BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). AKI lebih mencerminkan kesanggupan suatu Negara
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Di Indonesia angka kematian ibu
masih tinggi sehingga memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan
lebih bermutu. Dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan
sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan
dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia di bidang
kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang berada digaris terdepan
yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Dengan
peran yang cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk
senantiasa meningkatkan kompentesinya melalui pemahaman mengenai
asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil sampai nifas serta kesehatan bayi
(Ari sulistyawati,2009)
Menurut Yunita dalam Manuaba, 2014 :28 Bidan mempunyai peran
mencakup pemeriksaan yang berkesinambungan yaitu asuhan pada kehamilan,
persalinan, masa nifas, bayi baru lahir dan kontrasepsi.
Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB dengan
menggunakan pembangunan berkelanjutan SDGs (Sustainable Development
Goals) adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs, masa
berlaku 2015-2030. MDGs hanya memiliki delapan tujuh dan 18 target, SDGs
memiliki 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan. Target Sustainable
Development Goals (SDGs) salah satunya adalah pada tahun 2030
mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran
hidup dan pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka kematian
neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup. Program dalam
menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan proporsi kelahiran ditolong oleh
tenaga kesehatan yang trampil, ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih
dan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan ( Profil Kementerian Kesehatan
Indonesia, 2015).
Menurut Direktur Kesehatan Keluarga Kesehatan, mengungkapkan
penyebab tertinggi kematian ibu di tahun 2016, 32 % diakibatkan perdarahan.
mengakibatkan kematian ibu diantaranya faktor hormonal, kardiovaskuler dan
infeksi. Penyebab kematian pada bayi baru lahir utamanya adalah bayi yang
erusia 0-28 hari. Umumnya kematian bayi baru lahir terkait dengan proses
kehamilan dan persalinan. Angka kematian bayi tertinggi adalah karena berat
lahir rendah, penyebab lainnya adalah sesak napas dan infeksi (Widiardini dan
Permatasari, 2017).
Kejadian kematian ibu yang tinggi juga ditemukan di berbagai wilayah
yang ada di Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016.
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016
sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus
kematian ibu tahun 2015 yang sebanyak 619 kasus. Angka Kematian Ibu
Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 111,16 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi 109,65 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2016. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian
bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran bayi hidup dalam kurun waktu satu
tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan
antenatal, status gizi ibu hamil,tingkat keberhasilan program KIA dan KB,
tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Depkesprov, Jawa
Tengah,2016)
Kabupaten/kota dengan kasus kematian ibu di Kabupaten Banyumas
terdapat 22 kasus. Sebesar 63,12 % kematian maternal terjadi pada waktu
nifas, pada waktu hamil sebesar 22,92 %, dan pada waktu persalinan sebesar
13,95 %. Penyebab kematian diantaranya perdarahan 33,22%, hipertensi
27,08 %, infeksi 4,82 %, gangguan sistem peredaran darah 13,29%, gangguan
metabolisme 0,33 % dan lain-lain 13,29 %. Angka Kematian Bayi di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 99,9 per 1.000 kelahiran hidup, sama dengan
AKB tahun 2015 Kabupaten/Kota dengan AKB di Kabupaten Banyumas pada
tahun 2016 yaitu 8,28 per 1.000 kelahiran hidup (Depkesprov, Jawa Tengah,
2016).
Tingginya kematian ibu dan bayi mencerminkan risiko yang dihadapi
ibu selama kehamilan sampai dengan pasca persalinan yang dipengaruhi oleh
status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik
menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses
pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama pelayanan kesehatan
kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenai
kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu
hamil itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu
terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat
melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas (<2 tahun) (Dinkesprov Jawa Tengah,2015).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga
Berencana, dan sistem informasi keluarga menyebutkan bahwa program
keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di
Indonesia pada tahun 2016 sebesar 74,8%. Di Provinsi Jawa Tengah sendiri
peserta KB aktif adalah 78,64% (Depkesprov, Jawa Tengah, 2016).
Asuhan kebidanan berkelanjutan atau disebut juga dengan istilah
Continuity of Care (CoC) pada pasien dimulai dari masa hamil sampai KB.
Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah suatu proses dimana pasien dan
tenaga kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan
biaya perawatan medis yang efektif. Awalnya COC merupakan ciri dan tujuan
utama pengobatan keluarga yang lebih menitik beratkan kepada kualitas
pelayanan kepada pasien (keluarga). Asuhan ini dapat membantu bidan
(tenaga kesehatan), keluarga mendapatkan kepercayaan dan memungkinkan
untuk menjadi advokasi pasien. Kontinuitas perawatan berakar dari kemitraan
pasien dan bidan dalam jangka panjang dimana bidan mengerti riwayat pasien
dari pengalamannya dan dapat mengintegrasikan informasi baru dan dapat
mengambil tindakan yang efisien tanpa penyelidikan mendalam atau review
catatan. Kontinuitas perawatan dipimpin oleh bidan dan dalam pendekatannya
bidan bekerjasama dengan tim kesehatan lainya (Cummins, Denney-wilson, &
Homer, 2015).
Sebagai seorang bidan untuk perbaikan dan demi penurunan angka
kematian ibu dan bayi harus semaksimal mungkin dalam memberikan
pelayanan yaitu dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan asuhan kebidanan secara berkelanjutan yang berfokus pada asuhan
sayang ibu dan sayang bayi yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
Di Puskesmas II Kembaran pada tahun 2016 terdapat data sebanyak 743
ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan, jumlah K1 sebanyak 750
(100%) K4 659 (88,7%), ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas II
kesehatan nifas sebanyak 666 (94,3%), serta ibu nifas yang mendapatkan
vitamin A sebanyak 668 (94,6%) (Puskesmas II Kembaran, 2016).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Berkelanjutan pada Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir
(BBL) dan Neonatus, Nifas dan Menyusui, dan Keluarga Berencana pada Ny.
S umur 41 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas II Kembaran ”.
B. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan pada kasus ibu
hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan perencanaan keluarga
berencana (KB) pada Ny S umur 41 tahun sesuai menggunakan pendekatan
manajemen varney sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan kebidanan meliputi pengkajian data, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,
evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan kehamilan.
b. Melaksanakan asuhan kebidanan meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,
c. Melaksanakan asuhan kebidanan meliputi pengkajian data, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,
evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan bayi baru lahir.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan meliputi pengkajian data, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,
evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan masa nifas.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan meliputi pengkajian data, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,
evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan perencanaan Keluarga
Berencana (KB).
C. Pembatasan Kasus
1. Sasaran
Sasaran dari studi ini adalah Ny. S dari Trimester III awal, Bersalin, Bayi
Baru Lahir dan Neonatus, Nifas dan Menyusui dan Perencanaan Keluarga
Berencana.
2. Tempat
Asuhan kebidanan berkelanjutan ini dilaksanakan di desa Pliken, Wilayah
kerja Puskesmas II Kembaran. Kecamatan Kembaran, Kabupaten
3. Waktu
a. Waktu penyusunan proposal dilakukan dari bulan November 2017
sampai Desember 2017
b. Ujian Proposal dilakukan pada bulan Desember 2017
c. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah mulai bulan Januari 2018
d. Ujian Karya Tulis Ilmiah bulam Mei akhir 2018
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
a) Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana
peeliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran peneliti, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (Notoatmojo, 2012 : 139).
b) Observasi
Teknik pengumpulan data dengan adanya rangsangan indra
menggunakan mendengar, melihat, mencatat dan mengamati perilaku
manusia (Notoatmojo, 2012: 131).
c) Pemeriksaan
(a) Inspeksi
Yaitu pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan legeartist
meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, jantung,
paru-paru, dan sebagainya (Mochtar, 2011 :39).
(b) Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan berdiri di sebelah
kanan ibu hamil dengan melakukan perabaan pada perut untuk
menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin,
letak, presentasi, gerakan janin, kontraksi atau his (Mochtar,
2011:39).
(c) Perkusi
Tidak begitu banyak artinya kecuali jika ada suatu indikasi
(Mochtar,2011:39)
(d) Auskultasi
Adalah pemeriksaan menggunakan stetoskop monoaural
(stetoskop obstetric) untuk mendengarkan denyut jantung janin
2. Data Sekunder
a) Dokumentasi
Merupakan pengumpulan data dengan cara mengambil data yang
berasal dari dokumen asli. Dokumentasi tersebut dapat berupa gambar,
table atau daftar periksa (Hidayat,2011 h:88).
b) Studi Literatur
Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah penelitian
yang dipilih, maka peneliti perlu banyak membaca buku literature,
baik berupa buku teks (teori) maupun hasil penelitian orang lain,
majalah, jurnal, dan sebagainya. Dari studi literature atau sering juga
orang menyebut tinjauan teoritis akan mempermudah dlam
merumuskan kerangka konsep penelitian. (Notoatmojo,2012 h:22)
c) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan berdasarkan cara dan alat
pengumpulan data (Notoatmojo,2012 h:22).
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk
memberikan gambaran dan tujuan dari asuhan kebidanan untuk mudah dicapai
baik. Adapun sistematika penyusunan karya tuls ilmiah yang dapat digunakan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, tujuan penyusunan KTI yang
meliputi tujuan umum, tujuan khusus, pembatasan kasus,
metode pengumpulan data dan sistematika penulisaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Medis
Menguraikan tentang definisi, etiologi, faktor predisposisi,
fisiologi / patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan medis.
2. Tinjauan Asuhan Kebidanan
Memuat tentang manajemen Kebidanan dengan
menggunakan kerangka berfikir Varney‟s. Sesuai dengan
standar Asuhan Kebidanan berdasarkan Pemenkes
No.938/Menkes/SK/VIII.2007 :
1) Pengkajian
2) Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
5) Evaluasi
6) Pencatatan asuhan kebidanan
3. Aspek hukum
Berisi landasan hukumbaik undang-undang maupun
kepmenkes dan standar pelayanan kebidanan yang
mengatur tugas pokok dan kompetensi didan serta
wewenang bidan sesuai dengan kasus yang diambil.
BAB III TINJAUAN KASUS
Memuat dokumentasi asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan. Asuhan atau manajemen kebidanan disampaikan
dengan runtutan yanga sesuai dengan tinjauan teori yaitu mulai
dari pengkajian hingga evaluasi.
1. Subeyktif : mencatat hasil anamnesa
2. Obyektif : mencatat hasil pemeriksaan
3. Analisa : mencatat diagnose dan masalah kebidanan
4. Planning : penatalaksanaan, mencatat seluruh
perencanaan dan penatalaksaan yang telah dilakukan
seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, penyuluhan,
Perkembangan kasus dituliskan menggunakan catatan
perkembangan (SOAP)
BAB IV BAHASAN
Berisi bandingan antara teori dengan kenyataan pada kasus
yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah manajemen
kebidanan (pengkajian diagnose/ masalah termasuk diagnose
potensia, tindakan dan evaluasi).
1. Subyektif sampai analisa (bila ada), pembahasan
difokuskan pada kesenjangan disertai dengan dasar
rasionalnya alasan mengapa perbedaan terjadi. Bila tidak
ada kesenjangan, maka ungkapan data-data yang
mendukung penegakkan diagnose tersebut.
2. Khusus untuk planning, pembahasan berfokus pada
rasional/alasan setiap tindakan yang dilakukan. Jadi
pembahasannya berfokus pada tindakan bak itu senjang
atau tidak. Bila ada tindakan yang sudah diencanakan
namun ternyata tidak bisa dilaksanakan/ tidak sesuai
dengan teori maka dapat diuraikan disini tindakannya serta
3. Evaluasi : bahas pencapaian/ outcome akhirkasus disertai
dengan rasionalnya mengapa demikian. Untuk asuhan
persalinan. Evaluasi ditampilkan untuk setiap kala (kala
I,II,III,IV). Bila ditinjauan teori dicantumksn kriteria untuk
evaluasi maka dapat dibahas perbandingannya dengan
kasus.
BAB V PENUTUP
1. Simpulan merupakan sintesa dari hasil pembahasan yang
dapat menjawab permasalahan dan tujuan penyusunan KTI
2. Saran berupa masukan berdasarkan hasil pembahasan.