i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Selasih Ikawati Budiman
NIM : 078114112
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Selasih Ikawati Budiman
NIM : 078114112
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
v
Sering kita merasa takut tuk berjalan sendiri...
Sering kita merasa cemas karena tak mengetahui apa yang akan terjadi
tentang masa depan...
Hati manusia sungguh tak menentu...
Namun karena kubersamaMu ya Bapaku Yang Maha Besar, pelindung semua
umat, dan pemberi Kasih Yang Terbesar, maka kudapat bertahan
hingga hari ini dan memiliki keberanian tuk terus berusaha melangkah
maju!
Limpahan kasihMu sungguh tak terukir dengan emas perak permata pun,
dengan batu giok pun, Engkau lah sumber hidupKu... Engkau yang selalu
menemaniku bersama dengan para Malaikat Surga, pemberi dorongan dan
hiburan di kala keadaan sulit...
Seluruh karya ini hamba persembahkan kepadaMu dengan segala kekurangan
yang ada, sungguh Kan Xie Tien En Shi Te....
Karya kecil ini kupersembahkan kepada
Tuhan Yang Maha Mulia
Kakek nenek, orang tua dan seluruh keluarga besarku
Teman-teman yang selalu mengasihiku dan memberi dukungan
Dosen pembimbingku yang dengan rela meluangkan waktu di tengah
kesibukan yang padat dan selalu memberiku tuntunan
...Terimakasih kepada kalian semua...
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kemuliaanNya yang telah Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul
“
Evaluasi Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 disertai Hipertensi
dan Gagal Ginjal Kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta
” ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) dalam Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini
berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung antara lain berupa materil, waktu, tenaga, moral, maupun spiritual.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan, berkat dan kasihNya yang melimpah
kepada penulis serta ujianNya sehingga membuat penulis semakin menyadari
berbagai arti nilai kehidupan.
2.
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma dan sebagai dosen atas segala bimbingan dan pengajarannya
selama penulis melakukan proses pembelajaran di Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma.
3.
Dra. AM. Wara Kusharwanti, M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan
viii
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
4.
dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji atas dukungan, arahan,
masukan, dan kritik yang diberikan kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi.
5.
Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt. selaku dosen penguji atas
dukungan, arahan, masukan, dan kritik yang diberikan kepada penulis selama
proses penyelesaian skripsi.
6.
Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7.
Kepala dan para staf bagian Instalasi Rekam Medis serta bagian Personalia
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas izin dan bantuan selama proses
pengambilan data.
8.
Seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi dengan gagal
ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2008
–
Mei 2010 yang secara tidak langsung telah membantu
dalam memberikan informasi dalam penelitian ini.
9.
Segenap dosen pengajar dan staf sekretariat Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma atas segala bimbingan, pesan moral, pengajaran, dan bantuan
selama penulis melakukan proses pembelajaran di Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma.
10.
Keluarga besar penulis, khususnya orang tua yaitu Ayahanda Charlie
ix
sayang dan pengorbanannya demi memberikan yang terbaik di dalam seluruh
hidup penulis.
11.
Paman saya, Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo yang telah membiayai keperluan
kuliah saya sehingga saya dapat terus mempelajari berbagai ilmu tentang
farmasi.
12.
Adikku, Dwi Listyani Budiman atas dukungan dan suka duka yang dijalani
bersama dalam setiap langkah hidup penulis.
13.
Sahabat dan teman-teman penulis baik di dalam maupun di luar Universitas
Sanata Dharma yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kasih,
dukungan, dan ketersediaannya untuk saling berbagi suka duka dan berbagai
informasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
14.
Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat
menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... .. iii
HALAMAN PENGESAHAN...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi
PRAKATA...
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... x
DAFTAR ISI...
xi
DAFTAR TABEL...
xv
DAFTAR GAMBAR...
xix
DAFTAR LAMPIRAN...
xx
DAFTAR SINGKATAN...
xxvi
INTISARI...
xxix
ABSTRACT...
xxx
BAB I. PENGANTAR... .. 1
A.
Latar Belakang... 1
1.
Perumusan Masalah...
5
2.
Keaslian Penelitian...
6
3.
Manfaat Penelitian...
7
xii
1.
Tujuan Umum...
8
2.
Tujuan Khusus...
8
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...
9
A.
Drug Related Problems...
9
B.
Diabetes Melitus (DM)... 10
1.
Definisi... 10
2.
Klasifikasi...
10
3.
Diagnosis... 11
4.
Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2...
12
5.
Manifestasi Klinis...
13
A.
Hipertensi... 14
1.
Definisi... 14
2.
Klasifikasi...
15
3.
Patogenesis...
15
B.
Diabetes Melitus disertai Hipertensi dan Gagal Ginjal Kronis...
16
1.
Definisi Gagal Ginjal Kronis...
16
2.
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis...
16
3.
Patogenesis...
18
4.
Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis... 21
5.
Penatalaksaaan Terapi... 22
E.
Keterangan Empiris...
33
BAB III. METODE PENELITIAN...
34
xiii
B.
Definisi Operasional...
34
C.
Subjek Penelitian... 36
D.
Bahan Penelitian... 37
E.
Lokasi Penelitian... 37
F.
Tata Cara Penelitian... 37
1.
Tahap Persiapan... 37
2.
Tahap Pengambilan Data... 37
3.
Tahap Penyelesaian Data... 38
G.
Tata Cara Analisis Hasil... 38
1.
Karakteristik Pasien...
39
2.
Profil Obat... 40
3.
Drug Related Problems... 40
H.
Kesulitan Penelitian... 41
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 42
A.
Karakteristik Pasien DM Tipe 2 disertai Hipertensi dan GGK... 42
1.
Berdasarkan Kelompok Umur... 42
2.
Berdasarkan Jenis Kelamin... 44
3.
Berdasarkan Perubahan Nilai Laboratorium... 45
4.
Berdasarkan Indikator Hipertensi... 46
B.
Profil Obat... 47
1.
Kelas Terapi... 47
2.
Golongan Obat...
50
xiv
1.
Terapi Obat yang Tidak Dibutuhkan ... 67
2.
Butuh Terapi Obat Tambahan... 68
3.
Potensial Adverse Drug Reaction ... 70
4.
Dosis Terlalu Tinggi... 71
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...
73
A.
Kesimpulan... 73
B.
Saran...
75
DAFTAR PUSTAKA... 76
LAMPIRAN...
80
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Kategori Dan Penyebab Drug Related Problems...
9
Tabel II.
Kategori Status Glukosa...
11
Tabel III.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa (≥18
Tahun)...
15
Tabel IV.
Mekanisme Potensial Patogenesis...
15
Tabel V.
Kerusakan Renal Berdasarkan Klirens Kreatinin ...
17
Tabel VI.
Estimasi Klirens Kreatinin...
18
Tabel VII.
Perbandingan Jumlah Subjek DM Tipe 2 Disertai
Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan
Kelompok Umur Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei
2010...
43
Tabel VIII.
Perbandingan Jumlah Pasien Laki-laki Dan Perempuan
DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
44
xvi
Tabel X.
Profil Kelas Terapi Obat Pada Pasien DM Tipe 2 Disertai
Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Januari 2008
–
Mei 2010...
49
Tabel XI.
Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Gizi Dan Darah Pada Pasien DM
Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010
…….……
.
53
Tabel XII.
Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Sistem Kardiovaskular Pada
Pasien DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal
Kronis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010
….
...
56
Tabel XIII.
Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Sistem Endokrin Pada Pasien
DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
58
Tabel XIV.
Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Sistem Saraf Pusat Pada Pasien
DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis
xvii
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010..
…
...
59
Tabel XV.
Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Anti Infeksi Pada Pasien DM
Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
…
...
61
Tabel XVI.
Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Sistem Saluran Cerna Pada
Pasien DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal
Kronis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
62
Tabel XVII.
Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Sistem Saluran Nafas Pada
Pasien DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal
Kronis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
…...
..
64
Tabel XVIII
.Perbandingan Golongan, Kelompok, Dan Nama Obat
Pada Kelas Terapi Obat Skelet dan Sendi Pada Pasien
DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
65
Tabel XIX.
DRPs Kategori Terapi Obat Yang Tidak Dibutuhkan
xviii
Ginjal Kronis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010 ...
67
Tabel XX.
DRPs Kategori Butuh Terapi Obat Tambahan Pada
Pasien DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal
Kronis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
68
Tabel XXI.
DRPs Kategori Potensial
Adverse Drug Reaction Pada
Pasien DM Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal
Kronis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010..
…
...
70
Tabel XXII. DRPs Kategori Dosis Terlalu Tinggi Pada Pasien DM
Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron...
29
Gambar 2.
Algoritma Pengaturan Hipertensi Untuk Pasien Dengan CKD
Dan Diabetes...
32
Gambar 3.
Perbandingan Jumlah Subjek DM Tipe 2 Disertai Hipertensi
Dan Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan Kelompok Umur Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
43
Gambar 4. Perbandingan Jumlah Pasien Laki-laki Dan Perempuan DM
Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
44
Gambar 5.
Profil Kelas Terapi Obat Pada Pasien DM Tipe 2 Disertai
Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
49
Gambar 6.
Perbandingan Jenis Drug Related Problems Pada Pasien DM
Tipe 2 Disertai Hipertensi Dan Gagal Ginjal Kronis Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kajian DRPs Kasus 1 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
80
Lampiran 2.
Kajian DRPs Kasus 2 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
86
Lampiran 3.
Kajian DRPs Kasus 3 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
89
Lampiran 4.
Kajian DRPs Kasus 4 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
94
Lampiran 5.
Kajian DRPs Kasus 5 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
xxi
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
102
Lampiran 7.
Kajian DRPs Kasus 7 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
106
Lampiran 8.
Kajian DRPs Kasus 8 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
110
Lampiran 9.
Kajian DRPs Kasus 9 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
114
Lampiran 10. Kajian DRPs Kasus 10 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
118
Lampiran 11. Kajian DRPs Kasus 11 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
xxii
Lampiran 12. Kajian DRPs Kasus 12 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
131
Lampiran 13. Kajian DRPs Kasus 13 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
137
Lampiran 14. Kajian DRPs Kasus 14 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
142
Lampiran 15. Kajian DRPs Kasus 15 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
147
Lampiran 16. Kajian DRPs Kasus 16 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
152
Lampiran 17. Kajian DRPs Kasus 17 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
xxiii
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
157
Lampiran 18. Kajian DRPs Kasus 18 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
162
Lampiran 19. Kajian DRPs Kasus 19 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
168
Lampiran 20. Kajian DRPs Kasus 20 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
172
Lampiran 21. Kajian DRPs Kasus 21 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
178
Lampiran 22. Kajian DRPs Kasus 22 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
181
Lampiran 23. Kajian DRPs Kasus 23 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
xxiv
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
186
Lampiran 24. Kajian DRPs Kasus 24 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
190
Lampiran 25. Kajian DRPs Kasus 25 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
194
Lampiran 26. Kajian DRPs Kasus 26 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
197
Lampiran 27. Kajian DRPs Kasus 27 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
200
Lampiran 28. Kajian DRPs Kasus 28 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
xxv
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
210
Lampiran 30. Kajian DRPs Kasus 30 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
215
Lampiran 31. Kajian DRPs Kasus 31 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
221
Lampiran 32. Kajian DRPs Kasus 32 Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi dengan Gagal Ginjal Kronis di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008
–
Mei 2010...
226
Lampiran 33. Standar
Insulin
Berdasarkan
Konsensus
Dokter
xxvi
DAFTAR SINGKATAN
AMI
: acute myocardial infarction
APTT
: activated partial thromboplastine time
ARBs
: angiotensin II receptor blockers
CCBs
: calcium channel blockers
CHF
: congestive heart failure
CKD
: chronic kidney disease
Clcr
: klirens kreatinin
COPD
: chronic obstructive pulmonary disease
CRF
: chronic renal failure
DM
: diabetes melitus
DM II NO
: diabetes melitus tipe 2 non obesitas
DPP-IV
: dipeptidyl peptidase IV
DRPs
: drug related problems
ESA
: erythropoietic stimulating agents
ESRD
: end stage renal disease
FFA
:
free fatty acid
FPG
: fasting plasma glucose
GDM
: diabetes melitus gestasional
GDS
: glukosa darah sewaktu
GFR
: glomerular filtration rate
xxvii
GIP
:
glucose-dependent insulin-releasing peptide
GLP-1
:
glucagon-like peptide
-1
H
: high
HD
: hemodialisis
HDL
:
high-density lipoprotein
HHD
: hipertension heart disease
HT
: hipertensi
IGD
: Instalasi Gawat Darurat
IHD
:
ischemic heart disease
ISK
: infeksi saluran kemih
i.v.
: intravena
JNC7
: Seventh report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
L
: low
LDL
:
low-density lipoprotein
MCH
:
mean corpuscular hemoglobin
MCHC
:
mean corpuscular hemoglobin concentration
MCP-1
: monocyte chemoattractant protein
MCV
:
mean corpuscular volume
MDRD
: modification of diet in renal disease
NHANES III : Third National Health and Nutritional Examination Survey
xxviii
NKF K/DOQI : National Kidney Foundation Kidney Dialysis Outcomes and
Quality Initiative
NRM
: non rebreathing mask
p.o.
: per oral
PRC
:
packed red cell
PTH
: parathyroid hormone
RAAS
: renin-angiotensin-aldosteron system
RANTER
: regulated upon activation, normal T-cell expressed and secreted
RDW
:
red blood cell distribution
SGOT
: serum glutamic oxaloacetic transaminase
SGPT
: serum glutamic pyruvic transaminase
SONDE
: menggunakan stomach tube
s.c.
: subkutan
VAT
:
visceral adipose tissue
VLDL
:
very low density lipoprotein
WHO
: World Health Organization
xxix
INTISARI
Hipertensi dan diabetes melitus merupakan faktor risiko berkembangnya
gagal ginjal kronis, gagal ginjal kronis juga dapat memperparah hipertensi maka
penting untuk melakukan penatalaksanaan terapi yang tepat terhadap pasien ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, profil obat, dan
Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan metodologi non eksperimental dengan
rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Populasi yang digunakan
sebanyak 23 subjek dengan 32 kasus di dalamnya.
Hasil penelitian menunjukkan pada rentang umur 21-80 tahun persentase
umur terbesar dialami oleh pasien pada kelompok umur 51-60 tahun sebesar
34,8%; dengan 52,2% berjenis kelamin perempuan. Terdapat 8 kelas terapi obat
yang diberikan, kelas terapi gizi dan darah dan sistem kardiovaskular paling
banyak digunakan sebesar 96,9%. Golongan obat terbanyak dari kelas terapi gizi
dan darah adalah
ketoanalogues and amino acids (Ketosteril
®) sebesar 71,9%,
dari kelas terapi sistem kardiovaskular adalah furosemide sebesar 83,4%. DRPs
yang terjadi adalah terapi obat yang tidak dibutuhkan sebesar 12,5%, butuh terapi
obat tambahan sebesar 53,1%, potensial adverse drug reaction sebesar 34,4%, dan
dosis terlalu tinggi sebesar 18,8%.
xxx
ABSTRACT
Hypertension and diabetes mellitus is a risk factor for developing chronic
kidney failure, chronic kidney failure also can aggravate hypertension hence the
importance of implementing appropriate management of therapy on this patients.
This study aims to determine patient characteristics, medication profiles, and Drug
Related Problems (DRPs).
This research methodology is non-experimental with retrospective
evaluative descriptive design. The population as many as 23 subjects with 32
cases in it.
The results show the largest percentage of age in the range 21-80 years is
the age group 51-60 years 34,8%. Percentage based on sex in women is 52,2%.
There are 8 drug class therapy, which the most drug class therapy are the nutrition
and blood and cardiovascular system, both are 96,9%. Drug that the most widely
used of the nutrition and blood class therapy is ketoanalogues and amino acids
(Ketosteril
®) 71,9% while the cardiovascular system is furosemide 83,4%. DRPs
that happened include of unnecessary drug therapy is 12,5%, need for additional
drug therapy 53,1%, potential of adverse drug reaction 34,4%, and the dosage too
high 18,8%.
1
A.
Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi yang merupakan faktor
risiko berkembangnya gagal ginjal kronis banyak ditemukan pada masyarakat
Indonesia. Estimasi WHO tentang jumlah penderita diabetes di Indonesia pada
tahun 2000 sebesar 8.400.000 orang, tahun 2003 sebesar 13.797.470 orang, dan
pada tahun 2030 diperkirakan sebesar 21.300.000 orang, yang akan menjadikan
negara Indonesia sebagai nomor 4 terbesar di dunia (Ditjen PP & PL, 2008).
Secara epidemiologi, dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat diabetes melitus pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7%. Pada daerah pedesaan, diabetes melitus menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%. Secara umum, hampir 80% prevalensi diabetes melitus adalah diabetes
melitus tipe 2 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kesehatan, 2009).
Sebagian besar negara yang sedang berkembang jarang memiliki data
ginjal kronis tidak diketahui. Insidensi tahunan gagal ginjal terminal dilaporkan
bervariasi mulai dari 4 per sejuta di Bolivia sampai 254 per sejuta penduduk di
Puerto Rico (Kher, 2002). Indonesia sendiri belum memiliki sistem pendataan
yang lengkap di bidang penyakit ginjal, namun di Indonesia diperkirakan 100 per
sejuta penduduk atau sekitar 20.000 kasus baru dalam setahun (Santoso dkk.,
2003)
Diabetes adalah suatu gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Sukandar
dkk., 2008). Diabetes melitus sendiri terbagi ke dalam beberapa tipe, salah satu
tipe yang sering terjadi pada orang dewasa adalah diabetes melitus tipe 2.
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin dan
berkurangnya sekresi insulin, dengan lebih rendahnya sekresi insulin dari waktu
ke waktu. Diabetes melitus tipe 2 biasanya dapat terjadi pada usia > 30 tahun dan
pasien ini memiliki risiko tinggi terhadap timbulnya komplikasi. Komplikasi
tersebut antara lain neuropati, nefropati, retinopati, gangguan pembuluh darah
perifer dan ulkus kaki (Triplitt, Reasner, and Isley, 2008).
Hipertensi adalah suatu penyakit yang dapat diartikan secara sederhana
sebagai peningkatan tekanan darah arteri secara persisten. Hipertensi dapat terjadi
seiring dengan bertambahnya usia (Saseen and Maclaughlin, 2008). Gagal ginjal
kronis sendiri didefinisikan sebagai hilangnya fungsi ginjal secara progresif yang
adanya perubahan dari bentuk/struktur ginjal yang normal menjadi fibrosis
interstisial secara bertahap (Joy, Kshirsagar, and Franceschini, 2008).
Individu dengan diabetes melitus tipe 2 memiliki risiko sebesar 50%
berkembang menjadi gagal ginjal kronis. Hipertensi dialami oleh 40% individu
dengan
glomerular filtration rate (GFR) sebesar 90 mL/menit; 55% individu
dengan GFR 60 mL/menit; dan 75% individu dengan GFR 30 mL/menit, hal ini
diteliti pada individu dengan luas permukaan tubuh 1,73 m
2. Menurut survei
NHANES III, serum kreatinin 1,6 mg/dL atau lebih pada laki-laki; dan 1,4 mg/dL
atau lebih pada wanita sering terjadi pada orang dengan hipertensi (9,1%)
dibandingkan dengan orang tanpa hipertensi (1,1%) (Joy et al., 2008).
Kedua penyakit tersebut, hipertensi dan diabetes melitus merupakan
faktor risiko berkembangnya gagal ginjal kronis, namun dengan adanya gagal
ginjal kronis juga akan memperparah penyakit hipertensi tersebut. Begitu
pentingnya melaksanakan penatalaksanaan terapi yang tepat terhadap pasien
dengan penyakit diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi dengan gagal ginjal
karena kondisi ketiga penyakit tersebut saling berhubungan.
Ginjal merupakan organ yang sangat penting dalam eliminasi berbagai
obat, dengan adanya gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan
eliminasi berbagai obat dan mempermudah terjadinya akumulasi dan interaksi
obat (Dowling, 2008). Faktor penting dalam pemberian obat adalah menentukan
dosis obat agar dosis terapeutik dapat tercapai dan menghindari terjadinya efek
toksik. Pada gagal ginjal, farmakokinetik dan farmakodinamik obat akan
tubuh. Penyesuaian dosis obat pada pasien uremia atau kegagalan ginjal
seharusnya dibuat sesuai dengan perubahan pada farmakodinamik dan
farmakokinetik obat pada individu pasien. Pada pasien uremia, laju ekskresi ginjal
menurun, menyebabkan penurunan pada klirens total tubuh (Shargel, Wu, and Yu,
1999). Oleh karena itu penting untuk memperhatikan penyesuaian dosis dan
berbagai hal yang berhubungan dengan penatalaksanaan terapi untuk menghindari
terjadinya Drug Related Problems.
Drug Related Problems
(DRPs) didefinisikan sebagai kejadian tidak
diinginkan yang menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat, dan
secara nyata maupun potensial berpengaruh terhadap perkembangan kondisi
pasien. DRPs adalah masalah-masalah yang terkait dengan obat meliputi terapi
obat yang tidak dibutuhkan, butuh terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis
terlalu rendah,
adverse drug reaction, dosis terlalu tinggi, dan kepatuhan pasien
(Cipolle, Strand, and Morley, 1998). DRPs mengakibatkan penurunan kualitas
hidup pasien, meningkatkan biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh pasien, serta
meningkatkan rata-rata angka kematian pada pasien.
Penelitian berjudul
“
Evaluasi Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 disertai
Hipertensi dan Gagal Ginjal Kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta
”
ini dilakukan untuk mengevaluasi penatalaksanaan terapi
mengingat betapa pentingnya penatalaksanaan terapi yang tepat terhadap pasien
tersebut. Beberapa hal yang akan dievaluasi antara lain karakteristik pasien, profil
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta karena Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu Rumah Sakit
swasta terbesar di Yogyakarta dan sebagai Rumah Sakit rujukan. Rumah Sakit ini
juga memiliki pelayanan kesehatan yang cukup lengkap untuk mengatasi penyakit
diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dan gagal ginjal kronis. Kemungkinan besar
akan banyak pasien yang berobat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan
dari banyaknya subjek tersebut dapat memberikan gambaran yang cukup lengkap
dan jelas mengenai penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus tipe 2 disertai
hipertensi dan gagal ginjal kronis.
1.
Perumusan masalah
a.
Seperti apakah karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 disertai hipertensi
dan gagal ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta berdasarkan umur, jenis kelamin, perubahan nilai laboratorium
dan indikator hipertensi?
b.
Seperti apakah profil obat yang digunakan pasien diabetes melitus tipe 2
disertai hipertensi dan gagal ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta meliputi kelas terapi dan golongan obat?
c.
Seperti apakah DRPs yang terjadi selama penatalaksanaan terapi diabetes
melitus tipe 2 disertai hipertensi dan gagal ginjal kronis di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta meliputi terapi obat yang tidak
dibutuhkan, butuh terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu
2.
Keaslian penelitian
Sejauh yang peneliti ketahui,
penelitian berjudul “Evaluasi Terapi
Diabetes Melitus Tipe 2 disertai Hipertensi dan Gagal Ginjal Kronis di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta” belum pernah dilakukan.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan penyakit
diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dan gagal ginjal kronis antara lain:
a.
“E
valuasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode Tahun 2007-
2008” oleh Herlinawati tahun 2009.
b.
“Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Kompli
kasi
Hipertensi Rawat Inap 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta” oleh
Meirinawati tahun 2006.
c.
“Evaluasi
Drug Therapy Problems (DTPs) pada Pasien Hipertensi Primer
Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman
Periode Juli 2007-
Juni 2008” oleh Atmaja tahun 2009.
d.
“Evaluasi
Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Hipertensi pada
Chronic Kidney Disease Stage V di RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta Periode
2006-
2008” oleh Christiyanti tahun 2009.
e.
“Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabete
s Melitus dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005” oleh Swastika tahun 2007.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas dalam hal jenis
membahas mengenai penyakit diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dan gagal ginjal
kronis sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan di atas tidak membahas
ketiga penyakit ini secara bersamaan. Penelitian ini berbeda pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Atmaja (2009) yang mengolah data pasien
hipertensi primer usia lanjut dan penelitian yang dilakukan oleh Christiyanti
(2009) yang membahas penyakit Chronic Kidney Disease Stage V, penelitian ini
membahas penyakit gagal ginjal kronis pada semua stadium, dan terapi pada
pasien yang mendapatkan diagnosis hipertensi. Penelitian ini membahas mengenai
ketiga penyakit tersebut sehingga karakteristik pasien, profil obat, dan DRPs yang
terjadi berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan di atas.
3.
Manfaat penelitian
a.
Manfaat teoritis. Menambah wawasan dan menjadi salah satu sumber
informasi mengenai karakteristik pasien, profil obat, dan DRPs yang terjadi pada
penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus tipe 2 disertai hipertensi dan gagal
ginjal kronis.
b.
Manfaat praktis. Memberikan informasi mengenai DRPs yang terjadi
pada penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus tipe 2 disertai hipertensi dan
gagal ginjal kronis kepada tenaga kesehatan sehingga dapat dijadikan bahan
B.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Untuk mengevaluasi terapi yang diberikan kepada pasien diabetes
melitus tipe 2 disertai hipertensi dan gagal ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
2.
Tujuan khusus
a.
Mengetahui karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 disertai hipertensi dan
gagal ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta berdasarkan umur, jenis kelamin, perubahan nilai laboratorium
dan indikator hipertensi.
b.
Mengetahui profil obat yang digunakan oleh pasien diabetes melitus tipe 2
disertai hipertensi dan gagal ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta meliputi kelas terapi dan golongan obat.
c.
Mengetahui DRPs yang terjadi selama penatalaksanaan terapi diabetes
melitus tipe 2 disertai hipertensi dan gagal ginjal kronis di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang meliputi terapi obat yang
tidak dibutuhkan, butuh terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu
9
A.
Drug Related Problems
Tabel I. Kategori Dan Penyebab Drug Related Problems
(Cipolle, Strand, and Morley, 2004)
No. Jenis DRPs Penyebab DRPs
b. Penggunaan obat lebih dari satu dengan kondisi dapat menggunakan
terapi tunggal
c. Kondisi pasien lebih baik diterapi non-farmakologi
d. Terapi obat untuk mengatasi efek samping yang dapat dihindarkan dengan menggunakan medikasi lain
e. Kondisi pasien berkaitan dengan penyalahgunaan obat, alkohol, dan
merokok
a. Munculnya kondisi medis yang membutuhkan inisiasi dari terapi obat
b. Terapi obat untuk mengurangi risiko dari perkembangan kondisi yang baru
c. Kondisi medis membutuhkan farmakoterapi tambahan untuk
mencapai efek yang sinergis atau adiktif
3. Obat tidak
efektif (ineffective drug)
a. Obat yang digunakan bukan yang paling efektif
b. Kondisi medis sulit disembuhkan dengan penggunaan obat tersebut
c. Bentuk sediaan obat tidak tepat/sesuai
d. Obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami 4. Dosis terlalu
rendah (dosage too low)
a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mendapatkan respon
yang diinginkan
b. Interval dosis terlalu jarang untuk dapat menghasilkan respon yang diinginkan
c. Interaksi obat menurunkan jumlah zat aktif yang tersedia
d. Durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang
diinginkan 5. Adverse
drug reaction
a. Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan, hal ini tidak berhubungan dengan dosis
b. Adanya obat tambahan (safer) yang dibutuhkan karena adanya fakor
risiko
c. Interaksi obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan, hal ini tidak berhubungan dengan dosis
d. Pengaturan dosis telah diubah atau diadministrasikan terlalu cepat
e. Obat menyebabkan reaksi alergi
f. Obat dikontraindikasikan karena adanya faktor risiko 6. Dosis terlalu
tinggi (dosage too high)
a. Dosis terlalu tinggi
b. Frekuensi dosis terlalu sering c. Durasi terapi obat terlalu panjang
d. Interaksi obat yang terjadi menghasilkan efek toksik dari obat tersebut
Tabel I. Lanjutan
7. Kepatuhan
pasien (compliance)
a. Pasien tidak memahami instruksi yang diberikan
b. Pasien memutuskan untuk tidak melakukan medikasi
c. Pasien lupa melakukan medikasi
d. Pasien tidak mampu menebus obat karena masalah biaya
e. Pasien tidak dapat menghabiskan obat atau melakukan
self-administer secara tepat
f. Obat tidak tersedia untuk pasien
Kategori pada Tabel I di atas didefinisikan sebagai kumpulan masalah
yang dapat disebabkan oleh dan atau dapat diselesaikan dengan terapi obat.
Kategori pertama dan kedua pada DRPs berhubungan dengan indikasi. Kategori
ketiga dan keempat berhubungan dengan efektivitas. Kategori kelima dan keenam
berhubungan dengan keamanan. Kategori ketujuh berhubungan dengan ketaatan
(Cipolle et al., 2004)
B.
Diabetes Melitus (DM)
1.
Definisi
Diabetes adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Sukandar dkk., 2008).
2.
Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologi:
a.
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 ini disebabkan oleh proses autoimun sehingga
b.
Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 ini dikarakterisasi dengan adanya resistensi insulin dan
berkurangnya sekresi insulin, dengan penurunan sekresi insulin dari waktu ke
waktu.
c.
Diabetes melitus gestasional (GDM)
GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa selama masa kehamilan.
Komplikasi GDM mendekati 7% dari semua kehamilan. Pendeteksian secara
klinik dianggap penting, dengan adanya terapi yang dapat mengurangi morbiditas
dan mortalitas perinatal.
d.
Tipe spesifik lain pada diabetes
Tipe diabetes melitus ini dapat disebabkan oleh terjadinya mutasi pada
beberapa gen sehingga mengakibatkan resistensi insulin serta adanya gangguan
pada reseptor insulin, gangguan genetik pada fungsi sel
β
, penyakit pada pankreas,
infeksi bakteri, dan berbagai penyakit kelainan genetik (Triplitt et al., 2008).
3.
Diagnosis
Diagnosis diabetes membutuhkan identifikasi terhadap tingkat glukosa,
yang membedakan orang normal dengan pasien diabetes. Tabel II berikut ini
mendeskripsikan kategori status glukosa:
Tabel II. Kategori Status Glukosa
(Triplitt et al., 2008)
Normal
Impaired
Diabetes
Gula darah puasa
(fasting plasma glucose (FPG))
<100 mg/dL 100-125 mg/dL
126 mg/dL
2-Hour postload plasma
glucose
4.
Patogenesis diabetes melitus tipe 2
Diabetes tipe 2 ditandai dengan berkurangnya sekresi insulin; dan
resistensi insulin pada otot, hati, dan adiposit. Penurunan sekresi insulin
postprandial
disebabkan oleh fungsi sel
β
pankreas yang terganggu dan
berkurangnya stimulus sekresi insulin dari hormon usus (
glucagon-like peptide
-1
(GLP-1) dan
glucose-dependent insulin-releasing peptide
(GIP)). GLP-1 dan GIP
bertanggungjawab terhadap >90% kenaikan sekresi insulin sebagai respon adanya
glukosa oral.
Pada pasien DM tipe 2, level GLP-1 menurun sedangkan level GIP
meningkat. GLP-1 disekresikan oleh sel L dalam mukosa intestin distal sebagai
respon terhadap makanan. Aksi insulinotropik GLP-1 merupakan
glucose-dependent,
GLP-1 untuk meningkatkan sekresi insulin, konsentrasi glukosa harus
>90 mg/dL. Untuk menstimulasi sekresi insulin, GLP-1 menekan sekresi
glukagon, memperlambat pengosongan lambung dan mengurangi pemasukan
makanan dengan meningkatkan rasa kenyang. GIP disekresi oleh sel K dalam
intestin dan seperti GLP, meningkatkan sekresi insulin, namun GIP tidak memiliki
efek terhadap sekresi glukagon, pergerakan lambung, atau rasa kenyang.
Resistensi insulin pada otot dan hati merupakan tanda intoleransi glukosa
pada pasien DM tipe 2. Pada keadaan
basal state
, hati merupakan tempat utama
resistensi insulin, hal ini merupakan akibat dari produksi glukosa yang berlebihan.
Saat ada pemasukan glukosa, insulin akan disekresikan ke dalam vena portal dan
dibawa menuju hati, yang akan menekan sekresi glukagon dan mengurangi
respon terhadap datangnya makanan dan bahkan dapat terjadi peningkatan
paradoksikal dalam tingkat glukagon. Dalam keadaan
fed state
, penurunan
ambilan glukosa otot dan gangguan penekanan produksi glukosa hepatik berperan
terhadap resistensi insulin. Pasien DM tipe 2 ditandai oleh peningkatan rata-rata
konsentrasi FFA plasma 24 jam. Tingginya tingkat FFA plasma, sebaik
peningkatan trigliserida/
fatty acyl coenzyme
A (CoA) dalam otot, hati, dan sel
β
,
sehingga mengakibatkan resistensi insulin otot/hepatik dan gangguan sekresi
insulin.
Obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin, hal ini berhubungan
langsung dengan jumlah jaringan adiposit viseral.
Visceral adipose tissue
(VAT)
adalah sel lemak yang berlokasi dalam rongga abdominal, dan meliputi omental,
mesenterik, retroperitoneal, dan jaringan adiposit perinefrik. VAT berkorelasi
dengan resistensi insulin. VAT terdapat sebanyak 20% dari lemak laki-laki dan
6% dari lemak perempuan. Jaringan lemak ini memiliki kecepatan lipolisis yang
lebih tinggi daripada lemak subkutan, menghasilkan peningkatan produksi FFA.
FFA ini dilepaskan ke dalam sirkulasi portal dan menuju hati, lalu mereka
menstimulasi produksi VLDL dan penurunan sensitivitas insulin dalam jaringan
perifer
.
VAT juga memproduksi sejumlah sitokin yang menyebabkan resistensi
insulin (Triplitt et al., 2008).
5.
Manifestasi klinis
Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi glukosa setelah makan. Bila
akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin
(poliurea) dan timbul rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang bersama urin
menyebabkan pasien kehilangan keseimbangan kalori dan berat badan berkurang.
Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul karena
kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
Pasien
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) mungkin
sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat
berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi
glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien tersebut mungkin menderita
polidipsia, poliuria, lemah, dan somnolen. Biasanya mereka tidak menderita
ketoasidosis. Bila hiperglikemianya parah dan pasien tidak memberi respon
terhadap terapi diet, mungkin diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar
glukosanya. Pasien ini biasanya kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin.
Kadar insulin pasien mungkin berkurang, normal, atau tinggi, namun tetap tidak
cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal. Pasien banyak yang
mengalami obesitas, diduga bahwa pemasukan karbohidrat yang tinggi, sel-sel
adiposit yang besar dan gangguan metabolisme glukosa intrasel merupakan
penyebab penurunan kepekaan terhadap insulin (Price and Wilson, 1985).
C.
Hipertensi
1.
Definisi
Hipertensi adalah suatu penyakit yang dapat diartikan secara sederhana
darah ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular
dan gagal ginjal kronis (Saseen and Maclaughlin, 2008).
2.
Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC7 pada orang dewasa (≥18
tahun) adalah sebagai berikut:
Tabel III.
Klasifikasi Tekanan
Darah Pada Orang Dewasa (≥18 T
ahun)
(Saseen and Maclaughlin, 2008)
Klasifikasi
Sistolik (mm Hg)
Diastolik (mm Hg)
Normal
<120
dan
<80
Prehipertensi
120-139
atau
80-89
Hipertensi stage I
140-159
atau
90-99
Hipertensi stage II
≥160
atau
≥100
3.
Patogenesis
Tekanan darah merupakan hasil dari
cardiac output dan
peripheral
resistance. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi akibat kenaikan
cardiac output
dan atau kenaikan total peripheral resistance. Tabel IV di bawah ini merupakan
mekanisme patogenesis dari hipertensi.
Tabel IV. Mekanisme Potensial Patogenesis
(Saseen and Maclaughlin, 2008)
Kenaikancardiac output
Kenaikan cardiac preload:
Kenaikan volum cairan akibat pemasukan sodium yang berlebihan atau
penyimpanan sodium renal (dari penurunan jumlah nefron atau filtrasi glomerular)
Konstriksi venous:
Stimulasi berlebih dari renin-angiotensin-aldosteron system ( RAAS)
Sistem saraf simpatis yang overaktif
Kenaikan
total peripheral
resistance
Konstriksi vaskular secara fungsional:
Stimulasi berlebih dari RAAS
Sistem saraf simpatis yang overaktif
Perubahan genetik pada membran sel
Faktor endothelial-derived
Hipertrofi vaskular secara struktural:
Stimulasi berlebih dari RAAS
Sistem saraf simpatis yang overaktif
Perubahan genetik pada membran sel
Faktor endothelial-derived