• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoretis

2.1.1 Teori Pesinyalan (Signaling Theory)

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada dasarnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi (Hendrianto, 2012:63). Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansikonservatisma yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Menurut Pratama (2014), jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut

(2)

diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar

sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu

menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news).

Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan

2.1.2 Teori Keagenan (Theory Agency)

Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Jensen dan Meckling (1976) yang mengacu pada pemenuhan tujuan utama dari manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan disebut principal. Maksimalisasi kekayaan principal akan diserahkan kepada pihak-pihak yang dianggap profesional untuk mengelola perusahaan. Pihak profesional tersebutdalam perusahaan disebut sebagai manajemen, yang dalam teori keagenan disebut sebagai agent.

Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat terjadi saat terdapat free cash flow. Ketika perusahaan tidak lagi mempunyai kesempatan investasi yang menarik, pemegang saham menginginkan free cash flow dibagikan kepeda mereka dalam bentuk dividen. Disisi lain manajer cenderung ingin menahan sumber daya termasuk (free cash flow) tersebut sehingga manajer mempunyai kontrol atas

(3)

sumber daya tersebut (Hanafi, 2008:317). Konflik keagenan antara kreditur dan pemegang saham muncul karena pemegang saham selalu menginginkan agar manajer bersifat agresif dalam menerima proyek-proyek dengan expected return (pengembalian yang diharapkan) yang tinggi sedangkan di sisi lain, expected return yang tinggi sudah tentu mengandung risiko yang tinggi pula (high risk, high return). Jika perusahaan mengambil proyek yang berisiko tinggi maka akan meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan sehingga kreditur merasa khawatir pinjaman yang diberikan tidak dapat dikembalikan oleh perusahaan.

Jensen dan Meckling (dalam Wibowo dan Rossieta, 2009) menyatakan hubungan antara manajer dan pemilik dalam kerangka hubungan keagenan.Dalam hubungan keagenan, terjadi kontrak antara kedua belah pihak.Kontrak tersebut

mengharuskan agent memberi jasa kepada pemilik.Pendelegasian wewenang dari

pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik.Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory.Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit untuk diwujudkan.Oleh karena itu, investor diwajibkan untuk memberi hak pengendalian residual kepada manajer (residual control right) yakni hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat di kontrak.

Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi (Azlan dkk, 2009).Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis yaitu 2009).Asumsi-asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan

(4)

bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas dan adanya asimetri antara principal dan agent.Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjual belikan.

2.1.3 Kebijakan Dividen

Menurut Brigham dan Gapenski dalam Widyantoro (1995:18) diartikan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan akan datang. Dalam penentuan besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan ada perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan target dividend payout ratio yang didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi pajak. Untuk dapat membayar dividen dibuat suatu rencana pembayarannya.

Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan akan ditahan dalam perusahaan untuk selanjutnya diinvestasikan kembali. Husnan (1994) menjelaskan mengenai pengertian kebijakan dividen yang pada hakikatnya merupakan penentuan berapa banyak laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa banyak yang akan ditahan. Aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan.

(5)

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah kesempatan investasi yang tersedia, ketersediaan dan biaya modal alternatif, dan preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau menerimanya di masa yang akan datang. Oleh karena itu, akan dibahas berbagai teori tentang kebijakan dividen yang menunjukkan bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi mempengaruhi nilai perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar (Sartono, 2001:281). Ini adalah alasan utama yang kita katakan bahwa ada isi informasi dividen yaitu, perubahan dividen dapat diterjemahkan sebagai tanda perubahan prospek perusahaan.

2.1.4 Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahaan. Secara umum rasio profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal. Rasio profitabilitas juga menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, aktiva, dan utang terhadap hasil operasi (Mulyadi, 2008:25). Rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja operasi. Rasio profitabilitas atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan. Menurut Atmajaya

(6)

(2010:415) bahwa : Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Menurut Kasmir (2010:45) profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, intinya adalah bahwa rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Menurut (Brigham dan Houston, 2009:40), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan internal

Dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi, rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor (gross profit margin), margin laba operasi (operating profit margin), margin laba sebelum pajak (pretax profit margin), margin laba bersih (net profit margin), return on assets atau return on investment, dan return on equity. Dalam penelitian ini ukuran rasio profitabilitas menggunakanreturn on equity (ROE). Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah ekuitas yang digunakan dalam perusahaan atas suatu ukuran tentang ekuitas yang digunakan dalam perusahaan atas suatu ukuran tentang aktivitas manajemen (Kasmir, 2008:211). Return on equity (ROE) adalah rasio yang diperoleh dengan membagi laba/rugi bersih dengan total assets. Pengembalian atas equity (ROE) menentukan jumlah

(7)

pendapatan bersih yang dihasilkan dari perusahaan dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total equity (Keown, et.al, 2004:77).

2.1.5 Leverage

Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. (Kasmir, 2013:41). Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Perusahan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko leverage yang lebih kecil.

Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingakan dengan total asetnya (Kasmir, 2013:16). Karena leverage merupakan rasio yang menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aset suatu perusahaan, maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan asset yang tinggi namun risiko leverage juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan asset tinggi tersebut didapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila perusahaan tidak dapat melunasi kewajibanya tepat waktu.

Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio leverage tidak bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order teory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing dan apabila pendanaan dari luar (external

(8)

financing) diperlukan. Maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu obligasi kemudian diikuti sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila belum mencukupi, perusahaan akan menerbitkan saham. Pada intinya apabila perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan eksternal tidak akan diusahakan. Maka dapat disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan turunnya nilai perusahaan.

2.1.6 Saham

Saham (Weston dan Copeland, 2004:56) adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telahdiketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Menurut Alwi (2003:33) saham atau stock adalah surat tanda bukti atau tandakepemilikan terhadap suatu perusahaan suatu perseroan terbatas.Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau sering pula disebut share merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan.

Saham dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk. Selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Menurut Siegel dan Shim (2005:441) saham adalah bukti pemilikan dalam sebuah perusahaan dan tuntutan terhadap aktiva serta keuntungan perusahaan dimana merupakan modal resmi dari sebuah kesatuan yang dibagi menjadi lembaran saham.Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham merupakan instrument yang paling dominan diperdagangkan.

(9)

Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikanseseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka (Darmadjidan Fakhruddin, 2001:5).Saham dapat diperjual belikan padabursa efek, yaitu tempat yang dipergunakan untuk memperdagangkan efek sesudah pasar perdana. Penerbitan surat berharga saham akan memberikan berbagai keuntungan bagiperusahaan perbankan. Berdasarkan uraian diatas secara umum pengertian sahamadalah surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang berbentukbadan hukum perseroan terbatas yang menyatakan pemilik sahamtersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu atau memiliki sebagian hak dari perusahaan tersebut.

2.1.7 Nilai Saham

Menurut Alwi (2003:67) nilai yang berhubungan dengan saham dapat dilihat dalam empat konsep yang memberikan makna yang berbeda, yaitu :

a. Nilai Nominal

Nilai nominal suatu saham adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.Nilai nominal adalah modal per lembar yang harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham.Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri per lembar.Jika tidak ada nilai yang ditetapkan, maka yang dianggap sebagai modal adalah semua penerimaan bersih yang diterima oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham yang bersangkutan.

(10)

b. Nilai Buku

Nilai buku adalah nilai saham menurut pembukuan perusahaan.Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.

c. Nilai Pasar

Nilai pasar adalah harga saham di bursa efek.Nilai pasar ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar bursa.

d. Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham.Maksudnya adalah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan.

2.1.8 Harga Saham

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan (Anoraga 2006:100). Harga saham yang tinggi mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan, dan apabila suatu saham aktif diperdagangkan maka dealer tidak akan lama menyimpan saham sebelum diperdagangkan.

Menurut Susanto (2002:12) harga saham adalah harga yang ditentukan secara lelang kontinu.Sedangkan menurut Sartono (2001:70) harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran dipasar modal. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama pemegang para pemegang saham. Pemegang saham yang tidak puas dengan

(11)

kinerja perusahaan dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan mengakibatkan turunnya harga saham dipasar, karena pada dasarnya tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang telah meneliti beberapa pengaruh rasio yang berhubungan dengan harga saham akan digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Ikhsan dan Taqwa (2013), yang meneliti tentang pengaruh Informasi Laba, Kebijakan Dividen dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham, dengan hasil peneitian menggunakan Uji Kelayakan Model menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan dengan menggunakan Uji t menunjukkan bahwa informasi laba dan kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

2. Fahlevi (2013), yang meneliti tentang pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Harga Saham, dengan hasil penelitian menggunakan Uji Kelayakan Model seluruh variabel bebas yang terdiri dari likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan menggunakan Uji t menunjukkan bahwa variabel profitabilitas yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

(12)

harga saham, sedangkan variabel likuiditas dan solvabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

3. Clarensia dan Azizah (2011), yang meneliti tentang pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Uji Kelayakan Model menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yang terdiri dari likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan dengan menggunakan Uji t variabel pertumbuhan penjualan yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

4. Deitiana (2011), yang meneliti tentang pengaruh Rasio Keuangan,

Pertumbuhan Penjualan Dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham, dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dengan menggunakan Uji Kelayakan Model menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yang terdiri dari rasio keuangan, pertumbuhan penjualan dan kebijakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan dengan menggunakan Uji t hanya variabel profitabilitas yang mempunyai pengaruh yang signifikan.

2.3 Rerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan sebelumnya maka hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat dinyatakan didalam sebuah kerangka pemikiran teoritis.

(13)

Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pembahasan pada tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

2.4.1 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham

Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan akan ditahan dalam perusahaan untuk selanjutnya diinvestasikan kembali. Dalam penentuan besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan ada perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan target dividend payout ratio yang didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi pajak. Untuk dapat membayar dividen dibuat suatu rencana pembayarannya.

Aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi

Kebijakan Dividen (KD)

Profitabilitas (P)

Leverage (L)

(14)

total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Menurut penelitian Clarensia dan Azizah (2011), menyatakan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham yang artinya perusahaan dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai

realisasi harapan hasil yang didambakan seorang investor dalam

menginvestasikan dananya untuk membeli saham. Hal ini yang membuat investor tertarik akan kebijakan dividen perusahaan sehingga ketertarikan untuk investasi saham meningkat dan harga saham pun meningkat. Adapun perumusan hipotesis yaitu:

H1 : Kebijakan Dividen mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.

2.4.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, intinya adalah bahwa rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi, rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor (gross profit margin), margin laba operasi (operating profit margin), margin laba sebelum pajak (pretax profit margin), margin laba bersih (net profit margin), return on assets atau return on investment, dan return on equity.

(15)

Pengembalian atas equity (ROE) menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari modal saham perusahaan dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total ekuitas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan dan Taqwa (2013) dan Fahlevi (2013), menunjukkan hasil penelitian bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap harga saham, yang artinya jika perusahaan bisa meraih profit atau keuntungan yang bagus disetiap periode, para investor tidak perlu mengkhawatirkan perusahaan tersebut akan merugi atau bahkan bankrut. Sehingga, keuntungan atau profit yang didapat oleh perusahaan, dapat dinikmati juga oleh para investor dan membuka kemungkinan datangnya investor-investor baru lagi yang ingin menanamkan modal mereka disana yang dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan tersebut. Adapun perumusan hipotesis yaitu:

H2 : Profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan Telekomunikasi diBursa Efek Indonesia.

2.4.3 Pengaruh Leverage Terhadap Harga Saham

Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Perusahan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko leverage yang lebih kecil.

Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio leverage tidak bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order teory menyatakan bahwa

(16)

perusahaan menyukai internal financing dan apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan. Pada intinya apabila perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan eksternal tidak akan diusahakan. Menurut penelitian yang dilakukan Fahlevi (2013), menyatakan bahwa leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap harga saham, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011), menyatakan leverage mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap harga saham. Adapun perumusan hipotesis yaitu:

H3 : Leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaan Telekomunikasi diBursa Efek Indonesia.

Gambar

Gambar 1  Rerangka Pemikiran  2.4 Perumusan Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan pertanian pada era reformasi mengalami perubahan paradigma dari paradigma lama yang lebih berorientasi kepada upaya-upaya peningkatan produksi pertanian,

Penerapan metode pemberian nasehat diberikan orang tua pada saat anak akan melakukan sesuatu dan juga jika terjadi sesuatu kepada anak atau orang lain, dengan

Selain kebijakan sunset policy strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah melalui kebijakan fiskal berupa program amnesti pajak (Bodjonegoro,

Setelah proses penjadwalan berhasil dilakukan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6 maka proses selanjutnya pengisian uang ATM oleh petugas. Namun untuk

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah pepaya (Carica papaya L.) dari pepaya.. yang setengah matang, berwarna hijau tua hingga orange yang diperoleh

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Di siklus I dan II ketuntasan belajar telah tercapai. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas

Dalam penelitian ini pendekatan empiris yang dilakukan adalah dengan menggunakan model regresi data panel dengan fixed effect2. Pemilihan regresi umum dengan fixed effect

Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa dengan dilakukan intervensi akan menambah tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek tertentu yaitu pernikahan dini