• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) merupakan suatu keadaan di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) merupakan suatu keadaan di"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung

Penyakit darah tinggi atau hipertensi

mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa tensimeter air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Anonim, 2008).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga (Anonim, 2008).

Definisi hipertensi yang hingga sekarang masih berlaku ialah arus tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih, atau arus tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Akan tetapi, karena tekanan darah berubah-ubah, sebelum seorang pasien dinyatakan menderita hipertensi dan menentukan untuk memulai perawatan, perlu dipastikan arus tekanan darah yang meninggi itu dengan pengukuran yang berulang-ulang dalam jangka waktu beberapa minggu. Tekanan darah sangat bergantung pada curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, serta volume darah yang bersirkulasi (WHO, 2001).

(2)

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent killer atau sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease yang berarti penyakit yang menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi (Anonim, 2008).

Penyebab utama timbulnya hipertensi adalah pola makan yang salah, baik pada penderita hipertensi yang rawat jalan maupun yang rawat inap. Pada penderita hipertensi rawat inap, makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan yang sesuai dengan diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Namun, fenomena yang terjadi pasien penderita hipertensi yang rawat inap tidak menjalankan diet yang diberikan. Hal ini dikarenakan oleh diet yang disediakan tidak sesuai dengan makanan yang diinginkan mereka, sehingga mereka lebih suka untuk mengkonsumsi makanan di luar diet yang diberikan. Hal inilah yang dapat menimbulkan komplikasi hipertensi yang dapat memengaruhi lama cepatnya proses pemulihan.

Pada umumnya, pasien hipertensi rawat inap merupakan pasien hipertensi yang telah mengalami komplikasi. Komplikasi adalah penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi. Salah satu penyakit komplikasi yang terjadi pada pasien hipertensi rawat inap adalah penyakit jantung dan kardiovaskuler.

Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, di mana jantung secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal. Pada awal penyakit, jantung mampu mengkompensasi ketidakefisian fungsinya dan

(3)

mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi (Almatsier, 2004).

2.2. Pencegahan Hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung

Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih dan pada akhirnya mengalami komplikasi peyakit jantung. Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih dan pemberian obat-obatan apabila diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.

Pencegahan utama adalah dengan melakukan pola makan sehat dengan gizi seimbang, dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari segi kuantitas dan kualitas. Di samping itu, tindakan memeriksakan tekanan darah secara teratur sangat dianjurkan. Selain dapat mencegah, tindakan tersebut juga dapat menghindari kenaikan tekanan darah yang terlalu drastis (Astawan, 2004).

2.3. Asuhan Gizi di Rumah Sakit

Asuhan gizi rumah sakit pada penderita hipertensi yang komplikasi hipertensi rawat inap dapat dilakukan dengan menjalankan diet yang teratur. Sebelum mengetahui pedoman diet, terlebih dahulu harus dipahami definisi diet yang sering disalahartikan oleh orang awam sebagai pembatasan makanan pada penderita suatu penyakit. Diet sesungguhnya memiliki dua makna, yaitu sebagai makanan dan kedua

(4)

pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar kita tetap sehat (Hartono, 2000).

Bila diet dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi dan atau membantu kesembuhan pasien, maka istilah yang lazim digunakan adalah diet rumah sakit (hospital diet). Gizi harus dipertimbangkan sebagai dasar kesembuhan, tentunya pertimbangan gizi dan kesehatan akan ditempatkan sebagai pertimbangan pertama (Hartono, 2000).

Di rumah sakit terdapat pula pedoman diet tersendiri yang akan memberikan rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau memperhatikan status gizi pasien, tetapi juga untuk mecegah permasalahan lainnya yang timbul. Dengan memperhatikan tujuan diet tersebut, rumah sakit umumnya menyediakan makanan dengan kriteria seperti : makanan dengan komposisi gizi yang baik dan seimbang menurut keadaan penyakit dan status gizi masing-masing pasien, makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastrointestinal dan penyakit masing-masing pasien, makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti tidak mengandung bahan yang dapat menimbulkan gas, intoleransi (laktosa, gluten), tidak lengket (ketan, dodol), tidak terlalu pedas, manis, asin, atau berminyak atau tidak terlalu panas atau dingin, makanan yang bebas unsur adiktif berbahaya, seperti pengawet, pewarna, pemanis, dan sebagainya, serta makanan dengan penampilan dan citarasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien yang umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembaunya (Hartono, 2000).

(5)

Di rumah sakit dapat dilakukan skrining gizi. Skrining gizi dilakukan sebagai bentuk kegiatan pada perkumpulan penyandang penyakit metabolik atau degeneratif ataupun vaskuler, seperti perkumpulan hipertensi, diabetes, stroke, dan sebagainya yang dibina oleh klinik gizi. Tujuan skrining adalah untuk menilai status gizi yang ada pada orang yang berisiko, baik secara individual maupun kelompok sehingga dapat dilakukan upaya preventif (Hartono, 2000).

Pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya membutuhkan konsultasi, rujukan, ataupun intervensi gizi guna mengoptimalkan asuhan medis dan status klinis. Akan tetapi, upaya ini harus memerlukan kesadaran dan pemahaman dari para profesional medis serta keperawatan terhadap peranan gizi bagi pencegahan dan kesembuhan penyakit (Hartono, 2000).

Penilaian status gizi (nutritional assesing) merupakan landasan untuk memberikan asuhan nutrisi yang optimal kepada pasien. Penilaian ini mencakup empat komponen yaitu : anamnesis riwayat diet, pengukuran antropometrik, pemeriksaan laboratorium (biokimia), dan pemeriksaan jasmani nutrisi. Keempat komponen ini bersama-sama pemeriksaan medik akan memberikan arah untuk mengembangkan rencana asuhan gizi (Hartono, 2000).

2.4. Diet Penyakit Jantung

Penyakit jantung terjadi akibat berkelanjutan, di mana jantung secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal. Pada awal penyakit, jantung mampu mengkompensasi ketidakefisien fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi (Almatsier, 2004).

(6)

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung (Purwati, 2002).

Diet tidak secara langsung menyembuhkan penyakit, tetapi dipakai untuk memperbaiki kelainan metabolisme dan mencegah atau paling tidak mengurangi gejala penyakit. Adanya gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi faktor genetik, hipoksia menahun, kelainan hemodinamik, faktor metabolik serta kelainan lain yang menyertai memerlukan masukan energi tambahan. Aktivitas jantung dan pernafasan memerlukan pula kalori yang cukup banyak,

Pada umumnya, pasien penderita hipertensi yang rawat inap disertai dengan penyakit komplikasi, seperti penyakit jantung dan kardiovaskuler. Maka dari itu, pemberian diet pada penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap harus menjalani diet penyakit jantung.

Penderita hipertensi komplikasi jantung, sebaiknya meningkatkan konsumsi buah dan sayur, terutama buah dan sayur yang mengandung kalium. Kalium atau potassium 2 sampai 4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah. Kadar kalium atau potassium umumnya banyak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih (Kurniawan, 2011).

Komposisi kalium pada beberapa bahan makanan (dalam mg per 100 gram bahan makanan) antara lain sebagai berikut.

(7)

Tabel 2.1. Komposisi Kalium Dalam Beberapa Bahan Makanan

No. Bahan Makanan Komposisi per 100 gram (mg)

1. Pisang 435 2. Alpukat 278 3. Pepaya 221 4. Apel Merah 203 5. Daun Peterseli 900 6. Daun Pepaya 652 7. Bayam 416 8. Kapri 370 9. Mangga 189 10. Kembang Kol 349 11. Belimbing Wuluh 130 Sumber : Jordan, 2010

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pisang dan daun peterseli merupakan buah dan sayur yang paling tinggi komposisi kalium nya. Bahan makanan yang mengandung kalium atau potasium baik dikonsumsi karena berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan dapat meningkat sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Pada penderita hipertensi khususnya dengan komplikasi jantung, disarankan untuk mengatur menu makanannya setiap hari. Ada berbagai bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada penderita dengan komplikasi jantung. Bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

(8)

Tabel 2.2. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan Dalam Diet Jantung

Golongan Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan Sumber Karbohidrat

Sumber Protein Hewani

Sumber Protein Nabati

Sayuran

Lemak dan Minyak

Minuman

Bumbu

Beras ditim atau

disaring;roti, mie, kentang, makaroni, biskuit, tepung beras/terigu/sagu aren/sagu ambon, kentang, gula pasir, gula merah, madu dan sirup Daging sapi, ayam rendah lemak, ikan, telur, susu rendah lemak; dalam jumlah yang telah ditentukan

Kacang-kacangan kering, seperti kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.

Sayuran yang tidak mengandung gas, seperti : bayam, kangkung, kacang buncis, kacang panjang, wortel, tomat, labu siam, tauge.

Minyak jagung, minyak kedelai, margarin, mentega teh encer, coklat, sirup

semua bumbu selain

bumbu tajam dalam jumlah terbatas

Makanan yang mengandung gas atau alkohol, seperti ubi, singkong, tape singkong, dan tape ketan

Daging sapi dan ayam yang berlemak, gajih, sosis, ham, hati, limpa, babat, otak, kepiting dan kerang-kerangan; keju, dan susu penuh

Kacang-kacang kering yang mengandung lemak cukup tinggi seperti kacang tanah, kacang mete, dan kacang bogor

Semua sayuran yang mengandung gas seperti kol, lobak, sawi, dan nangka muda.

Minyak kelapa sawit, minyak kelapa, santan kental

Teh/kopi kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol

Lombok, cabe rawit, dan bumbu-bumbu lain yang tajam

(9)

2.4.1. Tujuan Diet Jantung

Tujuan diet penyakit jantung adalah memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila terlalu gemuk, dan mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air (Almatsier, 2004).

2.4.2. Syarat Diet Jantung

Syarat-syarat diet penyakit jantung yaitu makanan yang diberikan harus mengandung kalori yang cukup. Protein cukup yaitu sebesar 0,8 gr per kg berat badan. Makanan yang disediakan harus mengandung lemak sedang sebesar 25-30% dari kebutuhan energi total. Kolesterol yang terkandung harus kurang dari 300 mg. Makanan mengandung garam rendah, yaitu 2 sampai 3 gr per hari. Makanan yang dimakan haruslah mudah cerna dan tidak menimbulkan gas. Cukup serat untuk mencegah komplikasi. Bentuk makanan harus disesuaikan dengan keadaan penyakit (Almatsier, 2004).

2.4.3. Jenis Diet Jantung

Menurut Arief (2002), jenis diet jantung berdasarkan indikasi pemberiannya terdiri dari empat jenis diet jantung yaitu :

1. Diet jantung I, diberikan kepada pasien dengan infark miokard akut (IMA) atau gagal jantung kongestif berat dengan gejala dan tanda: nyeri dada, mual dan muntah, adanya perangsangan sistem saraf pusat, dan diikuti oleh pembengkakan hati, edema periphenal, penurunan cardiac output, dan output urine menurun. Diberikan makanan berupa 1-1,5 liter cairan sehari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya.

(10)

2. Diet jantung II diberikan secara berangsur dalam bentuk makanan lunak setelah fase akut IMA teratasi. Menurut beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, makanan diberikan sebagai diet jantung II rendah garam. 3. Diet jantung III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet jantung II

atau kepada pasien penyakit jantung yang tidak terlalu berat seperti rasa sakit pada bagian dada, adanya masalah pencernaan, adanya gejala flu, serta nafas pendek. Makanan diberikan dalam bentuk makanan mudah cerna bentuk lunak. Menurut beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, diberikan sebagai diet jantung III rendah garam.

4. Diet jantung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien penyakit jantung ringan dengan gejala nyeri di bagian dada, sesak nafas, jantung berderbar kencang, pingsan atau terasa mau pingsan. Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Menurut beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, makanan diberikan sebagai diet jantung IV rendah garam.

Pada setiap jenis diet jantung memiliki komposisi zat gizi utama yang sama. Komposisi zat gizi utama yang harus terkandung pada setiap jenis diet jantung adalah zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat, dan natrium. Komposisi zat gizi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(11)

Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Dan Natrium Dalam Diet Jantung

Jenis Diet

Komposisi Zat Gizi Utama Kalori (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr) Natrium (mg) Jantung I 835 21 24 140 304 Jantung II 1325 44 35 215 248 Jantung III 1756 64 41 290 172 Jantung IV 2023 67 51 329 172 Sumber : Arief, 2002

RSU Bandung merupakan salah satu rumah sakit swasta yang menyediakan makanan bagi pasien yang dirawat inap. Dalam hal ini, RSU Bandung memberikan diet jantung IV untuk penderita hipertensi komplikasi jantung. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan jumlah tenaga medis dan sarana yang tersedia untuk memberikan pelayanan kepada penderita jantung dengan keluhan komplikasi jantung berat (RSU Bandung Medan, 2011).

2.5. Penatalaksanaan Diet Jantung Bagi Penderita Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Penanganan hipertensi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu medis dan nonmedis. Melalui cara nonmedis adalah dengan penatalaksanaan diet. Penatalaksanaan diet bagi penderita hipertensi disesuaikan dengan penyakit komplikasi hipertensi yang diderita, seperti diet jantung jika penderita tersebut menderita komplikasi jantung, diet stroke dan lain sebagainya. Diet pada penderita hipertensi bertujuan untuk mengurangi asupan garam, mengurangi kadar lemak dalam tubuh sehingga didapat berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan, serta mempertahankan agar tubuh tetap berada pada berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan (Marliani dan Tantan, 2007).

(12)

Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi >160 mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Penatalaksanaan diet bagi penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap harus diberikan diet yang sesuai dengan komplikasi nya serta harus diperhatikan kepatuhan pasien dalam menjalani diet yang diberikan rumah sakit selama pasien dirawat inap. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Di samping itu, penatalaksanaan diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus. Diet yang diberikan harus sesuai dengan standar diet, baik dari jenis dan indikasi pemberian maupun komposisi zat gizi nya (Anonim, 2004). Dalam hal ini, penderita hipertensi yang mengalami komplikasi jantung diberikan diet jantung.

2.6. Kepatuhan Pasien Dalam Menjalani Diet Yang Diberikan Rumah Sakit Keberhasilan penatalaksanaan diet bagi pasien penderita hipertensi yang rawat inap juga dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam melaksanakan diet tersebut. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan penatalaksanaan diet pada terapi non medis penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, asma, kanker, dan juga penyakit gangguan mental, penyakit infeksi HIV / AIDS serta tuberkulosis Adanya ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit ini dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena prosentase kasus penyakit penyakit tersebut di seluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun

(13)

2001. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020 (BPOM RI, 2006).

2.7. Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung

Status gizi merupakan hasil dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk, 2001).

Umumnya pasien hipertensi tergolong pada obesitas atau berat badan berlebih. Diet jantung yang diberikan oleh pihak rumah sakit pada pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap tidak menjamin berubah nya keadaan status gizi pasien menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan oleh tindakan kepatuhan yang terkait dengan pelaksanaan diet jantung itu sendiri dari pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap. Dalam hal ini, pasien hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap belum bisa meningkatkan status gizinya dikarenakan ketidakpatuhan dalam menjalani diet jantung.

2.8. Penilaian Status Gizi Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap di Rumah Sakit

Keadaan gizi seseorang memengaruhi penampilan, kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi, mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang sangat membutuhkan bantuan gizi.

Untuk membantu diri sendiri pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan pengendalian berat badan. Pengendalian berat badan ini mengacu kepada pengendalian indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan salah satu cara penilaian

(14)

status gizi. Jika status gizi pasien tergolong baik atau normal, maka pasien hipertensi rawat inap memiliki kesempatan yang baik untuk menormalkan tekanan darahnya (Hart dan Tom, 2010).

Mayoritas pasien hipertensi yang berada di RSU Bandung Medan adalah golongan usia 20 tahun sampai 60 tahun. Penilaian status gizi yang tepat untuk kategori usia ini adalah dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT), karena pengukuran indeks massa tubuh paling sederhana dan banyak digunakan.

Kategori ambang batas IMT untuk masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber : Depkes RI, 2002

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang yang tergolong gemuk baik dengan kriteria kelebihan berat badan tingkat ringan maupun kelebihan berat badan tingkat berat memiliki risiko 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih (Anonim, 2010b).

Rumus Perhitungan IMT adalah sebagai berikut : IMT =

(15)

Tujuan utama dari pengendalian indeks massa tubuh (IMT) adalah untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila indeks massa tubuh normal adalah penampilan baik, lincah, dan risiko sakit rendah. Indeks massa tubuh yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit.

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penatalaksanaan diet pada pasien penderita hipertensi yang rawat inap didukung oleh pemberian diet serta tindakan kepatuhan pasien. Selain itu, peneliti ingin mengetahui status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap.

Penatalaksanaan diet jantung • Pemberian Diet • Kepatuhan Pasien

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Kalium Dalam Beberapa Bahan Makanan
Tabel 2.3.  Komposisi Zat Gizi Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Dan  Natrium Dalam Diet Jantung

Referensi

Dokumen terkait

ada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang mencolok tinggi, umumnya ada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang mencolok

Dengan adanya sebuah skatepark yang memiliki standar internasional dengan arena khusus kompetisi indoor dan arena bermain bebas pada bagian outdoor diharapkan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka yang dapat diambil bahwa taraf signifikan 5% nilai t tertera bilangan 2,000 oleh bilangan yang diperoleh 6,577 lebih besar dari

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Perusahaan

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat pemberian formula rehidrasi oral berbasis beras (FROBB/ oralit beras) terhadap lama sakit anak usia 6-24 bulan yang

Bidang Pembendaharaan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas melaksanakan

Pengambilan sampel kualitas air dilakukan dengan menggunakan metode composite sampling pada 24 lokasi sampel di Danau Tondano yaitu 6 sampel di bagian timur danau,

Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari dari beban maka defleksi yang