• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN IKLAN KOMERSIAL MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN IKLAN KOMERSIAL MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh:

Leo Agung Nova Tri Haryanto

NIM 07 1224 057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN IKLAN KOMERSIAL

MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh:

Leo Agung Nova Tri Haryanto

NIM 07 1224 057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN Terima kasih untuk

 Allah Bapa dan Bunda Maria di Surga.

 Kedua orang tuaku Fransiskus Asisi Maryanto dan Ermina Sumiasih, yang dengan penuh kesabaran, kasih sayang mendidik dan membesarkanku hingga saat ini.

 Kedua kakakku Climentin Retno Purwaningsih & Petrus Kanisius Wiyoga dan Agnes Dwi Susanti & Yohanes Diky yang senantiasa menyayangiku dan selalu memeberikan apa yang terbaik untukku.

 Kedua keponakanku Gabriel Posenti Widi Nugroho dan Serverinus Loresa Gunatama.

 Teman yang selalu dihati Veronika Tuwin Rahayu yang selalu menemani disaat suka maupun duka, serta bersama-sama berjuang menempuh pendidikan ini.

(6)

v MOTO

“Tuhantelah mendampingi aku dan menguatkan aku”

(2 Tim 4: 17)

Pusatkan dirimu pada hari ini Lakukan tugasmu hari ini Petiklah buah kebahagiaan

Dan kegembiraan

Yang diberikan Tuhan padamu hari ini

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan di Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, sebab penelitian ini berusaha mendeskripsikan data yang berupa kata-kata. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik baca dan catat. Analisis data dilakukan dengan langkah pertama, menggolongkan data ke dalam jenis-jenis tindak tutur dan pola kesantunan. Kedua, mendeskripsikan data sesuai dengan jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan berdasarkan kriteria kesantunan.

Penelitian ini berusaha menjawab dua masalah, yakni: (a) Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta? dan (b) Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?

Hasil analisis data, telah menemukan tiga jenis tindak tutur yang terdapat pada iklan komersial bermedia luar ruangan dengan jumlah data 85 iklan. Ketiga tindak tutur tersebut dapat diperinci menjadi tindak tutur langsung literal berjumlah 4 iklan, tindak tutur tidak langsung literal berjumlah 18 iklan, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal berjumlah 61 iklan. Penanda-penanda kesantunan pada iklan komersial yaitu pemakaian diksi, pemakaian keterangan modalitas, dan penggunaan gaya bahasa. Pemakaian diksi sebagai penanda tingkat kesantunan terdiri dari pemilihan kata berkonotasi halus, berkonotasi netral, dan berkonotasi kasar. Pemakaian keterangan modalitas terdiri dari modalitas pengingkaran, modalitas kepastian, modalitas larangan, dan modalitas ajakan. Gaya bahasa yang terdapat dalam iklan komersial adalah epizeuksis (repitisi), perumpamaan, dan hiperbola. Terdapat tiga tingkat kesantunan dari tuturan iklan komersial berdasarkan kriteria yang dibuat oleh penulis yaitu sangat santun, santun dan kurang santun.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahasa yang digunakan dalam pembuatan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta masih memperhatikan kesantunan dalam berbahasa. Karena dari hasil analisis data, hanya ditemukan tiga iklan komersial yang kurang santun.

(10)

ix ABSTRACT

Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Types of Speech Act and Politeness Makers on The Outdoor Media Commercial Advertisement in Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : PBSID, FKIP, USD.

This study belongs to descriptive research because the data in this research are presented in the form of words. The data gathering method used in this research is note taking and library research. The first step of data analysis technique is done by classifying the data into types of speech act and pattern of politeness. The second step is to describe the data in accordance with the type of speech act and degree of politeness based on the politeness criteria.

This research is aimed at answering two problems, namely: (a) what kind of speech act is used in the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta? And (b) what politeness device is used in the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta?

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat, pertolongan, dan pendampingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan Di Yogyakarta. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ucapkan terima kasih kepada: Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua yang dengan penuh kesabaran membimbing dan selalu memberi semangat kepada penulis. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., dan para dosen PBSID yang dengan sabar,

semangat, dan setia mendidik penulis selama belajar di Program Studi PBSID. 5. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSID yang ikut

(12)

xi

6. Keluarga terkasih yang senantiasa memberi kasih sayang, Ayah dan ibuku tercinta Fransiskus Asisi Maryanto dan Ermina Sumiasih, kakak-kakakku tersayang Climentin Retno Purwaningsih dan Agnes Dwi Susanti yang selalu memberi dukungan besar untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman setiaku yang juga menjadi teman berbagi suka dan duka, Veronika Tuwin Rahayu, yang selalu juga memberi kesabaran, kasih sayang serta semangat, kritik dan saran agar skripsi ini baik adanya.

(13)

xii

PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Kajian Pustaka ... 12

1. Tindak Ujar ... 12

2. Jenis-Jenis Tindak Tutur ... 15

a. Tindak tutur langsung ... 15

b. Tindak tutur tidak langsung ... 16

(14)

xiii

3. Interaksi Berbagai Tindak Tutur... 19

a. Tindak tutur langsung literal ... 19

b. Tindak tutur tidak langsung literal... 20

c. Tindak tutur langsung tidak literal ... 20

d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal... 20

4. Teori Kesantunan ... 21

a. Prinsip kerja sama Grice ... 23

b. Prinsip kesantunan Leech ... 24

c. Penentu kesantunan faktor kebahasaan ... 26

1) Pemakaian diksi ... 26

2) Keterangan modalitas ... 29

3) Gaya bahasa ... 30

d. Kriteria kesantunan berbahasa ... 32

(15)

xiv

A. Deskripsi Data ... 47

B. Hasil Analisis Data ... 47

1. Jenis-Jenis Tindak Tutur pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 48

a. Tindak Tutur Langsung Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 48

b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 51

1) Modus kalimat berita sebagai persuasi ... 52

2) Modus kalimat saran sebagai persuasi... 56

3) Modus kalimat tanya sebagai persuasi ... 59

c. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 60

2. Jenis-Jenis Penanda Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 65

a. Pemakaian Diksi sebagai Penanda Tingkat Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 65

1) Pilihan kata konotatif bermakna halus ... 66

2) Pilihan kata konotatif bermakna netral ... 68

3) Pilihan kata konotatif kasar ... 70

b. Pemakaian Modalitas pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan... 71

1) Pemakaian modalitas deontik ... 71

2) Pemakaian modalitas intenasional ... 72

c. Pemakaian Gaya Bahasa sebagai Penanda Tingkat Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ... 73

1) Epizeuksis ... 74

2) Hiperbola ... 75

(16)

xv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita sering menjumpai berbagai iklan di media cetak, tv, radio, dan di luar ruangan. Dalam pengemasan iklan sangat bervariasi, sehingga iklan terkesan menarik. Bahasa dan pemilihan gambar pada iklan dibuat sebagus mungkin. Kebebasan dalam pembuatan iklan tersebut memiliki nilai positif dan negatif. Nilai positif dari kebebasan pembuatan iklan, antara lain untuk memberikan informasi, menghibur bagi para pendengar atau pembaca, menambah kreatifitas dalam berimajinasi, menambah pengetahuan, dan menjadikan suatu inspirasi. Nilai negatif dari kebebasan beriklan antara lain dapat menjatuhkan perusahaan lain dengan persaingan yang tidak sehat, misalnya dalam iklan komersial yang menjelek-jelekan atau menjatuhkan produk lain dengan menggunakan bahasa yang tidak santun.

(18)

tujuan akhir untuk mendapatkan keuntungan sosial bukan ekonomi (Rendra Widyatama, 2005: 104).

Fungsi sesungguhnya dari iklan adalah mempengaruhi pembaca atau pendengar. Iklan termasuk persuaif (Keraf, 1985: 118), artinya bentuk pengungkapan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan seperti yang dikehendaki pembicara pada waktu ini dan akan mendatang. Iklan yang dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar tidak lepas dari pemilihan kata atau bahasa yang digunakan. Dalam dunia pendidikan, iklan adalah salah satu materi pembelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa, khususnya pada jenjang SMP/MTS dalam kompetensi menulis. Iklan memiliki kesamaan dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada khalayak umum.

(19)

(Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan gedung Rektorat UNY)

Contoh iklan di atas merupakan salah satu dari sekian banyak iklan komersial yang masih kurang santun dalam pemilihan kata. Pada kalimat “esia

MELEK TARIF SADAR SINYAL”, terdapat kata “MELEK” sehingga terdengar

kurang santun. Di bawah ini merupakan salah satu dari tindak tutur dalam iklan komersial.

(20)

dan tindak tutur tidak literal. Tuturan tersebut tidak langsung karena tuturan tersebut menggunakan modus kalimat berita dengan maksud memerintah atau persuasi. Tuturan tersebut tidak literal karena hanya dengan menuliskan klik pembaca tahu apa yang dimaksud yaitu facebook, twitter, chating, dan email. Tindak tutur dari kalimat iklan tersebut merupakan kalimat berita sebagai lokusi (berupa ujaran yang dihasilkan seorang penutur) dan ilokusi (maksud yang terkandung dalam ujaran) dari iklan komersial tersebut adalah persuasi.

Dari kedua contoh di atas peneliti tertarik untuk mencermati jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam iklan komersial dan penanda kesantunan bahasa yang dipakai. Penelitian yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan di Yogyakarta” didasarkan atas beberapa alasan. Pertama, peneliti ingin mengetahui seberapa banyak iklan komersial yang santun dalam berbahasa. Kedua, data iklan komersial belum ada yang meneliti. Ketiga, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat kompetensi dasar yang membahas periklanan. Keempat, peneliti menggunakan obyek penelitian iklan komersial karena iklan tersebut mudah dijumpai di setiap tempat. Selain itu, iklan komersial sering menggunakann bahasa-bahasa yang manarik perhatian pembaca, juga iklan komersial dekat dengan kehidupan masyarakat.

(21)

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari tindak tutur dan penanda kesantunan iklan komersial yang telah dijelaskan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta?

2. Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan yang harus dicapai yaitu.

1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam tuturan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan penanda-penanda kesantunan yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.

D. Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki lima ruang lingkup di antaranya:

1. Penelitian ini hanya mendeskripsikan tindak tutur dan penanda kesantunan berbahasa dalam iklan komersial di luar ruangan.

(22)

3. Iklan yang diteliti hanya iklan komersial di luar ruangan dan berbahasa Indonesia.

4. Tempat sasaran yang diteliti oleh peneliti adalah dekat pusat perbelanjaan, di jalan-jalan utama, dan perempatan jalan.

5. Iklan yang diteliti hanya di Propinsi Yogyakarta yang meliputi kota Madya Yogyakarta, Wates, Sleman, Bantul, dan Wonosari.

E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi para pembaca. Beberapa manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut.

1. Memberikan sumbangan bagi penelitian pragmatik, khususnya dalam bentuk jenis-jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan berbahasa pada iklan komersial.

2. Menambah wawasan bagi pembaca mengenai tindak tutur dan kesantunan berbahasa.

3. Hasil dari penelitian ini jika ditinjau dari dunia pendidikan, diharapkan sebagai acuan guru bahasa Indonesia dalam pelajaran ketrampilan menulis khususnya dalam menulis kalimat dengan menggunakan kalimat yang santun khususnya pada saat pembuatan iklan.

(23)

F. Batasan Istilah 1. Tindak tutur

Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan atau ujaran (Yule, 2006: 82).

2. Tindak tutur langsung

Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang terbentuk dari suatu kalimat yang difungsikan secara konvensional (Putu Wijaya dan Rohmadi, 2009: 28) 3. Tindak tutur tidak langsung

Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya (Nadar, 2009: 19).

4. Tindak tutur literal

Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijaya, 2009: 31).

5. Tindak tutur tidak literal

Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijaya, 2009: 31).

6. Kesantunan

(24)

7. Kesantunan berbahasa

Santun berbahasa adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur atau penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca (Pranowo, 2009: 4). Kesantunan berbahasa dalam penelitian adalah kegiatan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan halus dalam iklan komersial bermedia luar ruangan.

8. Iklan komersial

Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa (Madjadikara, 2004: 17)

9. Media luar ruangan (outdoor media)

Media periklanan yang berupa spanduk (banner), papan reklame (billboard), poster, neon sign, umbul-umbul, baliho dan sebagainya yang terdapat di luar ruangan (Madjadikara, 2004: 12).

G. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian skripsi dijabarkan menjadi 5 (lima) hal, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Landasan Teori, (3) Metodologi Penelitian, (4) Hasil Penelitian dan Pembahasan, (5) Penutup.

(25)

hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Di Media Luar Ruangan”.

Bab II adalah landasan teori, yang berisi tiga pokok bahasan, yaitu (1) penelitian terdahulu yang relevan, (2) kajian pustaka , dan (3) kerangka teori. Kajian hasil penelitian yang terdahulu haruslah memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Semua teori berkaitan dan menjadi landasan penelitian.

Bab III metodologi penelitian, yang berisi enam hal yaitu (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) instrumen penelitian, (4) objek penelitian, (5) teknik pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Terdapat dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yoani Juita Sumarsini (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Iklan Kosmetik Di Televisi”. Penelitian ini mengkaji tuturan pada iklan kecantikan yang ditayangkan di stasiun televisi SCTV selama bulan Januari sampai Februari 2010. Penelitian bersifat kualitatif.

Ada tiga masalah yang dipecahkan dari penelitian Yoani Juita Sumarsini antara lain. Pertama, bagaimanakah lokusi dalam iklan kosmetik di televisi? Kedua, bagaimanakah ilokusi dalam iklan kosmetik di televisi? Ketiga, bagaimanakah perlokusi dalam iklan kosmetik di televisi?

Dalam penelitian ini terdapat kemiripan dalam pendekatan yang digunakan. Penelitian Yoani Juita Sumarsini (2010) menggunakan pendekatan pragmatik dan menganalisis tindak tutur. Analisis data dilakukan dengan mentode refrensial dan pragmatis.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Beata Prima Equatoria Panantun (2011) yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan dalam

(27)

lain. Pertama, tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam novel “9 Matahari”? dan kedua, pola kesantunan apa sajakah yang terdapat dalam novel “9 Matahari”? Data dalam penelitian ini terdapat dalam novel “9 Matahari”. Sumber data dari penelitian ini berupa tuturan yang ada dalam novel “9 Matahari”.

Relevansi dari penelitian pertama skripsi Yoani Juita Sumarsini (2010) dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah sama-sama bersifat penelitian deskriptif kualitatif yang meneliti sebuah iklan. Penelitian tersebut menggunakan teknik yang sama dengan penelitian yang sedang dilakukan yakni teknik catat. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis wacana iklan, sehingga penelitian tersebut masih memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini. Perbedaan dalam penelitian yang sedang dilakukan adalah objek yang diteliti. Dalam penelitian yang sedang dilakukan, peneliti mengkaji semua iklan komersial tidak sebatas iklan kosmetik, sedangkan penelitian Yoani Juita Sumarsini (2010) meneliti iklan kosmetik yang ada di stasiun televisi SCTV. Perbedaan lain dalam penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti adalah media yang digunakan pada iklan.

(28)

kesantunan berbahasa dalam iklan yang berbahasa Indonesia bermedia luar ruangan. Perbedaan dari penelitian Beata Prima Equatoria Panantun (2011) dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti adalah data yang diteliti. Dalam penelitian ini, iklan yang digunakan adalah iklan komersil sedangkan pada penelitian Beata Prima Equatoria Panantun (2011) menggunakan novel yang berjudul 9 Matahari.

B. Kajian Pustaka

Mulyana (2005: 79) membagi kajian pragmatik menjadi empat hal, yaitu dieksis, tindak ujar, praanggapan, dan implikatur. Tindak ujar atau tindak tutur merupakan salah satu dari kajian pragmatik.

1. Tindak Ujar

(29)

suasana, dan lawan tutur. Dalam iklan omersial konteks dapat berupa tempat, gambar, dan warna yang digunakan.

Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan atau ujaran (Yule, 2006: 82). Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat orang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu (via Nadar, 2009: 11). Sorang guru bertanya “Wah kelas ini panas gak sih?” kepada muridnya di kelas dengan suasana kelas pengap. Pertanyaan tersebut bukan semata-mata untuk dimintai pendapat atau bertanya, tetapi merupakan suatu perintah untuk membuka jendela.

Menurut Austin 1962 (via Gunarwan, 1994: 84) membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dalam ujaran. Ketiga jenis tersebut adalah tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Tindak lokusioner berupa ujaran yang dihasilkan seorang penutur. Tindak ilokusioner berupa maksud yang terkandung dalam ujaran. Tindak perlokusioner berupa efek yang ditimbulkan dari ujaran tersebut. Berikut di bawah ini adalah penerapan lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner berdasarkan iklan layanan masyarakat.

(30)

Contoh : “Castrol Power 1 Melesat Lebih Cepat

Lokusioner : Kata Castrol Power 1 dalam tuturan di atas merupakan kata benda, kata melesat pada tuturan di atas merupakan kata kerja, kata lebih merupakan kata keterangan, dan kata cepat merupakan kata sifat.

Ilokusioner : Ujaran di atas memiliki makna tersirat yaitu dengan menggunakan oli Castrol Power 1 kendaraan akan lebih bertenaga.

Perlokusioner : Efek dari tuturan “Castrol Power 1 Melesat Lebih Cepat” terhadap mitra tutur adalah pembaca membeli dan mengganti oli kendaraannya dengan oli Castrol Power 1.

Searle 1975 (via Gunarwan, 1994: 84) mengategorikan tindak ujar berdasarkan pengertian tindak ujar atau tindak tutur menjadi lima. Kelima jenis tindak ujar tersebut adalah:

a. Representatif (asertif)

Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Contoh ujarannya dapat berbentuk menyatakan, menyebutkan, melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan.

b. Derektif

(31)

itu. Contoh ujarannya dapat berbentuk menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

c. Ekspresif

Ekspresif adalah tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujaran diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu. Contoh ujarannya dapat berbentuk memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh.

d. Komisif

Komisif adalah tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebut di dalam ujarannya. Contoh ujarannya dapat berbentuk berjanji, bersumpah, mengancam, dan menolak.

e. Deklarasi

Deklarasi adalah tindak ujaran yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal atau keadaan yang baru. Contoh ujarannya dapat berbentuk memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan meminta maaf.

2. Jenis-Jenis Tindak Tutur

(32)

Berikut di bawah ini penjelasan dari pembagian tindak tutur berdasarkan strukturnya.

a. Tindak tutur langsung

Yule (2006: 95) menyatakan bahwa tindak tutur langsung akan terbentuk apabila ada hubungan langsung antara bentuk struktural (deklaratif, introgratif, imperatif) dengan fungsi komunikasi umum (pernyataan, pertanyaan, perintah atau permohonan). Nadar juga sependapat dengan Putu Wijana dan Rohmadi. Menurut Putu Wijana dan Rohmadi (via Nadar, 2009: 18) menyatakan bahwa tindak tutur langsung merupakan tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat berita untuk memberitakan, kalimat perintah untuk menyuruh, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu.

b. Tindak tutur tidak langsung

(33)

tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya. Maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya.

Menurut Wijana (2009: 29-30), tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi segera harus dilaksanakan maksud yang terimplikasikan di dalamnya. Misalnya pada iklan komersial dibawah ini.

(Perempatan Jl. Ring Road Barat Concong Catur Depok Sleman Yogyakarta)

Pada iklan komersial di atas terdapat kalimat “Castrol Power 1

Melesat Lebih Cepat”. Kalimat tersebut secara tidak langsung digunakan

untuk mempengaruhi pembaca supaya menggunakan oli mesin Castrol power 1 dengan modus kalimat berita.

Dari uraian di atas skema penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur menurut Wijana (2009: 30) dapat digambarkan sebagai berikut. Di bawah ini merupakan skema penggunaan modus kalimat.

Modus

Tindak Tutur

Langsung Tidak langsung

(34)

Tanya Bertanya Menyuruh

Perinta Memerintah -

Skema di atas menunjukan bahwa kalimat perintah tidak dapat digunakan untuk mengutarakan secara tidak langsung. Di samping itu, menurut Nadar (2009: 19) ada tindak tutur yang mempunyai makna sesuai dan tidak sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya, yakni tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

1) Tindak tutur literal

Menurut Wijana (2009: 31), tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang

menyusunnya. Bila ada tuturan “Penyayi itu suaranya bagus” memang

diutarakan untuk memuji penyanyi yang dibicarakan, oleh karena itu tuturan tersebut tindak tutur literal.

Nadar (2009: 31) memberikan contoh lain. Misalnya ada seorang yang telah makan tiga piring nasi dengan lauknya dan orang

tersebut mengatakan “Saya kenyang”. Dapat dikatakan orang tersebut

(35)

2) Tindak tutur tidak literal

Menurut Wijana (2009: 31) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur tidak literal mempunyai maksud menyindir, memerintah, mengkritik ataupun memohon kepada lawan tuturnya.

Mengenai tindak tutur tidak literal, Nadar (2009:20)

memberikan contoh. Tuturan “Saya senang sekali dengan ujian bahasa

Inggris tadi” tuturan tersebut diucapkan oleh mahasiswa yang tidak pernah lulus ujian bahasa Inggris dan lemah sekali dalam perkuliahan. Tuturan tersebut bukan tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan penuturnya sehingga tuturan tersebut termasuk tindak tutur tidak literal.

3. Interaksi Berbagai Jenis Tindak Tutur

(36)

a. Tindak tutur langsung literal

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang dituturkan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaranya (Wijana, 2009: 32). Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya.

b. Tindak tutur tidak langsung literal

Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-katanya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur (Wijana, 2009: 32). Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.

c. Tindak tutur langsung tidak literal

(37)

d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 2009: 35). Pendapat Wijana sama dengan pendapat Subagyo (2003: 7-71) Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat berupa kalimat perintah dengan modus kalimat sindiran.

4. Teori Kesantunan

(38)

Tujuan utama dari kesantunan adalah menjaga hubungan sosial yang harmonis. Menurut Pranowo ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar mampu berbahasa santun dan komunikatif (2009: 23).

a. Berbahasa santun dapat menggunakan bahasa verbal (untuk bahasa tulis) dan dapat pula dibantu dengan bahasa nonverbal (untuk bahasa lisan). b. Bahasa santun tidak harus menggunakan bahasa baku, tetapi gunakan

bahasa yang sesuai ragamnya (bahasa yang baik).

c. Gunakan diksi yang memang sudah berbentuk santun atau memiliki “aura

kesantunan” (seperti: mohon, berkenan, dan mohon maaf).

d. Bertutur mengenai topik yang juga diminati dan dimengerti oleh mitra tutur.

e. Buatlah mitra tutur tertarik dengan tuturan penutur sehingga mereka lebih mudah memahami maksud tuturan.

f. Kenali diri mitra tutur dengan benar, terutama berkaitan dengan identitas pribadi dan kesenangannya.

g. Ciptakan konteks situasi yang kondusif bagi mitra tutur agar atensi mitra tutur terfokus pada penutur.

(39)

Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahawa kesantunan berbahasa dapat diukur berdasarkan hak dan kewajiban penutur terhadap mitra tuturnya. Perlu diingat dalam kesantunan berbahasa yang paling penting adalah menyangkut apa yang boleh diujarkan dan bagaimana cara menyampaikan ujarannya.

Kesantunan berbahasa didasari oleh sikap hormat oleh penutur terhadap mitra tuturnya yang berupa kesantunan dalam penggunaan bahasa. Berikut ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa. a. Prinsip kerja sama Grice

Prinsip kerja sama Grice pada dasarnya memberikan landasan mengapa manusia dapat saling berkomunikasi. Komunikasi tersebut diwujudkan kedalam maksim. Maksim tersebut adalah peryataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran umum tentang sifat-sifat manusia. Grice membagi menjadi empat maksim, yaitu sebagai berikut (via Yule, 2006: 64).

1) Maksim kuantitas

(40)

2) Maksim kualitas

Sampaikan infomasi secara benar adanya. Hindari tuturan yang Anda yakini salah. Jangan mengatakan informasi jika Anda tidak mempunyai bukti yang cukup. Biasanya menggunakan ungkapan setahu saya, kalau tidak salah dengar, katanya, dan lain sebagainya,

3) Maksim relevansi (hubungan)

Informasi yang disampaikan hendaknya sesuai dengan atau situasi pembicara. Bahan atau topik yang berbeda dalam pembicaraan dapat menjadi relevan jika memiliki kaitannya. Uangkapan yang diguakan omong-omong, sambil lalu, dan lain sebagainya.

4) Maksim cara

Hindari ungkapan yang tidak jelas dan mengandung ketaksaan. Buatlah percakapan menjadi singkat, dengan cara menhindari ungkapan yang tidak perlu di ungkapkan. Sedapat mungkin buatlah percakapan Anda secara urut dan teratur. Ungkapan yang digunakan biasanya diawali dengan menurut saya, bagaimana kalau, dan sebagainya.

b. Prinsip kesantunan Leech

(41)

diterapkan dalam percakapan. Berikut ini adalah prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech (via Nadar, 2009: 30-31).

1) Maksim kebijaksanaan

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Dalam maksim ini diharapkan penutur menghilangkan rasa dengki, iri hati, dan sakit hati terhadap mitra tutur.

2) Maksim penerimaan (kedermawanan)

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri. Maksud sederhana dari maksim penerimaan adalah penutur lebih mengutamakan dan mendahulukan mitra tutur.

3) Maksim kemurahan (penghargaan)

(42)

4) Maksim kerendahan hati

Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Dalam maksim ini diharapkan peserta tindak tutur untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

5) Maksim kecocokan

Maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Tindakan menyangkal atau melawan dianggap kurang sopan dalam maksim ini.

6) Maksim kesimpatian

Maksim ini mengharuskan setiap peserta tuturan untuk maksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tutur. Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apa lagi bersikap sinis dan kasar terhadap orang lain dianggap orang tersebut tidak santun.

c. Penentu Kesantunan Faktor Kebahasaan

(43)

1) Pemakaian diksi

Faktor yang menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa dapat ditentukan oleh faktor kebahasaan, yang dimaksud adalah segala unsur yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Salah satunya adalah pemakaian diksi, ada beberapa diksi yang jika dipakai secara tepat dapat mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun (Pranowo, 2009: 90). Perhatikan beberapa contoh berikut :

a) Pada pembukaan gedung olah raga Gor Among Rogo di Sleman ini, kami mohon kesediaan Bapak berkenan untuk memotong pita. b) Kecelakaan kereta pada malam itu membawa korban 3 orang

meninggal yaitu warga sipil.

Pemilihan kata mohon, bapak dan berkenaan pada kalimat pertama memiliki kadar yang lebih santun dibandingkan menggunakan kata-kata minta, dia minta, begitu pula pada kalimat kedua, menggunkan kata-kata meninggal yang terdengar lebih santun dibanding menggunakan kata-kata mati atau tewas.

Pranowo (2005: 104) mengemukakan pemakaian kata-kata tertentu sebagai pilihan kata (diksi) yang dapat mencerminkan rasa santun, misalnya.

(44)

b) Gunakan frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain.

c) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain.

d) Gunakan kata ”berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu.

e) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai lebih dihormati.

f) Gunakan kata “Bapak/ Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa. 2) Keterangan modalitas

Harimurti Kridalaksana (1986: 82), mengemukakan bahwa modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, pristiwa, keadaan atau sifat. Keterangan modalitas sering juga disebut “kata warna”, yang berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat. Berikut di bawah ini jenis-jenis modalitas menurut pembagian Alwi.

a) Modalitas internasional

(45)

b) Modalitas epistemik

Modalitas epistemik karena timbul sikap ketidak percayaan atau kekurangtahuan terhadap kebebenaran proposisi. Dalam modalitas apistemik terdiri atas kemungkinan, keteramalan, keharusan, dan kepastian (Alwi, 1992: 91)

c) Modalitas deontik

Modalitas deontik dikarenakan adanya permasalahan sikap pembicara. Dalam modalitas deontik terdiri atas dua hal yaitu izin dan perintah (Alwi, 1992: 169).

d) Modalitas dinamik

Dalam modalitas dinamik terdiri atas kemampuan dapat dinyatakan dengan dapat, bisa, mampun, dan sanggup (Alwi, 1992: 235).

Berikut di bawah ini adalah makna yang berkaitan dengan setiap subkategori modalitas berikut leksikal yang mengungkapkannya (Alwi, 1992: 259-261).

Modalitas Internasional

No Makna Pengungkapan

1 Keinginan a. Kadar

keinginan

Ingin, menginginkan, menghendaki, berhasrat, mengingini, berkeinginan, dan mendambakan.

b. Kadar kemauan

Mau, hendak, akan, bertekad, berketepatan. c. Kadar

maksud

(46)

d. Kadar keakanan

(sama dengan pengungkapan modalitas untuk kadar kemauan dan maksud.

2 Harapan Harap, harapan, mengharapkan, mengharap, berharap, doakan, mudah-mudahan, moga-moga,dan semoga

b. Pembiaran Biar(lah) dan biarkan(lah).

4 Permintaan Sudilah, saya minta, saya mohon,silakan, coba, tolong, dan mohon.

Modalita Epistemik

1 Kemunginan Dapat, bisa, boleh, mungkin, barang kali, bisa saja, dan boleh saja.

2 Keteramalan Akan, agaknya, tampaknya, nampaknya, rasanya, dan kelihatannya.

3 Keharusan Harus, mesti, wajib, perlu, dan patut. 4 Kepastian Pasti, tentu, tentunya, dipastikan, dan tentu

saja.

1 Kemampuan Dapat, bisa, mampu, dan sanggup. 3) Gaya bahasa

Pemakaian gaya bahasa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun. Gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi.

a) Epizeuksis

(47)

suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 1984: 127).

b) Majas metafora

Majas metafora banyak dipakai untuk menghaluskan pemakaian bahasa Indonesia agar terasa santun. Meskipun isi yang disampaikan keras, tetapi dengan dikatakan secara tidak langsung menggunakan gaya bahasa jenis metafora, tuturan yang keras itu menjadi tetap terasa santun.

c) Majas personifikasi

Majas personifikasi juga digunakan untuk mengoptimalkan pemakaian bahasa agar efektif dan terasa santun. Isi tuturannya kadang-kadang berupa kritikan, tetapi karena disampaikan secara tidak langsung dengan personifikasi, kritikan itu terasa tidak menyakitkan.

d) Majas perumpamaan

Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama dan sering juga kata

“perumpamaan” disamakan dengan persamaan (Tarigan, 1985:

(48)

sebagai berikut, seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, bagai, bagaikan, serupa dan lain-lain.

e) Majas hiperbola

Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 1985: 135).

f) Majas eufemisme

Eufemisme adalah salah satu jenis gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal dengan menggunakan perbandingan yang lebih halus. Hal ini dimaksudkan penutur tidak menyinggung perasaan mitra tutur, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan ungkapan yang dapat dipersepsi menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi mitra tutur.

d. Kriteria kesantunan berbahasa

Berdasarkan uraian teori kesantunan di atas, peneliti menemukan kriteria kesantunan berbahasa. Suatu tindak tutur dapat dikatakan santun apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Tuturan yang digunakan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.

(49)

3) Tuturan yang digunakan tidak terdapat unsur ancaman. 4) Tuturan yang digunakan tidak ada unsur memaksa.

Berikut di bawah ini adalah tabel kriteria kesantunan berbahasa.

No Tuturan Iklan Komersials Tingkat Kesantunan SS S KS TS 1 Dirancang arsitektur ternama

Indonesia.

Tuturan sangat santun jika tuturan terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.

S : Santun

(50)

KS : Kurang santun

Tuturan kurang santun jika tuturan hanya terdapat dua kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca dan pendengar dan tidak terdapat unsur ancaman.

TS : Tidak santun

Tuturan tidak santun jika tuturan hanya terdapat satu atau tidak sama sekali kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.

5. Teori Periklanan a. Pengertian iklan

Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan pada sebagian seluruh masyarakat. Menurut Riyanto (2001), periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan (via Rendra. 2005: 16). Menurut Rendra (2005: 17), dalam periklanan terdapat enam prinsip dasar yaitu sebagai berikut.

1) Adanya pesan tertentu.

(51)

5) Dalam penyampaian pesan tersebut, dilakukan dengan cara membayar. 6) Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan dampak tertentu.

b. Media iklan

Sebuah iklan haruslah mememiliki media atau sarana untuk memuat apa yang ingin diiklankan. Menurut Madjadikara ada beberapa jenis media dalam periklanan, yaitu media cetak, media elektronik, dan media lainnya seperti media luar ruangan (2004: 11).

Iklan komersial yang digunakan sebagai penelitian ini bermedia luar ruangan. Media luar ruangan menurut Madjadikara (2004: 12) adalah media periklanan yang berupa spanduk (benner), papan reklame (billboard), poster, neon box, umbul-umbul, baliho, papan nama took, balon udara, dan sebagainya yang terdapat di luar ruangan.

Iklan komersial bermedia luar ruangan banyak kita jumpai di pinggir jalan dan juga perempatan jalan. Seperti di bawah ini contoh dari iklan komersial bermedia luar ruangan.

(52)

Dari salah satu contoh iklan komersial di atas, peneliti akan meneliti jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan.

c. Jenis-jenis iklan

Menurut Binter (1986), secara umum iklan dibagi menjadi dua, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyrakat (via Rendra. 2005: 65). Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Iklan layanan masyarakat (ILM) adalah iklan yang bersifat non-profit, maksudnya adalah iklan yang tidak mencari keuntungan secara komersil tetapi lebih ditekankan pada sosial. Berikut ini contoh dari iklan standar dan iklan layanan masyarat.

Iklan strandar:

Pilih Mutu, Pilih Mutiara

“Genteng Mutiara Jl. Ring Road Barat Gamping”

Iklan layanan masyarakat:

Gunakan Sabuk Keselamatan Saat Mngemudi

Polres Bantul dan Angggur Orang Tua Jl. Ring Road Barat

Gamping

(53)

bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa citra baik di tengah masyarakat.

Iklan komersial memiliki tujuan mendapatkan keuntungan ekonomi, utamanya adalah peningkatan penjualan. Berdasarkan tujuannya iklan komersial dibagi menjadi tiga yaitu iklan untuk konsumen, untuk bisnis, dan untuk profesional (Rendra, 2005: 102 – 103).

1) Iklan konsumen

Iklan konsumen dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis dimana pesan iklan ditujukan kepada konsumen akhir, yaitu pengguna terakhir suatu produk. Seseorang yang membeli produk dimana produk tersebut akan digunakan sendiri, maka ia akan disebut dengan konsumen pengguna terakhir. Misalnya, bayi adalah pengguna akhir dari produksi susu, pem pers, bedak bayi, minyak telon, mainan dan sebagainya. Berikut dibawah ini termasik iklan jenis iklan konsumen. a) Iklan kosmetik

Iklan komersial yang berkaitan dengan kosmetik seperti alat-alat kecantikan, parawatan kecantikan, dan lain-lain.

b) Iklan perumahan

(54)

c) Iklan elektronik

Iklan komersial yang menawarkan berupa barang-barang elektronik.

d) Iklan kendaraan

Iklan komersial yang menawarkan tentang berbagai kendaraan atau onderdil kendaraan.

e) Iklan makanan dan minuman

Iklan komersial yang menawarkan makanan dan minuman. f) Iklan jasa

Iklan komersial yang menawarkan bukan dalam bentuk benda tetapi jasa seperti jasa asuransi, jasa bank, dan jasa lainnya.

g) Iklan provider

Iklan komersial yang menawarkan provider ponsel. h) Iklan pendidikan

Iklan komersial yang berkaitan tentang pendidikan. 2) Iklan bisnis

(55)

Misalnya, pabrik yang akan mengelola kembali produk yang dibelinya untuk dibentuk menjadi produk baru lainnya guna dijual kepada pasar. 3) Iklan profesional

Iklan profesional adalah iklan yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis dimana khalayak sasaran iklan adalah segmen khusus yaitu para profesional. Kaum profesional adalah kelompok orang yang memiliki pekerjaan spesifik misalnya, dokter, guru, pilot, pelaut, dan sebagainya.

d. Fungsi iklan

Secara prinsip fungsi iklan adalah menyajikan pesan yang dilakukan oleh komunikator secara non personal melalui media untuk di tinjau pada komunikan dengan cara menyebar. Menurut Monle Lee & Carla Johnson (2004, 10-11) fungsi iklan adalah sebagai berikut.

1) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi”. Iklan berfungsi untuk mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri dan lokasi penjualannya.

(56)
(57)

C. Kerangka Berpikir

Setelah mengkaji berbagai teori dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menyusun kerangka berbikir sebagai dasar untuk menganalisis masalah penelitian. Berikut di bawah ini skema kerangka berpikir dalam penelitian yang sedang dilakukan.

Tuturan iklan komersial luar ruangan

Rumusan Masalah

1. Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?

2. Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?

Analisis data dilakuakan dengan 4 tahap yaitu, klasifikasi data, identifikasi data, pengkodean, dan deskripsi data.

Teori yang digunakan untuk menganasis data

Kesantunan berbahasa memiliki faktor penentu yaitu pemakaian diksi, keterangan modalitas, dan dan gaya bahasa. Kriteria dalam kesantunan berbahasa yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan

pembaca atau pendengar, tidak

menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.

Analisis tuturan dalam iklan komersial Jenis-jenis tindak tutur menurut Putu

Wijana & Rohmadi dibagi menjadi 4. (1) Tindak tutur langsung literal. (2) Tindak tutur tidak langsung literal. (3) Tindak tutur langsung tidak literal. (4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal.

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan fakta atau data. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan tentang jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan berbahasa dalam iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.

B. Data dan Sumber Penelitian

Data dalam penelitian kualitatif ini berupa tindak tutur iklan komersial dalam bentuk foto yang menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan media luar ruangan yang ada di Yogyakarta. Data diambil dalam bentuk foto yang didapatkan oleh peneliti sendiri, dalam arti peneliti sendiri yang melakukan kegiatan pengambilan foto iklan komersial bermedia luar ruangan. Moleong (2006:160) juga menjelaskan bahwa penggunaan foto untuk melengkapi sumber data besar sekali manfaatnya. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga yang sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.

(59)

Selain itu, iklan komersial sering menggunakann bahasa-bahasa yang manarik perhatian pembaca. Iklan komersial juga dekat dengan kehidupan masyarakat.

C. Instrumen Penelitian

Peneliti adalah instrument dari penelitian ini. Menurut Moleong (2007: 168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi si pelapor melaporkan hasil penelitiannya. Oleh karena itu, peneliti membuat langkah-langkah penelitian sebagai berikut.

1. Peneliti melakukan observasi ke tempat umum (jalan raya, pertokoan, dll) untuk menemukan iklan komersial berbahasa Indonesia yang menggunakan media luar luarangan.

2. Peneliti mengumpulkan data dengan cara memfoto iklan komersial tersebut menggunakan kamera.

3. Peneliti mencatat hal yang berkaitan dengan iklan komesial tersebut (tempat terdapat iklan komersial) ke dalam kertas sebagai catatan pendukung.

(60)

D. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tuturan dari iklan komersial. Tuturan iklan komersial yang menjadi objek penelitian bermedia cetak yang ada di luar ruangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (1990: 134), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam sebuah penelitian, metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode penyimakan (observasi). Dalam penelitian ini, penyimakan dilakukan dengan mengamati pemakaian bahasa iklan komersial berbahasa Indonesia yang dikemukakan oleh pihak pengiklan dalam berbagai jenis media luar ruangan.

(61)

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan tiga tahapan yaitu, klasifikasi, identifikasi, dan deskripsi. Dalam pengumpulan data sebagai bahan penelitiannya, peneliti tidak membuat instrumen sendiri, karena data-data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam bentuk dokumen yang berupa foto iklan komersial di daerah Yogyakarta.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Hasan (2003:98), analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, model statistik, dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Data-data yang ada hanya akan diolah, diuraikan, dan ditafsirkan.

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data-data yang sudah ada dan mengklasifikasikannya. Dalam menganalisis data, langkah-langkah yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Peneliti mengumpulkan tuturan iklan komersial bermedia cetak luar ruangan dalam.

(62)

3. Peneliti menglasifikasikan data berupa tuturan iklan komersial dan memberi kode pada masing-masing temuan analisis yang mengandung tindak tutur dan penanda kesantunan.

4. Hasil analisis diperiksa ulang oleh pakar, yaitu dosen pembimbing.

(63)

47 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

Data yang dianalisis merupakan tuturan yang diambil dari iklan komersial yang berada di luar ruangan di daerah Yogyakarta. Data iklan komersial yang berhasil dikumpulkan selama bulan Maret 2012 oleh peneliti, terdapat 85 iklan komersial yang terdapat jenis-jenis tindak tutur dan terdapat penanda kesantunan bahasa. Data yang akan dianalisis dirinci sebagai berikut.

NO KODE JENIS IKLAN KOMERSIAL 1 A Iklan kosmetik (sebanyak 5 iklan) 2 B Iklan perumahan (sebanyak 6 iklan) 3 C Iklan elektronik (sebanyak 12 iklan) 4 D Iklan kendaraan (sebanyak 11 iklan)

5 E Iklan makanan dan minuman (sebanyak 11 iklan) 6 F Iklan jasa (sebanyak 10 iklan)

(64)

48 B. HASIL ANALISIS DATA

Hasil temuan ini disajikan dengan urutan sebagai berikut: (a) Jenis temuan, (b) Data tuturan iklan komersial, dan (c) Pemaknaan. Pembahasan lebih lanjut mengenai pengungkapan jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan dalam tuturan iklan komersial adalah sebagai berikut.

1. Jenis-Jenis Tindak Tutur pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan Pengungkapan jenis-jenis tindak tutur di dalam komunikasi dapat diwujudkan ke dalam empat macam, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal. Keempat tindak tutur tersebut jika diinteraksikan maka akan menjadi tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Sehubungan dengan ini, jenis tindak tutur dalam iklan komersial diungkapkan dengan tiga tindak tutur yakni tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Berikut ini rincian pembahasan.

a. Tindak Tutur Langsung Literal dalam pada Komersial Media Luar Ruangan

(65)

49 (1)

Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar berbagai hadiah seperti motor TV LED, dan HP yang canggih. Selain itu terdapat mascot Android dan berbagai jenis HP Samsung.

Tuturan: “Beli ponsel Samsung dapatkan kejutan ribuan hadiah”

(C.4) (2)

Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar hadiah berupa TV LED, sound stereo set, dan HP Nokia. Selain itu juga terdapat gambar produk Nokia terbarunya.

Tuturan: “Beli Nokia-nya dapatkan tanda cinta-nya” (C.7) (3)

Sumber: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta

(66)

50

Tuturan: “Ayo, Indonesia minum susu cair segar dan raih prestasi

dunia” (E.5)

Tuturan (1) merupakan tindak tutur langsung literal. “Beli ponsel

Samsung dapatkan kejutan ribuan hadiah” (C.4) merupakan kalimat ajakan

dengan ditandai kata “dapatkan” pada kalimat tersebut. Konteksnya terdapat

gambar berbagai hadiah seperti motor TV LED, dan HP yang canggih. Selain itu terdapat mascot Android dan berbagai jenis HP Samsung. Iklan (C.4) dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Kata “dapatkan” pada kalimat iklan komersial (C.4) tersebut merupakan ajakan untuk mendapatkan hadiah dengan membelian ponsel Samsung. Keliteralannya karena dengan membeli ponsel Samsung memang mendapatkan hadiah secara langsung.

Tuturan (2) merupakan tindak tutur langsung literal. Beli Nokia-nya dapatkan tanda cinta-nya” (C.7) merupakan kalimat ajakan dengan ditandai

kata “dapatkan” pada kalimat tersebut. Konteksnya terdapat gambar hadiah

berupa TV LED, sound stereo set, dan HP Nokia. Selain itu juga terdapat gambar produk Nokia terbarunya. Dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Kata

“dapatkan” pada kalimat iklan komersial (C.7) tersebut merupakan ajakan

(67)

51

Tuturan (3) merupakan tindak tutur langsung literal. “Ayo, Indonesia

minum susu cair segar dan raih prestasi dunia” (E.5) merupakan kalimat

ajakan dengan ditandai modalitas kata “ayo” pada awal kalimat. Konteksnya

terdapat gambar dunia dan aliran susu dari langit yang membawa keluarga yang penuh semangat dan keceriaaan. Dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Ajakan dari iklan komersial (E.5) supaya pembaca membeli dan meminum susu Ultra dengan melihat gambar keluarga yang penuh keceriaan dan semangat. Keliteralannya kerena susu dapat mencerdaskan anak sehingga dapat meraih prestasi.

b.Tindak Tutur Tidak Langsung Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan

(68)

52

1) Modus kalimat berita sebagai persuasi

Tuturan dengan kalimat berita yang dapat digunakan pula sebagai persuasi juga ditemukan pada tuturan-tuturan berikut ini. Kalimat yang digunakan merupakan kalimat berita tetapi di dalamnya mengandung persuasi ditujukan pada subjek yang disebutkan dalam tuturan itu.

(4)

Sumber: Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan Fakultas Ilmu Keolahragaan.

Konteks : Terdapat tulisan kata “baru” dan terdapat gambar kemasan kondisioner Clear dengan back ground warna gelap.

Tuturan: “Clear kondisioner menutrisi kulit kepala untuk rambut tak berketombe 10 X lebih kuat” (A.1)

(5)

Sumber: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Konteks: Terdapat gambar rumah yang minimalis tetapi tetap memperihatkan kemewahan dengan mobil yang diperkir di depan rumah.

(69)

53 (6)

Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar modem Smartfren disertai harga modem.

Tuturan: “Puasnya internetan dengan Smartfren Modem

EC1261-2” (C.11) (7)

Sumber: Jl. Parangtritis, Km 11. Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar jenis aki yang ditawarkan.

Tuturan: “Aki GS Astra, nyamannya ekstra” (D.2) (8)

Sumber: Perempatan Ring Road Barat Concdong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar orang yang sedang balapan dengan macan tutul dan terdapat gambar produknya.

Tuturan: “Castrol Power 1 melesat lebih cepat” (D.3)

(70)

54

dengan maksud persuasi sehingga tuturan tesebut tidak langsung. Konteksnya terdapat tulisan kata “baru” dan terdapat gambar kemasan kondisioner Clear dengan back ground warna gelap. Persuasi dari tuturan tersebut ajakan supaya pembaca membeli produk, setelah melihat kemasannya yang baru. Keliteralan tuturan tersebut karena memang iklan komersial tersebut menginformasikan bahwa Clear salah satu konditioner rambut yang baik.

Tuturan (5) merupakan kalimat berita. Tuturan “Tersedia 4 unit

ruko, 10 unit rumah” (B.2) merupakan kalimat berita dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat gambar rumah yang minimalis tetapi tetap memperlihatkan kemewahan dengan mobil yang diperkir di depan rumah.Persuasi dari tuturan tersebut ajakan supaya pembaca membeli dan menempati perumahan yang ditawarkan dengan melihat gambar rumahnya. Keliteralan tuturan tersebut memang menawarkan 4 ruko dan dan 10 rumah.

(71)

55

membeli dan memakai produk Smartfren Modem EC1261-2 dengan harga yang cukup murah. Keliteralan tuturan tersebut karena memang menggunakan Smartfren Modem EC1261-2 aksesnya cepat dan cukup cepat sebagai kapasitas modem.

Tuturan (7) merupakan kalimat berita, dalam tuturan “Aki GS

Astra, nyamannya ekstra” (D.2) merupakan modus tuturan yang

berupa kalimat berita dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat gambar aki yang ditawarkan. Persuasi dari tuturan tersebut berupa ajakan supaya pembaca membeli dan memakai produk aki GS Astra. Keliteralan tuturan tersebut karena memang aki GS Astra merupakan aki yang sudah terjamin kualitasnya.

Tuturan (8) merupakan kalimat berita, “Castrol Power 1

melesat lebih cepat” (D.3) merupakan modus tuturan yang berupa

(72)

56

2) Modus kalimat saran sebagai persuasi

Tuturan dengan tindak tutur tidak langsung literal ini menggunkan modus kalimat yang tidak sesuai dengan yang dituturkan. kalimat dengan modus kalimat saran dengan tujuan persuasi.

(9)

Sumber: Jl. Babarsari, Depok Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat model wanita cantik dengan gaun hitam berwajah kemilau yang sedang bergaya.

Tuturan: ” Kulit cantik bagai bintang LBC solusinya…..”(A.5) (10)

Sumber: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan

Konteks: Terdapat gambar foto keluarha yang sehat juga ceria dan alat gambar tensimeter.

Tuturan: “Langkah bijak memantau tekanan darah secara teratur sebelum Anda sakit” (C.3)

(11)

Sumber: Jl. Kaliurang km 6 Sleman Yogyakarta

(73)

57

Tuturan: “Dapatkan produk terbaik AMD” (C.9)

(12)

Sumber: Jl. Solo kota Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar wanita cantik dengan gaya sedang saran dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. ”Kulit cantik bagai bintang LBC solusinya…..” (A.5) kalimat ini memang memberikan salah satu solusi untuk merawat kecantikan di LBC. Konteksnya terdapat model wanita cantik dengan gaun hitam berwajah kemilau yang sedang bergaya. Persuasi pada iklan komersial (A.5) ajakan supaya pembaca terpengaruh dan merawat kecantikan di LBC seperti gambar model yang ada di iklan. Keliteralan dalam iklan komersial ini memang LBC menawarkan salah satu solusi untuk merawat kecantikan kulit.

(74)

58

sebelum Anda sakit” (C.3) kalimat ini memberikan saran untuk selalu melihat dan mengontrol tekanan darah. Konteksnya terdapat gambar foto keluarga yang sehat juga ceria dan alat gambar tensimeter. Persuasi dari kalimat iklan komersial (C.3) adalah mempengaruhi pembaca supaya menggunakan digital tensi untuk mempermudah melihat tekanan darah. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal karena dalam tuturan ini memang memberikan solusi untuk mempermudah dalam pengecekan tekanan darah.

Tuturan (11) “Dapatkan produk terbaik AMD” (C.9) merupakan modus tuturan yang berupa kalimat saran dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat gambar laptop dengan berbagai warna. Tuturan (C.9) menyarankan supaya pembaca mendapatkan produk terbaik Vision dan tuturan ini memberi perintah supaya pembaca juga membeli produk Vision karena banyak pilihannya. Persuasi dari tuturan (C.9) ajakan supaya pembaca membeli produk laptop Vision. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal karena tidak menggunakan kalimat kiasan dan memang menawarkan produk Vision.

Tuturan (12) “Power Tv solusi kita semua untuk sinyal bersih

dan gambar jernih” (C.10) merupakan modus tuturan yang berupa

(75)

59

langsung. Tuturan (C.10) menyarankan mengganti tv lama dengan Power Tv dari Toshiba supaya sinyal kuat dan gambar yang jernih. Konteksnya terdapat gambar wanita cantik dengan gaya sedang asik mendengarkan dan melihat TV dengan gamabar yang ada dalam TV berada di luar sehingga terasa nyata. Persuasi dari tuturan (C.10) supaya pembaca terpengaruh dan membeli tv Toshiba karena kualitas gambar dan suaranya bagus. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal karena memberikan salah satu solusi untuk menikmati gambar jernih dan sinyal yang kuat.

3) Modus kalimat tanya sebagai persuasi

Tuturan dengan tindak tutur tidak langsung literal ini menggunkan modus kalimat yang tidak sesuai dengan yang dituturkan. Tuturan dengan kalimat tanya yang dapat digunakan pula sebagai persuasi.

(13)

Sumber: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan

Konteks: Terdapat hasil proyektor yang jernih dan jelas juga terdapat dua jenis proyektor yang ditawarkan.

Tuturan: “Masih pakai proyektor konvensional? Sekarang

jamannya wide screen!!! Pakai Mitsubisi WXGA

(76)

60

Tuturan (13) “Masih pakai proyektor konvensional? Sekarang

jamannya wide screen!!! Pakai Mitsubisi WXGA proyektor” (C.5)

merupakan modus tuturan yang berupa kalimat tanya dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteks: Terdapat hasil proyektor yang jernih dan jelas juga terdapat dua jenis

proyektor yang ditawarkan.Dalam tuturan ini memang menanyakan

mengenai proyektor, mengapa masih menggunakan proyektor yang konvensional. Persuasi dari tuturan (C.5) ajakan supaya membeli dan mengganti proyektor yang lebih canggih dengan Mitsubisi WXGA proyektor. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal karena dalam tuturan (C.5) memang manawarkan produk proyektor yang lebih moderen yaitu Mitsubisi WXGA proyektor.

c. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan

(77)

61 (14)

Sumber: Jl. Kaliurang km 4.5 Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat seorang ibu menggendong bayi dengan ekspresi tersenyum ceria.

Tuturan: ”Kutemukan perawatan yang terbaik untuknya” (A.3)

(15)

Sumber: Jl. Wonosari Km 7,5 Muntab, Baturetno, Yogyakarta Konteks: Terdapat gambar rumah yang mewah dilengkapai

dengan taman yang hijau disertai kolam renang dan penghuni yang terlihat damai.

Tuturan: “ Dirancang arsitek ternama Indonesia” (B.1) (16)

Sumber: Jl. Kaliurang km 5.6 Sleman Yogyakarta

Konteks: Terdapat gambar botol Cocacola dengan butiran-butiran es yang terlihat dingin dan menyegarkan dan back ground berwarna merah sehingga terlihat sangat kontras.

(78)

62

Konteks: Terdapat gambar model wanita cantik yang tersenyum dengan menunjukkan kartu provider dan atlit binaraga Ade Rai dengan ekspresi garang.

Tuturan: “Esia melek tarif sadar sinyal” (G.3)

(79)

63

tersebut. Tuturan tersebut tidak literal karena pada kalimat tersebut tidak disebutkan untuk siapa produk Zwitsal. Pembaca harus melihat konteks gambar yang tertera pada tuturan tersebut, sehingga pembaca tahu maksud dan tujuan dari iklan yang dibacanya.

Gambar

gambar rumah
gambar jernih” (C.10)
gambar laptop dengan berbagai warna. Tuturan (C.9) menyarankan
gambar dan suaranya bagus. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal
+6

Referensi

Dokumen terkait

“Bagaimana perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang menggunakan multimedia presentasi dengan kelompok siswa yang. menggunakan

Semakin tinggi penambahan konsentrasi garam dan konsentrasi asam cuka makanilai pH rusip semakin turun.Kedua perlakuan mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat yang

Karena standar panjang gelombang alat fototerapi untuk penanganan Neonatal Jaundice adalah 460-490 nm, maka panjang gelombang yang dihasilkan LED telah memenuhi syarat

Baris ns diawali dengan kode G0 di posisi awal kontur benda kerja yang dikerjakan, sedangkan pada baris berikutnya menggunakan kode G1 atau G2/G3 masing-masing untuk bentuk garis

Trianggulasi adalah proses untuk memeriksa kebenaran data dengan cara membandingkan dengan data yang didapat dari sumber lain pada berbagai tahapan penelitian di lapangan,

11 Hasil Belajar Kognitif Produk Siswa Kelas X SMAN 1 Sungai Tabuk pada Konsep Jenis dan Daur Ulang Limbah Menggunakan Model PBM.. Yulianti

Pengaruh Pengeringan (Cabinet Dryer dan Freeze Drying) dan Pengemasan (Botol Gelas dan Metalized Plastic) terhadap Aktivitas Antioksidan serta Umur Simpan Kapsul Bubuk Biji

Melalui penelitian ini, dikembangkan media pembelajaran fisika berbasis komputer pokok bahasan arus dan tegangan listrik bolak-balik untuk siswa SMA/MA kelas XII dengan