• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPE RA TURE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPE RA TURE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Apliwi Teknologi Informasi 1011 (SNAT! 1011) YogyakDr1u,JJ-/6Jvn/ 10/1

ISSN:1907-5011

PEMODELAN

JARINGAN

SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI

PANJANG

MUSIM HUJAN BERDASAR

SEA SURFACE

TEMPE RA TURE

Agus Buono", M. Mukhlis', Akhmad Faqlhl, Rlzaldl Boe~

'Departemen llmu Komputer. Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor JI. Raya Darmaga - Bogor Jawa Barat

Telp.lFax (0251) 8625584

'c

enter For Climate Risk and Oppurtunity Management (CCROM) IPB JI. Raya Pajajaran -Bogor Jawa Barat

TeJp.1Fax (025J) 88313709

E-mail: pudesha@yahoo.co.id.rizaldiboer@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan pada pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan untuk prediksi Panjang Musim Hujan. dengan mengambil studi kasus stasiun Sumur Watu di Indramayu. Peubah yang dipergunakan sebagai prediktor adalah Suhu Permukaan Laut pada bulan Juni. Juli dan Agustus yang berupa data grid dan dipilih berdasar nilai korelasi pada taraf nyata 5%dan 10%. Sedangkan peubah respon adalah panjang musim hujan satu periode ke depan yang diukur dalam dasarian (JO harian). Dari 17 tahun periode data. selanjutnya dilakukan pemodelan JST dengan 4variasi jumlah hidden neuron (5. JO. 20 dan 40) dan 3laju pembejaran (0.3,0.1 dan 0.001) pada

6 data set kombinasi dari 3jenis bulan dan 2jenis taraf nyata. dan dilakukan dengan 4-fold cross validation untuk melihat skil dari model dalam melakukan prediksi. Selain itu juga dilakukan pemodelan jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan grid yang secara konsisten nyata berpengaruh pada panjang musim hujan baik untuk suhu muka laut pada bulan Juni. Juli. ataupun Agustus. Hasil percobaan menunjukkan bhawa suhu muka laut pada bulan agustus memberikan skil tertinggi dengan akurasi 81% dan 84%. Sedangkan untuk bulan Juni dan Juli berkisar sekitar 50%. Prediksi dengan SST pada grid yang konsisten memberikan akurasi sebesar 65%.

Kata kunci: Suhu Muka Laut (Sea Surface Temperature, SST), Panjang Musim Hujan (PMH). Dasarian. Jaringan Syaraf Tiruan (JST).

1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Keragaman hasil produksi padi di lndonesia sangat berkaitan erat dengan keragaman curah hujan. Beberapa peubah curah hujan yang secara langsung berpengaruh terhadap produksi padi nasional adalah awal musim hujan. panjang musim hujan serta sifat hujan. Panjang musim hujan (PMH) sangat menentukan produksi padi khususnya pada musim tanam kedua. Jika musim hujan pendek, maka peluang kekeringan pada musim tanam kedua menjadi lebih besar, yang pada akhimya akan menyebabkan kegagalan panen. Jika panjang musim hujan sudah bisa diramalkan sebelumnya, maka informasi ini selanjutnya menjadi masukan bagi dinas terkait untuk menentukan pola tanam serta langkah-langkah antisipasi sehingga kerugian karena pengaruh iklim bisa diperkecil.

Lo

et

al., 2007 dan Robertson et al., 2009 menyebutkan bahwa beberapa peubah curah hujan tersebut, termasuk PHM. yang merupakan kunci yang menentukan keragaman hasil tanaman, sangat dipengaruhi oleh fenomena global seperti suhu muka laut (Sea Surface Temperature, SST). Oleh itu, informasi mengenai SST ini selanjutnya dapat dipergunakan sebagai peubah untuk menduga PMH. Dalam penelitian mengenai peramaian panjang-pendek musim hujan dengan menggunakan simulasi

prediksi probabilitas di Ambon yang dilakukan oleh Yunus. 2009, diperoleh informasi bahwa secara umum kondisi anomali SST Indonesia sangat berperan terhadap panjang-pendek musim hujan

di

Ambon. Buono et al 2010 juga menunjukkan eratnya hubungan antara SST dengan jumlah hujan di Indramayu.

Dengan bertolak dari dua hal di atas, maka penelitian ini bertujuan membangun model jaringan syaraf tiruan (JST) untuk menduga panjang musim hujan. Sedangkan wilayah kajian penelitian adalah di Kabupaten Indramayu. Pemilihan ini didasarkan fakta bahwa Indramayu adalah sebagai sentra produksi padi dan sekaligus sebagai wilayah yang cukup rentan terhadap variabilitas iklim

Selanjutnya paper ini disajikan dengan susunan sebagai berikut : Bagian 2 mengenai data dan metodologi. Hasil dan Pembahasannya disajikan pada bagian 3. Sebagai penutup adalah kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya yang disajikan pada bagian 4

2_ DArA DAN METODOLOGI

2.1

Data

Ada dua jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu data observasi di stasiun curah hujan Sumur Watu di Indramayu. Kedua adalah data SST dari model ECHAM4.5 yang mencakup

(2)

Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 1012 (SNA TI 2012) 15-16 Juni 20/2

32° LU - 32° LS dan 31° BT - 296° BT

resolusi 3°x.3°. Data observasi yang

fdJper:gwlll1A<lIIadalah PMH dengan satuan dasarian

dasarian adalah 10 hari, sehingga dalam I

ada 36 dasarian). Sedangkan SST adalah data

t.,.UAIlllD \ Celcius). Keduanya adalah data seri es , tersedia untuk periode 1987 hingga 2005.

Metodologi

secara

umum ada dua tahapan yang dilakukan,

pemilihan data input yang digunakan sebagai

dan pemodelan jaringan syaraf tiruan

prediksi PMH. Dalam penelitian ini, peubah

yang dipergunakan adalah SST untuk menduga

dari musim penghujan satu periode ke depan. dua hal yang harus ditentukan terlebih dahulu

penggunaan SST ini, yaitu nilai SST di grid

yang akan diambil sebagai prediktor. Kedua

SST pada bulan apa yang mempunyai

pada PMH satu periode ke depan.

..

~

Pengambilan Data

Observasl dan data SST

1

r

Preprosessing :

1.Pemilihan grld : Analisis Korelasi SST dan PMH

f

2. Normalisasi data

Data Uji

Pemodelan JST untuk 6

Ddisl dataset dan 1 kondisi aJItuk grid yang konsisten.

Pemodelan dilakukan

E; dengan 4 variasi bidden

neuron dan 3 variasi laju pembelajaran

Gambar I.Diagram Alur Percobaan

ISSN; JM7-S0U

Berdasar hasil dari penelitian yang dilakukan

oleh Buono et al 20I0, SST bulan Juni, Juli dan

Agustus mempunyai korelasi yang erat dengan PMH

pada musim penghujan satu periode berikutnya.

Oleh karena itu, pada penelitian akan dilakukan

percobaan pemodelan PMH dengan input SST bulan

Juni, Juli dan Agustus yang dilakukan pada model

yang terpisah. Untuk memilih grid SST, maka

penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Grid

SST dengan korelasi yang nyata pada taraf

nyata

5%

dan 10%. Dengan demikian ada 3x2=6 jenis

pasangan data input-output. Selanjutnya pada setiap

pasangan tersebut dibuat model JST yang

menghubungan input dengan output.

Setelah terpilih grid berdasar analisis korelasi di atas, maka berikutnya data dibagi menjadi 2 bagian,

yaitu data latih dan data uji. Berdasar data latih,

dilakukan pemodelan JST yang sebelumnya

dilakukan proses normalisasi terhadap seluruh data.

Teknik pembelajaran yang dipergunakan dalam

model JST adalah propagasi balik standar dengan

variasi neuron hidden 5, 10,20 dan 40. Sedangkan

laju pembelajaran dicobakan untuk 0.3, 0.1, dan

0.00I. Dengan demikian, seluruhnya ada 6x4x3=72

percobaan dan dilakukan dengan metode 4-fold

cross validation, atau dengan kata lain 75% sebagai

data training dan 25% sebagai data uji..yang diulang 4 kali. Tahapan proses penelitian q;perlihatkan pada

Gambar I. Selanjutnya., untuk melihat skill

pendugaan, maka hasil prediksi dengan

menggunakan 4-fold cross validation tersebut

dibandingkan dengan data observasi dan disajikan

secara visual agar mudah terlihat secara lebih jelas.

3. HASIL DAN PM BAHASAN

3.1 Analisis Korelasi Pemilihan Grld

Analisis korelasi antara SST bulan Juni, Bulan Juli dan Bulan Agustus terhadap PMH satu periode ke depan yang lolos uji dengan taraf nyata 5% dan

10% disajikan pada Gambar 2.

0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00

JunI.S% -"AI.S% AgI.5% JunI.10% Juli. 10% AgI.10%

Gambar 2.Nilai Korelasi antara SST dengan PMH

Satu periode Ke Depan untuk stasiun Sumur Watu Dari Gambar 2 terlihat korelasi adalah di atas 0.45, dengan tertinggi pada bulan Juni. Namun demikian,

nilai korelasi Bulan Juni mempunyai tingkat

(3)

••Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI2012) Yogyakarta. 15-16 Juni 2012 1 0.81 0.84 0.8 0.6 0.4 0.2 0

Juni.S% Juli.S% Ac$,S% Juni,lO% Juli,lO% Ac$,lO%

Gambar 5. Korelasi antara PMH Aktual dengan

PMH Hasil Prediksi

Hasil yang disajikan pada Gambar 5

menunjukkan fakta bahwa SST Bulan Agustus

mempunyai skill prediksi PMH yang lebih baik

Ihbanding Bulan Juni dan Juli. Nilai korelasi antara

PMH aktual dengan PMH prediksi terendah adalah

)

.

37

(untuk SST Bulan Juni dengan taraf nyata

10%),

dan tertinggi adalah 0.84 (untuk SST Bulan

\gustus pada taraf nyata

10%).

Gambar tersebut

uga

menyaj ikan bahwa grid yang SST

-nya

korelasi

tyata pada taraf 5% maupun 10% tidak terlalu

nemberikan perbedaan yang berarti, yaitu

masing-easing 0.81 dan 0.84.

.3 Hasil Percobaan dengan Grid yang

Konsisten

Selain melakukan pemodelan PMH dengan SST

ada grid yang berkorelasi nyata pada taraf 5% dan

!)Olo, pemodelan juga dilakukan dengan SST pada

ri

d

yang secara konsisten nyata untuk

6

kondisi.

asiJ

percobaan untuk ke tiga bulan disajikan pada

ambar 6. (a) SST Bulan Juni '--R-Sq 0.58 da~ RMS-E-;.66- ---

I

10,---

I

I

I --.... I

-

-"

'

i

I

ia

~-

~

-

~

~----t ••

J~~~--~~

~

-

~

~

+

f:

r---

I,---- -i __ J ISSN: 1907-5022

\

\

\

\

\

\

\

\

R-sq0.65 dan RMSE 1.53

Gambar 6. Perbandingan PMH Aktual vs Prediksi

dengan Menggunakan SST pada Grid yang

Konsisten

Dari Gambar 6 terlihat bahwa dengan SST pada

grid yang konsisten akurasi terbaik adalah SST

bulan Agustus dengan korelasi sebesar 0.65. Hal ini

memperkuat hasil sebelumnay bahwa SST Bulan

Agustus secara relatif mempunyai kemampuan

untuk meprediksi nilai PMH lebih baik dibanding

SST bulan lainnya. Nilai korelasi dengan grid yang

konsisten ini (0.65) jauh di bawah kalau

dibandingkan dengan menggunakan semua grid

yang mempunyai taraf nyata 10% (yaitu dengan

korelasi 0.84). Kalau diperhatikan secara visual,

pada hampir semua tahun, SST pada grid yang

konsisten mempunyai skil prediksi yang jauh lebih

baik dibandingkan dengan SST dari semua grid yang

nyata. Pengecualian hanya terjadi pada tahun 2000.

Pada tahun ini, PMH prediksi dengan SST pada grid

yang konsisten jauh di bawah nilai aktual hingga 3

dasarian. Hal inilah yang menyebabkan korelasinya

turun drastis hingga 0.65.

4. KESIMPULAN

Berdasar percobaan yang sudah dilakukan ada

beberapa kesimpulan yang bisa disajikan disini,

yaitu bahwa SST Bulan Juni, Juli dan Agustus dapat

dipergunakan untuk memprediksi PMH satu periode

.ke depan. SST bulan Junirnernpunyai korelasi yang

relatif baik dengan PMH, namun tingkat variabilitas

yang tinggi, sehingga akurasi relatif rendah jika

dibandingkan dengan SST bulan Agustus.

Pemilihan grid SST yang akan digunakan untuk

prediksi PMH dapat dilakukan dengan analisis

korelasi dengan memilih grid-grid yang mempunyai

nilai SSt yang berkorelasi nyata dengan PMH

dengan araf nyata 10% atau 5%. Dengan grid ini,

SST bulan Agustus memberikan skil prediksi PMH

dengan akurasi 84%.

Dari hasil percobaan dapat terlihat adanya grid-grid tertentu yang secara konsisten selama 3 bulan

(Juni, Juli dan Agustus) mempunyai nilai SST yang

korelasi nyata PMH. Dengan menggunakan grid ini,

SST bulan Agustus memberikan skil terbaik dengan

(4)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 20I2)

Yogyakarta. 15-16 Juni 2012

bulan Juli dan Agustus. Nilai korelasi untuk bulan

Agustus secara umum lebih tidak bervariasi dan nilai yang relatif tinggi (lebih tinggi dari Bulan Juli, dan

lebih rendah dari Bulan Juni). Meskipun demikian.

secara rata-rata relatif sama. Dengan demikian, ada

kemungkinan bahwa SST bulan Agustus akan

menjadi prediktor yang lebih baik dibanding dengan

dua bulan lainnya. Banyaknya grid yang memenuhi

nilai korelasi nyata pada taraf 5% dan

10010,

adalah 3

dan 17, 11 dan 38, serta 11 dan 34, masing-masing

untuk SST Bulan Juni, Juli dan Agustus.

Dari semua grid yang mempunyai SST dengan

korelasi yang nyata dengan PMH, baik pada 5%

maupun

10010

dari semua bulan yang dipergunakan

(Juni, Juli dan Agustus), ada dua lokasi yang secara

konsisten selalu terpenuhi untuk 6 kondisi tersebut.

Gambar 3 menyajikan lokasi dari grid yang

mempunyai korelasi yang nyata dengan PMH

konsisten untuk 6 kondisi di atas.

Gambar 3. Lokasi Grid yang Nilai SST Berkorelasi

Tinggi dengan PMH

3.2

Hasil Percobaan dengan JST

Perbandingan antara nilai aktual PMH dengan

PMH hasil prediksi adalah seperti yang disajikan

pada Gambar 4. Dari gambar tersebut, secara visual

terlihat bahwa SST pada grid dengan taraf nyata 5%

maupun

1001

0

tidak ada perbedaan yang nyata dalam

menduga PMH stu periode ke depan. Sedangkan

antara bulan Juni, Juli dan Agustus terlihat ada

perbedaan yang cukup nyata. Dalam hal ini SST

Bulan Juni mempunyai skill yang relatif lebih

rendah dalam menduga PMH satu periode ke depan.

Hal ini ada kemungkinan disebabkan bahwa variasi

kemampuan menduga dari SST bulan Juni relatif

lebih tinggi dibanding Bulan Juli dan Agustus.

Dari 3 bulan yang diperhatikan dalam penelitian

ini, secara visual terlihat bahwa nilai kesalahan

prediksi untuk SST Bulan Juni, Juli dan Agustus

paling besar masing-maisng adalah 2 dasarian, 1.5

dasarian dan I dasarian. Dengan demikian, SST

yang paling baik dalam menduga PMH adalah SST

Bulan Agustus pada grid yang nilai korelasinya

nyata para taraf

10%,

yaitu dengan akurasi 84%.

Sedangkan kalau dcngan grid yang mempunyai taraf

nyata 5%, akurasi yang dihasilkan adalah 81%.

Kedua nilai ini jauh lebih besar dibandingkan

dengan akurasi yang diperoleh kalau dipergunakan

bulan Juni dan Juli. Nilai korelasi antara PMH

aktual dengan PMH prediksi untuk 6 kondisi di atas

disajikan pada Gambar

S.

ISSN: 1907-501]1

(a) SST Bulan Juni, pada Taraf Nyata 5% R-sq CAS danRMSE 1.93

i~l~

Illi!!iliillfiBfilD

...

(b) SST Bulan Juni, pada Taraf Nyata )0"/0

R-eq0.37 danRMSE 1.96

'"

c••~---::_'----r----

--fUA

-

I

f~~

=:.:

,

Ilii!iiiiilltiSHSS

(e) SST Bulan Juli,pada Taraf Nyata s% R-eq0.43 danRMSE 1.85

I~

~.

--

&.\~ -".,

I

.')

fVVj

-- •.

,

rw

.

~

--

-

-

--~

-

--

---

--

--

-

-Illiiiiiiill~BRRB

(d) SST Bulan Juli,pada Taraf Nyata 10"/0

R-sq0.351danRMSE 1.86

-A ••••I

-....-

..

.

"'

.

...

---~~~---~~~~

(e) SST Bulan Agustus;'pada TarafNyalJI 50/.

R-eqo.S1danRMSE 1.00

.

•....

I

- •..

.

.

I

--"

'I

I

(5)

Seminar NasionalAplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATJ 2012) yogyakarta, 15-16 Juni 2012 1 0.81 0.84 0.8 0.6 0.4

Junl,5% Juli,5% A&s,S% Junl,lO% Juli,lO% A&s,lO%

Korelasi antara PMH Aktual dengan PMH Hasil Prediksi

Hasil yang disajikan pada Gambar 5

menunjukkan fakta bahwa SST Bulan Agustus

mempunyai skill prediksi PMH yang lebih baik

'dibanding Bulan Juni dan Juli. Nilai korelasi antara

PM

H

aktual dengan PMH prediksi terendah adalah

(untuk SST Bulan Juni dengan taraf nyata

dan tertinggi adalah 0.84 (untuk SST Bulan

~

,

J<."''

'

'

'

'

'

pada taraf nyata 10%). Gambar tersebut

menyajikan bahwa grid yang SST

-

nya

korelasi

pada taraf 5% maupun 10% tidak terlalu

perbedaan yang berarti, yaitu masing

-t..•••_ ••.•60.81 dan 0.84. (a) SST Bulan Juni R-sq 0.58 dan RMSE 1.66

~~~;

;;

~~~;~

~

~i~~~

T•••• (b) SSTBulan Juli (c) SST Bulan Agustus ISSN: 1907-5022 R-sq0.65 dan RMSE 1.53 ~~!--- --~~'

~

I~FVik2

1~~~~;~~~~~~80~~~ _~~~~~~~~~~~~~~22 T ••••••

Gambar 6. Perbandingan PMH Aktual vs Prediksi

dengan Menggunakan SST pada Grid yang

Konsisten .

Dari Gambar

6

terlihat bahwa dengan SST pada

grid yang konsisten akurasi terbaik adalah SST

bulan Agustus dengan korelasi sebesar 0.65. Hal ini

memperkuat hasil sebelumnay bahwa SST Bulan

Agustus secara relatif mempunyai kemampuan

untuk meprediksi nilai PMH lebih baik dibanding

SST bulan lainnya. Nilai korelasi dengan grid yang

konsisten ini (0.65) jauh di bawah kalau

dibandingkan dengan menggunakan semua grid

yang mempunyai taraf nyata 10% (yaitu dengan

korelasi 0.84). Kalau diperhatikan secara visual,

pada hampir semua tahun, SST pada grid yang

konsisten mempunyai skil prediksi yang jauh lebih

baik dibandingkan dengan SST dari semua grid yang

nyata. Pengecualian hanya terjadi pada tahun 2000.

Pada tahun ini, PMH prediksi dengan SST pada grid

yang konsisten jauh di bawah nilai aktual hingga 3

dasarian. Hal inilah yang menyebabkan korelasinya

turun drastis hingga 0.65.

4. KESIMPULAN

Berdasar percobaan yang sudah dilakukan ada

beberapa kesimpulan yang bisa disajikan disini,

yaitu bahwa SST Bulan Juni, Juli dan Agustus dapat

dipergunakan untuk memprediksi PMH satu periode

ke depan. SST bulan Juni mempunyai korelasi yang

relatif baik dengan PMH, namun tingkat variabilitas

yang tinggi, sehingga akurasi relatif rendah jika

dibandingkan dengan SST bulan Agustus.

Pemilihan grid SST yang akan digunakan untuk

prediksi PMH dapat dilakukan dengan analisis

korelasi dengan memilih grid-grid yang mempunyai

nilai SSt yang berkorelasi nyata dengan PMH

dengan araf nyata 10% atau 5%. Dengan grid ini,

SST bulan Agustus memberikan skil prediksi PMH

dengan akurasi 84%.

Dari hasil percobaan dapat terlihat adanya

grid-grid tertentu yang secara konsisten selama 3 bulan

(Juni, Juli dan Agust-ust-mempunyai nilai SST yang

korelasi nyata PMH. Dengan menggunakan grid ini,

SST bulan Agustus memberikan skil terbaik dengan

(6)

Sortinar Nas10nDl ApUWJ Td:noIogi Informasi 2012 (SNATI]01]) yogyakarto. J$-J6Jrmi 1011

UCAP AN TERIMA KAsrn

Penelitian ini adalah bagi-aa dari Proyek IM-HERE B2c IPB yang dibiayai oleh Pemerintah lndonesia melalui kontrak No. 71\ 3.24. 4/SPPfI-MHERfJ20 II. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada International Research Institute (IRl). Columbia University atas ijinnya untuk mengakses data GCM

dan

kepada BMKG yang menyediakan data Awal Musim Hujan

PUSTAKA

Buono, el. Al. 2010. A Principle Component Analysis Cascade with Multivariate Regression for Statistical Downscaling Technique :A Case Study in Indramayu District. Proceedings dalam International Conference in Computer Science and Information System (ICACSIS). November 20 I0, Bali lndonesia, ISSN

2086-1796, Hal. 321-327

Lo, F., Wheeler, M.C., Meinke, H. and Donald, A.,

2007. Probabilistic forecasts of the onset of the North Australian wet season. Monthly Weather Review, 135,3506-3520.

Robertson, A. W.. V. Moron, and Y. Swarinoto, 2009. Seasonal predictability of daily rainfall statistics over Indramayu district, lndonesia.

lnt.

J

.

Climatology, 29, 1449-1462.

Yunus, S.S. 2009. Simulasi Prediksi Probabilitas Awal Musim Hujan dan Panjang Musim Hujan di Ambon. BMKG, Jakarta

Gambar

Gambar I. Diagram Alur Percobaan
Gambar 6 . Perbandingan PMH Aktual vs Prediksi dengan Menggunakan SST pada Grid yang
Gambar 3 menyajikan lokasi dari grid yang mempunyai korelasi yang nyata dengan PMH konsisten untuk 6 kondisi di atas .
Gambar 6. Perbandingan PMH Aktual vs Prediksi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemikiran di atas dan apa yang telah dilakukan oleh perpustakaan FE UII serta ditambah dengan hasil studi dari Szulanski (1996) yang mendiskusikan per- masalahan

a. Penomoran Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menilai penerapan dan peranan audit internal dalam menunjang efektifitas pengelolaan dana proyek

Sedangkan post-test diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dari kedua kelas dalam kemampuan metakognisi.. Bentuk

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan togas pembantuan dengan

Analisis nilai tambah nugget jamur rasa wortel keju yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari pengadaan bahan-bahan sampai dengan produk dapat dipasarkan.

[r]

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN/ PENGEMBANGAN KEMAMPUAN/ KETERAMPILAN BERPERILAKU KETERAMPILAN BERPERILAKU SECARA KELOMPOK.. SECARA KELOMPOK SECARA KELOMPOK