit dapat diartikan “meminjam sejumlah uang kepada

seseorang dimana uang tersebut akan dikembalikan dengan cara mencicil dalam jangka waktu tertentu” atau “membeli barang dengan cara mencicil”. Pengertian kredit dalam pasal 1 butir 11 UU No.10 Tahun 1998

tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disingkat dengan UU Perbankan), kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pembagian bunga (Ariyani, 2012:59)

(55)

42 a. Adanya subyek hukum b. Adanya obyek hukum c. Adanya prestasi d. Adanya jangka waktu.

Perjanjian kredit pinjaman berupa uang bersifat riil, dalam jangka waktu tertentu.Penentuan jangka waktu tersebut tergantung pada keinginan dan kemampuan debitur.Semakin lama jangka waktu kredit maka angsuran semakin kecil sebaliknya semakin pendek jangka waktu kredit maka semakin besar angsuran yang harus dibayar.Perjanjian ini bisanya dibuat dalam sepihak dan nasabah tinggal menyetujui perjajian atau menolak perjanjian (Ariyani, 2012: 59-61).

2. Qardh atau pinjaman menurut fiqh muamalah a. Definisi Qardh

(56)

43

kepadanya seperti yang diterimanya ketika ia telah mampu membayarnya.

1) Dasar hukum disyariatkan Qardh























“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”(Al-Baqarah: 245).

a) Rukun dan syarat Qardh

1) Aqid yaitu muqridh dan muqtaridh, orang yang sudah cakap, tidak sah bila dibawah umur.

2) Ma‟qud alaih yaitu objek Qardh, uang atau berupa barang.

3) Shighat yaitu ijab dan qabul b) Hukum Qardh

1) Menurut Imam Abu Hanifah dan Muhammad, qardh baru berlaku dan mengikat bila barang atau uang telah diterima.

(57)

44

telah terjadinya akad, walaupun belum menerima barangnya.

3) Menurut pendapat shahih dari Syafi‟iyah dan

Hanabilah, kepemilikan dalam qardh berlaku apabila barang udah diterima(Muslich, 2010:273-280).

F. Konsep Umum Pembiayaan

1. Tujuan Analisis Pembiayaan

a. Tujuan Umum

Pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam

2) Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan

3) Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak (Muhamad, 2002:261).

2. Jenis-Jenis Pembiayaan

a. Pembiayaan Produktif

(58)

45 1) Pembiayaan modal kerja

Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi baik secara kuantitaif yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2) Pembiayaan investasi

Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

b. Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan (Antonio, 2001:160).

3. Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah

Secara umum prinsip pembiayaan yang berlaku di lembaga keuangan syariah dibagi menjadi empat yaitu:

a. Bagi Hasil (Profit and Loss sharing) 1)Musyarakah

(59)

46

dengan kesepakatan keduanya. Dalam akad ini, kedua belah pihak sepakat membagihasilkan keuntungan dan kerugian berdasarkan nisbah.

2)Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha dimana pihak pertama sebagai shahibul maal menyediakan seluruh modal sedangkan pihak yang lain sebagai pengelola atau mudharib.Keuntungan dari investasi mudharabah dibagi kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan jika terjadi kerugian, maka akan ditanggung oleh shahibul maal selama kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak mudharib.Skema mudharabah sering diterapkan dalam hal pembiayaan modal kerja dan investasi khusus.

3)Muzara‟ah

Muzara‟ah adalah kerjasama antara pemilik lahan pertanian

(60)

47 b. Jual Beli (Sale and Purchase)

1) Bai‟ al- Murabahah

Bai‟ al-Murabahah adalah jual beli barang padaharga asal

ditambah dengan keuntungan yang disepakati.Dalam transaksi ini, penjual harus memberitahukan kepada pembeli tentang harga pokok barang yang menjadi obyek jual beli.

2) Bai‟ as-Salam

Bai‟ as-Salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari tetapi pembayarannya dilakukan di muka. Aplikasi salam dalam lembaga keuangan syariah biasanya diterapkan dalam bidang pertanian. Karena bank syariah tidak bermaksud mengambil hasil panen sebagai stok barang, maka bank syariah akan menjual kembali hasil panen tersebut kepada pihak lain.

3) Bai‟ al-Istishna

(61)

48 c. Sewa

Sewa adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan barangnya.Salah satu produk dari sewa adalah ijarah muntahia bit-tamlik yang merupakan akad perpaduan antara ijarah dengan al-bai‟ yakni akda sewa yang diakhiri dengan jual beli.Akad yang pada awalnya sewa yang pada akhir masa angsuran menjadi jual beli karena terjadi perpindahan kepemilikan atas barang yang disewakan.Transaksi ini sering disebut dengan sewa beli (Ridwan, 2007:84).

d. Jasa

Pengembangan produk jasa layanan pada lembaga keuangan syariah meliputi:

1) Al-wakalah

Al-wakalah adalah perjanjian antara bank syariah dengan nasabah dimana nasabah memberikan pelimpahan kepercayaan kepada bank untuk mewakilinya guna menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. 2) Al-kafalah

Referensi

Dokumen terkait

bentuk perlindungan hukum yang tepat, akan diuraikan terlebih dahulu bagaimana hubungan antara KCKGP, mitra, serta pengurus dan pengawas KCKGP. Hal tersebut untuk

Untuk itu, penulis ingin melihat, mengamati, dan menuliskan kedalam karya ilmiah/skripsi ini seperti apa sistem bagi hasil yang di terapkan oleh para petani karet

Rumusan masalah tersebut dikaji dengan menggunakan data-data kepustakaan atau sekunder atau dengan metode penelitian normatif yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan dan

karena perbuatan tersebut dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut,

Penulisan Hukum dengan judul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum bagi Ibu Hamil yang Bekerja di Perusahaan Swasta ditinjau dari Undang-undang nomor 13 tahun 2003

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara antara berat badan dan tinggi badan, terhadap kemampuan menggiring bola dalam

Sehingga hipotesis yang menyatakan ada korelasi positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII SMP N 4

terhadap konsul Malaysia di Pekanbaru tetap berdasarkan aturan Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler dan asas timbal balik yang telah disepakati antara kedua