• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1505364869BAB VII Kelembagaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1505364869BAB VII Kelembagaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA

PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN

7.1. Petunjuk Umum

Aspek kelembagaan difokuskan pada fungsi koordinasi dan sinkronisasi

kegiatan antar sektor pembangunan prasarana, sesuai dengan kedudukan dan

tugas masing-masing unit organisasi/instansi. Dalam analisis ini batasan-batasan

yang digubakan adalah sebagai berikut:

1. Kelayakan merupakan hasil telaah tentang kapasitas suatu obyek yang

mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan

2. kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menjuk kepada

bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya yang terkait, berkepentingan dan

bertanggung jawab untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.

3. Investasi adalah satu masukan dalam proses pembangunan untuk mampu

melahirkan/menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kapsitas kelembagaan

seperti dalam pedoman dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan

sebagaimana dirumuskan dalam Kerangkan Nasional Pengembangan

Kapasitas (KNP2K) adalah (1) mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku (2) penataan secara proporsional tugas,

fungsi, sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka

peningkatan kapasitas daerah (3) bmobilisasi sumber-sumber dana pemerintah,

daerah dan lainnya (4) penggunaan sumber-sumber dana secara efektif dan

effisien. Ruang lingkup peningkatan kapasitas mencakup tiga tingkatan yaitu (1)

tingkatan sistem yang berupa perumusan kembali kerangka kebijakan

pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu (2) tingkatan

kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses pengambilan keputusan,

(2)

tingkatan individuil yaitu peningkatan ketrampilan, kualifikasi, pengetahuan, sikap

dan motivasi kerja.

7.2 Kondisi Kelembagaan

7.2.1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah

Kondisi kelembagaan yang ada mencakup Dinas/instansi yang terlibat

atau berkaitan dengan penyuunan RPIJM yang antara lain meliputi Bappeda,

Dinas PU, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tat Kota, Dinas

Pendapatan Daerah, Dinas Pasar, Bagian Keuangan, Bagian Pembangunan

Sekretariat Daerah, Perusahaan Daerah Air Minum serta lembaga non

pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah, dan Perda Nomor 03 tahun 2008 tentang

susunan organisasi dan tata kerja Dinas daerah Kabupaten Sarolangun, maka

setiap dinas/isntansi di kabupaten Sarolangun telah ditetapkan uraian tugas

pokok dan fungsinya melalui peraturan Bupati Sarolangun. . Berdasarkan uraian

tugas pokok dan fungsi masing-masing dinas/instansi pada dasarnya mencakup

(1) perumusan kebijakan teknis (2) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

pelayanan umum (3) pembinaan dan pelaksanaan tugas (4) pelaksanaan tugas

lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing

dinas/instansi.

Tugas pokok dan fungsi Bappeda kabupaten Sarolangun deidasarkan

pada Keputusan Bupati Sarolangun Nomor 31 Tahun 2008 yang meliputi (1)

perumusan kebijakan teknis perencanaan, pembangunan daerah (2)

pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah (3)

pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan

daerah (4) pelaksanaan ntugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya. Untuk melakanakan tugas dan fungsi tersebut struktur

organisasi Bappeda sekretariat, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang

fisik dan prasarana, bidang penelitian dan pengembangan dan bidang

(3)

Tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat

ditetapkan berdasarkan Peraturan Bupati Sarolangun Nomor 26 Tahun 2008

yang meliputi (10 merumuskan kebijakan teknis dibidang pekerjaan numum dan

perumahan rakyat 92) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat (3) bpembinaan dan

pelaksanaan tugas dibidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dan (4)

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dimaksud struktur

organisasi dinas Pekerjaan umum dan perumahan rakyat terdiri dari sekretariat,

bidang Bina Marga, bidang Pengairan, bidang Cipta Karya, bidang Perumahan

Rakyat dan kelompok jabatan fungsional, serta Unit Pelaksana Teknis (UPTD).

Dari struktur yang ada di kedua instansi ini, perencanaan teknis untuk

infrastruktur kabupaten pada Bappeda merupakan tugas dan fungsi dari bidang

fisik dan prasarana, Sedangkan semua bidang pada Dinas Pekerjaan umum dan

perumahan rakyat memiliki tugas dan fungsi untuk penygusunan program,

perencanaan teknis, pembinaan dan bimbingan teknis pada masing-masing

bidang. Kondisi ini menuntut adanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antara

instansi terkait sesuai dengan bidang-bidang yang relevan.,

Gambaran tentang kelembagaan di kabupaten Sarolangun sejak tahun

2001 mengalami perkembangan dan jumlah dinas/instansi pada tahun 2006

mencapai 48 organisasi.

Tabel 7.1 Jumlah bagian, Dinas. Badan, Kantor di Lingkungan Organisasi Kabupaten Sarolangun 2001 -2006

No Organisasi Daerah

2001 2002 2003 2004 2005 2006

1 Badan 2 3 3 3 4 4

(4)

Struktur oraganisasi Badan terdiri dari sekretariat

Jumlah aparatur pemerintah berdasarkan golongan kepegawaian mengalami

perkembangan, dengan jumlah aparatur pada tahun 2006 adalah 3.005 orang.

Jumlah terbesar terdapat pada golongan III yang mencapai 59,13%. Aparatur

golongan IV mencapai 12,18%. Dengan komposisi seperti di atas

memungkinkan pengembangan aparatur dengan pengetahuan dan ketrampilan

dapat dilakukan.

Tabel 7.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Saeolangun tahun 2003 – 2006

No Gololangan 2003 2004 2005 2006

1 I 22 63 65 7

2 II 317 848 725 905

3 III 1.787 1.972 1.885 1.777

4 IV 43 140 116 366

Jumlah 2.169 3.023 2.789 3.005

Sumber : Kabupaten Sarolangun dalam angka

Gambaran mengenai pejabat struktural di lingkungan pemerintah daerah

kabupaten Sarolangun menunjukan aparatur dengan golongan IV yang

menduduki jabatan mencapai 97,27%. Untuk golongan III yang menduduki

jabatan mencapai 5% dan aparatur golongan II yang menduduki jubatan adalah

2,43%. Dengan pola proporsi tersebut menunjukan promosi jabatan sangat

berkaitan dengan golongan kepegawaian.

Tabel 7.3 Jumlah Pejabat Struktural di lingkuan Pemerintahan Kabupaten Sarolangun

No Gololangan 2003 2004 2005 2006

1 I - - -

-2 II 17 22 17 22

3 III 86 92 60 89

4 IV 374 200 146 356

Jumlah 477 314 223 467

Sumber : Kabupaten Sarolangun dalam angka

Kondisi sumberdaya aparatur pemerintah pada dinas/instansi yang terkait

(5)

jabatan fungsional pada masing-masing dinas/instansi belum terisi/belum ada.

Masing terbatasnya jumlah staf yang dapat mendukung penyusunan dan

pelaksanaan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM secara optimal.

Tabel 7.4 Jumlah aparatur pemerintah pada dinas/instansi yang terkait RPIJM berdasarkan golongan kepegawaian

Tabel 7.5 Jumlah Aparatur pada Dinas/Instansi yang terkait RPIJM Berdasarkan Tingkat pendidikan

Kondisi kemampuan kelembagaan dinas/instansi yang terkait dengan

pembangunan infrastruktur kabupaten Sarolangun berkaitan dengan organisasi,

tenaga dan pelatihan . dan fasilitas kerja serta perlengkapan yang tersedia.

Struktur orgnisasi yang ada telah disusun berdasarkan PP 41 tahun 2005,

sehingga kemampuan kelembagaan yang ada sudah sesuaa dengan ketentuan

yang ada.. Tenaga dan pelatihannya. Jumlah tenaga yang dibutuhkan akan

berkaitan dengan poerkembangan volume kerja yang ada pada masing-masing

(6)

7.2.2. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Kelembagaan non pemmerintah yang terkait dengan pelaksanaan RPIJM antara

lain Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan lainnya.

Lembaga Swadaya Masyarakat di kabupaten Sarolangun mencapai 34 buah.

Bentuk LSM adalah non profit dan bidang pokok yang menjadi fokus perhatian

LSM dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 7.6 Fokus Perhatian LSM di kabupaten sarolangun

No Fokus Perhatian Jumlah %

1 Pengawasan 7 20,58

2 Lingkungan hidup 4 11,76

3 Pemberdayaan masyarakat 5 12,70 4 Pemberntasan korupsi 2 5,89

5 Ketenaga kerjaan 1 2,94

6 Semua bidang 4 11,76

7 Lainnya 11 32,35

Jumlah 34 100

Dari LSM yang ada Yng dapat diharapkan dapat berperan dalam

pembangunan infrastruktur kabupaten, antara lain LSM yang fokus perhatiannya

dalam bidang pengawasan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat dan

pemberantasan korupsi. Peran yang dapat dilakukan antara lain pendampingan,

pemberdayaan kelompok sasaran dan kontrol untuk mewujudkan god

governance.

Kelembagaan non pemerintah lain yang dapat diharapkan berperan

adalah organisasi kemasyarakatan yang diharapkan dapat melndukung

sosialisasi dan pemberdayaan kelompok sasaran yang akan memperoleh

manfaat dari pembangunan infrastruktut. Organisasi kemasyarakatan yang

terdapat di kabupaten Sarolangun mencapai 18 organisasi, yang terdiri dari

organisasi keagamaan, organisasi profesi, forum komunikasi, organisasi

independen dan organisasi kedaerahan. Organisasi kepemudaan jumlahnya 26

buah yang terdiri dari organisasi orderbauw partai politik, dan organisasi yang

(7)

7.3.. Masalah, Analisis dan Usulan Program

7..3.1. Masalah yang Dihadapi

Dalam merumuskan perencanaan pembangunan infrastruktur kabupaten,

dengan mengacu pada PP nomor 14 tahun 1987 antara lain disebutkan bahwa

sebagian urusan pemerintahan PU diserahkan kepada propinsi, kota dan

kabupaten. Konsekwensi dari kebijakan ini adalah tuntutan adanya kemampuan

lembaga terkait dalam RPIJM dalam perencanaan, pemograman, pelaksanaan,

pemantauan serta pengelolaaan hasil-hasil proyek. Masing-masing

dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan RPIJM telah memiliki tugas dan

fungsinya masing-masing. Permasalahan dalam koordinasi menjadi

permasalahan dalam implementasinya, yang antara lain belum optimalnya

pelaksanaan koordinasi antar dinas/instansi. Sistem perencanaan teknis

pembangunan infrastruktur kabupaten Sarolangun pada prinsipnya dirumuskan

oleh Bappeda dalam perencanaan teknis makronya, dinas/instansi Pekerjaan

umum dan perumahan rakyat yang merancang perencanaan teknis program,

pengendalinan, pembinaan teknis pelaksanaan pembangunan dan dinas/instansi

teknis yang melaksanakan operasionalnya. Dalam sistem perencanaan ini,

dukungan kelembagaan yang dibutuhkan Dinas Pekerjan umum dan perumahan

rakyat berkaitan dengan dukungan Bappeda kabupaten sebagai instansi yang

menyususn perencanaan teknis makro, dukungan instansi yang nantinya

bertugas secara teknis untuk mengoperasionalkan sarana yang telah dibangun.

Masih terbatasnya kualitas sumberdaya yang sesuai dengan latar belakang

bidang keilmuannya, sehingga kemampuan dalam memahami dan

melaksanakan tugas dan wewenangnya menjadi kurang efektif dan effisien.

Kekurang tepatan dalam penempatan sumberdaya manusia dalam bidang yang

sesuai, serta kuantitas yang belum mencukupi merupakan permasalahana yang

dihadapi dalam implementasi RPIJM. Keterbatasan prasarana kantor yang

(8)

setiap dinas/instansi dengan baik masih sangat dirasakan oleh masing-masing

dinas/instansi.

7.3.2 Analisis Masalah

Permasalahan koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pembangunan

dan pengoperasional infrastruktur kabupaten berkaitan dengan pengorganissian

dan stafing dinas/instansi terkait. Kejelasan pembagian tugas antar

dinas/instansi sampai pada tuposi seksi diharapkan akan mempermudah

koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, pembangunan dan pengoperasional

infratruktur.

Permasalahan profesionalisme berkaitan dengan kemampuan aparatur

pemerintah, dan hal ini berkaitan dengan pengetahuan, skill dan pengalaman.

Peningkatan profesionalisme, pertama-tama dapat dilakukan melalui

peningkatan pengetahuan yang dapat ditempuh melalui studi lanjut yang relevan,

pendidikan dan pelatihan teknis. Profesionalisme aparatur pemerintah antara lain

berkaitan dengan tugas dan fungsi aparatur pemerintah yang secara khusus

diberi tugas untyuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam tugas tertentu dalam

jabatan fungsional.

Dalam penyusunan RPIJM kabupaten sarolangun memiliki sejumlah kekuatan

antara lain telah ditetapkan tupok masing-masing dinas/instansi, sehingga

kejelasan peran dan pembagian kerja telah dimilikinya. Demikian halnya dengan

struktur organisasi masing-masing dinas/instansi telah memiliki struktur yang

jelas. Terdapatnya Sumberdaya manusia yang memiliki komitmen, motivasi dan

dedikasi dalam melaksanakan tugasnya. Kelemahan yang dihadapi dalam

penyusunan RPIJM antara lain koordinasi dan sinkronisasi perencanaan teknis

makro antara Bappeda, Dinas PU/Ciptakarya serta dengan dinas/instansi teknis

sangat dibutuhkan. Terdapat sejumlah Dinas/instansi yang terkait dalam RPIJM

ini antara lain Bappeda, Dinas PU, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, PDAM,

Dinas Tata Kota, Dispenda, Dinas Pasar, Bagian keuangan dan bagian

(9)

penyusunanan RPIJM pada masing-masing Dinas instansi kabupaten

Sarolangun dari segi kesesuaian dengan bidang ilmu serta kuantitas untuk

melaksanakan volume pekerjaan yang terus meningkat masih belum

sepenuhnya memadai.Kelompok jabatan fungsional yang diharapkan dapat

mendukung tugas-tugas dinas/instansi belum ada sumberdaya manusianya.

Demikian halnya keterbatasan sarana kantor yang belum memadai merupakan

kelemahan yang dihadapi. Peluang untuk menyususn dan melaksnanakan

RPIJM kabupaten Sarolangun sangat besar, berkaitan dengan RPIJM adalah

merupakan instrumen penting yang harus ada dalam penyedeiaan instruktur

kabupaten.

7.3.3. Usulan Program

Arah pengembangan kelembagaan dan aparatur pemerintah kabupaten

Sarolangun dalam Rencana pembangunan Jangka Panjang adalah terwujudnya

tata pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean goverment)

dengan aparat yang memiliki profesionalisme yang tinggi dan mampu

memberikan pelayanan yang prima serta menghilangkan kemungkinan

terjadinya KKN, yang dicapai dengan:

1. Mengembangkan kelembagaan dan aparatur daereah yang efektif dan

effisien

2. Meningkatkan kualitas aparatur dengan memperbaiki kesejahteraan dan

profesionalisme serta memperlakukan sistem karier berdasarkan prestasi

dengan prinsip pemberian penghargaan dan sangsi (reward and

punisment)

3. Meningkatkan fungsi pelayanan birokrasi dan akuntabilitasnya secara

transparan, bersih dan bebas dari penyalahgunaan wewenang

4. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua

(10)

Penjabaran lebih lanjut arah pengembangan kelembagaan dalam RPJP

diatas, dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah melalui

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan demokratis antara

lain meliputi :

1. melakukan perluasan rentang kendali dalam pelimpahan wewenang

pelayanan

masyarakat kepada pemerintahan kecamatan dan aparat desa

2. mendorong peningkatan kualitas dan kinerja sumberdaya manusia baik

pada

tingkat birokrasi maupun pelayanan

3. memberlakaukan peraturan perundang-undangan pokok kepegawaian

dan

akuntabilitas kinerja aparat

4. meningkatkan pengetahuan dan ketrampiulan aparat dalam

perlindungan

masyarakat dan HAM

4. mendorong peningkatan penguasaan sistem/tatanan pemerintahan

yang baik

kepada pimpinan/pejabat di masing-masing unit kerja

5.menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan wewenang

6. menumbuhkembangkan peningkatan pengelolaan pendapatan daerah

7. peningkatan pengelolalaan belanja daerah

Dengan mengacu pada RPJP dan RPJM kabupaten Sarolangun diatas,

usulan program dalam RPIJM mencakup”:

1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi

Optimalisasi fungsi organisasi dapat dikembangkan melalui (1) spesialisasi

pekerjaan, yang berkaitan dengan sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi

dibagi-bagi dalam pekerjaan yang terpisah (2) deparetementalisasi, berkaitan

(11)

berkaitan dengan sistem pertanggung jawaban yang harus dilakukan (4) rentang

kendali, berkaitan dengan jumlah personil yang dapat dikendalikan oleh

pimpinan (5) sentralisasi dan dessentralisasi, berkaitan dengan kewenangan

dalam pengambilan keputusan (6) serta formalisasi, yang mencakup peraturan

yang digunakan untuk mengarahkan personil dan pimpinan.

2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM

Kebutuhan peraturan daerah yang dibutuhkan untuk mendukung penyusunan

dan pelaksanaan RPIJM antara lain berkaitan dengan pemantapan tugas dan

fungsi masing-masing dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan dan

pelaksanaan RPIJM seiring dengan semakin bertambahnya atau berubahnya

peran setiap dinas/isntansi. Peraturan baru dibutuhkan dalam pembentukan

organisasi non struktural untuk mendukung pelakanaan RPIJM, dalam koordinasi

vertikan, horizontal, manajemen pelaksanaan proiyek-proyek dalam RPIJM dan

laijn sebagainya.

3. Pengembangan Sumberdaya manusia

Program pengembangan sumberdaya manusia, difokuskan pada aparatur pada

dinas/instansi yang secara langsung terlibat dalam pelakanaan RPIJM

kabupaten Sarolangun, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Program

pengembangan untuk meningkatan kualitas aparatur dilakukan melalui pelatihan

dan studi lanjut dalam bidang ilmu yang relevan. Program dimaksud meliputi (1)

perencanaan Kota (2) manajemen proyek (3) manajemen persampahan (4)

Amdal (5) Perencanaan teknis (6) Air bersih dan Peningkatan lingkungan

pemukiman (7) keuangan daerah (8) perencanaan pembangunan, (9)

administrasi keuangan (10) dan lainnya

Secara kuantitatif dilakukan melalui penambahan staf sesuai dengan

perkembangan volume kerja yang ada.

(12)

Kebutuhan sarana penunjang kelembagaan untuk setiap dinas/instansi secara

umum meliputi (1) bangunan gedung yang difungsikan untuk kantor, gudang (2)

alat-alat kantor seperti komputer, printer, mesin fotocopy, alat penjilit dan lain

sebagainya (3) sarana transportasi yang dimaksudkan untuk memperlancar

pelaksanan tugas seperti kendaraan roda dua, rada empat (4) sarana

komunikasi seperti telpon, faximile, internet dan lain sebagainya. Jumlah sarana

dan prasarana kerja berkaitan dengan volume kerja yang ada pada

masing-masing dinas/instansi sesuai dengfan perannya dalam pelaksanaan RPIJM.

7.4. Usulan, Sistem Prosedur Antar Instansi

7.4.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Pelaksanaan RPIJM

Dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM, Bappeda kabupaten berkeduuakan

dan bertugas dalam menggoordinasikan penyusunan perencanaan, memonitor,

mengevaluasi dan mengendalikan program serta menyusun laporan

pelaksanaan kegiatan pembanagunan infrastruktur kabupaten sarolangun.

Dinan Pekerjaan umun dan perumahan rakyat, menggokordinasikan

pelaksanaan kebijakan infrastruktur kabupaten, penyelenggaraan teknis

pelakanaan program serta melaksanakan fungsi pengndalian, pengawasan

evaluasi, pelaporan adminsitrasi, keuangan dan kegiatan teknis., demikian

haalnya untuk dinas/instansi terkait lainnya berkedudukan dan melaksanakan

fungsi sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

7.4.2. Hubungan antar Instansi

Untuk pelaksanaan RPIJM secara non struktural perlu dibentuk tim koordinasi

dan pelaksanaan RPIJM dan unit manajemen program. Tugas tim koordinsi

program pembangunan infrastruktur kabupaten meliputi:

1. koordinasi dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM

(13)

3. menyiapkan kebijaksanaan operasional dan memberikan petunjuk

pelaksanaan

pembangunan infrastruktur kabupaten

Tim koordinasi ini beranggotakan ketua Bappeda, para kepala dinas/instansi

terkait, Dirut PDAM dan Kabag terkait di Setwilda.

Unit manajemen program bertugas untuk:

1. mengendalikan dan koordinasi pelaksanaan program pembangunan

infrastruktur kabupaten yang meliputi program investasi, program

peningkatan pendapatan daerah dan program pengembangan

kelembagaan.

2. koordinasi penyusunan rencana tahunan

3. koordinasi dengan dinas/instansi terkait

4. penyusunan laporan pelaksanaan dan pengendalian program.

Unit manajemen program diketua boleh kepala Bappeda yang dibantu oleh

sejumlah asisten yang dapat dijabat oleh kabid atau kepala dinas terkait.

7.4.3. Format umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan

Penyusunan dan pelaksanaaqn RPIJM membutuhkan waktu yang panjuang, dan

untuk itu rencana tindaknya dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:

1. Tahap sosialisasi, tahapan yang dimaksudkan untuk meningkatkan

koordinasi vrtikal dan horizontal antar dinas/instansi, melengkapi

kebutuhan sumberdaya manusia yang terkait dengan RPIJM serta

melengkapi organisasi ekstra struktural yang diperlukan dalam

pelakanakan RPIJM.

2. Tahap peningkatan beban tugas, yang meliputi antara lain peninjauan

struktur organisasi yang ada yang berkaitan dengan semakin

berkembangnya beban tugas yang dilaksanakan masing-masing instansi

dari waktu ke waktu, melengkapi kekuarangan sumberdaya yang ada

(14)

dinas/instansi serta peningkatan kemampuan personil yang bertugas

dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM

3. Tahap pemantapan pengelolaan, yaitu berkaitan dengan menggunakan

hasil evaluasi pelaksanaan untuk dipergunakan menyempurnakan

kekurangan-kekurangan yang ada, memantapkan personil yang sudah

terlatih dan berpengalaman sampai tercapainya tujuan RPIJM, pemberian

pelatihan teknis dan manajemen untuk selalu meningkatkan kemampuan

Gambar

Tabel 7.3 Jumlah Pejabat Struktural di lingkuan PemerintahanKabupaten Sarolangun

Referensi

Dokumen terkait

Mengkhususkan remaja wanita sebagai subjek penelitian karena tingkah laku remaja wanita yang merokok sangat bertolak belakang dengan budaya yang ada di Indonesia, meskipun

Selanjutnya, pada perbandingan antar aspek, aspek dukungan penghargaan (esteem support) adalah aspek yang paling banyak mendapatkan presentase sangat tinggi yang dimaknai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel gaya kepemimpinan, motivasi kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja

Hasil pengolahan data yang disajikan meliputi (a) hubungan fungsional trend muka air laut (b) nilai prediksi peningkatan muka air laut untuk tahun 2020, dan (c) peta distribusi

Penelitian perakitan tanaman padi transgenik tahan hama dengan menyisipkan gen cry IA melalui teknik penembakan partikel telah dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Depok yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, memperdagangkan

Menimbang, bahwa berdasarkan Fakta Hukum ternyata Suami Pemohon yang bernama ALEP SAEPUDIN telah meninggal dunia, maka menurut Pasal 345 KUH Perdata maka Pemohon

Untuk mengetahui apakah audit internal atas siklus penggajian dan kepegawaian telah dilaksanakan secara memadai... Untuk mengetahui apakah pengendalian internal penggajian telah