• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada Oktober 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku Utara sebesar 102,07 atau mengalami peningkatan 1,06 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (September 2015) yang sebesar 101,00.

 Menurut subsektornya, Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP) tercatat sebesar 105,96 (naik 0,57

persen); Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 107,41 (naik 1,33 persen); Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 93,86 (naik 1,75 persen); Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 111,22 (turun 0,20 persen); dan untuk Nilai Tukar Perikanan (Nelayan dan Pembudidaya Ikan/NTNP) sebesar 103,08 (naik 0,99 persen) dimana untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar 102,37 (naik 1,19 persen) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) sebesar 110,51 (turun 0,93 persen).

 Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP Oktober 2015 terhadap September 2015

terjadi peningkatan NTP di 7 (tujuh) provinsi dan peningkatan tertinggi terjadi di Maluku Utara yaitu sebesar 1,06 persen, sementara 3 provinsi yang mengalami penurunan adalah Sulawesi Selatan sebesar 0,57 persen, Sulawesi Tenggara sebesar 0,10 persen, dan Papua Barat sebesar 1,03 persen.

 Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari September 2015 ke Oktober 2015 yaitu dari

102,33 menjadi 102,46 atau naik 0,13 persen.

 Pada Oktober 2015, Provinsi Maluku Utara mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,63 persen.

Inflasi perdesaan di Maluku Utara ini disebabkan oleh naiknya indeks pada enam kelompok pengeluaran.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku Utara Oktober 2015 sebesar

107,68 atau naik 1,47 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya (September 2015) yang sebesar 106,13.

No. 60/11/82/Th.XIV, 02 November 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI MALUKU UTARA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR

102,07 ATAU NAIK 1,06 PERSEN

(2)

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di tujuh kabupaten se-Provinsi Maluku Utara pada Oktober 2015, NTP Provinsi Maluku Utara naik 1,06 persen dibandingkan NTP September 2015, yaitu dari 101,00 menjadi 102,07. Peningkatan NTP pada Oktober 2015 disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan sebesar 1,57 persen, lebih besar dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang hanya naik sebesar 0,51 persen.

Peningkatan NTP Provinsi Maluku Utara Oktober 2015 disebabkan oleh naiknya NTP pada empat subsektor yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,57 persen, NTP Subsektor Hortikultura naik 1,33 persen, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,75 persen, dan NTP Subsektor Perikanan naik sebesar 0,99 persen. Sementara itu, NTP Subsektor Peternakan mengalami penurunan sebesar 0,20 persen,.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Oktober 2015, di Maluku Utara indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,57 persen jika dibandingkan dengan It pada September 2015, yaitu dari 117,87 naik menjadi 119,72.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Oktober 2015, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Maluku Utara naik sebesar 0,51 persen bila dibanding Ib September 2015, yaitu dari 116,70 menjadi 117,29. Adapun Peningkatan Ib terjadi pada semua subsektor.

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Maluku Utara Per Subsektor, September 2015 – Oktober 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Perubahan (%) September 2015 Oktober 2015 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 123,96 125,20 1,00

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,66 118,15 0,42

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 105,36 105,96 0,57

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 124,16 126,39 1,80

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,13 117,67 0,46

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 106,00 107,41 1,33

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 107,78 110,33 2,37

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,84 117,55 0,61

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 92,24 93,86 1,75

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 127,10 127,37 0,22

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,05 114,52 0,41

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 111,44 111,22 -0,20

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 119,39 121,22 1,53

b. Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 116,97 117,61 0,54

c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 102,07 103,08 0,99

5.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) 118,35 120,40 1,73

b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 116,98 117,62 0,54

c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 101,17 102,37 1,19

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 130,34 129,86 -0,37

b. Indeks yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 116,85 117,51 0,57

c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 111,55 110,51 -0,93

Gabungan/Maluku Utara

a. Indeks yang Diterima (It) 117,87 119,72 1,57

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,70 117,29 0,51

(4)

4. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada Oktober 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) mengalami peningkatan sebesar 0,57 persen dibandingkan dengan NTPP bulan September 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,00 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,42 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok padi sebesar 1,70, dan naiknya indeks harga pada kelompok palawija sebesar 2,52 persen (khususnya komoditas ketela pohon/ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan jagung). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,42 persen disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,49 persen dan Indeks BPPBM naik 0,05 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Oktober 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Holtikultura (NTPH) mengalami peningkatan sebesar 1,33 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,80 persen, lebih besar dibandingkan peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang hanya sebesar 0,46 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani Subsektor Holtikultura disebabkan naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 1,37 persen (khususnya cabai rawit, cabai merah, buncis, terung panjang, dan tomat) dan kelompok buah-buahan sebesar 2,09 persen (khususnya jeruk, durian, mangga, duku/langsat, dan semangka).

Indeks harga yang dibayar petani Subsektor Holtikultura mengalami peningkatan 0,46 persen yang disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,53 persen, sementara indeks BPPBM mengalami naik sebesar 0,05 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Oktober 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mengalami peningkatan sebesar 1,75 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 2,37 persen, dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,61 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,37 persen (khususnya komoditi kelapa, cengkeh, dan pala biji). Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,61 persen dikarenakan naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,71 persen, dan indeks BPPBM sebesar 0,13 persen.

(5)

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Oktober 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan (NTPT) mengalami penurunan sebesar 0,20 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (September 2015). Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,22 persen lebih kecil dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 0,41 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 0,36 persen dan kelompok unggas sebesar 0,38 persen (khususnya sapi potong dan ayam buras). Sementara itu indeks harga pada kelompok ternak kecil naik sebesar 1,84 persen, dan kelompok hasil ternak naik sebesar 0,09 persen (khususnya kambing, babi, dan telur ayam ras). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,41 persen disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,68 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,15 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Oktober 2015, NTNP mengalami peningkatan sebesar 0,99 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani (It) yakni sebesar 1,53 persen, lebih besar dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) yakni sebesar 0,54 persen.

Peningkatan It pada Oktober 2015 disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap sebesar 1,73 persen. Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) Subsektor Perikanan Oktober 2015 disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,76 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,18 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (Nilai Tukar Nelayan/NTN)

Pada Oktober 2015, NTN mengalami peningkatan sebesar 1,19 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,73 persen, lebih besar dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,54 persen.

Peningkatan It disebabkan oleh naiknya indeks harga beberapa komoditi pada kelompok penangkapan laut (khususnya cakalang, tongkol, dan cumi-cumi). Peningkatan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya IKRT sebesar 0,76 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,19 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (Nilai Tukar Pembudidaya Ikan/NTPi)

Pada Oktober 2015, NTPi turun sebesar 0,93 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,37 persen, sementara itu indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,57 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks harga kelompok budidaya air laut sebesar 0,43 persen (khususnya ikan kerapu). Peningkatan Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,77 persen dan indeks BPPBM naik 0,11

(6)

Tabel 2.

Indeks Diterima dan Dibayar Petani Per Subsektor dan Perubahannya, September 2015 – Oktober 2015 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) September 2015 Oktober 2015 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 123,96 125,20 1,00

- Padi 120,85 118,80 -1,70

- Palawija 125,79 128,97 2,52

b. Indeks Dibayar Petani 117,66 118,15 0,42

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,41 120,00 0,49

- Indeks BPPBM 109,35 109,41 0,05

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 124,16 126,39 1,80

- Sayur-sayuran 130,02 131,80 1,37

- Buah-buahan 121,11 123,65 2,09

- Tanaman Obat 128,31 129,36 0,82

b. Indeks Dibayar Petani 117,13 117,67 0,46

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,48 119,12 0,53

- Indeks BPPBM 109,93 109,99 0,05

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 107,78 110,33 2,37

- Tanaman Perkebunan Rakyat 107,78 110,33 2,37

b. Indeks Dibayar Petani 116,84 117,55 0,61

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117,77 118,61 0,71

- Indeks BPPBM 112,58 112,73 0,13

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 127,10 127,37 0,22

- Ternak Besar 130,31 129,84 -0,36

- Ternak Kecil 122,28 124,54 1,84

- Unggas 128,08 127,60 -0,38

- Hasil Ternak 116,55 116,66 0,09

b. Indeks Dibayar Petani 114,05 114,52 0,41

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,77 119,58 0,68

(7)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Perubahan (%) September 2015 Oktober 2015 (1) (2) (3) (4) 5. Perikanan

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 119,39 121,22 1,53

b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 116,97 117,61 0,54

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,94 119,84 0,76

- Indeks BPPBM 113,76 113,96 0,18

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 118,35 120,40 1,73

- Penangkapan Laut 118,35 120,40 1,73

b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 116,98 117,62 0,54

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,93 119,82 0,76

- Indeks BPPBM 113,93 114,14 0,19

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 130,34 129,86 -0,37

- Budidaya Air Tawar 121,88 121,88 0,00

- Budidaya Air Laut 132,55 131,97 -0,43

b. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 116,85 117,51 0,57

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,09 120,00 0,77

(8)

5. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Kawasan Timur Indonesia

Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP Oktober 2015 terhadap September 2015 terjadi peningkatan NTP di tujuh provinsi. Sementara itu tiga provinsi lainnya mengalami mengalami penurunan yaitu Sulawesi Selatan sebesar 0,57 persen, Sulawesi Tenggara sebesar 0,10 persen, dan Papua Barat sebesar 1,03 persen. Dari 7 provinsi yang mengalami peningkatan NTP, Maluku Utara mengalami peningkatan terbesar yaitu 1,06 persen. Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari September 2015 ke Oktober 2015 yaitu dari 102,33 menjadi 102,46 atau naik 0,13 persen.

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Persentase Perubahannya di Kawasan Timur Indonesia, Oktober 2015 (2012=100) No. Provinsi It Ib NTP Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sulawesi Utara 117,66 1,14 122,01 0,57 96,43 0,57 2 Sulawesi Tengah 117,45 0,62 119,04 0,46 98,66 0,17 3 Sulawesi Selatan 127,90 -0,34 120,86 0,23 105,83 -0,57 4 Sulawesi Tenggara 119,89 0,22 119,14 0,32 100,63 -0,10 5 Gorontalo 126,60 -0,07 121,61 -0,36 104,11 0,29 6 Sulawesi Barat 123,16 0,57 115,85 0,10 106,31 0,47 7 Maluku 122,60 1,08 121,26 0,54 101,10 0,54 8 Maluku Utara 119,72 1,57 117,29 0,51 102,07 1,06 9 Papua Barat 119,81 -0,85 119,79 0,18 100,02 -1,03 10 Papua 113,10 0,57 116,76 0,37 96,87 0,20 Nasional 122,86 0,13 119,92 0,01 102,46 0,13 6. Inflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Provinsi Maluku Utara, pada Oktober 2015 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,63 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks pada enam kelompok pengeluaran, yaitu Kelompok Bahan Makanan (1,08 persen), Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (0,22 persen), Kelompok Perumahan (0,45 persen), Kelompok Kesehatan (0,11 persen), Kelompok Pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,12 persen), dan Kelompok Transportasi & Komunikasi (0,02 persen). Sementara itu hanya satu kelompok yang mengalami penurunan yaitu Kelompok Sandang (-0,12 persen).

(9)

Tabel 4.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Provinsi Maluku Utara dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran, Oktober 2015 (2012=100)

Kelompok Pengeluaran

Maluku Utara Nasional

IKRT % Perubahan (Inflasi Perdesaan) IKRT % Perubahan (Inflasi Perdesaan) Septem ber 2015 Oktober 2015 Septem ber 2015 Oktober 2015

Konsumsi Rumah Tangga 118,47 119,22 0,63 123,47 123,42 -0,04

Bahan Makanan 121,67 122,99 1,08 130,75 130,18 -0,43

Makan Jadi, Minuman, Rokok

& Tembakau 115,55 115,81 0,22 118,47 118,99 0,44

Perumahan 114,61 115,12 0,45 118,09 118,27 0,14

Sandang 115,48 115,34 -0,12 118,30 118,48 0,15

Kesehatan 115,02 115,14 0,11 114,45 114,72 0,23

Pendidikan, Rekreasi & Olah

Raga 107,51 107,63 0,12 112,29 112,51 0,20

Transportasi & Komunikasi 122,11 122,14 0,02 123,85 123,96 0,09

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang dihitung IKRT-nya pada Oktober 2015, sembilan provinsi mengalami inflasi perdesaan dan hanya satu provinsi yang mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi sebesar 0,68 persen terjadi di Sulawesi Utara, sedangkan deflasi perdesaan terjadi di Gorontalo sebesar 0,53 persen. Secara nasional terjadi deflasi sebesar 0,04 persen yang disebabkan oleh turunnya indeks pada Kelompok Bahan Makanan.

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan Inflasi Perdesaan Menurut Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, Oktober 2015 (2012=100)

Provinsi IKRT Inflasi Perdesaan September 2015 Oktober 2015 (1) (2) (3) (4) Sulawesi Utara 125,31 126,17 0,68 Sulawesi Tengah 121,77 122,50 0,59 Sulawesi Selatan 124,90 125,25 0,28 Sulawesi Tenggara 121,28 121,71 0,35 Gorontalo 127,26 126,59 -0,53 Sulawesi Barat 117,79 117,90 0,09 Maluku 123,90 124,71 0,65 Maluku Utara 118,47 119,22 0,63 Papua Barat 122,68 122,91 0,19 Papua 119,98 120,50 0,44

(10)

7. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena merupakan hasil perbandingan antara hasil produksi pertanian dengan ongkos/biaya produksinya.

Pada Oktober 2015 terjadi peningkatan NTUP secara umum sebesar 1,47 persen di Provinsi Maluku Utara. Peningkatan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada lima subsektor, yaitu Subsektor Tanaman

Pangan naik sebesar 0,94 persen,Subsektor Hortikultura naik sebesar 1,74 persen, Subsektor Tanaman

Perkebunan Rakyat naik 2,23 persen, Subsektor Peternakan naik 0,07 persen, dan Subsektor Perikanan naik 1,35 persen.

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) per Subsektor, dan Persentase Perubahannya di Provinsi Maluku Utara, September 2015 – Oktober 2015 (2012=100)

Subsektor September 2015 Oktober 2015 % Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 113,36 114,43 0,94 2. Holtikultura 112,94 114,91 1,74

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 95,74 97,88 2,23

4. Peternakan 115,86 115,94 0,07

5. Perikanan 104,96 106,37 1,35

a. Perikanan Tangkap 103,89 105,49 1,54

b. Perikanan Budidaya 116,41 115,85 -0,48

Referensi

Dokumen terkait

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Kesesuaian ini menurut al-Faruqi didasarkan pada tiga prin- sip kesatuan kebenaran ( unity of truth ) yang mendasari semua pengetahuan Islam; a) Tidak ada pertentangan

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Ciracas 600 9 Taman Segitiga Tanah Merdeka Utara Kec.. Raya Jimbore