• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - Elib Repository"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Disusun Oleh:

NUZULIA HANA FATMALA, S. Kep A31600905

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Alloh SWT karena atas limpahan karunia dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir dengan judul : “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Gawat Darurat (Igd) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”

Karya Tulis Akhir ini disusun sebagai dasar untuk memenuhi syarat memperoleh gelar profesi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Gombong. Selama proses penulisan karya tulis akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa syukur menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Herniyatun, M. Kep. Sp. Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

2. Isma Yuniar, M. Kep. selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

3. Putra Agina S, S. Kep. Ns.,M. Kep. selaku Pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan dalam pembuatan karya tulis akhir ini.

4. Darono, S. Kep. Ns selaku Penguji klinik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ini.

5. Seluruh dosen dan staff karyawan Program Studi Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moril ataupun materil dalam penyusunan karya tulis ini.

(6)

vi

8. Pasien dan keluarga pasien yang telah bersedia bekerja sama sehingga karya ilmiah akhir ners ini terbentuk.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Akhir ini, oleh karena itu peneliti berterimakasih atas segala saran dan masukan yang diberikan demi perbaikan karya tulis ini.

(7)
(8)

viii

Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTAN, Agustus 2017

Nuzulia Hana Fatmala1), Putra Agina2), Darono3)

“ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO”

xv + 52 halaman + 1 tabel + 2 gambar + 4 lampiran

ABSTRAK

Latar belakang : Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru meliputi tindakan invasif dan non invasif. salah satu tindakan non invasif yaitu pemberian posisi semi fowler.

Tujuan umum : Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien tuberkulosis paru.

Metode: Karya tulis ilmiah ini merupakan analisis dari 5 asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan cara pengkajian perumusan masalah, analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Hasil analisis : Masalah keperawatan yang diambil penulis yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan pemberian posisi semi fowler dan setelah diobservasi selama 7 jam di instalasi gawat darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto didapatkan hasil frekuensi pernafasan sebelum dilakukan posisi semi fowler berkisar antara 28-34x /menit. kemudian, frekuensi pernafasan setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler yaitu menjadi 24-32x/menit.

Kesimpulan : Pemberian posisi semi fowler terbukti efektif untuk membantu mengurangi kesulitan bernafas dan mengurangi ketidaknyamanan pasien karena sesak nafas di bandingkan dengan posisi berbaring (lying flat).

Kata Kunci : ketidakefektifan bersihan jalan nafas, semi fowler, tuberculosis paru.

1) Mahasiswa Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Gombong

(9)

ix

Profession Ners Program

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong KTAN, August 2017

Nuzulia Hana Fatmala1), Putra Agina2), Darono3)

ANALYSIS ON NURSING CARE OF PATIENTS WITH INEFFECTIVENESS CLEAVAGE ROAD BREATH AT INSTALLATION EMERGENCIES (IGD)

PROVINCIAL HOSPITAL PROF. DR. MARGONO SOEKARJO xv + 52 pages + 1 table + 2 figures + 4 appendices

ABSTRACT

Background : Background: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium mycobacterium tuberculosis, which can invade a variety of organs, especially the lungs. Nursing actions to maintain and improve the development of the lungs include invasive and non invasive action. One of the act of noninvasive that give the spring fowler.

Objective : Describes the nursing care given to clients with ineffectiveness cleavage way breath on pulmonary tuberculosis patients.

Method:This scientific paper is an analysis of 5 nursing care in patients with ineffectiveness cleavage road breath nursing problems by means of problem formulation, data analysis, intervention, implementation and evaluation.

Results of analysis: Nursing problems taken by the author of ineffective clearance of the airway. After the action of nursing by giving semi fowler position and after observation for 7 hours at emergency department of RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto got the result of breathing frequency before done semi fowler position ranged between 28-34x / minute. Then, the frequency of breathing after the giving of semi-fowler position is to be 24-32x / minute.

Conclusion: The provision of semi-fowler position proved effective to help reduce breathing difficulties and reduce patient discomfort due to shortness of breath compared with lying flat position.

Keywords: ineffective airway clearance, semi fowler, pulmonary tuberculosis.

1) Student of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... v

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

ABSTRAK ... ix A. Konsep dasar masalah keperawatan ...7

B. Tuberculosis ...8

(11)

xi

D. Asuhan keperawatan berdasarkan teori ...16

BAB III LAPORAN MANAJEMEN KASUS KELOLAAN A. Profil ahan praktik 1. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit ... 24

2. Gambaran ruangan tempat praktek ... 24

3. Jumlah Kasus di Ruang IGD ... 25

4. Pelayanan dan penanganan penyakit di ruang IGD ... 25

B. Ringkasan proses asuhan keperawatan ...27

BAB IV HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik klien / pasien ... 43

B. Analisis masalah keperawatan ... 44

C. Analisis intervensi ... 45

D. Inovasi tindakan keperawatan ... 47

E. Keterbatasan karya tulis akhir ners ... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 51

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan...21 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Distribusi frekuensi hasil sebelum dan sesudah

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SOP posisi semi fowler Lampiran 2 Resume Keperawatan Lampiran 3 Jurnal

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan kompilkasi berbahaya hingga kematian. Tuberculosis paru (TB paru) diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam 2 abad terakhir (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. Walaupun strategi pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung (Directly Observed Treatment Short-course, DOTS) telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia. Selain itu, pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB atau HIV, TB yang resisten obat dan tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Setiap tahunnya diseluruh dunia didapatkan sekitar 4 (empat) juta penderita baru TB menular, ditambah dengan jumlah yang sama TB yang tidak menular dan sekitar 3 (tiga) juta meninggal setiap tahunnya. Dari seluruh kematian yang dapat dicegah, 25% diantaranya disebabkan oleh tuberculosis. Saat ini di Negara maju diperkirakan setiap tahun terdapat

(16)

2

setiap tahun muncul 165 penderita tuberculosis paru menular setiap 100.000 penduduk (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Masalah kesehatan paru masyarakat di Indonesia memerlukan perhatian, karena sampai dengan 2014 lalu, Indonesia menjadi negara kedua terbesar penderita tuberculosis(TB) setelah India. Lima negara terbesar di dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak, selain Indonesia dan India, yakni Cina, Nigeria dan Pakistan. Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah afrika. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% atau 550.000 pasien TB anak pertahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan oleh TB (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Berdasarkan data di WHO Global Report (2014), angka insiden TB di Indonesia tahun 2014 mencapai 183/100.000 penduduk, menurun sekitar 10 persen dari 206/100.000 penduduk jika dibanding tahun 1990. Sedangkan angka prevelensi (jumlah orang yang hidup dengan penyakit tertentu dalam jangka waktu tertentu) TB adalah 272/100.000 penduduk, menurun 33% dari baseline sebesar 442/100.000 penduduk, dan angka mortalitas (kematian) TB adalah 25/100.000 peduduk atau turun sebesar 49 persen dari 53/100.000 pada tahun 1990.

(17)

3

diperkirakan sebanyak 61.000 kematian tiap tahunnya (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan program pengendalian TB, yang terutama adalah indikator penemuan kasus, indikator pengobatan dan angka keberhasilan pengobatan TB. Pada kasus TB yang telah ditemukan , selanjutnya akan mendapatkan layanan pengobatan selama enam bulan. Terdapat dua indikator utama untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan, yaitu angka kesembuhan dan angka keberhasilan pengobatan TB (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Menurut Muttaqin (2008) penularan utama penyakit TB adalah oleh bakteri yang terdapat dalam droplet yang dikeluarkan penderita sewaktu batuk, bersin, bahkan berbicara. Tuberculosis paru di tandai dengan gejala: batuk berturut-turut sampai 2 minggu lebih, demam, flu, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, batuk darah atau dahak, sesak nafas dan nyeri dada.

(18)

4

ditemukan pada penyakit TB paru yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru (Setiati, dkk, 2014).

Proses pemenuhan oksigen dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, membebaskan saluran pernafasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Hidayat, 2012). Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru meliputi tindakan invasif dan non invasif. Tindakan invasif dengan pemberian OAT dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Tindakan non invasif meliputi pemberian oksigenasi, pemberian latihan nafas dalam dan batuk efektif, pemberian posisi semi fowler (Price & Wilson, 2006). Pasien tidak selalu memperhatikan tentang adanya posisi pengaturan posisi yang dapat menurunkan kerja frekuensi napasnya. Sehingga mereka tidak menyadari seberapa penting akan posisi yang tepat akan berpengaruh terhadap proses penyembuhan penyakit (Perry dan Potter, 2006).

Metode yang sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif adalah memberikan posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-45°. Posisi semi fowler pada pasien TB paru telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengurangi sesak nafas. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menurunkan konsumsi O2 dan

menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan kenyamanan (Majampoh, dkk, 2013).

Menurut Supadi, dkk (2008) mengatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan sesak nafas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan membrane alveolus akibat tertimbunnya cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O2 delivery menjadi optimal. Sedangkan menurut Safitri,

(19)

5

dinaikan dengan derajat kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen ke diafragma. Sesak nafas akan berkurang dan akhirnya perbaikan kondisi pasien lebih cepat

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Majampoh (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola nafas pada pasien TB paru di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Kemudian, berdasarkan jumlah pasien tuberculosis paru yang di dapatkan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof.dr.Margono Soekarjo pada bulan Agustus 2016 sampai April 2017 sejumlah 253 orang. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Akhir yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Intalasi Gawat

Darurat di RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan karya tulis akhir ini adalah untuk menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Pasien Tuberkulosis Paru. 2. Tujuan Khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b. Memaparkan hasil diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan pada pasien dengan dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada pasien dengan

(20)

6

f. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

C. Manfaat

1. Manfaat Keilmuan a. Manfaat untuk penulis

Melatih kemampuan penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah diajarkan oleh institusi serta dapat melatih pola pikir penulis dalam menganalisis asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien tuberkulosis paru.

b. Manfaat untuk institusi pendidikan

Sebagai referensi untuk mahasiswa dengan melakukan Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien tuberkulosis paru. 2. Manfaat aplikatif

a. Manfaat untuk pasien dan keluarga

Dapat menambah pengetahuan serta wawasan pasien dan keluarga tentang cara menangani pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

b. Manfaat untuk instansi kesehatan

Dapat menambah ilmu pengetahuan cara menangani dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

3. Manfaat metodologis

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Bulechek, G, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th edition. Singapura : MC Mocomedia

Burhan M, dkk. 2015. pengaruh pemberian posisi semi fowler pada respiratory rate pada pasien tuberculosis paru di RSUD pekalongan. diakses tanggal 22 April 2017

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

Hidayat, A. A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Innes, J.A., Reid, P.T., (2010). Tuberkulosis. Respiratory Disease. Dalam: Boon

N.A., Davidson’s Principle & Practice of Medicine. 20th ed. Churchill Livingstone Elsvier: 695-702.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pusat Data dan Informasi. Di unduh dari http://www.depkes.go.id pada tanggal 06 Agustus 2017 pukul 08.20 WIB

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pusat Data dan Informasi. Di unduh dari http://www.depkes.go.id pada tanggal 25 juli 2017 pukul 10.20 WIB

Laily Wahyu Dian. Karakteristik pasien tuberculosis paru di puskesmas tuminting manado Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik : Volume 3 Nomor 1 Februari 2015. diakses tanggal 02 Agustus 2017

Majampoh, dkk. 2013. Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Kestabilan Pola Nafas Pada Pasien TB Paru di Irina C5 RSUP Prof. Dr. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan. Volume 3 No 1. Diakses tanggal 28 Juli 2017.

Moorhead, S, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Singapura : MC Mocomedia.

(22)

Nurarif, dkk. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing

Price, A. S dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC

Price, S.A, dan Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakitnya. Edisi 6. Jakarta: EGC.

PDPI. (2012). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI.

Potter, A.P, dan Perry, A.G.. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.

Perry, dan Anne Griffin. 2005. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar. Jakarta : EGC.

Rizkiyani Indri. 2008. faktor- faktor yang mempengaruhi tuberculosis paru. diakses pada tanggal 03 agustus 2017

Safitri R, dkk. 2011. Kefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan Sesak Nafas pada Pasien Asma di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Moewardi Surakarta, Gaster Vol.8. Diakses pada tanggal 16 April 2017.

Setiati, et al. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi VI. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.

Sigalingging, Ganda. et al. 2012. Kebutuhan dasar manusia : buku panduan laboratorium. Jakarta : EGC.

Somantri, Irman.2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

Supadi, E.N dan Mamnuah.2008. Hubungan Analisa Posisi Tidur Semi Fowler dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Gagal Jantung di RSU Banyumas, Jawa Tengah. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Volume 4, No.2

Taufiq A., (2009). Tuberkulosis Paru. Dalam : Laporan Pendek Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. 1-4.

T. Heather. Herdman, et al. Nanda International Inc. Nursing Diagnosis : definition & Classification 2015-2017. Jakarta : EGC.

(23)

WHO. 2014. Global Tuberkulosis Report 2014. www.who.int/tb/data. diunduh tanggal 26 maret 2017 pukul 19.20 WIB.

Wijaya, A.S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika. Jakarta.

(24)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

POSISI SEMI FOWLER

A. Pengertian

Posisi semi fowler adalah posisi dengan meninggikan kepala dan tubuh 45-65° di atas tempat tidur. Posisi ini biasanya diterapkan pada pasien yang mengalami sesak nafas dan sulit bernafas (Ganda, 2012).

B. Tujuan

Tujuan pemberian posisi semi fowler menurut (Ganda, 2012). 1. Melonggarkan saluran pernafasan

2. Memberikan kenyamanan pada pasien

C. Alat dan Bahan 1. Tempat tidur 2. Bantal 2-5 buah

3. Sandaran punggung jika ada 4. Gulungan handuk

D. Prosedur kerja

1. Bawa alat ke dekat pasien 2. Cuci tangan

3. Anjurkan pasien menekuk lutut sebelum kepala dinaikan 4. Naikan kepala tempat tidur 45-65° jika tersedia functional bad

5. Letakkan bantal di punggung pasien jika functional bed tidak tersedia 6. Topang kepala pasien dengan bantal kecil dan lembut

(25)

8. Observasi tingkat kenyamanan pasien terhadap posisi dan ekspresi pasien

9. Cuci tangan

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Distribusi frekuensi hasil sebelum dan sesudah
Gambar 3. 1  Alur pelayanan unit gawat darurat ...............................................

Referensi

Dokumen terkait

ActionScript ini berarti menavigasikan halaman ”Struktur Organ Reproduksi Pria” dengan memanggil file organPria.swf, yang dimulai pada frame ke-0. Pada halaman ini

Bahasa asing yang dapat digunakan dalam pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

Sebagian besar instrumen pengukur adalah alat ukur tidak langsung, dimana konversi dari satu bentuk variabel fisika ke variabel lainnya dapat terjadi beberapa kali. Instrumen

Therefore, to correctly read data, execute either the address set instruction or cursor shift instruction (only with DDRAM), then just before reading the desired data, execute the

Fungsi dari rangkaian integrator adalah sebagai pengubah tegangan kotak menjadi tegangan segitiga, atau dapat juga digunakan sebagai rangkaian filter lulus

Diperoleh area optimal formula krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau dengan asam stearat dan minyak wijen sebagai fase minyak berdasarkan superimposed contour plot

Elektron melewati celah energi dan tidak dapat berada di dalam celah energi, pada gambar diatas elektron harus menyerap energi 1,1 eV (elektron valensi)....

menunjuk gambar segitiga siku-siku yang sudah di gambar di papan tulis] , untuk setiap segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kudrat sisi