i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI
SISWA KELAS III SD KANISIUS PUGERAN YOGYAKARTA
SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Cicilia Rieke Andayani
NIM : 081134166
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:
Mamaku tercinta
Adikku tercinta
Wisnu Tri Widodo yang selalu di hatiku
Sahabat dan teman-temanku
v
MOTTO
♣
Setiap permasalahan yang datang dalam hidupku,
membuatku semakin kuat untuk melanjutkan dan
mewujudkan mimpi-mimpiku
♣
Orang yang gagal adalah orang yang tidak bisa
melanjutkan dan menyerah begitu saja.
viii
ABSTRAK
Rieke Andayani, Cicilia. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Menggunakan Media Gambar Berseri Siswa Kelas III SD Kanisius Pugeran Yogyakarta Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi S1. Yogyakarta: PGSD, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana penggunaan media gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas III SD Kanisius Pugeran Yogyakarta Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Pugeran pada bulan Oktober sampai November 2011. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas III di SD Kanisius Pugeran. Pengumpulan data dilakukan dengan tes menulis untuk mendapatkan data kuantitatif .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan. Data menunjukkan bahwa pada kondisi awal 24 orang siswa (96%) tidak mencapai KKM dan hanya 1 orang siswa (4%) yang mencapai KKM. Setelah dilakukan pembelajaran menulis karangan dengan media gambar berseri pada siklus 1,11 orang siswa (44 %) mencapai KKM dan 14 orang siswa (54%) tidak mencapai KKM. Pada siklus II kemampuan menulis karangan siswa mengalami peningkatan menjadi 23 orang siswa (77,20%) di atas KKM dan hanya 2 orang siswa (22,8%) yang tidak mencapai KKM .
ix
ABSTRACT
Rieke Andayani, Cicilia. 2011. Writing Ability Improvement Using Chain Pictures for the Third Grade Students in SD Kanisius Pugeran Yogyakarta for Odd Semester Year 2011/2012. Thesis S1. Yogyakarta: PGSD, FKIP, USD.
This research was conducted to illustrate how far the use of chain pictures can increase the writing ability of the third grade students in SD Kanisius Pugeran Yogyakarta for Odd Semester Year 2011/2012.
The research was conducted in SD Kanisius Pugeran on October up to November 2011. In this research the subjects of the research were the third grade students in SD Kanisius Pugeran. Data gathering was conducted using writing test to get the quantitative data.
The research result showed that using chain pictures can increase the students ability in writing. The data showed that for the initial condition there were 24 students (96%)who could not reach the minimum completeness requirement (KKM) and there was only 1 student (4%) who could reach the minimum completeness requirement. After conducting chain pictures learning for the first stage, there were 11 students (44%) who reached the minimum completeness requirement and 14 students (54%) who could not reach the minimum completeness requirement. At the second stage, students’ achievement increased so significant that there were 23 students (77,20%) reached more than the minimum completeness requirement and there were only 2 (22, 8%) who could not.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala berkat, rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Menggunakan Media Gambar Berseri Siswa Kelas III SD Kanisius Pugeran Yogyakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012” dapat berjalan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan sesuai dengan program studi yang ditempuh.
Penulis menyadari bahwa dalam persiapan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan FKIP USD
2. G. Ari Nugrahanta, S. J., S. S.,Bsi., M.A. selaku Ketua Program Studi PGSD USD
3. Dr.Y. Karmin, M.Pd selaku dosen pembimbing I, atas bimbingan, perhatian, dan kesabaran Bapak dalam membimbing saya sehingga skripsi ini dapat selesai
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing II, atas bantuan dan bimbingan yang diberikan untuk membantu saya sehingga skripsi saya dapat selesai
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK... vii
ABSTRAK ... viii
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Menulis Karangan ... 6
1. Pengertian Menulis ... 6
xiii
3. Tujuan Menulis Karangan ... 8
4. Manfaat Menulis Karangan ... 9
5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Menulis Karangan ... 11
4. Media Gambar Seri sebagai Salah Satu Media Pembelajaran ... 22
5. Pembelajaran Menulis Karangan Dengan Media Gambar Seri ... 24
D. Kerangka Berpikir ... 26
E. Hipotesis Tindakan ... 27
BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 29
B. Desain Penelitian ... 29
C. Rencana Tindakan ... 32
1. Persiapan ... 32
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 32
D. Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Instrumen Penelitian ... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Hasil Penelitian ... 46
xiv
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 46
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 47
c. Observasi dan Pengumpulan Data Siklus I ... 52
d. Refleksi Siklus I ... 53
2. Siklus II ... 54
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 54
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 54
c. Observasi dan Pengumpulan Data Siklus II ... 61
d. Refleksi Siklus II ... 61
B. Pembahasan ... 63
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar nilai Siklus 1 pertemuan pertama ... 49
Tabel 2. Daftar nilai siklus 1 pertemuan kedua ... 52
Tabel 3. Daftar nilai Siklus 2 pertemuan pertama ... 53
Tabel 4. Daftar nilai Siklus 2 pertemuan kedua ... 61
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Pencapaian skor setiap aspek mengarang
Siklus 1 pertemuan pertama ... 48 Grafik 2. Pencapaian skor setiap aspek mengarang
Siklus 1 pertemuan kedua ... 51 Grafik 3. Pencapaian skor setiap aspek mengarang
Siklus 2 pertemuan pertama ... 57 Grafik 4. Pencapaian skor setiap aspek mengarang
Siklus 2 pertemuan kedua ... 60 Grafik 5. Nilai rata-rata kemampuan mengarang siswa
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 72
Lampiran 2 RPP ... 74
Lampiran 3 LKS ... 89
Lampiran 4 Daftar nilai kondisi awal ... 101
Lampiran 5 Daftar nilai siswa kelas siklus 1 Pertemuan 1 ... 102
Lampiran 6 Daftar nilai siswa kelas siklus 1 Pertemuan 2 ... 103
Lampiran 7 Daftar nilai siswa kelas siklus 2 Pertemuan 1 ... 104
Lampiran 8 Daftar nilai siswa kelas siklus 2 Pertemuan 2 ... 105
Lampiran 9 Perbandingan nilai siswa ... 106
Lampiran 10 Dokumentasi ... 107
Lampiran 11 Hasil kerja siswa ... 110
Lampiran 6 Aspek penilaian siklus 1 pertemuan 1 ... 111
Lampiran 7 Aspek penilaian siklus 1 pertemuan 2 ... 113
Lampiran 8 Aspek penilaian siklus 2 pertemuan 1 ... 115
Lampiran 9 Aspek penilaian siklus 2 pertemuan 2 ... 117
Lampiran 10 Surat permohonan izin penelitian……… 119
Lampiran 11 Surat keterangan penelitian ... .120
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting dalam mengungkapan pikiran manusia. Konsep, pikiran, dan angan-angan seseorang diungkapkan melalui bahasa, baik lisan maupun tertulis. Peranan bahasa juga sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa serta menunjang keber-hasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemam-puan peserta didik dalam berkomunikasi ( komunikasi tersebut tentunya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ), baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra Indonesia. Agar dapat berko-munikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Cara itu akan lebih baik jika diajarkan sejak dini dan berkesinambungan sehingga peserta didik terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata siswa kelas III SD Kanisius Pugeran Yogyakarta masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan menulis karangan sederhana. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya media pembelajaran yang ada di sekolah.
mengulang kata lalu dan terus, isi kalimat relatif tidak menggambarkan topik,
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak berkesinambungan, dan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain tidak koheren.
Mengingat betapa pentingnya ragam bahasa tulis, maka ketrampilan menulis perlu ditingkatkan khususnya keterampilan menulis karangan. Menurut Singgih D. Gunasarsana (1995: 22) salah satu cara yang efektif untuk menarik minat siswa dalam mengarang adalah mengarang berdasarkan gambar berseri. Anak usia sekolah dasar sangat menyukai gambar-gambar yang dapat menuntun daya imajinasinya dalam mengarang karena sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa. Media gambar sangat efektif untuk merangsang anak bercerita atau mengarang dan mengembangkan ide.
B. Pembatasan Masalah
Tidak mungkin mengatasi masalah keterampilan menulis dalam waktu singkat dengan memperhatikan semua kemungkinan penyebabnya. Untuk siswa kelas III SD Kanisius Pugeran semester gasal Tahun Pelajaran 2011/2012 pene-itian ini dibatasi pada KD 4.1 Menyusun paragraf berdasarkan bahan yang terse-dia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
Selain itu penelitian ini dibatasi hanya pada usaha peningkatan kemampuan mengarang dengan menggunakan media gambar berseri. Pembatasan ini dilakukan mengingat adanya keterbatasan penulis baik pengetahuan, kemam-puan, maupun waktu.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut. Sejauh mana pembelajaran menggunakan media gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas III di SD Kanisius Pugeran Yogyakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, peneliti lain, dan perpustakaan sekolah. Adapun manfaatnya, antara lain :
1. Bagi Siswa
Diharapkan dengan penelitian ini, siswa mempunyai bekal secara teoritis, praktis tentang menulis karangan dan memacu diri untuk mengembangkannya pada tingkat yang lebih tinggi.
2. Bagi Guru
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang dan memberikan kontribusi positif guna meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya. Khususnya peningkatan kemampuan guru dalam memberikan materi tentang mengarang dan dapat memberikan dampak yang kontruktif untuk mengoreksi diri atas kekurangan-kekurangan guru pada umumnya, khususnya tentang pengajaran mengarang agar menemukan cara-cara yang lebih baik.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan penggunaan media gambar berseri pada kegiatan mengarang. 4. Untuk perpustakaan sekolah, laporan penelitian ini diharapkan dapat
F. Variabel Penelitian
Pada PTK ini ada dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah Penggunaan Media Gambar Berseri, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan mengarang siswa kelas III SD Kanisius Pugeran Yogyakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan kemampuan mengarang siswa kelas III dipengaruhi oleh penggunaan media gambar berseri dalam proses pembelajaran.
G. Batasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang salah sehingga dapat menimbulkan ketidakjelasan dalam penelitian, maka diuraikan beberapa istilah. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menulis adalah suatu proses kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami
2. Mengarang adalah melukiskan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur dan dituliskan dalam bahasa tulisan. (Kamus Umun Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminta 1984 : 619)
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Menulis Karangan
1. Pengertian Menulis
Pengertian menulis lebih banyak dikaitkan dengan suatu aktivitas penulisan cerita fiksi seperti cerpen, puisi, novel, maupun drama. Padahal kegiatan menulis atau mengarang sebenarnya mencakup pengertian yang luas, yakni bagaimana seseorang menuangkan gagasan, pikiran, ataupun idenya secara terstruktur dan terarah dalam bentuk tulisan.
Menulis memiliki dua pengertian, yaitu pengertian sempit dan pengertian luas. Dalam pengertian sempit menulis berarti membuat huruf, angka-angka dan tanda baca. Adapun pengertian luas, menulis merupakan padanan istilah mengarang (Gunawan, dkk 1997: 12). Menurut Henry Guntur Tarigan (1982: 3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
menulis, seseorang dilatih untuk menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lain, merencanakan kerangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang-nimbang kata yang tepat. Apabila kegiatan menulis dilakukan terus menerus, daya pikir, kemampuan, dan kemampuan khayal, sampai tingkat kecerdasan seseorang akan bertambah.
Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan suatu kemampuan menyampaikan pikiran dengan menerapkan ejaan setelah mengenal huruf, dirang-kai menjadi kata, kemudian kalimat, lalu menjadi paragraf dan akhirnya menjadi wacana yang menjadi alat komunikasi dalam bahasa tulis (Keraf, 1987: 1).
2. Pengertian mengarang
Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami (The Liang Gie, 1992: 17). Dalam proses mengarang setiap ide perlu dilibatkan pada suatu kata, kata dirangkai menjadi sebuah kalimat membentuk paragraf, dan paragraf akhirnya mewujudkan sebuah karangan. Sedangkan karangan merupakan hasil dari kegiatan mengarang, yaitu perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain.
Berdasarkan pada beberapa pandangan tentang pengertian menulis dan mengarang di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis karangan adalah suatu proses kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.
3. Tujuan Menulis Karangan
Tarigan (1992: 9) mengungkapkan tujuan-tujuan pembelajaran menulis di sekolah, sebagai berikut.
a. Pembelajaran menulis dapat membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka. Hal ini dapat diwujudkan dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis
b. Melalui pembelajaran menulis, para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan.
c. Para siswa dapat menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis
d. Pembelajaran menulis dapat mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud melalui sejumlah cara dan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas ( Peck dan Schulz, 1969 : 67 )
persuasif (Supriyadi, Eues Nuraeni, H. Alam Sutanjaya, Mien Rumini, 1994: 270).
Wadyamartaya (1978: 13) membedakan tujuan mengarang menjadi tiga macam yaitu :
a. memberitahu, memberi informasi karangan khusus ditujukan pada pikiran untuk menambah pengetahuan, mengajukan pendapat, dan mengupas persoalan.
b. menggerakkan hati, menggetarkan perasaan, mengharukan, untuk menggugah perasaan, untuk mempengaruhi, mengambil hati, dan membangkitkan simpati.
c. campuran dari kedua hal di atas, yaitu memberi tahu sehingga mempengaruhi.
Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, tujuan pembelajaran menulis karangan di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu menulis berbagai jenis tulisan serta mampu mengkomunikasikan tulisan itu kepada orang lain. Tujuan menulis secara umum adalah memberitahu atau memberi informasi yang disampaikan dalam bahasa tulis kepada orang lain atau masyarakat pembaca untuk dipahami.
4. Manfaat Menulis Karangan
mengembangkan kepuasan pribadi, kebangsaan, dan suatu perasaan bangga diri, suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang, suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa.
Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa pada prinsipnya manfaat menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung yang terjadi komunikasi searah antara penulis dan pembaca. Menulis itu penting dan besar manfaatnya bagi kehidupan seseorang.
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura Ridwan (1990: 1-2) menyatakan bahwa ada delapan manfaat menulis, yaitu dapat:
a. Mengenali kemampuan dan potensi jiwa dirinya. b. Mengembangkan berbagai gagasan.
c. Menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.
d. Terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat.
e. Meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif.
f. Lebih mudah memecahkan permasalahan dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkrit.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis karangan adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung antara penulis dan pembaca, serta dapat mengembangkan gagasan dan berpikir kreatif untuk mengumpulkan informasi.
5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Menulis
Karangan
Proses mengarang adalah proses menggunakan bahasa yang dituliskan. Oleh karena itu, bahasa dalam kegiatan menulis karangan harus jelas. Kejelasan bahasa dalam kegiatan menulis karangan amat penting untuk mudah dipahami oleh pembaca. Supaya seseorang dapat mengarang diperlukan kecakapan pemakaian bahasa. Sehubungan dengan ini, kecakapan pemakaian bahasa perlu dibiasakan kepada anak didik. Dengan demikian, siswa akan memperoleh kemampuan berbahasa tulis atau mengarang dengan tepat dan cermat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan menulis karangan adalah sebagai berikut.
a. Penentuan pikiran utama
Salah satu ciri utama tulisan yang baik adalah adanya kesatuan gagasan antar paragrafnya. Sebuah tulisan ( karangan ) akan menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, yaitu semua detail yang berupa contoh, alasan ataupun fakta yang digunakan harus tidak menyimpang dari pikiran utama.
akan menyimpang dari karangan tersebut, ditulis dalam bentuk paragraf dan tiap paragraf mempunyai pikiran utama. Pikiran utama yang paling baik diletakkan pada kalimat pertama dalam sebuah paragraf.
b. Pembentukan Paragraf
Agar sebuah karangan mudah ditangkap dan jelas, perlulah disusun suatu paragraf. Paragraf merupakan suatu pikiran atau perasaan yang tersusun teratur berupa kalimat-kalimat dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar ( Paragraf biasa tersusun dari beberapa buah kalimat yang saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan suatu maksud ).
Dengan demikian, untuk membuat suatu paragraf yang baik, kalimat-kalimat yang disusun hendaknya bertalian arti sehingga arti atau maksud tersebut menjadi jelas. Dalam hal ini anak didik dilatih menyusun paragraf secara teratur dalam bahasa tulis. Kalimat yang bertalian arti, yaitu dalam satu paragraf kalimat-kalimatnya bahu-membahu, bekerja sama untuk menerangkan suatu pokok pembicaraan.
c. Penulisan Kalimat
Kalau kita perhatikan, dalam setiap kalimat pada suatu karangan pada dasarnya kalimat itu disusun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur-unsur kalimat itu adalah kata-kata yang membentuk kalimat. Bagian-bagian kalimat sering disebut konstituen. Bagian-bagian kalimat tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Subjek
Subjek kalimat sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Subjek kalimat yang posisinya kurang tepat dalam kalimat, menyebabkan kekaburan makna kalimat tersebut. Fungsi subjek dalam kalimat biasanya dapat diketahui dengan jalan mengajukan pertanyaan apa, atau siapa yang dibicarakan dalam karangan.
2) Predikat
Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Predikat juga sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Ciri-ciri umum predikat terletak di belakang subjek serta berbentuk verbal atau kata kerja.
3) Objek
Kehadiran objek dalam kalimat tergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Objek pada umumnya berbentuk nominal atau kata benda, atau dibelakang kata tugas “ oleh “ dalam kalimat pasif.
Letak keterangan dalam sebuah kalimat biasanya bebas dan cakupan semantis keterangan lebih kuat, yaitu membentuk unsur kalimat atau seluruh kalimat. Keterangan tidak wajib hadir dalam sebuah kalimat. Bagian keterangan dalam kalimat bahasa Indonesia menyatakan banyak makna, namun yang sering ditemukan dalam pemakaian bahasa sehari-hari adalah keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan tujuan, keterangan instrumental.
5) Penggunaan tanda baca
Karangan selalu berupa bahasa yang tertulis. Dalam beberapa hal bahasa tertulis tidak sama dengan bahasa lisan. Banyak alat-alat bahasa seperti lagu, jeda, tinggi rendah suara, tekanan suara, sukar digambarkan dalam bahasa tulis. Untuk melengkapi kekurangan itu, maka dibuatlah tanda baca. Tanda baca membantu menjelaskan maksud atau makna. Dengan tanda baca penulis dapat menyampaikan maksudnya dengan lebih jelas, sehingga pembaca pun dapat menangkap maksud kalimat dengan lebih mudah. Oleh karena itu, makna tanda baca tidak boleh diabaikan dalam tulis menulis.
6. Jenis Karangan
telah terjadi. Karangan narasi didasarkan atas perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Ciri-ciri karangan narasi menurut Keraf (2000:136) yaitu:
a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan. b. Dirangkai dalam urutan waktu
c. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi? d. Ada konfliks.
Karangan deskripsi menurut Keraf (1981: 93) merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Karangan ini menggambarkan keadaan sebenarnya sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, mencium, dan merasakan apa yang dipahaminya itu sesuai dengan pikiran penulisnya. Karangan ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan kesan utama sebagai pengikat semua kesan yang dilukiskannya. Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : menggambarkan atau melukiskan sesuatu, penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera, membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
pengetahuan tambahan bagi pembaca. Karangan ini berusaha menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan bertautan dengan maksud untuk menjelaskan suatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab akibat, dan sebagainya. Langkah menyusun eksposisi antara lain : menentukan topik/ tema, menetapkan tujuan, mengumpulkan data dari berbagai sumbe, menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih, mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Gorys Keraf (1997: 3) berpendapat bahwa argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan pendapat tersebut. Sabarti Akhadiah (1997: 48) menyatakan bahwa argumentasi merupakan corak karangan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pikiran, pendapat atau sikap penbaca sehingga dia mempercayai dan menyetujui, dan akhirnya berperilaku seperti yang diharapkan oleh penulis. Karangan argumentasi merupakan karangan yang berisi tentang opini, untuk meyakinkan pembaca. Tujuan karangan argumentasi adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti. Ciri-ciri karangan argumentasi yaitu : menjelaskan pendapat agar pembaca yakin, memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar atau grafik, menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, atau penelitian, dan bagian penutup berisi kesimpulan.
oleh penulisnya. Dalam hal ini arti argumentasi adalah pemikiran logis, yaitu makin kuat landasannya, semakin baik pula wujud argumentasi yang diutarakannya.
B. Pembelajaran Menulis Karangan di SD
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran menulis merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. “Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai siswa yaitu bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca”. (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 296).
“Keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah”. (Syafi’e dalam St. Y. Slamet, 2008: 169).
Bentuk pembelajaran kemampuan menulis di SD dijabarkan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu SK 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk paragraf dan puisi dan KD 4.1 menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Standar kompetensi tersebut merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia khususnya pada kemampuan menulis. Standar kompetensi ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam kegiatan menulis guru harus dapat membuat siswa untuk mengungkapkan gagasan melalui media tulis dengan menggunakan tanda baca, struktur, ejaan yang benar, kalimat yang runtut sehingga dapat membuat paragraf yang baik.
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar dan atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar maka secara luas dapat berupa benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan guru dalam menyampaikan materi dapat dibantu dengan menghadirkan media, sebagai perantara kerumitan materi yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabaikan media pengajaran bukannya membantu proses belajar mengajar, tetapi menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Hamalik ( dalam Azhar Arsyad, 2009:15 ) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu. Fungsi media dalam proses pembelajaran antara lain:
b. Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan gambar, kejadian di masa lalu bisa ditampilkan lewat rekaman film, dan konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, dan lain-lain) bisa divisualisasikan dalam bentuk film
c. Media dapat mengatasi sikap pasif siswa karena menimbulkan semangat belajar, memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan
d. Media dapat mengatasi masalah perbedaan latar belakang pengalaman siswa karena memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama (Sadiman, 2009: 17-18)
3. Kriteria Pemilihan Media
Azhar Arsyad (2009: 75) mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa.
c. Media yang digunakan mudah diperoleh, murah, sederhana dan praktis penggunaannya.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. f. Sesuai dengan tarap berpikir siswa.
4. Media Gambar Seri sebagai Salah Satu Media Pembelajaran
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja (Sadiman, 1996: 29). Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan. Gambar yang berwarna-warni dapat membuat murid dalam belajar bahasa menjadi semangat. Gambar ini dapat menerjemahkan konsep abstrak menjadi lebih realistis dan berwujud, sehingga murid tidak hanya membayangkan saja. Dengan mengambil gambar-gambar dari surat kabar, majalah dan kalender tentu tidak membutuhkan biaya mahal. Disamping itu suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan ini dapat dilakukan disemua tingkatan Sekolah Dasar.
pengajaran gambar berseri suatu cerita akan menjadi kaya dengan isi dan pengembangan karakter peserta didik.
Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Tarigan (1997: 210) mengemukakan bahwa “Menulis dengan menggunakan media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa”. Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar berseri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu karangan dengan menuangkan isi pesan visual (gambar berseri) ke dalam bentuk tulisan atau karangan. Dengan demikian, media gambar berseri merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif karena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata dan gambar sehingga membentuk sebuah cerita yang padu.
Ciri-ciri gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dikemukakanSudirman et-al (1991: 219), yaitu:
a. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu
b. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.
c. Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek-obyek dalam gambar.
d. Berani dan dinamis
Sedangkan peranan gambar sebagai media pengajaran (Sudirman et-al 1991: 220) yaitu :
a. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar.
b. Menarik perhatian anak sehingga terdorong untuk lebih giat belajar c. Dapat membantu daya ingat siswa.
d. Dapat digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain.
Atas dasar uraian tersebut diatas, hendaknya guru mau mempertimbangkan penggunaan media gambar seri didalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran menulis karangan. Karena dengan adanya gambar dapat merangsang imajinasi seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut dapat mampu menulis karangan sesuai dengan tema, ide, pengalaman, dan kejadian yang pernah dialami.
5. Pembelajaran Menulis Karangan dengan Media Gambar Berseri
hasilnya dituangkan kembali dalam bentuk karangan yang disusun dengan kata-kata sendiri. Secara umum media pendidikan pendidikan mempunyai kegunaan untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, mengatasi sikap pasif anak didik. Menulis dapat dilakukan dengan bantuan gambar dan kerangka karangan.
Pembelajaran menulis karangan dengan media gambar sangat penting bagi anak, karena dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Pembelajaran menulis karangan dengan media gambar berseri merupakan alternatif pembelajaran yang sangat menarik dan sangat mendidik peserta didik dan akan menjadi kaya dengan isi pengembangan karakter peserta didik, Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pembelajaran, bagaimanapun akan membantu kelancaran, efektifitas, dan efisiensi pencapian tujuan. Dengan menggunakan media gambar berseri, dapat memudahkan peserta didik dalam belajar bahasa, memberikan kebermaknaan belajar, dengan media autentik dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan keragaman dalam belajar bahasa dan unsur-unsur bahasa.
D. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran bahasa banyak sekali komponen yang terlibat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran terutama menulis, banyak kendala yang dihadapi oleh guru. Di sisi lain guru harus mengantarkan anak menguasai kompetensi-kompetensi yang telah tercantum dalam kurikulum. Komponen itu meliputi materi yang dijabarkan dalam kurikulum, penggunaan, pemilihan metode atau media yang sesuai siswa sebagai subjek didik, serta kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran terutama tentang menulis karangan.
Rencana tindakan pada siklus pertama yaitu: mendiskusikan proses pembelajaran menulis dengan guru kelas, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus pertama yaitu tahap penemuan ide, tahap penulisan, tahap penyajian. Setelah tahap penyajian diadakan analisis dan refleksi kemudian mengambil kesimpulan sementara. Pelaksanaan pada siklus kedua sama dengan siklus kesatu, hanya pengambilan kesimpulan pada siklus kedua merupakan kesimpulan akhir atau hasil akhir.
E. Hipotesis Tindakan
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Pugeran
Yogyakarta, yang berjumlah 25 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan
13 siswa laki-laki.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011.
3. Tempat Penelitian
Tempat dilangsungkannya penelitian untuk memperoleh data adalah di SD
Kanisius Pugeran, Jln. Suryodiningratan No. 71 Yogyakarta.
4. Sasaran/Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Peningkatan Kemampuan Mengarang Siswa
Kelas III Menggunakan Media Gambar Berseri.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research). Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang
pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasihani Kasbolah,
Upaya perbaikan dilakukan dengan cara melakukan tindakan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi siswa. Pada PTK ini, masalah yang ingin diatasi
peneliti adalah kurangnya kemampuan siswa kelas III SD Kanisius Pugeran
Yogyakarta dalam menulis, kompetensi yang akan dicapai adalah menulis
karangan sederhana berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan
penggunaan ejaan. Adapun desain penelitiaannya adalah sebagai berikut :
1. Deskripsi model yang dipilih oleh peneliti yaitu model Kemmis dan
Mc.Taggart (Rochiati 2005:66).
Bagan . Model Langkah-langkah Penelitian Tindakan
Model langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dipilih peneliti
melalui empat tahap. Tahap pertama adalah tahap perencanaan, pada tahap ini
merencanakan dengan seksama tindakan yang akan dilakukan, berdasarkan
masalah yang akan dipecahkan, dan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada PTK
ini, peneliti beranggapan bahwa masalah kurangnya kemampuan mengarang
REFLEKSI TINDAKAN
OBSERVASI
SIKLUS II PERENCANAAN
REFLEKSI TINDAKAN
OBSERVASI
siswa kelas III SD Kanisius Pugeran Yogyakarta dapat diatasi dengan
menggunakan media gambar berseri. Tahap kedua adalah pelaksanaan tindakan,
yang didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik sehingga hasil yang
dicapai optimal. Tahap ketiga adalah observasi/mengamati proses pelaksanaan
tindakan dan akibat yang ditimbulkan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan
data mengenai proses perubahan yang terjadi setelah menggunakan media gambar
berseri pada pembelajaran mengarang. Tahap keempat adalah tahap refleksi atas
tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini peneliti menganalisis semua
informasi yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran mengarang. Hasil
refleksi digunakan sebagai dasar kegiatan pertemuan selanjutnya (Kasbolah,
2001: 40-42).
2. Kriteria keberhasilan
a. Pada siklus I diharapkan 70% dari 25 siswa dapat mengarang dengan
baik.
b. Pada siklus II diharapkan 80% dari 25 siswa dapat mengarang dengan
baik.
3. Banyaknya siklus yang direncanakan yaitu II siklus, setiap siklus
dilaksanakan dua kali tindakan atau pertemuan, dan setiap tindakan 2 x 35
menit atau 2 jam pelajaran ( 70 menit ), hal ini dimaksudkan apabila pada
siklus yang pertama belum tercapai target yang diinginkan maka masih
C. Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil dua siklus dengan
rencana sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Pugeran untuk
melakukan kegiatan penelitian.
b. Melakukan observasi pada siswa kelas IV-B untuk mengetahui
kemampuan siswa.
c. Identifikasi masalah.
d. Perumusan masalah.
e. Penyusunan rencana penelitian dalam siklus-siklus.
f. Penyusunan silabus, RPP, instrumen penelitian.
g. Menyiapkan kisi-kisi dan soal tes untuk instrument
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan 2 siklus dimana setiap
siklus terdiri dari 2 pertemuan dan masing-masing pertemuan terdiri dari 2 jam
pelajaran (2 jp). Adapun perencanaan setiap siklusnya adalah sebagai berikut :
a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Mengidentifikasi masalah dan menetapkan alternatif penggunaan
media gambar berseri
c) Menentukan materi pokok pembelajaran.
d) Mengembangkan skenario pembelajaran.
e) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.
f) Mengembangkan format penilaian.
2) Tindakan Siklus I (2 x pertemuan, 4 jam pelajaran)
Dalam tindakan siklus I, peneliti menerapkan tindakan bertolak dari
perencanaan yang telah dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama (2jp)
1) Mengorganisasi siswa di kelas.
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Pengenalan awal keterampilan menulis
4) Guru menunjukkan gambar dan memberi contoh kepada anak
cara menulis cerita dalam bentuk paragraf
5) Guru meminta siswa untuk menulis cerita tentang pengalaman
yang pernah dialami ( baik menyenangkan atau menyedihkan ).
Cerita yang ditulis bisa pengalaman waktu bepergian, suatu
kejadian yang pernah dilihat atau suatu kegiatan yang dilakukan
di rumah, yang penting cerita itu menarik dan orang yang
membacanya merasa senang
6) Siswa maju secara bergantian untuk membacakan cerita yang
telah mereka buat
7) Evaluasi dan memberikan penilaian
1) mengemukakan topik bahasan terhadap tema pembelajaran yang
akan diberikan
2) Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang
ingin dicapai.
3) Apersepsi, yaitu mengkaitkan pelajaran lalu dengan pengalaman
siswa. Kegiatan apersepsi ini dilakukan setelah siswa
mengetahui tema pembelajaran, atau siswa disuruh mengamati,
menyebutkan gambar berseri yang ditunjukkan oleh guru.
4) Menyampaikan materi pembelajaran.
5) Menginterpretasikan atau memprediksi gambar berseri yang
ditunjukkan oleh guru melalui tanya jawab kepada siswa.
6) Guru mengajak siswa untuk menyusun kerangka karangan
berdasarkan urutan gambar berseri.
7) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menumbuhkan keberanian mulai menulis tanpa memperhatikan
ketepatan pilihan kata, tanda baca,dsb.
8) Evaluasi
3) Observasi
Dalam kegiatan observasi, peneliti mencatat temuan-temuan yang ada
selama proses belajar mengajar tesebut. Hasil analisis diperoleh dari siswa. Dalam
hal ini data yang dianalisis mencakup :
a) Kesesuaian judul dengan gambar.
c) Ketepatan kosakata, tata bahasa, dan tanda baca
d) Respon siswa terhadap penggunaan media gambar berseri.
4) Refleksi
Pada tahap akhir siklus I yaitu melakukan refleksi. Dalam refleksi ini
peneliti akan memperbaiki dari pengalaman siklus I. Adapun kegiatan refleksi
pada siklus I, yaitu :
a) Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama proses
belajar mengajar.
b) Melaksanakan pertemuan untuk mendiskusikan dengan teman
sejawat tentang temuan-temuan yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar.
c) Melakukan revisi untuk perbaikan siklus berikutnya (siklus ke-2).
b. Siklus 2
1) Perencanaan
Perencanaan pada siklus ke-2 ini meliputi kegiatan identifikasi masalah
dan mencari alternatif pemecahannya berdasarkan hasil evaluasi pada siklus
pertama.
2) Tindakan Siklus (2 x pertemuan, 4 jam pelajaran)
Dalam tindakan siklus 2, peneliti menerapkan tindakan bertolak dari
perencanaan yang telah dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pertemuan pertama (2jp)
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Menyampaikan materi pembelajaran.
4) Guru memberi penjelasan bahwa ejaan, penulisan tanda titik,
tanda koma, penulisan kosakata, dan struktur kalimat harus
selalu diperhatikan dalam pembelajaran menulis.
5) Pada siklus kedua ini, guru menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan tipe struktural yaitu : siswa dibagi secara
berpasangan dan bekerja sama bersama dengan pasangannya.
6) Guru memberikan contoh gambar berseri kepada
masing-masing pasangan
7) Guru memberi tugas kepada siswa untuk menyusun karangan
dengan menggunakan media gambar berseri yang telah
dibagikan menjadi karangan yang utuh dengan memperhatikan
pilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat. Siswa
mengerjakan tugas dengan pasangannya.
8) Setelah selesai menulis, setiap pasangan menukarkan hasil
pekerjaannya dengan pasangan lain.
9) Masing-masing pasangan kemudian saling mendiskusikan,
mecocokkan dan memperbaiki hasil pekerjaan mereka dengan
memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan kesesuaian antar
paragraf.
10) Setelah selesai mengoreksi pekerjaan pasangan lain,
11) Guru memberi penilaian
b) Pertemuan kedua ( 2jp )
1) Mengorganisasi siswa di kelas.
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Menyampaikan materi pembelajaran.
4) Guru kembali menggunakan model kooperatif tipe struktural
dalam pembelajaran dengan membagi siswa menjadi
berpasangan
5) Siswa bersama masing-masing pasangannya mendiskusikan
menulis cerita berdasarkan gambar seri yang telah dibagikan
oleh guru
6) Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan isi karangan
yang ditulis oleh masing-masing pasangan.
7) Setelah selesai menulis, masing-masing pasangan menukarkan
hasil pekerjaannya dengan pasangan yang lain.
8) Setiap pasangan kemudian saling mendiskusikan, mecocokkan
dan memperbaiki hasil pekerjaan mereka dengan
memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan kesesuaian antar
paragraf.
9) Untuk membuat siswa aktif menyimak, guru meminta siswa
untuk membacakan hasil karangannya di depan kelas secara
bergantian.
3) Observasi
Dalam kegiatan observasi, peneliti mencatat temuan-temuan yang ada
selama proses belajar mengajar tersebut. Hasil analisis diperoleh dari siswa.
Dalam hal ini data yang dianalisis mencakup :
a) Kesesuaian tema / topik dengan gambar berseri yang diberikan.
b) Keterpaduan paragraf satu dengan paragraf yang lain.
c) Ketepatan tata bahasa dan kerapian
4) Refleksi
Pada tahap akhir siklus 2 yaitu melakukan refleksi. Dalam refleksi ini
peneliti akan memperbaiki dari pengalaman siklus 2. Adapun kegiatan refleksi
pada siklus 2, yaitu :
a) Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama proses
belajar mengajar.
b) Melaksanakan pertemuan untuk mendiskusikan dengan teman
sejawat tentang temuan-temuan yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar.
D. Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Nilai rata-rata mengarang siswa merupakan indikator dari kemampuan
mengarang siswa. Apabila nilai rata-rata mengarang siswa baik, maka
kemampuan mengarang siswa dapat dikatakan baik. Begitu juga sebaliknya, jika
nilai rata-rata mengarang siswa kurang baik atau dibawah KKM ( 75 ), maka nilai
mengarang siswa juga kurang baik. Jenis data yang akan diolah dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif berupa kemampuan mengarang siswa yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang akan diubah menjadi nilai. Dalam penelitian ini, cara
pengumpulan data akan dilakukan dengan tes tertulis. Adapun instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar evaluasi mengarang.
2. Analisis Data
Kondisi awal kemampuan siswa dan kondisi akhir yang diharapkan
sebagai berikut :
No Peubah Indikator Kondisi
awal
No. Variabel Indikator Data Pengumpulan Instrumen
1. Kemampuan
Tes tertulis Lembar
Kemampuan menulis dinyatakan dalam nilai yang diperoleh melalui
langkah-langkah berikut ini:
a. Menghitung skor yang diperoleh masing-masing siswa dalam persen
total nilai yang di peroleh siswa
X 100% Skor maksimal
b. Menghitung nilai rata-rata
Diperoleh dengan membagikan jumlah nilai seluruh siswa dengan
jumlah siswa.
N =
N : Nilai Rata-rata
∑N : Nilai seluruh siswa
c. Aspek Penilaian
No Aspek yang dinilai Skor
1 Judul 0-5
2 Gagasan 0-20
3 Organisasi Karangan 0-20
4 Tata Bahasa 0-15
5 Diksi 0-25
6 Ejaan 0-10
7 Kebersihan dan kerapian 0-5
Total skor
Keseluruhan
1) Judul
Suatu karangan akan diminati pembaca jika judulnya sesuai dengan tema
yang akan dibahas. Judul yang baik seharusnya relevan dan singkat. Skor tertinggi
untuk judul adalah 5 jika sesuai dengan tema dan skor terendah 0 jika tidak sesuai
dengan tema. Skor 4-5 diberikan jika judul jika judul karangan yang ditulis siswa
relevan dan mencerminkan tema yang dibahas. Skor 2-3 diberikan jika judul
karangan siswa kurang relevan dan hanya menyinggung sedikit dari tema yang
dibahas. Skor 1 jika judul karangan siswa sama sekali tidak relevan dengan tema
yang dibahas.
2) Gagasan
Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti orang lain. Gagasan dapat berupa pengalaman,
pendapat, pengetahuan, atau hasil observasi. Gagasan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah gagasan yang berasal dari panca indera. Penulis
memindahkan kesan-kesannya, hasil pengamatan, dan perasaannya kepada
pembaca. Suatu karangan akan menarik jika disertai gagasan yang dapat dibaca
dan dimengerti oleh pembaca. Skor tertinggi untuk gagasan adalah 20 dan skor
terendah adalah 0. Nilai 18-20 diberikan jika hasil karangan sangat baik dan
sempurna, kriterianya gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan
baik, urutan logis, kohesif. Nilai 14-17 diberikan jika hasil karangan siswa dengan
criteria sedang, terbatas, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan
pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap. Nilai 10-13 diberikan jika
terpotong-potong, urutan pengembangan tidak logis. Nilai 0-9 diberiakan jika hasil karangan
siswa dengan criteria tidak komutatif, tak terorganisir, tak layak nilai.
3) Organisasi Karangan
Organisasi karangan bertujuan agar gagasan yang disampaikan dapat
diterima secara sistematis dan komunikatif. Penataan gagasan perlu
memperhatikan kejelasan, keringkasan, ketepatan, dan kesatupaduan. Skor
tertinggi 20 dan skor terendah 0. Skor 17-20 jika hasil karangan siswa sesuai
dengan kriteria informasi jelas dan relevan dengan permasalahan. Skor 12-16 jika
hasil karangan siswa dengan kriteria informasi cukup jelas dan relevan dengan
masalah tetapi tidak lengkap. Skor 7-11 diberikan jika hasil karangan siswa
dengan kriteria informasi terbatas dan permasalahan tak cukup. Skor 1-6
diberikan jika hasil karangan siswa dengan kriteria tak berisi, tak ada
pengembangan, dan tak ada masalah.
4) Tata Bahasa
Tata bahasa yang dimaksud adalah struktur kata dan kalimat. Kalimat yang
efektif adalah kalimat yang memiliki kesatuan bentuk dan kesatuan arti
(Widyamartaya. 1990 : 80 ). Gagasan dapat dimengerti jika penggunaan kata dan
susunan kalimatnya mudah dipahami oleh pembaca. Skor tertinggi untuk tata
bahasa adalah 15 dan skor terendah 0. Nilai 12-15 diberikan jika hasil karangan
siswa dengan kriteria hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk
kebahasaan. Nilai 8-11 diberikan jika hasil karangan siswa dengan kriteria terjadi
sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. Nilai 4-7 diberikan jika hasil
makna terasa membingungkan dan kabur. Nilai 1-3 diberikan jika hasil karangan
siswa dengan kriteria tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan,
tidak komunikatif, dan tak layak nilai.
5) Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan
memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat (Mustakim, 1994:
41). Pemilihan kata yang tepat dalam menyusun karangan adalah pemilihan kata
yang memperhatikan situasi pembacanya dan sasaran yang hendak dituju. Skor
tertinggi untuk diksi adalah 25 dan skor terendah 0. Nilai 21-25 diberikan jika
hasil karangan siswa sesuai dengan kriteria pemanfaatan potensi kata canggih,
pilihan kata dan ungkapan tepat, dan menguasai pembentukan kata. Nilai 15-20
diberikan jika hasil karangan siswa sesuai kriteria dengan pemanfaatan potensi
kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tapi
tidak mengganggu. Nilai 8-14 diberikan jika hasil karangan siswa sesuai dengan
kriteria potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata, dan
dapat merusak makna. Nilai 1-7 diberikan jika hasil karangan siswa sesuai dengan
kriteria pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosakata
rendah, dan tak layak nilai.
6) Ejaan
Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf dan kata menjadi
satuan yang lebih besar beserta penggunaan tanda bacanya (Mustakim,1994: 128).
Skor tertinggi untuk ejaan adalah 10 dan skor terendah adalah 0. Nilai 8-10
penulisan, hanya terdapat sedikit kesalahan ejaan. Nilai 6-7 diberikan jika hasil
karangan siswa sesuai dengan kriteria kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan,
tetapi tidak mengaburkan makna. Nilai 3-5 diberikan jika hasil karangan siswa
sesuai dengan kriteria sering terjadi kesalahan ejaan dan makna membingungkan.
Nilai 1-2 diberikan jika hasil karangan siswa sesuai dengan kriteria tidak
menguasai aturan penulisan, terdapat kesalahan ejaan, tulisan tak terbaca, dan tak
layak nilai.
7) Kebersihan dan kerapian
Karangan yang bersih dan rapi akan menarik pembaca untuk mengetahui
ide yang ditulisnya. Rapi maksudnya karangan tersebut rapi dalam penulisan dan
pemilihan kata. Bersih maksudnya jika karangan tidak banyak dengan coretan.
Skor tertinggi untuk kebersihan dan kerapian karangan yaitu 5. Jika karangan
kurang bersih atau kurang rapi mendapat skor 1-4.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dari penelitian ini merupakan bab yang berisi tentang hasil
penelitian dan pembahasannya. Pada bab ini akan diuraikan menjadi sub bab hasil
penelitian yang berisi deskripsi penelitian dan deskripsi hasil penelitian, kemudian
diakhiri dengan sub bab pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Sub bab hasil penelitian ini akan menjelaskan deskripsi hasil tindakan
penelitian siklus 1 dan siklus 2. Pembelajaran menulis cerita berdasarkan gambar
seri merupakan suatu proses yang mencakup (1) perencanaan pembelajaran, (2)
pelaksanaan tindakan pembelajaran, (3) observasi, (4) analisis dan refleksi.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dua siklus, masing-masing dua jam pertemuan.
Berikut ini akan dikemukakan pelaksanaan tindakan yang terbagi dalam dua
siklus
1. Sikus 1
Siklus I terdiri atas tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan
tindakan, observasi dan pengumpulan data, dan refleksi
a. Perencanaan tindakan siklus 1
Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Oktober 2011 mulai
daripukul 07.00 – 08.20 WIB. Pembelajaran tindakan siklus I berlangsung selama
70 menit. Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan siklus I adalah
dikembangkan oleh peneliti, dikonsultasikan dengan dosen pembimbing berupa
rencana pelaksanaan pembelajaran. Standar kompetensi yang diinginkan yaitu
kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk
paragraf dan puisi. Kompetensi dasarnya yaitu menyusun paragraf berdasarkan
bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Sedangkan
indikatornya adalah menulis karangan berdasarkan gambar seri. Adapun tujuan
pembelajarannya yaitu agar siswa mampu (1) mengurutkan gambar seri, (2)
menuliskan cerita berdasarkan gambar seri sesuai dengan ejaan, huruf kapital dan
tanda titik yang benar.
Kegiatan siklus 1 perlu mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, media yang dapat memperlancar kegiatan
pembelajaran ini adalah gambar seri. Proses pembelajaran menulis karangan
berdasarkan gambar seri dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
b. Pelaksanaan tindakan siklus 1
Pada kegiatan awal, aktivitas yang dilakukan guru adalah mengelola
kelas, mempersiapkan fasilitas yang terkait dengan pembelajaran, memberi
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan
menginformasikan materi yang akan dipelajari. Sementara pada kegiatan inti
melewati lima (5) tahapan yang berhubungan dengan langkah-langkah dalam
menulis karangan berdasarkan gambar seri. Selanjutnya kegiatan akhir guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dan kemudian
jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 70 %, berarti diperlukan
pertemuan kedua. Berikut ini adalah rekap nilai dan nilai rata-rata hasil dari
mengarang siswa siklus 1 pertemua pertama.
Tabel 1. Daftar nilai siklus 1 pertemuan pertama
No Nama Siswa Nilai Di bawah KKM Di atas KKM
- Siklus 1 pertemuan kedua
a) Mengemukakan topik bahasan terhadap tema pembelajaran yang akan
b) Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang ingin
dicapai.
c) Apersepsi, yaitu mengkaitkan pelajaran lalu dengan pengalaman
siswa. Kegiatan apersepsi ini dilakukan setelah siswa mengetahui
tema pembelajaran, atau siswa disuruh mengamati, menyebutkan
gambar berseri yang ditunjukkan oleh guru.
d) Menyampaikan materi pembelajaran.
e) Menginterpretasikan atau memprediksi gambar berseri yang
ditunjukkan oleh guru melalui tanya jawab kepada siswa.
f) Guru mengajak siswa untuk menyusun kerangka karangan
berdasarkan urutan gambar berseri.
g) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuhkan
keberanian mulai menulis tanpa memperhatikan ketepatan pilihan
kata, tanda baca,dsb.
h) Evaluasi
Dari hasil mengarang siswa kelas III SD Kanisius Pugeran diperoleh
pencapaian skor tiap aspek menulis karangan. Untuk aspek “judul”, siswa kelas
III mendapat skor rata-rata 97,6% dibandingkan skor maksimalnya, aspek
“gagasan” sebesar 78,8%, aspek “organisasi karangan” sebesar 71,6%, aspek
“tata bahasa” sebesar 76,53%, aspek “diksi” sebesar 58,72%, aspek “ejaan”
sebesar 73,6% dan aspek kebersihan dan kerapihan sebesar 81,6%. Untuk lebih
jelasnya, perbandingan pencapaian skor siswa setiap aspek dapat dilihat pada
Tabel 2. Daftar nilai siklus 1 pertemuan kedua
c. Observasi dan pengumpulan data siklus 1
Observasi dilaksanakan peneliti dengan bantuan wali kelas III SD
Kanisius Pugeran sebagai mitra peneliti pada saat pembelajaran berlangsung. Dari
1) Dalam diskusi kelompok ada anggota kelompok yang merasa tidak
senang dengan anggota sekelompoknya dan melapor pada guru
2) Media gambar masih cukup menarik bagi siswa.
3) Imajinasi siswa bermacam-macam. Beberapa siswa dengan
tiba-tiba membuat alur cerita dari gambar berseri terbalik.
4) Walaupun siswa tidak dibagi dalam kelompok tetapi beberapa
siswa masih terlihat berdiskusi dengan teman.
5) Siswa mengalami kesulitan dalam merangkai gambar-gambar,
tetapi masih terdapat kalimat yang tidak menceritakan gambar.
d. Refleksi siklus 1
Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti melakukan
refleksi untuk lebih menghayati kekurangan dan kelebihan pada siklus ini. Bahan
refleksi peneliti didapat dari observasi dan dari hasil tes mengarang. Observasi
dilakukan ketika pembelajaran berlangsung, sedangkan tes mengarang dilakukan
di akhir pembelajaran pertemuan II. Hal-hal yang ditemukan selama proses
pembelajaran berlangsung, antara lain :
1) Pada pelaksanaan siklus I hasil yang diperoleh dari tes mengarang
terdapat peningkatan.
2) Nilai rata-rata kemampuan mengarang siswa belum mencapai
KKM 75 meskipun ada peningkatan dari kondisi awal.
3) Ada beberapa anak kebingungan dan terlihat malas untuk membuat
kerangka karangan atau menulis karangan, siswa lebih suka
Ada sedikit perubahan antara pertemuan pertama dengan pertemuan
kedua, misalnya tidak lagi dilakukan organisasi siswa, dan apersepsi, karena pada
pertemuan pertama sudah diberikan sebagian bahannya. Pencapaiannya
sebagaimana dikemukakan di atas, pencapaian ini belum sesuai terget. Oleh
karena itu dilakukan lagi perlakuan kedua, memasuki siklus II.
2. Siklus 2
Siklus 2 juga terdiri atas tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan
tindakan, observasi dan pengumpulan data, dan refleksi
a. Perencanaan tindakan siklus 2
Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 8 November
2011 mulai daripukul 07.00 – 08.20 WIB. Pembelajaran tindakan siklus II
berlangsung selama 70 menit. Perencanaan pada siklus ke-2 ini meliputi kegiatan
identifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahannya berdasarkan hasil
evaluasi pada siklus pertama. Persiapan siklus 2 tidak berbeda jauh dengan
persiapan siklus 1. Persiapan media dan instumen pembelajaran juga masih sama,
hanya pada kegiatan pelaksanaan siklus 2 berbeda dengan siklus sebelumnya.
b. Pelaksanaan tindakan siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 ini juga terbagi dalam dua pertemuan. Berikut ini
perincian pelaksanaan siklus 2 pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
- Siklus 2 pertemuan pertama
a) Mengorganisasi siswa di kelas
c) Menyampaikan materi pembelajaran
d) Guru memberi penjelasan bahwa ejaan, penulisan tanda titik, tanda
koma, penulisan kosakata, dan struktur kalimat harus selalu
diperhatikan dalam pembelajaran menulis
e) Pada siklus kedua ini, guru menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan tipe struktural yaitu : siswa dibagi secara
berpasangan dan bekerja sama bersama dengan pasangannya.
f) Guru memberikan contoh gambar berseri kepada masing-masing
pasangan
g) Guru memberi tugas kepada siswa untuk menyusun karangan
dengan menggunakan media gambar berseri yang telah dibagikan
menjadi karangan yang utuh dengan memperhatikan pilihan kata
dan penggunaan ejaan yang tepat. Siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
h) Setelah selesai menulis, setiap pasangan menukarkan hasil
pekerjaannya dengan pasangan lain
i) Masing-masing pasangan kemudian saling mendiskusikan,
men-cocokkan dan memperbaiki hasil pekerjaan mereka dengan
memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan kesesuaian antar
paragraf.
j) Setelah selesai mengoreksi pekerjaan pasangan lain, dikembalikan
ke pasangan semula
KKM. Ini berarti telah terjadi perkembangan 20%, dari 44 % yang mencapai
KKM, menjadi 64%. Namun masih tetap belum mencapai target 80 %, sehingga
masih perlu dilanjutkan lagi dengan pertemuan kedua.
Berikut ini adalah rekap nilai dan nilai rata-rata hasil dari mengarang
siswa siklus 2 pertemuan pertama.
Tabel 3. Daftar nilai siklus 2 pertemuan pertama
- Siklus 2 pertemuan kedua
Selanjutnya perlakuan pada pertemuan pertama dilanjutkan dengan
pertemuan kedua, dengan sedikit perubahan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Mengorganisasi siswa di kelas.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
c) Menyampaikan materi pembelajaran.
d) Guru kembali menggunakan model kooperatif tipe struktural dalam
pembelajaran dengan membagi siswa menjadi berpasangan
e) Siswa bersama masing-masing pasangannya menulis cerita
berdasarkan gambar seri yang telah dibagikan oleh guru.
f) Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan isi karangan yang
ditulis oleh masing-masing pasangan.
g) Setelah selesai menulis, masing-masing pasangan menukarkan
hasil pekerjaannya dengan pasangan yang lain.
h) Setelah selesai menulis, masing-masing pasangan menukarkan
hasil pekerjaannya dengan pasangan yang lain.
i) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing pasangan
untuk menunjukkan karangan kepada teman sekelas ataupun
kepada guru. Untuk membuat siswa aktif menyimak, guru meminta
siswa untuk membacakan hasil karangannya di depan kelas secara
Dari pencapaian skor tersebut maka didapat nilai rata-rata kelas
pada pertemua kedua ini sebesar 67,96. Berikut ini adalah rekap nilai dan nilai
rata-rata hasil dari mengarang siswa siklus 2 pertemua kedua.
Tabel 4. Daftar nilai siklus 2 pertemuan kedua
Setelah pertemuan kedua dievaluasi, hasilnya sebagaimana
atau 92 % yang berhasil mencapat KKM 75. Ini berarti sudah sesuai dengan
target, bahkan melebihi target. Oleh karena itu tidak perlu lagi dilakukan tindakan
ulang.
c. Observasi dan pengumpulan data siklus 2
Observasi dilaksanakan peneliti dengan bantuan wali kelas III SD
Kanisius Pugeran pada saat pembelajaran berlangsung. Dari hasil oebservasi
didapat penemuan sebagai berikut.
1) Siswa sangat parsitifatif dengan karangan yang dibuatnya
2) Siswa terlihat bersemangat ketika mengurutkan gambar berseri.
3) Siswa bersemangat saat melakukan kegiatan pengamatan di sekitar
sekolah.
4) Ada pasangan kurang mampu bekerjasama, hal ini ditunjukkan
hanya salah satu pasangannya saja yang mengerjakan karangan.
Data kuantitatif dapat diperoleh dan dilakukan penghitungan hasil
mengarang siswa. Setelah dilakukan penilaian didapati bahwa nilai
rata-rata mengarang siswa kelas III SD Kanisius Pugeran telah
mencapai KKM yaitu 75.
d. Refleksi siklus 2
Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti melakukan
refleksi untuk lebih menghayati kekurangan dan kelebihan pada siklus ini. Bahan
refleksi peneliti didapat dari observasi dan dari hasil tes mengarang. Observasi
di akhir pembelajaran pertemuan II. Hal-hal yang ditemukan selama proses
pembelajaran berlangsung, antara lain :
1) Semua siswa terlibat aktif dalam pebelajaran baik ketika menyusun
gambar seri maupun menyelesaikan karangannya.
2) Pada pelaksanaan siklus II diperoleh hasil yang sudah mencapai
target KKM 75.
3) Siswa terlihat bersemangat ketika membacakan karangan hasil
pekerjaan pasangan lainnya. Hal itu menunjukan bahwa siswa
senang dengan memaknai hasil kerja temannya dan pekerjaannya