• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - BAB II DHIAH MURTISARI PGSD'14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - BAB II DHIAH MURTISARI PGSD'14"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Berbicara

a. Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, tanpa berbicara manusia tidak dapat berkomunikasi secara lisan dengan manusia yang lain. Berbicara merupakan kemampuan yang didapat dan dipelajari seiring dengan perkembangan manusia. Kemampuan berbicara yang baik, harus melalui pembiasaan yang dimulai dengan menyimak.

Menurut Linguis berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak; melalui kegiatan menyimak dan membaca. (Greene & Petty dalam Tarigan,2008:3)

(2)

mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Tarigan,2008:16)

Berdasarkan uraian di atas berbicara dapat disimpulkan sebagai suatu proses menyampaikan gagasan, ide, perasaan, dan harapan melalui kosakata-kosakata yang disampaikan secara lisan (mulut). Berbicara dapat digunakan untuk berkomunikasi selagi apa yang disampaikan oleh pembicara dapat diterima dengan baik oleh penerima. Hal ini tentunya membutuhkan kesamaan persepsi mengenai bahasa yang digunakan oleh pembicara dan penyimak. Setelah persamaan persepsi inilah maka kegiatan berbicara dapat dilakukan dengan lancar. Selain syarat persamaan persepsi di atas, ada beberapa prinsip lagi yang mendasari kegiatan berbicara. Menurut Brooks prinsip-prinsip tersebut antara lain :

a. Membutuhkan paling sedikit dua orang.

b. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.

c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum. d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan (pembicara dan

penyimak).

(3)

f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.

g. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara / bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus).

h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang di terima sebagai dalil. (Tarigan, 2008: 17-18).

Untuk dapat menilai dan mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya kita harus memperhatikan lima faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) di ucapkan dengan tepat?

2. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunya suara, serta tekanan suku kata, memuaskan?

3. Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakanya?

4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?

5. Sejauh manakah “kewajaran” atau “kelancaran” ataupun “kenative-speaker-an” yang tercermin bila seseorang

(4)

2. Muatan Lokal Bahasa Jawa Ragam Bahasa Mudha Krama a. Hakikat Bahasa

Bahasa dapat diibaratkan sebagai alat yang dapat menghubungkan pemikiran manusia. Alat ini kemudian dipakai dengan cara berbicara atau disampaikan secara lisan. dengan adanya alat dan cara pemakaiannya maka tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik yaitu ide yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima idea tau lawan bicara.

Bahasa adalah suatu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, Bahasa dibangun oleh sejumlah subsistem (subsistem fonologi, sintaksis, dan leksikon). Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, yang berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain; dan bunyi itu adalah bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia. Bahasa bersifat arbitrer, artinya antara lambang yang berupa bunyi itu tidak memiliki hubungan wajib dengan konsep yang dilambangkannya. (Chaer,2003:30)

Menurut lyons dapat dikatakan bahwa bahasa harus bersistem, berwujud simbol yang kita lihat dan kita dengar dalam lambang, serta bahasa digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi. (Aslinda,2010:1)

(5)

orang lain dan orang lain pun dapat memahami apa yang disampaikan. Bahasa tidak digunakan hanya untuk berbicara tetapi bisa disampaikan melalui tulisan yang biasanya disebut sebagai bahasa tulis.

b. Fungsi Bahasa

Lima penjelasan fungsi bahasa antara lain: fungsi ekspresi adalah bahasa alat untuk melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Dan fungsi entertaimen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin. (Chaer, 2003:33)

(6)

tingkatan bahasa yang ada pada masyarakat Jawa yang biasa disebut dengan unggah-ungguhing Basa.

c. Asal-usul bahasa

Menurut Brooks bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-bunyi tetap untuk menggantikan atau sebagai simbol bagi benda, hal, atau kejadian tetap di sekitar yang dekat dengan bunyi itu. Kemudian bunyi-bunyi itu dipakai bersama oleh orang-orang di tempat itu. (Chaer, 2003:32)

Berdasarkan teori di atas, dapat dikatakan bahwa Bahasa lahir sejalan dengan perkembangan manusia dan kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi. Usaha manusia untuk berkomunikasi inilah yang kemudian menjadi suatu sistem yang disebut bahasa. Pada suatu tempat tertentu akan terdapat bahasa tertentu, bergantung pada masyarakat dan alam sekitar. Hal ini menjadikan Bahasa di dunia ini menjadi beraneka ragam.

d. Muatan Lokal

(7)

dalam penelitian ini adalah potensi budaya yang di dalamnya terkandung unsure bahasa. Bahasa di kategorikan sebagai budaya karena dalam masyarakat Jawa Bahasa juga dapat menunjukkan budaya orang yang menggunakannya.

Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata pelajaran muatan lokal mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain. (www.puskur.net, 3 maret 2014:13.23)

(8)

2. Tujuan Muatan Lokal

Mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka:

1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya,

2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, 3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan

nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat.

4. Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta dapat membantu mencari pemecahannya. (www.puskur.net, 3 maret 2014:13.23)

3. Ruang lingkup Muatan Lokal

Ruang lingkup muatan lokal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah.

(9)

daerah. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:

a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah yang harus segera dimulai sedini mungkin agar tumbuh kesadaran untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang ada di Jawa Tengah.

b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah, misalnya kemampuan mendirikan dan memajukan potensi alam menjadi suatu objek wisata.

c. Meningkatkan penguasaan bahasa Asing untuk keperluan sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat). Untuk belajar menuju jenjang yang lebih tinggi masyarakat harus mempunyai bekal Bahasa Asing, dengan demikian mereka tidak akan menemui kesulitan jika harus berinteraksi dengan masyarakat asing.

d. Meningkatkan kemampuan berwirausaha. Berwira usaha dapat dimulai dari mengolah potensi yang ada di daerah Jawa Tengah.

2. Lingkup isi

(10)

daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, dan karakteristik daerah. (www.puskur.net, 3 maret 2014:13.23). Muatan lokal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah muatan lokal Bahasa Daerah yaitu Bahasa Jawa, yang merupakan Muatan Lokal wajib di Provinsi Jawa Tengah.

e. Pengertian Bahasa Jawa

Bahasa Jawa merupakan unsur utama dari budaya Jawa itu sendiri, Bahasa Jawa adalah bahasa yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan berinteraksi di lingkungan keluarga dan masyarakat di daerah Jawa Tengah. Bahasa Jawa digunakan dalam upacara tradisional, ekspresi seni dan budaya dan berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat. ( Perda Jawa Tengah No. 9 Th 2012 tentang bahasa, sastra, dan aksara Jawa)

(11)

f. Peran dan Fungsi Bahasa Jawa

Fungsi dan peran bahasa Jawa tidak hanya terbatas sebagai sarana komunikasi, namun dapat didayagunakan sebagai wahana untuk menggali kearifan budaya lokal yang unggul. Selain itu bahasa Jawa dapat menjadi sarana ekspresi seni dan budaya. Bahasa Jawa memiliki nilai-nilai yaitu nilai-nilai moral, etis, dan estetis yang dapat didayagunakan untuk pem-bangunan watak dan budi pekerti. Apabila bahasa dan sastra Jawa kurang dipahami dan ditinggalkan oleh penuturnya, akan berdampak secara sosial dan kultural, antara lain lunturnya etika, moral, sopan santun, dan budi pekerti. ( Perda Jawa Tengah NO.9 TH 2012 tentang bahasa, sastra, dan aksara Jawa)

Dengan uraian di atas, maka sangatlah penting bagi kita untuk melestarikan Bahasa Jawa. Selain sebagai Bahasa Daerah yang harus tetap dipertahankan, Bahasa Jawa juga ternyata memiliki peran penting terhadap perkembangan individu bangsa ini dengan banyak nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya.

g. Landasan hukum Muatan Lokal Bahasa Jawa

(12)

bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman, dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah otonom, sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah, maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mempunyai kewajiban untuk melakukan pelindungan, pembinaan, dan pengembangan bahasa, sastra, dan aksara Jawa.( Perda Jawa Tengah NO.9 TH 2012 tentang bahasa, sastra, dan aksara Jawa)

h. Bahasa Mudha Krama

Bahasa Mudha Krama adalah bahasa yang luwes. Orang yang diajak berbicara dihormati adapun orang yang mengajak bicara merendahkan diri. Biasanya menjadi bahasanya orang muda kepada orang tua. Bentuk Mudha Krama ini bahasanya karma semua dicampur dengan krama Inggil untuk orang yang diajak bicara.

Contohnya: Kata “Aku” diubah menjadi “kula” dalam bahasa krama Kata “Kowe” diubah menjadi “panjenengan”, kadang-kadang juga

disambung dengan kata peprenahannya atau yang biasa disebut kata panggilan. (Purwadi, 2005:33).

(13)

tersusun atas bahasa krama yang dicampur dengan bahasa krama inggil. Bahasa Mudha Krama juga tidak terlalu sulit untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari karena bahasanya tidak terlalu tinggi seperti yang digunakan dalam keratin oleh para bangsawan. Mudha Krama lebih luwes jika harus digunakan pada orang yang sebaya atau bahkan kepada orang yang lebih muda dengan maksud menghormati pada yang sebaya atau mengajarkan pada yang lebih muda.

3. Metode Struktur Keping bicara (Talking Chips)

Menurut (Warsono, 2012: 235) Metode ini mendorong timbulnya partisipasi serta keterampilan berwacana dalam berkelompok. Kegiatan ini juga menjamin agar setiap kelompok berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Dalam kegiatan ini fasilitator mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada ruang yang cukup bagi adanya kelompok-kelompok peserta didik berisi sejumlah orang, bergantung variasi jumlah keping bicara yang disediakan oleh guru.

Cara kerjanya:

1. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok

2. Guru menyampaikan keping bicara berupa sesuatu bentuk yang dapat berupa keping kertas berbentuk bulat atau berbentuk persegi terbuat dari kardus atau karton manila berwarna-warni yang berisi topik peristiwa yang berbeda-beda.

(14)

4. Peserta didik dalam kelompok memilih keping bicara. Mereka menempatkan keping bicara tersebut dimeja mereka

5. Salah satu peserta didik bicara terkait tugas yang diminta dalam keping bicara, bergantian dengan kelompok yang lainnya sampai semua peserta didik mendapatkan giliran berbicara.

6. Pada akhir diskusi kelompok, setiap peserta didik harus sudah menggunakan seluruh keping bicara yang tersedia

7. Setelah selesai guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung.

Kelebihan dan kekurangan metode Struktur keping bicara (Talking Chips) Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan idenya, sehingga tidak ada peserta didik yang mendominasi dan peserta didik yang diam saja. Selain itu dalam pembelajaran Talking Chips dapat membantu guru untuk memonitoring tanggung jawab individu, sehingga berperan sebagai pembimbing dan pengarah dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

4. Karakter Sikap Menghormati a. Pengertian karakter

(15)

Scerenco (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri-ciri pribadi, ciri-ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

Menurut Simon Philip, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan, Doni koesoema A, memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentuk-bentuk yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir. (Mu’in, 2011:160)

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter dapat dibentuk sejak dini, salah satunya dengan menggunakan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran dan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidikan karakter nantinya akan dapat membimbing peserta didik menuju karakter yang baik.

(16)

dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pengelolaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. (Muslich, 2011:84)

Dengan demikian tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. (Muslich,2011:81)

(17)

c. Pengertian Sikap

Setelah manusia memiliki karakter atau ciri khas maka ia akan dapat bersikap dan menentukan sikap yang sesuai dengan karakter dan jati dirinya. Sikap yang diambil oleh seseorang pastilah sama dengan karakter orang tersebut, maka dapat diartikan bahwa sikap merupakan pencerminan dari karakter yang dimiliki seseorang. Harrel mendefinisikan “sikap” dengan mengutip American Heritage

Dictionary yang mengatakan bahwa sikap adalah cara berpikir atau merasakan dalam kaitannya dengan sejumlah persoalan. Ia mengatakan bahwa sikap itu mencerminkan hidup. (Mu’in, 2011:168)

Sikap dapat dilihat dari tingkah laku seseorang saat ia menjalani kehidupan sehari-hari dan ketika ia menemui suatu masalah dan menyelesaikannya dengan mengambil keputusan. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang terkadang merupakan pencerminan dari karakter orang tersebut. Untuk itu sikap sangat penting dalam kehidupan seseorang, terutama untuk diajarkan sejak dini kepada anak. Jika seorang anak memiliki sikap yang baik maka orang akan dapat melihat karakter anak tersebut sebagai anak yang berkarakter baik. d. Sikap Hormat

(18)

sehari-hari karena dengan saling menghormati maka kehidupan akan menjadi lebih tertib dan kondusif.

Esensi penghormatan (respect) adalah untuk menunjukkan bagaimana sikap kita secara serius dan khidmat pada orang lain dan diri sendiri. Rasa hormat biasanya ditunjukkan dengan sikap sopan dan juga membalas dengan kebaikhatian, baik berupa sikap maupun pemberian. Sedangkan, rasa hormat juga bisa berarti bersikap toleran, terbuka, dan menerima perbedaan sekaligus menghormati otonomi orang lain. (Mu’in, 2011:215)

(19)

5. Media Gambar a. Pengertian media

Kata media berasal dari bahasa latin yang berarti medius yang secara harfiah artinya tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely media bila dipahami secara garis besar adalah manusia,materi, atau kejadian yang membangun peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. (Arsyad, 2007:3)

Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Salah satu fungsi utama media adalah alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

b. Media visual

(20)

1. Media visual yang tidak diproyeksikan. 2. Media visual yang diproyeksikan.

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah Media visual yang tidak diproyeksikan merupakan media yang sederhana, tidak membutuhkan projector dan layar untuk memproyeksikan perangkat lunak. Termasuk dalam jenis ini antara lain adalah Gambar mati atau gambar diam (still picture).

Kelebihan gambar

a. Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata

b. Banyak tersedia dalam buku-buku

c. Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan

d. Relative tidak mahal

e. Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi.

Kelemahan gambar

a. Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar

(21)

harus digunakan satu seri gambar dari objek yang sama tetapi dari sisi yang berbeda

c. Tidak dapat menunjukkan gerak

d. Pebelajar tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterpretasi) gambar.

Manfaat gambar sebagai media visual:

a. Menimbulkan daya tarik bagi pebelajar. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pebelajar.

b. Mempermudah pengertian pebelajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pebelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud.

c. Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas.

d. Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja. (Arsyad, 2007: 9)

(22)

kemampuan berpikir peserta didik sekolah dasar masih konkrit dan belum mampu berfikir secara abstrak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Berbicara Bahasa Jawa Melalui Teknik Melanjutkan Cerita Peserta didik Kelas IV SD Negeri Karangjambe Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga” yang dilakukan oleh Catur Andriyanto. Dari penelitian

tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan berbicara bahasa jawa dapat ditingkatkan dengan teknik melanjutkan cerita dengan hasil yang diperoleh sebagai berikut:

Pratindakan sebanyak 21,8%,Siklus I sebanyak 37,5% sedangkan siklus II sebanyak 81,2% dari presentase ini dapat dilihat adanya peningkatan yang mencapai ketuntasan dan termasuk dalam criteria baik.

Selain penelitian diatas terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Ika Siti Paramita yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Krama Lugu Peserta didik Kelas II Melalui Picture And Picture” yang

menunjukkan hasil Peningkatan aktivitas peserta didik. Pada siklus I aktivitas peserta didik mendapat skor 17,45, rata-rata skor 2,5 yang

termasuk kategori baik, sedangkan pada siklus II mendapatkan skor 19,

rata-rata skor 2,7 yang termasuk dalam kategori baik. Persentase

(23)

kategori cukup mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 73%

kategori baik.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas peneliti ingin mengadakan penelitian untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Jawa dengan metode yang berbeda yaitu dengan menggunakan metode Struktur Keping Bicara (Talking Chips) dan media gambar.

C. Kerangka Berpikir

(24)

Secara rinci kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(25)

D. Hipotesis Tindakan

Dengan memepertimbangkan dan merujuk beberapa pendapat diatas, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:

a. Penggunaan model Struktur Keping Bicara (Talking Chips) dan media gambar dapat meningkatkan sikap menghormati peserta didik.

Gambar

Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Program

Dalam tahapan ini semua data yang telah tersedia kemudian diolah dan dianalisa. Dari pengolahan dan analisa dari tiap- tiap data kemudian diintergrasikan untuk didapatkan

Sedangkan indikator yang paling mempengaruhi semangat kerja adalah kegairahan kerja yang berarti bahwa karyawan menunjukkan kegairahan kerja dengan merasa kecewa apabila

Bahan kering susu tanpa lemak memiliki fungsi yang peting untuk memperbaiki struktur es krim dan dapat meningkatkan kandungan padatan pada es krim, meningkatkan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian