• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 11

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

Siti Rosyidah

SMP Negeri 2, Jalan Dr.M.Saleh no.7 kota Probolinggo E-mail : sitirosyidah30@gmail.com

Abstrak : Pendidikan memegang peranan penting dalam mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter positif. Melalui kurikulum 2013, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sistem pendidikan dengan menekankan pada pengembangan nilai-nilai karakter. Character building dianggap sebagai sebuah solusi untuk mengatasi berbagai persoalan moral anak bangsa dan meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Penanaman karakter positif harus terarah, sistematis, dan menjadi pembiasaaan di sekolah, yang diwujudkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru hendaknya menerapkan strategi pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dan mengintegrasikan nilai-nilai karakter positif dalam setiap pembelajaran di kelas. Proses pengembangan karakter juga membutuhkan penguatan dan evaluasi. Guru memantau sejauh mana keberhasilan pembentukan karakter yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran melalui berbagai teknik penilaian khususnya observasi perilaku peserta didik. Dengan pengalaman belajar berbasis karakter diharapkan dapat menjadi pembiasaan yang positif pada diri peserta didik dan memotivasi mereka untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Kata kunci :character building, strategi pembelajaran, evaluasi PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sebuah konsep usaha sadar dan terarah untuk membentuk sikap positif sesuai norma dan nilai-nilai yang berlaku dan juga mengembangkan potensi peserta didik yang berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai bagian penting dari pendidikan juga turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut. Proses pembentukan karakter yang berawal dari keluarga akan terus berlanjut dan dikembangkan melalui proses pembelajaran di sekolah.

(2)

Page 2 of 11

Dinamika sistem pendidikan terus berlanjut. Potensi manusia dapat melejit dengan pesat apabila didukung oleh sistem pendidikan yang berkualitas (Koesoema: 2007). Munculnya konsep kurikulum 2013 menjadi bukti bahwa pemerintah semakin serius menggarap Character Building melalui integrasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Sehingga pada akhirnya pendidikan diharapkan dapat mencetak generasi penerus bangsa yang memiliki keahlian dan berkarakter positif.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui dampak pendidikan karakter terhadap peningkatan nilai akademik siswa. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal itu diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Selain itu, kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Pelaksanaan proses pembelajaran yang menekankan pembentukan karakter tidak lepas dari peran serta seorang guru. Sejalan dengan Permendikbud no. 103 tahun 2014, pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh untuk semua aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Akan tetapi, asumsi negatif kerap kali masih ditemui dalam pembelajaran berkarakter, yakni : (1) munculnya anggapan bahwa penanaman karakter semata-mata menjadi tanggung jawab guru agama dan PKn saja; (2) rendahnya kemampuan guru dalam mengintegrasikan pendidikan karakter dengan berbagai strategi pembelajaran yang menyenangngkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Kini pendidikan karakter menjadi sebuah kebutuhan dan solusi mengatasi berbagai masalah perilaku anak bangsa. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara terarah, sistematis, dan berulang-ulang pada proses

(3)

Page 3 of 11

pembelajaran diharapkan mampu membentuk sikap dan karakter positif peserta didik dan meningkatkan nilai akademis peserta didik.

BAGIAN INTI

A. Pendidikan Karakter

I. Definisi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bukanlah merupakan hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan makna pendidikan karakter tersebut telat tersirat dalam definisi pendidikan menurut perspektif kebijakan negara seperti yang termaktubpada UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Dalam definisi pendidikan tersebut telah tercantum maksud dan tujuan pendidikan di negara kita yakni pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter anak bangsa dalam dimensi ke-Tuhan-an, kepribadian, dan berakhlak mulia.

Menurut pakar pendidikan, Thomas Lickona, dalam bukunya Character Matters, (Thomas Lickona.dalam M. Fajri

:2012,http://www.vhajrie27.wordpress.com/2012/02/13/hakikat-pendidikan -karakter),dia menyebutkan bahwa “Character education is the deliberate effort to cultivate virtue—that is objectively good human qualities—that are good for the individual person and good for the whole society.” (Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan).

(4)

Page 4 of 11

Selain itu,menurut pakar pendidikan lainnya, Suyanto(2009), mendefinisikan pendidikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

Atas dasar uraian di atas, maka pendidikan karakter bukanlah suatu kebetulan dan serta merta dapat memunculkan hasil secara instan, tetapi pendidikan karakter merupakan usaha sadar, sistematis, terarah, terencana serta dilakukan secara terus menerus oleh suatu lembaga atau institusi pendidikan. Selain itu, dukungan dan peran serta keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan guna mewujudkan penanaman nilai-nilai karakter yang baik.

II. Konsep Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bukan lah sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetepi lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang sesuatu yang baik sehingga peserta didik akan menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan mana yang salah, mampu merasakan (afektif) nilai-nilai karakter yang baik, serta biasa mempraktekkannya (psikomotorik).

Menurut Thomas Lickona penerapan pendidikan karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behaviour). Sehingga munculnya karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, kemudian menimbulkan niat atau keinginan untuk berbuat baik, dan akhirnya melakukan perbuatan kebaikan. Dengan demikian, pendidikan karakter mengacu pada serangkaian kegiatan yang meliputi seluruh aspek kognitif, afektif (motivasi dan perilaku), serta psikomotorik (skills).

III.Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Adapun fungsi dan tujuan pendidikan karakter di negara Indonesia sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

(5)

Page 5 of 11

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ” Maka atas dasar itulah, Pendidikan karakter berfungsi untuk :

a. mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik

b. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur c. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalm

pergaulan dunia.

Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan karakter tersebut, maka dapat dilakukan melalui berbagai media dengan melibatkan pihak keluarga, satuan pendidikan / sekolah, masyarakat / media massa serta pemerintah sebagai penentu kebijakan negara.

B. Pendekatan Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran

Penanaman pendidikan karakter dalam proses pembelajaran dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang hingga menjadi sebuah kepribadian positif yang mengakar pada diri seorang anak. Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan pada diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter anak bangsa. Adapun 18 nilai karakter tersebut, antara lain :

1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut

2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan sehingga menjadi pribadi yang dapat dipercaya

3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda

(6)

Page 6 of 11

dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut

4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku

5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya

6. Kratif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya

7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan

8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain

9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam

10.Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan

11.Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, dan politik

12.Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi

13.Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik

(7)

Page 7 of 11

14.Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu

15.Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya

16.Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar

17.Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya

18.Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Menurut Dwi Siswoyo (pakar pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta) mengatakan bahwa hilangnya kepribadian mulia pada anak terjadi karena proses pendidikan yang berlangsung selama ini masih cenderung terjebak dalam proses pembelajaran yang besifat mekanistik. Pembelajaran masih didominasi oleh guru yang aktif berceramah mentransfer materi pelajaran, berorientasi pengetahuan dan kurang menyentuh pada aspek sikap dan perilaku, serta evaluasi guru masih fokus pada angka-angka hasil penilaian (kuantitatif) dan minim observasi / pengamatan perilaku siswa dalam penilaian proses (kualitatif).

Seorang anak akan mengembangkan nilai-nilai karakter melalui apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka lakukan secara berulang-ulang. Guru yang menyadari hal ini akan berupaya untuk menyelenggarakan suatu proses pembelajaran yang bermakna dan berpusat pada kebutuhan peserta didik tersebut. Terdapat 2 hal yang harus

(8)

Page 8 of 11

dilakukan sebagai upaya penanaman karakter positif melalui pembelajaran, antara lain :

a. Keteladanan

Secara naluriah manusia mempunyai watak meniru kejadian yang ada di sekelilingnya. Manusia adalah seorang penjiplak unggul dari seseorang diidolakannya. Siswa sebagai subject sasaran implementasi pendidikan karakter tentu membutuhkan suatu keteladanan dari warga sekolah disekitarnya (Daryanto dan Suryatri:2013). Sehingga, penerapan pendidikan karakter di kelas tidak lepas dari keteladanan seorang guru. Misalkan, apabila guru ingin mengembangkan karakter disiplin, maka terlebih dahulu guru harus menunjukkan karakter tersebut dengan selalu datang tepat waktu, memanfaatkan jam mengajar secara efektif, dan mematuhi peraturan yang ada.

b. Inovasi teknik pembelajaran

Guru yang menyadari pentingnya penanaman nilai karakter akan nampak dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya. Guru merencanakan beberapa nilai karakter positif yang akan dikembangkan pada kegiatan pembelajarn di kelas. Misalkan pada materi tentang identifikasi perangkat keras komputer, guru ingin mengembangkan karakter rasa ingin tahu, gemar membaca, dan menghargai pendapat teman(demokratis). Maka guru membuat sebuah RPP dengan strategi pembelajaran kooperatif model STAD. Selain itu, guru juga memotivasi siswa untuk semangat mencari informasi dari berbagai sumber baik di perpustakaan maupun website tentang materi perangkat keras tersebut. Guru memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan diskusi danmerangsang peserta didik untuk berani mengajukan danmenghargai pendapat temannya.

(9)

Page 9 of 11

Menurut Permendikbud no.53 tahun 2015, penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi ketrampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis selama dan setelah proses pembelajaran. Sejalan dengan hal itu, guru seyogyanya menyelenggarakan berbagai teknik penilaian tes dan non-tes untuk mengetahui capai pembelajaran peserta didik secara holistik, baik secara kuantitatif dan kualitatif.

Teknik penilaian bentuk tes, dapat dilaksanakan melalui tes tertulis dan penugasan. Kemudian guru menganalisa hasil belajar peserta didik untuk merencanakan program remidial dan pengayaan dan memperbaiki mutu pembelajaran.

Sedangkan teknik penilaian non-tes dilaksanakan melalui observasi, penilaian diri serta penilaian antar teman. Pada teknik penilaian non-tes ini akan dievaluasi sejauh mana keberhasilan penanaman karakter peserta didik yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Guru akan mengamati perkembangan karakter peserta didik melalui jalannya diskusi, pengerjaan tugas di kelas, pelaksanaan ulangan harian, dan interaksi dengan lingkungan di sekelilingnya. Hasil pengamatan guru akan dicatat pada jurnal harian, khususnya pada peserta didik yang terpantau memiliki karakter sangat baik dan kurang baik. Sehingga guru dapat memberikan bentuk penguatan yang sesuai dengan hasil pengamatan tersebut. Apabila terdapat hal yang negatif, guru mata pelajaran dapat berkoordinasi dengan wali murid, wali kelas dan guru BK guna menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan peserta didik tersebut. Dengan menggunakan berbagai teknik penilaian guru dapat memperoleh informasi yang utuh tentang capaian pembelajaran peserta didik khususnya dalam hal penanaman karakter peserta didik.

(10)

Page 10 of 11 PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam tataran implementasi di lapangan, penanaman nilai-nilai karakter positif pada anak bukanlah suatu hal yang mudah dan cepat menuai hasil. Akan tetapi, hal tersebut membutuhkan kerja keras, proses yang berkesinambungan, dan berulang-ulang. Guru memiliki peran sentral dalam membentuk karakter peserta didik melalui proses pembelajaran. Penanaman nilai-nilai karakter harus selalu nampak pada kegiatan pembelajaran di kelas. Berbagai strategi pembelajaran yang inovatif dapat diterapkan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Penilaian pendidikan karakter dapat dilakukan dengan teknik penilaian observasi selama proses pembelajaran. Guru menetapkan indikator pencapaian karakter yang diharapkan, kemudian mengevaluasi sikap dan perilaku peserta didik yang nampak dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian tersebut dapat dikoordinasikan dengan wali kelas dan guru BK, serta dilaporkan kepada wali murid/orang tua secara berkala.

B. Saran

Untuk membangun karakter peserta didik di sekolah, diperlukan berbagai kegiatan pembiasaan yang positif mulai siswa datang ke sekolah hingga mereka meninggalkan sekolah.Penanaman pendidikan karakter hendaknya terintegrasi pada seluruh kegiatan pembelajaran dan pengembangan diri yang diikuti oleh peserta didik. Pembentukan karakter pada anak membutuhkan penguatan dan evaluasi yang terus-menerus serta koordinasi antara guru mata pelajaran, wali kelas, guru BK, dan pihak wali murid. Disisi lain, sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya menerapkan manajemen sekolah berbasis karakter secara sistematis, terarah, dan terintegrasi melalui pembiasaan dan keteladanan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan budaya sekolah yang melibatkan seluruh

(11)

Page 11 of 11

warga sekolah dan diimplementasikan secara riil di lingkungan sekolah. Seluruh kegiatan pengembangan karakter yang melibatkan peserta didik ditetapkan secara resmi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disusun setiap awal tahun pelajaran.

KAJIAN PUSTAKA

Daryanto, Suryatri. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah. Yogyakarta: Gava Media.

Koesoema, D.A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT. Grasindo.

Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. Diambil dari

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.htmlDiakse s pada Selasa, 15Desember 2015 pukul 09.40.

Lickona, T.dalam Fajri, M. 2012. Hakikat Pendidikan Karakter. Diambil darihttp://www.vhajrie27.wordpress.com/2012/02/13/hakikat-pendidikan-karakterDiakses pada Selasa, 15Desember 2015 pukul 09.48.

Referensi

Dokumen terkait

Metode pemecahan masalah keperawatan secara efektif dan efisien yang dilakukan perawat kepada pasien dengan menggunakan proses keperawatan.. Upaya pemulihan kesehatan

Duffin dan Simpson dalam bukunya Kesumawati (2008: 230) menyatakan bahwa pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat diartikan siswa mampu

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL TERHADAP HASIL PUKULAN CLEAR BACKHAND ATLET BULUTANGKIS1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari data-data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan campuran beton aspal lapis aus AC-WC dengan kapur sebagai bahan pengisi disajikan pada Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9 dan Tabel

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa guru dapat menggunakan tiga tahapan dari TBI yaitu pre-task stage, task stage (task, planning, report), dan language

26 Dasar-dasar Mulai Cepat Walaupun kamera memiliki memori yang terpasang di dalam yang dapat digunakan untuk menyimpan gambar dan film, Anda mungkin ingin membeli kartu memori yang

pengukuran mencakup segala cara untuk mendapatkan informasi mengenai hasil belajar yang dapat dikuantifikasikan. Peningkatan hasil belajar siwa dpat

Identifikasi kronologi dilakukan dengan membandingkan unsur-unsur yang terdapat pada kritik ekstern seperti materi (bahan dan bentuk), ukuran, dan paleografi