Program TK di Kementerian Keuangan pada hakekatnya merupakan kelanjutan sekaligus pendalaman dari Program RB yang telah ada dan dikenal sebelumnya. Program ini bukan merupakan program yang berdiri sendiri dan terpisah dari Program RB Nasional, yang merupakan program pemerintah yang dikawal oleh Kementerian PAN-RB.
Hingga tahun 2016 ini pelaksanaan Program TK Kementerian Keuangan telah memasuki tahun ketiga dari implementasi inisiatif-inisiatif strategis program tersebut. Beberapa inisiatif strategis telah menghasilkan output
yang diharapkan sepanjang tahun 2016. Bahkan yang lebih
menggembirakan, sepanjang tahun 2016 ini sejumlah inisiatif strategis telah dinyatakan selesai (closed) yang ditandai dengan telah tercapainya semua capaian utama (key milestones) yang telah ditetapkan di masing-masingcharter. Prestasi ini tentunya sangat membanggakan kita semua, khususnya bagi mereka yang terlibat secara langsung dalam penyelesaian inisiatif-inisiatif tersebut.
Manajemen perubahan dimaksudkan untuk memastikan bahwa para pemangku kepentingan (internal dan eksternal) terlibat dan dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan implementasi Program TK dan TO di Kemenkeu. Pelaksanaan manajemen perubahan ini kami laporkan dalam Bab III Buku Laporan ini.
Akhirnya, semoga Buku Laporan Tahunan Program Transformasi Kelembagaan 2016 ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan evaluasi dan bahan pembelajaran (lesson learned) untuk pelaksanaan Program RBTK Kementerian di masa mendatang untuk mencapai Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, 28 Februari 2017
Staf Ahli Menkeu Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi selaku Ketua Pelaksanaan Harian TRBTKP/CTO
perspektif project/program diharapkan program RBTK sudah mulai menghasilkan benefit yang dinikmati stakeholders atau dalam beberapa segi sudah dapat meletakkan pondasi yang kuat sebagai basis pengembangan kapasitas institusi ke depan. Sebagai upaya kelanjutan dan pendalaman program RB, Program RBTK memuat pembaruan visi dan misi Kementerian Keuangan yang diharapkan dapa memberikan inspirasi dan guidelines bagi strategi dan aktivitas seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan.
Tahun 2016 yang telah kita lampaui merupakan tahun yang penting dalam Program RBTK dimana terdapat pergantian kepemimpinan Kementerian Keuangan, dari kepemimpinan Bapak Bambang PS Brodjonegoro kepada Ibu Sri Mulyani Indrawati. Perubahan tersebut berlangsung di tengah dinamika perekonomian dunia yang berpengaruh terhadap sustainabilitas kebijakan fiskal dan program-program prioritas pemerintah serta meningkatnya ekspektasi masyarakat atas kinerja kita. Ekspektasi ini perlu segera direspon secara nyata oleh Kementerian Keuangan, khususnya melalui Program RBTK agar mampu mendorong institusi agar mampu menjawab tantanganstakeholders.
Adapun atas 87 Inisiatif Strategis yang dirumuskan berdasarkan Cetak Biru Program RBTK awal yang terdiri dari lima tema utama transformasi, yaitu Tema Sentral, Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai, Penganggaran dan Perbendaharaan tetap akan dilaksanakan dan pengelolaannya diserahkan pada PMO dan Unit Eselon I untuk dikelola.
Demikian kami sampaikan laporan terkait pelaksanaan Program RBTK tahun 2016. Kami selaku Ketua Tim Pengelola RBTK Kementerian Keuangan, menyampaikan ucapan terima kasih atas bimbingan dan arahan Menteri dan Wakil Menteri, serta dukungan dan sinergi seluruh Pimpinan Unit Eselon I dan Para Staf Ahli Menteri Keuangan beserta segenap jajaran pejabat dan pegawai di unitnya, para Duta Transformasi dan jajaran CTO dan PMO sebagai unsur utama penggerak dan monitoring Program RBTK sehingga kita dapat mencapaimilestonespenting di tahun 2016.
Terakhir marilah kita bersama terus berdoa dan berharap agar kita semua dapat menjaga komitmen dan sinergi agar dalam mengimplementasikan Program RBTK kita di Kementerian Keuangan selalu dapat berkinerja dengan baik demi Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, 28 Februari 2017
Sekretaris Jenderal
pendiri negara kita adalah bagaimana mentransformasi institusi Kementerian Keuangan agar mampu mendorong pengelolaan APBN yang kredibel, akuntabel dan berkelanjutan guna mewujudkan masyarakat adil makmur merata sejahtera yang mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa besar lain. Harapan tersebut akan kita wujudkan melalui perbaikan secara terus menerus pada segala sendi birokrasi, mulai dari perbaikan front office, middle office sampai dengan back office, mulai dari pimpinan tertinggi sampai dengan staf, dari Sabang sampai dengan Merauke.
Mewujudkan mimpi dan harapan tersebut sudah merupakan passion dan komitmen kita bersama, dimulai dari pembaruan peluncuran paket Undang-Undang Keuangan Negara, modernisasi kantor pajak, kemudian Program Reformasi Birokrasi dan dilanjutkan Program Reformasi Birokrasi
dan Transformasi Kelembagaan. Kita sadar sepenuhnya bahwa
Kementerian Keuangan sebagai pengawal pembangunan memilikiprivilege selaku otoritas fiskal yang amat strategis sehingga apabila Indonesia memiliki Kementerian Keuangan yang capable dan kredibel maka tentu menjadi modalitas yang amat berharga bagi kinerja pemerintah secara keseluruhan.
Kelembagaan yang tengah berjalan untuk di-review agar lebih mampu menjadi pengungkit dan pendorong kinerja Kementerian Keuangan. Pemikiran yang selalu kritis, terbuka dan seksama selalu dikedepankan dengan semangat senantiasa memberikan yang terbaik untuk bangsa kita. Dengan semangat tersebut, kita telah merumuskan 20 Inisiatif Strategis
baru yang merupakan focus Program Reformasi Birokrasi dan
Transformasi Kelembagaan tahun 2017-2019.
Terakhir sekali lagi saya menekankan agar seluruh jajaran Kementerian
Keuangan saling memberi semangat, merapatkan barisan,
mengedepankan kerja sama dan sinergi untuk menunaikan mandat dan harapan para pendiri bangsa sehingga dapat mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tidak ada bangsa di dunia ini yang tanpa kerja keras dan kerja cerdas mampu memajukan bangsanya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk, kekuatan, dan ketabahan agar kita dapat
melaksanakan Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi
Kelembagaan demi mewujudkan Kementerian Keuangan yang lebih kredibel, akuntabel, dan tepercaya, untuk Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, 28 Februari 2017
Menteri Keuangan
meningkatkan pelayanan dan kepuasan
stakeholders
.
Implementasi program RBTK pada tahun 2016 berjalan dengan baik
dan menghasilkan output
/outcome
yang cukup signifikan. Melalui
program monitoring yang diselenggarakan capaian implementasi 87
IS RBTK pada aplikasi MITRA (
Ministry of Finance Institutional
Transformation Application
) sebesar 98%, dengan capaian pada
masing-masing tema sampai dengan periode
31 Desember 2016
sebagai berikut:
Perpajakan Progress tahun ini : 96% dari target s.d. hari ini : 100%
Kepabeanan dan Cukai Progress tahun ini : 100% dari target s.d. hari ini : 100%
Perbendaharaan Penganggaran
Program Reformasi Birokrasi (PMPRB) dan Evaluasi Reformasi
Birokrasi Nasional yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN-RB,
dimana pada tahun 2015 Kementerian Keuangan mendapatkan
peringkat pertama dengan nilai 82,19. Untuk tahun 2016, telah
dilaksanakan PMPRB oleh seluruh
assessor
Kementerian Keuangan
dengan nilai
self-assessment
sebesar 90,23 sedangkan nilai Evaluasi
Reformasi Birokrasi Nasional akan diumumkan oleh Kementerian
PAN dan RB pada akhir bulan Januari 2017.
A. Inisiasi Program RBTK Baru
20
B. Proses Perumusan Inisiatif
21
C. Leaders Offsite Meeting dan
Penetapan Inisiatif
23
D. Penjelasan 20 IS Baru RBTK
26
A. Manajemen Strategi
42
A. Performance Management
54
B. Pelaksanaan Change
Management
90
C. Arah Transformasi Organisasi
Kementerian Keuangan
105
A. Dasar Hukum Pengelolaan RBTK
112
B. Tahapan Kegiatan Hasil Penilaian
Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi
112
C. Perbandingan Dengan Hasil
Gambar 1.1 Conceptual frame work Perumusan
IS RBTK 23
Gambar 1.2 Peta Inisiatif Strategis Program
RBTK 25
Gambar 1.3 Peta Inisiatif Tema Sentral 27
Gambar 1.4 Peta Inisiatif Tema Penerimaan 30
Gambar 1.5 Peta Inisiatif Tema Perbendaharaan 33
Gambar 1.6 Peta Inisiatif Tema Penganggaran 37
Gambar 2.1 Penyelarasan Program RBTK dengan Pengelolaan Kinerja dan Risiko
42
Gambar 3.1 Capaian Implementasi Program
RBTK 55
Gambar 3.2 Kegiatan yang Dilakukan untuk Peningkatan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah
Gambar 3.5 Menkeu, Wamenkeu dan Jajaran Pimpinan Unit Eselon I Sebelum Melaksanakan Rapim
89
Gambar 3.6 RoadshowProgram Transformasi
Kelembagaan 92
Gambar 3.7. Bincang Transformasi dengan Pejabat Eselon IV dan Pelaksana di Wilayah Bandung Raya
93
Gambar 3.8. Sebaran Duta Transformasi
Berdasarkan Unit Eselon I 94
Gambar 3.9. WorksopDuta Transformasi 95
Gambar 3.10. Duta Transformasi Terbaik 96
Gambar 3.11. Contoh BERAKSI 97
Gambar 3.12. Open Forum Internal 98
Gambar 3.13. Aktivitas Pegawai dalam Bincang
Transformasi 102
Gambar 3.14. EksposureMedia tentang konten
Tabel 2.1 Matriks Penyelarasan Outcomes dan
IKU 51
Tabel 3.1 Usulan perubahan inisiatif Tema
Perpajakan 75
Tabel 3.2 Usulan Perubahan Inisiatif Tema
Kepabeanan dan Cukai 76
Tabel 3.3 Usulan Perubahan Inisiatif Tema
Perbendaharaan 80
Tabel 3.4 Usulan Perubahan Inisiatif Tema
Sentral 83
Tabel 3.5 Inisiatif Tambahan 84
Tabel 3.6 Inisiatif yang Sudah Selesai 85
Tabel 3.7 Topik Open Forum Stakeholder 101
Tabel 3.8 EksposureMedia tentang konten
Transformasi Kelembagaan 104
Tabel 4.1 Tahapan Kegiatan PMPRB 2016
1. Masing-masing eselon I harus memelihara semangat perubahan
dan peka terhadap tuntutan stakeholders untuk mewujudkan
Kementerian Keuangan yang lebih baik;
2. Transformasi Kelembagaan ke depan agar fokus pada aspirasi
pertama (budaya akuntabilitas berbasis outcome) dan aspirasi
kelima (terobosan nasional);
3. 87 Inisiatif Strategis (IS) Program TK sebagaimana dalam KMK 36/KMK.01/2014 dan usulan penambahan 7 IS pada tema
Pergantian pucuk pimpinan Kementerian Keuangan dari Bambang P.S. Brojonegoro kepada Sri Mulyani Indrawati telah memberikan nuansa baru bagi pengelolaan tugas Kementerian Keuangan termasuk dalam hal reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan.
Dalam sambutan awal sebagai Menteri Keuangan pada acara serah terima jabatan Menteri Keuangan, Sri Mulyani menegaskan bahwa tugas berat yang harus diemban oleh Kementerian Keuangan adalah bagaimana kita mampu menggunakan instrumen fiskal untuk me-merangi kemiskinan, mengurangi kesenjangan, menciptakan kesempatan kerja, dan mengembalikan kepercayaan publik. Langkah awal yang dilakukan oleh Sri Mulyani adalah fokus membenahi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara agar lebih realistis dan kredibel serta mengurangi belanja non prioritas dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
Penerimaan, Tema Penganggaran, Tema Perbendaharaan, dan
Tema Sentral untuk mencapai strategic outcome Kementerian
Keuangan “Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan
negara yang optimal, belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dansustainable”.
1. berdampak langsung pada pencapaian strategic outcomes melalui optimalisasi peran Kementerian Keuangan;
2. merupakan terobosan nasional dan memerlukan perhatian khusus Menteri Keuangan; dan
3. memerlukan sinergi antar unit eselon I atau K/L (connecting the dots).
Para Staf Ahli dan CTO berperan sebagai substance dan event organizer dalam rangka penyusunan IS RBTK baru dan mengadakan serangkaian pembahasan baik dengan unit internal Kementerian Keuangan maupun stakeholderseksternal Kementerian Keuangan.
Perumusan IS RBTK tersebut didasarkan pada analisa SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) untuk melihat dan mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi oleh Kementerian Keuangan dengan memperhatikan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan.
1. Pembahasan dan penyampaian usulan Insiatif Strategis dari seluruh Unit Eselon I kepada CTO yang dilakukan pada tanggal 7 s.d. 21 Oktober 2016. Usulan IS RBTK dituangkan dalam
charter inisiatif yang memuat nama inisiatif, tujuan, latar
belakang, pendukung kesuksesan, terobosan, milestone,
outcomes, risiko, dan unit pengelola. Usulan IS RBTK yang
disampaikan ke CTO berjumlah 32 IS RBTK.
2. Pembahasan IS RBTK per tema antara CTO, PMO, dan para Staf Ahli yang dilakukan pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2016 untuk kalibrasi, sinkronisasi, dan penentuan prioritas usulan IS RBTK yang akan disampaikan kepada Menteri Keuangan. Terdapat 22 usulan IS RBTK yang disepakati dalam forum ini.
3. Pembahasan dalam Open Forum pada tanggal 31 Oktober 2016 yang melibatkan unit internal Kementerian Keuangan terkait dan stakeholders eksternal untuk menajamkan charter
inisiatif dengan fokus pada latar belakang, terobosan,
milestonedanoutcomes besertaacceptance criteria. Usulan IS
RBTK yang dibahas padaOpen Forumberjumlah 23 IS RBTK.
4. Koordinasi lanjutan dengan seluruh unit eselon I dan kalibrasi usulan IS RBTK antara CTO, para Staf Ahli, dan Sekretaris Jenderal Kemenkeu selaku Ketua Tim Pengelola TRBTKP yang diaksanakan sampai dengan 25 November 2016. Pada tahap ini telah disepakati 20 IS RBTK yang akan disampaikan kepada Menteri Keuangan pada acaraLeaders Offsite Meeting.
sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 Conceptual frame workPerumusan IS RBTK
Usulan 20 IS RBTK hasil kordinasi dan kalibrasi CTO, Staf ahli, Sekretaris Jenderal, dan para PMO unit eselon I selanjutnya dibahas dalam Leaders
Offsite Meeting(LOM) yang dilaksanakan di Probolinggo, Jawa Timur pada
tanggal 2-3 Desember 2016 yang dipimpin oleh Menteri Keuangan dan dihadiri oleh Wakil Menteri Keuangan dan seluruh pejabat eselon I. Selain membahas perumusan 20 IS RBTK, LOM 2016 juga membahas arah transformasi organisasi Kemenkeu yang dalam buku ini akan dibahas pada Bab berikutnya.
Strategic Outcomes:
“Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang optimal, belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
berkualitas, dansustainable”
Outside In Approach
Ownership danGood governance
Kolaborasi Konsistensi dan kredibilitas
Rapim Kemenkeu Membahas IS
Baru RBTK (2-3 Des ‘16) Kalibrasi IS Prog.
TK melalui Open Forum dan (24-25 Okt’16) Usulan dan
Pembahasan IS RBTK dari UE I
ke CTO (7-21 Okt’16) Rapat Komite
Pengarah CTO
(19 Sep’16)
20 Inisiatif Strategis Baru RBTK
Tugas dan Fungsi Kemenkeu
Rumusan
Inisiatif Strategis (IS) RBTK Baru Rethinking/Validasi
Peluang
Kriteria Pemilihan Inisiatif
Berdampak langsung pada pencapaianstrategic
outcomesmelalui optimalisasi peran Kemenkeu
Merupakanterobosan nasionaldan memerlukan perhatian khusus Menteri Keuangan
Memerlukansinergi antar unit eselon Iatau K/L (Connecting the dots)
Secara garis besar hasil LOM yang terkait dengan perumusan IS RBTK baru adalah sebagai berikut:
1. Menyetujui dan menetapkan 20 IS RBTK sebagai fokus baru Kementerian Keuangan dalam Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan yang ditujukan untuk mencapai
Strategic OutcomesKementerian Keuangan.
2. Strategic Outcomes Kementerian Keuangan pada prinsipnya
terbagi dalam 3 (tiga)outcomestematik yaitu:
a. Tema Penerimaan “Pendapatan negara yang optimal”, yang akan dicapai melalui 5 Inisiatif.
b. Tema Perbendaharaan “PengelolaanKeuangan Negara yang Akuntabel”,yang akan dicapai melalui 7 Inisiatif.
c. Tema Penganggaran “Belanja Negara yang Efektif dan Efisien”,yang akan dicapai melalui 4 Inisiatif.
Untuk mewujudkan 3 (tiga) outcomes tematik tersebut, selain dilakukan melalui IS RBTK yang bersifat substantif juga didukung oleh 4 IS RBTK Tema Sentral yang menjiwai, mendukung, dan menggerakkan pencapaian IS RBTK tema penerimaan, tema perbendaharaan, dan tema penganggaran dalam rangka pencapaianStrategic OutcomesKementerian Keuangan.
#1.
Penguatan
Budaya
Kemenkeu
#13. Penjaminan obligasi infrastruktur #11. Likuiditas
Keuangan Negara #12. SBN ritel
online
#14. Optimalisasi pengelolaan aset #10. Pengelolaan
keuangan terintegrasi
#16. Sinergi pengawasan anggaran BUN
dan ICOFR #15. Optimalisasi
investasi pemerintah
#7. Joint program
DJBC –DJP
#5. Pengamanan pajak atas
belanja pemerintah
#8. Sistem kepatuhan pengguna jasa
terintegrasi
#6. Modernisasi Sistem
Inisiatif Strategiscore functions(#5-#20) Tema Inisiatif RBTK (core functions)
Tema Sentral (IS #1-#4) Jiwa reformasi
#19. Sinkronisasi penganggaran pusat & daerah
#18. Perbaikan kualitas belanja pendidikan dan
kesehatan
#17. Belanja negara efisien
Penyelesaian lanjutan atas 87 IS RBTK sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/ 2014 dan 7 (tujuh) inisiatif tambahan di bidang perimbangan keuangan dan kepabeanan dan cukai, dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
Selanjutnya dalam rangka menerjemahkan dan mendetailkan arahan dan keputusan LOM tersebut, Wakil Menteri Keuangan telah memimpinwrap-up
meeting yang dihadiri oleh pejabat eselon I di lingkungan Kementerian
Keuangan pada tanggal 16 Desember 2016. Hasil LOM yang telah dikalibrasi dalam wrap-up meeting tersebut selanjutnya telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 974/KMK.01/2016 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2017–2019.
1. 19 IS RBTK dipantau oleh CTO;
2. 38 IS RBTK dipantau oleh PMO;
3. 37 IS RBTK diserahkan kepada unit teknis terkait dan diusulkan untuk dinyatakan selesai (project closing).
Inisiatif Strategis baru Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (IS RBTK) hasil pembahasan Rapat Pimpinan Kementerian Keuangan atau
Leaders’ Offsite Meeting (LOM 2016) ditetapkan guna mencapai strategic
outcomeKemenkeu“Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan
negara yang optimal, belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dansustainable”.Strategic
outcome Kemenkeu tersebut diharapkan dapat dicapai melalui
Terdapat 4 inisiatif yang dirumuskan dalam tema sentral untuk mendukung pencapaian pendapatan negara yang optimal, pengelolaan keuangan negara yang akuntable serta belanja negara yang efektif dan
efisien. Keempat inisiatif tersebut mencakup area penguatan budaya
kemenkeu, corporate university, leaders’ factory dan integrasi kebijakan
fiskal.
#1. Penguatan
Budaya
#2. Corporate
University #4. Integrasi
Kebijakan #3. Kemenkeu
Leaders Factory
Strategic Outcome:
“Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang optimal, belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yang inklusif, berkualitas, dansustainable”.
In
Pendapatan Negara yang Optimal
Pengelolaan Keuangan Negara yang Akuntabel
Belanja Negara yang Efektif dan Efisien
Kebijakan fiskal yang sinergis dan terintegrasi Sistem pendidikan
dan pelatihan yang aligneddengan strategi Kemenkeu
Leadersyang mendukung pengelolaan keuangan negara yang akuntabel Living the values:
menjadi pengelola keuangan negara yang berintegritas,
profesional, bermartabat, dan kredibel
1. Protokol kebijakan fiskal terintegrasi
2. National spending review
3. Peningkatan kapasitas SDM: deploymentdan secondment program lintas unit es I
1. Penetapan framework dan strukturgovernance Kemenkeu Corpu
2. Pembangunan Knowledge Management System sebagai penopang blended learning
1. Grand designdan infrastruktur leaders factory 2. Program tour of
duty lintas unit 3. Menempatkan
Leader Kemenkeu di Kemenkeu/ K/L/D/I lain 1. Kebijakan efisiensi
birokasi
2. Penetapan program budaya baru: leadership role modeldan rebrandingvalues Kemenkeu
3. Integrity academy
Inisiatif penguatan budaya yang berfokus pada penerapan
nilai-nilai yang telah dimiliki Kementerian Keuangan (living the values)
oleh seluruh pegawai dari jajaran pimpinan hingga staf diharapkan mampu mendorong reformasi birokrasi dan menjadi
branding Kemenkeu secara nasional. Inisiatif ini
diimplementasi-kan melalui penyelesaian berbagaimilestones utama yang antara
lain meliputi penetapan program budaya baru: leadership role
model dan rebranding values Kemenkeu, integrity academy dan
culture quality management.
Outcomes yang diharapkan dari inisiatif ini adalah terwujudnya birokrasi yang efisien, meningkatnya integritas, dan meningkatnya kualitas pelayanan publik.
Dalam rangka menyelaraskan pengembangan SDM dengan perencanaan strategis organisasi, diperlukan proses bisnis pengembangan SDM yang lebih aplikatif, relevan/adaptif, mudah
diakses, dan berdampak tinggi melalui penerapan Corporate
University. Inisiatif corporate university diimplementasikan melalui
beberapa milestones utama yang meliputi penetapan framework
dan struktur tata kelola corporate university, knowledge
management systemdan membangunlearning organization.
Corporate university diharapkan menghasilkan outcomes berupa
menurunnya competency gap index, tercapainya target Inisiatif
Inisiatif leaders’ factory bertujuan untuk mendukung pengelolaan
keuangan negara melalui penyediaan talent/leader dalam bidang
keuangan negara yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan
internal dan eksternal Kemenkeu. Inisiatif leaders’ factory
dilaksanakan dengan penyediaan infrastruktur yang meliputi
talent management, reward management, leadership framework,
leadershipdanculture academy. Implementasi leaders factoryjuga memerlukan prasyarat lainnya seperti implementasi jabatan fungsional.
Perumusan kebijakan fiskal terintegrasi diharapkan dapat
menghasilkan rumusan kebijakan fiskal dan penganggaran yang optimal sebagai dasar penyusunan APBN yang berkelanjutan dan berdampak nyata dengan tetap menjaga iklim perekonomian yang
kondusif. Inisiatif ini diwujudkan dengan sinergi penyusunan
kebijakan fiskal dan penganggaran, implementasi national
integrated spending review, dan peningkatan kapasitas SDM antara
lain melalui programsecondment.
Strategic Outcome:
“Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang optimal, belanja negara yang efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dansustainable”
Pendapatan Negara yang Optimal
Peningkatan kepatuhan WP/Pengguna Jasa/pengusaha BKC/Wajib Bayar
Peningkatan kepuasan pengguna layanan
Peningkatan kualitas pengawasan
Peningkatan peran K/L dalam optimalisasi PNBP
Penyederhanaan penerapan tarif PNBP
#6.
Prepopulated SPT Bendahara
Sinergi pengawasan oleh APIP K/L
Core tax System - Integrated
coretax system - Taxpayer
account E-services
- smartcard, KiosK pajak, M-Pajak, TPT online
Joint Probis
Joint Data
Joint Analysis
Joint Operation (penagihan bersama, sistem control utang piutang)
Integrasi sistem manajemen risiko - Single identity
DJP-DJBC - Single profile
pengguna jasa
Inisiatif pengamanan pajak belanja pemerintah bertujuan untuk
mengurangitax gapatau selisih antara potensi dan realisasi pajak
atas belanja pemerintah, baik APBN maupun APBD. Upaya
pengamanan pajak belanja pemerintah tersebut dilakukan melalui pertukaran data melalui sistem informasi manajemen data keuangan terintegrasi, pemotongan pajak di depan untuk belanja tertentu, dan sinergi pengawasan oleh APIP K/L.
Modernisasi sistem informasi DJP bertujuan untuk menyediakan
sistem informasi terintegrasi denganplatformteknologi baru, yang
mencakup keseluruhan fungsi inti administrasi perpajakan (core
tax system) serta memberikan layanan e-services yang stabil, handal, dan mudah serta aman bagi wajib pajak. Sistem informasi DJP yang modern diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dan kualitas pengawasan yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan kepatuhan wajib pajak dan penerimaan pajak.
Inisiatif joint program optimalisasi penerimaan antara DJBC dan
DJP diharapkan dapat mengoptimalkan penegakan hukum dan penerimaan di bidang perpajakan dan kepabeanan dan cukai.
Joint programmencakupjointproses bisnis,joint data,joint analysis
Integrasi sistem kepatuhan pengguna jasa kepabeanan dan cukai
bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pengguna jasa
melalui pengawasan yang handal di bidang kepabeanan dan cukai untuk percepatan pelayanan, dan perluasan fasilitasi serta optimalisasi penerimaan. Inisiatif ini diimplementasikan dengan
beberapa milestones utama terkait integrasi NIK dan NPPBKC
dengan NPWP, single profilepengguna jasa,database dan sistem
manajemen risiko baru yang terintegrasi.
Inisiatif optimalisasi PNBP bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektornonpajak melalui penyederhanaan
penetapan jenis dan tarif, pemberian insentif pengelola PNBP dan pemetaan potensi PNBP, sinergi pengawasan oleh APIP K/L, monev Minerba dan peningkatan efisiensi dan kualitas biaya operasi KKKS migas. PNPB yang menjadi cakupan inisiatif ini
meliputi PNBP K/L, PNBP Minerba dan PNBPMigas (cost recovery).
Tema perbendaharaan berfokus pada pengelolaan keuangan negara yang akuntabel melalui peningkatan kepuasan pengguna layanan, penghematan
biaya operasional, peningkatan akuntabilitas pelaporan keuangan,
peningkatan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan SBN, pemanfaatan
asset yang optimal, penurunan cost of fund dan pengurangan exposure
Strategic Outcome:
“Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang optimal, belanja negara yang
efisien dan efektif, dan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dansustainable”
Pengelolaan Keuangan Negara yang Akuntabel
•Streamliningproses transaksi penerimaan negara dan transaksi belanja rutin & belanja bantuan
•Back officeK/L atas common expenses
•Integrasi data internal dan K/L
•Laporan Keuangan K/L berbasis akrual Sertifikasi pengelola
•SBN jangka pendek
•Perancangan framework dan sistem distribusi SBN kebijakan baru terkait
•Integrasi IT untuk pengelolaan aset. leverageBUMN dan manajemen portofolio investasi
Revisi PP 1/2008 tentang Investasi Pemerintah
Pembentukan holdingBUMN
cost of fund
Pemanfaatan Aset Yang
Optimal Peningkatan Kepuasan Pengguna
Layanan (wajib pajak/wajib setor/wajib bayar dan Satker)
Peningkatan partisipasi masyarakat untuk sector
keuangan yang inklusif Penghematan Biaya
Inisiatif pengelolaan keuangan negara yang terintegrasi bertujuan
untuk membangun pengelolaan keuangan negara yang modern
dan terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan anggaran, mempermudah pembayaran bagi wajib pajak/wajib bayar/wajib setor, dan memperkuat akuntabilitas pelaporan. Inisiatif ini dilaksanakan dengan berbagai terobosan
yang antara lain meliputi streamlining proses transaksi
penerimaan negara dan transaksi belanja rutin dan belanja bantuan, belanja pegawai terpusat dan laporan keuangan K/L berbasis akrual melalui sistem aplikasi terintegrasi.
Pengelolaan likuiditas keuangan negara dengan instrumen keuangan modern bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan
likuiditas (cash shortage) jangka pendek yang terpadu dan
mendorong terciptanya suku bunga pasar yang rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Inisiatif ini dilaksanakan
dengan terobosan berupa formulasi alternatif instrumen
pembiayaan baru yang lebih responsif melalui protokol
pengelolaan kas dan strategi pembiayaan utang dengan
memperpendek durasi instrumen utang untuk menurunkancost of
fundserta mendukung pendalaman pasar keuangan.
Inisiatif peningkatan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan
surat berharga negara (SBN) yang dilakukan dengan
mempermudah akses masyarakat dalam berinvestasi di SBN Ritel ditujukan untuk memperluas basis investor domestik untuk
mendukung terwujudnya keuangan inklusif. Inisiatif ini
Inisiatif penjaminan obligasi infrastruktur bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur sehingga tercapai pemenuhan layanan publik yang baik dengan biaya yang efisien dan risiko fiskal yang minimal. Terobosan yang dilakukan berupa penjaminan obligasi infrastruktur dari badan usaha yang berinisiatif membiayai proyek infrastruktur untuk meningkatkan
rating dan mengurangicost of fundbadan usaha.
Optimalisasi investasi pemerintah bertujuan untuk mengurangi
exposure APBN dalam pembiayaan pembangunan dan meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari portofolio investasi pemerintah. Adapun terobosan yang dilakukan antara
lain meliputi penyelerasan pembiayaan proyek melalui leverage
BUMN dan manajemen portofolio investasi, implementasi prinsip-prinsip investasi melalui Revisi PP 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah serta pembentukan holding BUMN.
Inisiatif pemberdayaan aset bertujuan untuk meningkatkan
utilisasi aset idle, optimalisasi pemanfaatan aset (sewa) dan
Sinergi pengawasan pelaksanaan anggaran BUN dan implementasi ICOFR bertujuan untuk mempercepat implementasi dan penilaian terhadap pengendalian intern atas pelaporan keuangan oleh APIP K/L untuk mendukung pencapaian opini WTP dari BPK atas seluruh LK Pemerintah. Terobosan yang dilakukan meliputi penetapan kebijakan implementasi ICOFR kepada K/L,
transfer of knowledgedan asistensi dalam implementasi ICOFR.
Tema penganggaran berfokus pada belanja negara yang efektif dan efisien yang antara lain dicapai dengan pengurangan biaya birokrasi dengan output yang sama, perbaikan kualitas belanja pendidikan dan kesehatan, sinkronisasi penganggaran pusat dan daerah serta pengelolaan dana pensiun yang efisien.
Inisiatif belanja negara yang efektif dan efisien bertujuan untuk
menghasilkan outcomes berupa berkurangnya belanja K/L dalam
rangka penyelenggaraan birokasi pemerintahan dengan output
yang sama (strategic cost saving) dan Belanja K/L dan belanja
subsidi yang tepat sasaran. Adapun terobosan yang akan dilakukan melalui inisiatif ini antara lain meliputi penyusunan kajian kebijakan alokasi belanja pusat dan daerah yang inefisien,
penyusunan database K/L yang terintegrasi sertamappingpotensi
inefisiensi belanja K/L (Profil belanja nasional), mengalihkan
Terjaganya kesinambungan fiskal melalui pendapatan negara yang optimal, belanja negara yang efisien dan pengelolaan keuangan negara yang akuntabel untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Belanja Negara yang Efektif dan Efisien belanja modal terhadap APBD untuk pertumbuhan
ekonomi daerah Peningkatan akses
dan kualitas bidang pendidikan dan
kesehatan Berkurangnya biaya
birokrasi dengan output yang sama
(strategic cost saving) kualitasBelanja pendidikan dan
kesehatan pusat & daerah Budget map
Redesain arsitektur dan informasi anggaran Monev anggaran
Integrasi mekanisme perencanaan dan penganggaran Penyusunan rambu
penggunaanblock grant
Pengelolaan program pensiun PNS
Perbaikan kerangka aturan pengelolaan pensiun
Efisiensi: Kontrol input biaya birokrasi Efektifitas:
Mengalihkan belanja konsumtif ke belanja produktif
Efisiensi belanja dana pensiun dan kesejahteraan
pegawai
Inisiatif perbaikan kualitas belanja pendidikan dan kesehatan
bertujuan untuk menciptakan kebijakan perencanaan
penganggaran pada bidang pendidikan dan kesehatan yang terpadu berdasarkan tools, arsitektur dan informasi kinerja
anggaran dan monev yang handal (reliable). Terobosan yang
dilaksanakan melalui inisiatif ini antara lain meliputi penyusunan
budgetmap dan capaian kinerja,redesainarsitektur dan informasi
anggaran, mempertajam monev, dan rekomendasispending policy
dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
Inisiatif sinkronisasi penganggaran pusat dan daerah bertujuan untuk meningkatkan efektivitas transfer ke daerah dan dana desa dalam mendorong percepatan penyediaan layanan publik dasar yang berstandar nasional dalam rangka mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar daerah. Inisiatif ini dilaksanakan dengan berbagai terobosan yang meliputi pengintegrasian mekanisme perencanaan dan penganggaran belanja K/L dan transfer ke
daerah dengan memperhatikan money follows program,
penyusunan rambu-rambu penggunaan dana block grant serta
pemanfaatan hasil monev transfer spesifik dalam kebijakan
Inisiatif optimalisasi kebijakan terkait dana pensiun bertujuan untuk menghasilkan program pensiun dan tunjangan hari tua (THT) yang lebih efektif dan efisien. Inisiatif ini diharapkan dapat menghasilkan sistem pensiun baru yang komprehensif dan mampu mendorong produktifitas dan integritas aparatur. Melalui inisiatif ini akan dilakukan penguatan kelembagaan,
penyeleng-garaan, regulasi dan kebijakan di Kemenkeu. Outcomes yang
Dalam rangka implementasi insiatif strategis program RBTK telah dilakukan penyelarasan penyelesaianmilestonesdan pencapaianoutcomes IS program RBTK dimaksud dengan manajemen strategi, manajemen kinerja dan manajemen risiko Kementerian Keuangan, dengan gambaran seperti dibawah ini.
Rencana strategis Kementerian Keuangan tahun 2015-2019 telah mempertimbangkan Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan tahun 2014-2025 sesuai KMK-36/KMK.01/2014. Selanjutnya, untuk
Gambar 2.1 Penyelarasan Program RBTK dengan Pengelolaan Kinerja dan Risiko
M
Pelaporan dan Monev
M
Nov tahun sebelumnya s.d. Jan tahun berjalan Jan s.d. Dec tahun berjalan Triwulanan Identifikasi
Renja & RKA K/L
Perencanaan dan
Charter IS RBTK
Pelaksanaan Pelaksanaan Charter
IS Leaders Offsite
Meeting
Laporan Implementasi IS
RBTK
Kinerja 87 inisiatif strategis program RBTK pada tahun 2014-2016 telah diukur dengan IKU “Persentase implementasi inisiatif Transformasi
Kelembagaan” untuk monitoring progress pelaksanaan terobosan dan
milestones pada Kemenkeu Wide dan Kemenkeu One di unit eselon I yang menjadi initiative owner. Untuk 20 inisiatif baru program RBTK, selain implementasi terobosan dan milestones, outcomes yang akan dicapai juga dikaitkan dengan IKU pada Kemenkeu Wide, Kemenkeu
One, KemenkeuTwoatau KemenkeuThree.
Berdasarkan hasil pemetaan outcomes terhadap rancangan IKU Kemenkeu, dapat dibedakan tingkatanoutcomessebagai berikut:
1. Outcomes yang terkait dengan rancangan IKU Kemenkeu Wide/Onedan/atauTwoTahun 2017.
2. Outcomes yang diusulkan menjadi IKU baru di Kemenkeu One/Two, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati.
3. Outcomes yang tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaian outcomessangat rendah.
1 Inisiatif
Outcomes
Terkait dengan Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaianoutcomes
Meningkatnya indeks persepsi kesehatan organisasi (MOFIN/SFO)IKU “Indeks kesehatan organisasi”
Meningkatnya indeks efisiensi birokrasi
Meningkatnya integritas/budaya anti korupsi
2 Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaianoutcomes sangat rendah
Penguatan Kompetensi SDM dengan Strategi Kemenkeu melalui Corporate University
Ketercapaian target Inisiatif Strategis seluruh tema
"Persentase penyelesaian Inisiatif RB"
Ketercapaian target kinerja seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.
Capaian NKO UE I
Competency Gap Index Pegawai Kementerian Keuangan. (Untuk tahun 2017 diakomodasi dalam IKU K-Wide-OneBPPK "Nilai peningkatan kompetensi" dan IKU K-Two-ThreeBPPK terkait predan post test.)
Optimalisasi Kemenkeu Leaders’ Factory untuk mendukung pengelolaan keuangan negara yang kredibel
Tingkat kepuasan user unit internal Kemenkeu
Tingkat kepuasan user unit eksternal Kemenkeu
DistribusiLeaders lingkup internal Kemenkeu untuk mendukung Pengelolaan Keuangan Kemenkeu yang akuntabel
Distribusi Leaders lingkup eksternal Kemenkeu untuk mendukung Pengelolaan Keuangan Negara yang akuntabel
Perumusan Kebijakan Fiskal yang Terintegrasi
Tax ratio arti sempit
Diukur dengan IKU "Rasio penerimaan pajak terhadap PDB“
Defisit APBN terhadap PDB
Diukur dengan IKU
Pertumbuhan ekonomi
Anggaran infrastruktur
Primary balance positif
5
6 Inisiatif
Outcomes
Terkait dengan Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaianoutcomes sangat rendah
Debt to GDP ratio
Diukur dengan IKU "Rasio utang terhadapPDB“
Turunnya defisit anggaran
pemerintahDiukur dengan IKU "Rasio defisit terhadap PDB“
Target penerimaan negara yang kredibel: minimalisasi deviasi antara realisasi dengan potensi penerimaanDiukur dengan IKU "Deviasi proyeksi APBN"
Efisiensi belanja melalui pengurangan belanja birokrasi (honor tim, perjadin, dll)
Peningkatan anggaran pendapatan negara dan hibah yang tidak terikat denganmandatory spending
Pengamanan Penerimaan Pajak Atas Belanja Pemerintah
IKU “persentase penerimaan pajak”
Penurunan tax gap atas belanja APBD
IKU “persentase penerimaan pajak”
Penurunan tax gap atas belanja APBN
Penurunan tax gap atas belanja APBD Diusulkan pada level K-Two ditetapkan IKU yang mengukur pertumbuhan penerimaan pajak dari belanja pemerintah dan pertukaran data antar unit eselon I terkait
Modernisasi terhadap layanan e-servicesIndeks kepuasan pengguna layanan (layanan e-services)
IKU terkait kepuasan WP terhadap layanan e-servicespadaK-Two
Inisiatif
Outcomes
Terkait dengan Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaianoutcomes sangat rendah
PenurunanUnplanned downtime
“Persentase
downtimesistem TIK”
Kepuasan pengguna sistem core tax
Indeks kepuasan pengguna layanan
Peningkatan kepatuhan formal WP pengguna e-services(IKU eselon II DJP)
IKU terkait kepuasan pengguna internal sistem core tax pada K-Two
JointProgram Optimalisasi Penerimaan
Tambahan penerimaan negara dari joint operation DJP dan DJBC
"Persentase keberhasilan pelaksanaan Joint Audit"
Menurunnya persentase piutang macet"Persentase pencairan piutang
pajak“dan
"Persentase piutang Bea dan Cukai yang diselesaikan"
Diusulkan untuk ditetapkan IKU yang mendorong penurunan persentase piutang macet padalevelKemenkeuTwo
Pembangunan Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa Terintegrasi untuk optimalisasi
Meningkatnya jumlah pengguna jalur Mitra Utama Kepabeanan danAuthorized Economic Operator “Kepatuhan
pengguna jasa kepabeanan dan
cukai”
Peningkatan hit-rate
Diusulkan akan disusun IKU baru level Kemenkeu-Two:
“Jumlah Perusahaan Mitra Utama Kepabeanan dan Authorized Economic “
“Persentase importasi jalur merah“
Menurunnya temuan audit (berdasarkan rata-rata data audit tahun 2014 dan2015 ≈ Rp 7,49 M per perusahaan) 7
9
10 Inisiatif
Outcomes
Terkait dengan Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaianoutcomes sangat rendah
Optimalisasi PNBP
Meningkatnya kontribusi PNBP Tahun 2018: 10 % dari target PNBP Lainnya (PNBP K/L) dalam APBN Tahun 2017
"Persentase penerimaan PNBP" pada K-Twodan di-cascadepada K-Three sesuai lingkup tugas dan fungsi
Meningkatnya kontribusi PNBP Tahun 2018: 10 % dari target PNBP sektor Minerba dalam APBN Tahun 2017 IKU "Persentase penerimaan PNBP" dan khusus Minerbadi-cascadepada K-Threesesuai lingkup tugas dan fungsi
Realisasicost recovery tidak melebihi dari yang ditargetkan
Pengelolaan Keuangan Negara yang Modern dan Terintegrasi
Tingkat Kepuasan Penerima belanja Bantuan (kepala sekolah & penyuluh)“Indeks kepuasan pengguna layanan”
Tingkat Kepuasan WP/WS/WB atas layanan MPN G2 3 dari skala 5
"Indeks kepuasan pengguna layanan“
Simplifikasi penyusunan LK K/L satker piloting SAKTI“Persentase tahapan implementasi SAKTI”
Peningkatan akurasi LK
Penghematan Biaya Operasional Satker K/L untuk keperluan belanja rutin
11
Terkait dengan Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaian outcomessangat rendah
Pengelolaan Likuiditas Keuangan Negara Dengan
Instrumen Keuangan Modern
Tersedianya pendanaan yang cukup untuk pembayaran beban APBN melalui berbagai opsi pembiayaan jangka pendek"Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan"
Penurunan cost of fund
Money market yang likuid Jalur Distribusi SBN Ritel secara Online
Jumlah investor SBN ritel baru bertambah
Penjaminan Obligasi Infrastruktur untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Jumlah dan nilai proyek
infrastruktur yang terealisasi dengan skema penjaminan obligasi
infrastruktur
Pemberdayaan Aset Untuk
Optimalisasi AsetIdle
"Rasio utilisasi aset terhadap total aset tetap"
Terutilisasinya aset
Kontribusi Lahan untuk
15 Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaianoutcomes
Mengurangiexposure APBN untuk pembiayaan pembangunan“Rasio Dana Aktif BUMN/ Lembaga di bawah Kementerian Keuangan terhadap Total Ekuitas”
Meningkatnya
penerimaan negara yang berasal dari portofolio investasi pemerintah
“Persentase manfaat ekonomi pengelolaan kekayaan negara”
Padalevel
Kemenkeu-OneIKU “Persentase manfaat ekonomi
pengelolaan kekayaan negara”, di cascadeke
Kemenkeu-Two secaraindirectterkait portofolio investasi Anggaran BUN dan
Implementasi ICOFR
Opini BPK atas LKBUN dan LKPP"Indeks opini BPK atas LK BUN“dan "Indeks opini BPK atas LKPP"
Opini BPK atas LK KemenPUPera dan Kemensos"Indeks jumlah KL dan LK-BUN yang andal dengan opini audit yang baik"
Diusulkan untuk ditetapkan IKU peningkatan
penerapan ICOFR pada K/L denganpiloting KemenPUPera dan belanja K/L dalam rangka penyeleng-garaan birokasi pemerintahan dengan output yang sama (strategic cost saving)
Inisiatif
Outcomes
Terkait dengan Rancangan IKU KemenkeuWide/One dan/atauTwo existing
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaian outcomessangat rendah
Meningkatnya Kualitas SDM dan Standar Kesehatan Masyarakat melalui Perbaikan Kualitas Belanja Bidang Pendidikan dan Kesehatan
Terwujudnya efisiensi dan efektivitas anggaran untuk mewujudkan peningkatan akses dan kualitas bidang pendidikan dan kesehatan pada pusat dan daerah, terutama dengan indikator proporsi anggaran untuk non-operasional/non aparatur.
Meningkatnya total anggaran bidang pendidikan dan anggaran bidang kesehatan pada daerah tertentu/ pinggiran
Sinkronisasi
Indeks Pembangu-nan Manusia
“Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Daerah”
Tingkat Penganggu-ran Terbuka
“Persentase daerah yang memiliki APBD yang sehat”
Tingkat Kemiskin-an“Persentase daerah yang memiliki APBD yang sehat”
Rasio Belanja Modal/Realisasi
Rasio Belanja Modal/Realisasi Total Belanja APBD rata-rata kab/kota
Rasio Belanja Modal/Realisasi Total Belanja APBD rata-rata provinsi
Rasio belanja infrastruktur
Di dalam implementasi inisiatif program RBTK, manajemen risiko yang dilakukan adalah terkait dengan risiko project termasuk risiko tidak terselesaikannya inisiatif sesuai jangka waktu yang ditetapkan (time), risiko biaya penyelesaian inisiatif yang melebihi anggaran yang ditetapkan (cost), risiko output inisiatif yang tidak sesuai kualitas yang diharapkan (quality); serta risiko terkait dampak apabila inisiatif 20
Inisiatif
Outcomes
Terkait dengan Rancangan IKU Kemenkeu Wide/One dan/atau Two eksisting
Dapat diusulkan menjadi IKU baru, namun mekanisme pengukuran perlu disepakati
Tidak diusulkan sebagai IKU karena bersifat kualitatif ataupun karena kontrol terhadap pencapaian outcomes sangat rendah
Rasio Belanja Modal/Realisasi Total Belanja APBD rata-rata provinsi“Persentase daerah yang memiliki APBD yang sehat”
Rasio belanja infrastruktur
Rasio SiLPA terhadap belanja“Persentase daerah yang memiliki APBD yang sehat”
Optimalisasi kebijakan penganggaran terkait penge-lolaan program pensiun
Perbaikan dasar hukum pengelolaan program pensiun PNS
“Persentase
penyelesaian kebijakan perbaikan sistem pensiun danTHT PNS”
Adanya efisiensi belanja dana pensiun
Peningkatan hasil investasi akumulasi iuran pensiun
Implementasi inisiatif program RBTK pada tahun 2016 dapat dikatakan berjalan dengan lancar walaupun tentunya tidak lepas dari tantangan dan dinamika pada proses implementasinya.
Proses monitoring implementasi inisiatif dilakukan melalui aplikasi Ministry of Finance Institutional Transformation Application (MITRA), yang merupakan salah satu tools yang membantu pemantauan penyelesaian seluruh tindakan yang dijabarkan dari seluruh milestones pada Initiatives Charter. Selain menggunakan aplikasi ini, digunakan juga sarana-sarana yang lain seperti pelaksanaan pertemuan one-on-one dengan PMO-CTO-Initiative Owner juga laporan PMO secara tertulis sebagaimana diwajibkan dalam KMK-41/KMK.01/2016.
Hingga akhir tahun 2016, implementasi ke-87 inisiatif berjalan dengan baik dengan capaian implementasi inisiatif sebesar 98%. Capaian output/outcome dari masing-masing inisiatif pada tema-tema tersebut diatas akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini.
Dengan adanya arahan Menteri Keuangan untuk memformulasikan inisiatif baru sebagaimana telah dibahas secara mendalam pada bab sebelumnya, maka hingga saat ini terdapat 114 inisiatif program RBTK Kementerian Keuangan.
Untuk memudahkan koordinasi dan melaksanakan program monitoring yang akurat dari seluruh inisiatif, saat ini sedang disusun Rancangan Keputusan Sekretaris Jenderal selaku Ketua Tim Pengelola Tim Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan yang akan mengatur dan menetapkan hal-hal sebagai berikut:
Perpajakan
Progress tahun ini : 96% dari target s.d. hari ini : 100%
Kepabeanan dan Cukai
Progress tahun ini : 100% dari target s.d. hari ini : 100%
Perbendaharaan
Progress tahun ini : 94% dari target s.d. hari ini : 100%
Penganggaran
Progress tahun ini : 100% dari target s.d. hari ini : 100%
Sentral
Progress tahun ini : 100% dari target s.d. hari ini : 100%
a. Manual Implementasi 20 Inisiatif Baru program RBTK; b. Manual implementasi 94 inisiatif program RBTK;
c. Pendelegasian wewenang pengelolaan inisiatif, yang meliputi
pengelolaanChange Request, Acceptance CriteriasdanInitiative Closing.
Beberapa capaian penting dalam program RBTK Kementerian Keuangan pada lima tema transformasi adalah sebagai berikut:
Tema Perpajakan memiliki 16 inisiatif dengan satu inisiatif yang telah selesai yaitu terkait Perluasan Fungsionalitas Website (IS #13).
Capaian yang cukup signifikan diantaranya:
Setelah diinisiasi pada tahun 2015, seluruh Kantor Pelayanan Pajak mulai bulan Juni 2016 telah mengimplementasikan
pembayaran pajak melalui mini ATM/mesin EDC secara nasional;
Untuk memperkuat data perpajakan sekaligus untuk memberikan kemudahan pada wajib pajak, mulai Juli 2016 seluruh Pengusaha Kena Pajak (PKP) diwajibkan untuk menggunakan e-Faktur;
Terkait penggunaan e-filing untuk penyampaian SPT tahun 2016, telah dicapai 8.091.464 SPT elektronik tahun 2016 dari target 7 juta;
Pre-populated SPT Tahunan PPh melaluie-filingsecara terbatas, serta pengembangan aplikasi untuk penyampaian SPT OP Pensiunan serta aplikasi untuk pihak ketiga penyedia layanan SPT elektronik;
Implementasi loader SPT elektronik untuk SPT Tahunan WP Badan 1771, SPT Tahunan WP OP 1770, SPT Masa PPh Pasal 21 dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2.
Implementasie-filingtelah menurunkan waktu proses SPT hingga 57,3% (dari 360 hari di 2012 menjadi 154 hari di 2015).
Telah dilaksanakan Memorandum of Understanding (MoU) Kementerian Keuangan dengan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi tentang inklusi materi kesadaran pajak pada Mata Kuliah Wajib Umum untuk perguruan tinggi. Selain itu juga telah disusun buku “Pajak itu Gampang Loh” untuk pendidikan dasar dan menengah;
Pada tahun 2016, dua dari 12 inisiatif tema Kepabeanan dan Cukai telah diselesaikan (Inisiatif 4 dan 8) dan telah ditetapkan dengan Kep-71/SJ/2016 tanggal 18 Maret 2016. Secara keseluruhan capaian utama yang menjadi highlight untuk tema Kepabeanan dan Cukai sebagai berikut:
Upaya peningkatan kapasitas Pusat Kontak Layanan (Contact
Dwelling time pada tahun 2016 turun menjadi 4,019 hari (5,183 hari pada akhir tahun 2015). Penurunandwelling time ini didapatkan karena menurunnya waktupre-clearencedari 3,023 hari (tahun 2015) menjadi 2,166 hari (tahun 2016) serta adanya penurunan waktu pemeriksaan untuk jalur merah dari 57:08 menit (tahun 2015) menjadi 52:23 menit (tahun 2016).
Penurunandwelling time ini merupakan dampak dari beberapa upaya yang dilaksanakan diantaranya penyelesaian
pengembangan aplikasi CEISA untuk tablet pada tahun 2016 yang memungkinkan pemerikasaan dokumen secaramobile
Silver for Best Small Contact Center; 4th place for Best Contact Center Design.
Pada tahun 2016 juga telah dilaksanakanpilotinguntuk penerapan layanan 24/7. Sebagai persiapan implementasi layanan telah dilaksanakan pengadaan infrastruktur IT sertabenchmarkingke
contact centeryang menyelenggarakan 24/7. Serta untuk peningkatan layanan saat ini juga telah diterapkan ISO untuk
inbound call.
Tahun 2016 dilaksanakan implementasi penuh aplikasi layanan dan perijinan Kawasan Berikat, utamanya setelah diterbitkan peraturan Direktur Jenderal Kepabeanan dan diselesaikannya aplikasi layanan terkait (BC 2.3, BC 2.5, BC 2.6.1/2.6.2, 2.7 & 4.0/4.1).
Selain memberikan perbaikan layanan, penerapan monitoring room dan
IT Inventory di Kawasan Berikat juga meningkatkan efektivitas
pengawasan yang antara lain telah menghasilkan 91 penindakan pada Tahun 2014 hingga 2016.
Penyempurnaan proses bisnis barang kiriman telah diselesaikan dengan penetapan PMK-182/PMK.04/2016 tentang Ketentuan
Impor Barang Kiriman (PMK-182). Beberapa point added value
dalam PMK-182 tersebut diantaranya:
• Peningkatan nilai barang yang mendapatkan pembebasan dari
USD 50 menjadi USD 100;
• Mengimplementasikan international best practice, WHO
Procedures on Consigment Goods: penetapan batasan layanan
berdasarkan nilai (value threshold) bukan berdasarkan berat;
• Optimalisasi penerimaan negara: penetapan pembebasan tanpa
• Simplifikasi prosedur pabean: penggunaan tarif tunggal bea masuk (7,5%)
• Menjamin hak penerima barang: penerima barang dapat
mengajukan keberatan atas penetapan impor barang kiriman..
Selain itu juga diselesaikan aplikasi impor barang kiriman untuk mempermudah pemberian pelayanan kepada pengguna jasa.
Dari delapan inisiatif yang dilaksanakan di tahun 2016. Saat ini dipersiapkan closing untuk # 1, #2, #6 dan #7. Sedangkan untuk inisiatif #9 Mengintegrasikan sistem manajemen risiko telat dilaksanakan dan diusulkan menjadi salah satu dari 20 Inisiatif Baru Program RBTK mengingat manajemen risiko ini merupakan backbone dari sistem pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Tema Penganggaran mempunyai 6 IS yang pada tahun 2016 ditambahkan dengan 6 IS di bidang Perimbangan Keuangan. Secara
keseluruhan capaian utama yang menjadi highlight untuk tema
Penganggaran adalah sebagai berikut:
Telah ditetapkan Jabatan Fungsional Analis Anggaran (JFAA) melalui Permenpan RB No. 21 Tahun 2016. Untuk menunjang implementasi JFAA hal ini juga telah diselenggarakan diklat teknis analis anggaran.
melaluiwebsiteDirektorat Jenderal Anggaran sebagai sarana peningkatan kapabilitas K/L dalam pengelolaan anggaran.
Penurunan IW Kab/Kota terjadi karena 169 daerah mengalami penurunan tingkat alokasi DAU sedangkan alokasi DAU pada daerah lainnya tetap seperti tahun anggaran 2016. Penurunan IW Provinsi terjadi karena adanya pengalihan kewenangan dari kab/kota ke provinsi.
• Penetapan kebijakan jenis pajak daerah yang dipungut berdasarkan
penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk memperkuat pemungutan pajak daerah melalui penetapan PP No. 15 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah.
• Melaksanakan peningkatan kapasitas SDM pengelola Pajak Daerah
melalui Bimbingan Teknis serta koordinasi dan konsultasi kepada daerah
• Melaksanakan koordinasi dan konsultasi kepada daerah untuk
meningkatkan kualitas penyusunan Perda sebagai dasar pemungutan.
• Mengurangi pungutan bermasalah melalui evaluasi Perda.
• Pencapaian target tax Ratio sebesar 2,09 pada tahun 2016
Penyelesaian dasar hukum implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) melalui Penetapan PMK No.74 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SIKD, yang antara lain
mengatur pembakuan SIKD, dan komunikasi data SIKD Nasional dan SIKD Daerah 9.
PMK ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan monev sehingga monev dapat terlaksana secara terpadu, efektif, dan efisien
Secara keseluruhan implementasi 33 IS tema Perbendaharaan telah menghasilkan beberapa capaian capaian utama yang menjadi highlight
tema Perbendaharaan antara lain sebagai berikut:
• PilotingSAKTI untuk seluruh satuan kerja lingkup Ditjen
Perbendaharaan sebanyak 206 satuan kerja.
• Telah diluncurkan 215 kartu plastik untuk pettycashdibeberapa satker,
dengan status Cash Management System aktif yang terdiri atas 71
Mandiri, 17 BNI dan 127 BRI.
• Roll out pembayaran gaji via penyaluran langsung dari
Perbendaharaan untuk Satker Kemhan dan TNI telah mencapai 99,2% (2.425 dari 2.444 SPM dibayarkan langsung ke rekening pegawai).
• Pada SAKTI juga telah dilengkapi dengan modul Perencanaan Kas
untuk memperbaiki perencanaan kas menjadi lebih akurat.
• Implementasi penuh MPN G2 dengan penghentian layanan MPN
G1 pada tanggal 1 Juli 2016.
• Saat ini layanan MPN G2 telah didukung oleh Bank/Pos Persepsi sejumlah 75 Bank dan 1 Pos, dengan saluran pembayaran modern
mulai dari ATM, Internet Banking, Mini ATM (Mesin EDC) serta Mobile
Banking.
• Aplikasi dashboardMPN G2 sebagai Top 35 Inovasi Pelayanan Publik
Nasional Tahun 2016.
• 15 jt transaksi (47%) menggunakan MPN G2, dengan nilai transaksi
Rp 257 T (75,6%) sampai bulan September 2016.
• Menteri Keuangan dan Gubernur BI telah sepakat dana penempatan
pada TDR sebesar Rp5T untuk 5 tahun yang telah dimulai sejak Februari 2016.
• Pada tahun 2016, telah diperoleh PNBP sebesar Rp.68,6 M atas hasil
penempatan uang negara di Bank Umum.
Pembahasan mengenai penukaran valas berupa cross currency telah
diinisiasi dan didiskusikan dengan Bank Indonesia serta telah
mendapatkan kesepakatan untuk mendapatkan penerapan special rate.
Dengan adanya kesepakatan tersebut didapatkan penghematan
mencapai setidaknya 100 M untuk penukaran valas (cross currency).
Ditujukan untuk meningkatkan transparansi harga dan meningkatkan likuiditas
Untuk meningkatkan likuiditas surat berharga negara, telah
dibangun aplikasiDebt Switch Many to Many serta kebijakan dalam
• Terbitnya kebijakan tentang Penilaian Kekayaan Negara Yang Dikuasai Negara berupa Sumber Daya Alam (PMK Nomor 66/PMK.06/2016) dengan petunjuk teknisnya:
− Perdirjen KN Nomor 7/KN/2016, tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Kekayaan yang Dikuasai Negara berupa SDA Minyak dan Gas Bumi
− Perdirjen KN Nomor 5/KN/2016 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Kekayaan Yang Dikuasai Negara Berupa SDA Kelautan dan Perikanan
• Telah dilaksanakan exposurepenyusunan laporan potensi fiskal
SDA dengan diselenggarakannya South-South Knowledge Exchange
on Mineral Valuation, serta
• Pilotinginventarisasi dan penilaian SDA Timah pada empat
perusahaan timah (PT Timah (Persero) Tbk, PT Eunindo Usaha Mandiri, PT Prima Timah Utama, PT Mitra Stania Prima).
• Telah diluncurkan Sistem Informasi Manajemen Aset Negara
(SIMAN) yang telah diimplementasikan secara nasional.
• Telah diluncurkan Sistem Monitoring Aktivitas Rutin (SMARt) Gen. II
dan telah digunakan pada 10 Kantor Wilayah DJKN
Telah diselesaikan beberapa kebijakan untuk optimalisasi aset, yaitu:
• PMK Nomor 247/PMK.06/2016 tanggal 30 Desember 2016 tentang
Pembentukan BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). Saat ini LMAN telah dan sedang melakukan berbagai upaya untuk
memaksimalkan aset seperti melakukan penyaringan portofolio real estate untuk mengidentifikasi permasalahan utama yang berkaitan dengan memaksimalkan aset, mengajukan solusi dan melakukan pengkajian pengelolaan kelompok aset.
LMAN juga melakukan evaluasi terhadap portofolio piutang negara dan membuat peraturan pemerintah untuk mengelola piutang negara lebih baik (RPP Perubahan Kedua PP No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah) serta melakukan pilot solusi dengan K/L terkait tanah dan bangunan.
Menindaklanjuti Leaders’ Offsite Meeting (LOM) pada Desember 2015, telah dilaksanakan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) mandat
kepada 10 Special Mission Vehicle (SMV) yang merupakan turunan dari
penugasan pemerintah sebagai fiscal tools sebagai dukungan atas kebijakan pemerintah.
• Perluasan jumlah kantor yang menerapkan layanan bersama
(dari 20 kantor menjadi 119 kantor) serta penambahan jumlah layanan (dari 3 layanan menjadi 5 layanan, yaitu Layanan Rekonsiliasi Terpadu; Informasi Terpadu; Klinik Investasi dan Pemasaran Surat Berharga Negara; Registrasi Hibah Langsung Dalam Negeri di Daerah dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik) melalui penetapan KMK-834/KMK.01/2016 tanggal
11 November 2016 tentang Layanan Bersama (Co-location);
• Pada tahun 2016 juga telah dilaksanakan pelatihan kepada
Customer Service Officer untuk penguatan tugas layanan bersama
Secara keseluruhan implementasi 22 IS tema Sentral telah menghasilkan beberapa capaian capaian utama yang menjadi highlight
tema Sentral antara lain sebagai berikut:
• KMK No 590/KMK.01/2016 Tentang Pedoman Dialog Kinerja di
Lingkungan Kementerian Keuangan;
• Pelaksanaan Survei SFO secara online(tanggal 1 Juli 2016 s.d 19
Agustus 2016).
• Penetapan KMK 234/KMK.01/2016 tentang Pedoman
Penghitungan Nilai Kinerja Pegawai Berdasarkan Kualitas Kontrak Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka meningkatkan kualitas dan target Indikator Kinerja Utama. Pada tahun 2016 telah dimulai langkah-langkah untuk reorganisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan (Biro Organta) dengan Biro SDM menjadi Biro Human Capital Management (HCM) dan Biro Layanan Operasional dan Organisasi SDM (LOOS) yang akan diimplementasikan
pada tahun 2017, diantaranya dengan implementasi program change
management dalam bentuk IHT bersama. Selain itu juga dilaksanakan
Penyusunan Business Process Reengineering (BPR) dan User
Requirement HRIS sebagai pedoman pembangunan Sistem Informasi
SDM.
Terkait dengan implementasi reorganisasi Sekretariat Jenderal berdasarkan PMK 234/PMK.01/2015 tahun 2015, telah diselesaikan modul-modul yang diperlukan diantaranya:
• Penetapan PMK Nomor 175/PMK.01/2016 tentang Pedoman
Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Workload Analysis) di Lingkungan Kementerian Keuangan;
• Urjab di lingkungan Setjen (KMK-305/KMK.01/2016 Tentang Uraian
Jabatan Struktural di Lingkungan Sekretariat Jenderal);
• Penetapan SOP Sekretariat Jenderal (berbasis RASCI) melalui
• Kemudahan pengadaan untuk produk IT end-user (PC, Notebook,
dan Printer) melalui penayangan dalam e-catalogueLKPP;
• Pengusulan katalog mesin kapal (Non-IT), dan produk IT
Infrastruktur ke LKPP;
• Penyelesaian kajian penerapan analisis TCO di lingkungan
Kementerian Keuangan, sedangkan penetapan implementasi TCO akan dilaksanakan pada tahun 2017.
• Penetapan KMK Nomor 352/KMK.01/2016 tentang Pedoman
Perencanaan SDM yang dilanjutkan dengan bimbingan teknis pengisian e-Formasi dan Diklat Perencanaan SDM;
• Penyediaan layanan konsultasi formasi (online);
• Penetapan PMK Nomor 7/PMK.01/2016 tentang Penghargaan bagi
PNS di Lingkungan Kemenkeu dilanjutkan dengan penetapan SE-25/MK.1/2016 tanggal 29 Juni 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Penghargaan Pegawai Teladan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan;
• Penetapan KMK Nomor 590/KMK.01/2016 tentang Pedoman
DialogKinerja di lingkungan Kemenkeu;
• Penetapan PMK Nomor 60/PMK.01/2016 tentang Manajemen
Talenta Kementerian Keuangan pada tanggal 12 April 2016 dan penetapan KMK Nomor 1227/KMK.1/2016 tentang Pedoman
Pengembangan Talentdan Mekanisme Mentoring.
Telah dilakukan penyelarasan penyusunan enterprise architecture
Kementerian Keuangan dengan penyusunan proses bisnis Kementerian Keuangan yang akan dilanjutkan pada tahun 2017
• Telah diterbitkan PMK 12 Tahun 2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan, yang ditindaklanjuti dengan pembentukan Komite Manajemen Risiko melalui KMK 208 Tahun 2016;
• Berkenaan dengan perbaikan tata kelola pengawasan internal di
Kementerian Keuangan, telah diterbitkan PMK 237 Tahun 2016 tentang Tata Kelola Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan.
• Sedangkan terkait penerapan IACM yang dicanangkan pada tahun
2016, telah dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya
penyusunan rancangan kebijakan terkait Pedoman Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan serta rancangan Komite Audit.
Pengelolaan inisiatif program RBTK meliputi beberapa hal sebagai berikut:
Program monitoring yang dilakukan oleh Central Transformation Office
(CTO) dan Project Management Office (PMO) dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan pada beberapa dasar hukum sebagai berikut:
Diktum keenam KMK-36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan tahun 2014-2025, yang mengatur jenis dan waktu penyampaian laporan implementasi program RBTK sebagai berikut: