• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB I...2 PENDAHULUAN...2 1.1 Latar Belakang...2 1.2 Rumusan Masalah...2 BAB II...3 PEMBAHASAN...3

2.1 Peralatan dan Bahan dalam Pembuatan Pondasi KSLL...3

2.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Pondasi KSLL...4

Gambar 2.1 Konstruksi Sarang Laba-laba...5

Gambar 2.2 Pekerjaan Galian Tanah...6

Gambar 2.4 Pengecoran Rib...7

Gambar 2.5 Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan...8

Gambar 2.6 Pekerjaan Plat Lantai untuk Plat Penutup...9

Gambar 2.7 Pekerjaan Pembesian Plat...9

2.3 Efektivitas dan Keuntungan Pondasi KSLL di Wilayah Rawan Gempa...10

BAB III...12 KESIMPULAN...12 DAFTAR PUSTAKA...13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan terletak dibagian bawah. Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya material dan tenaga kerja, tetapi juga faktor-faktor lain seperti pengendalian air dan tanah,

(2)

pengendalian kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk membangun.

Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana gedung diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk didalamnya penentuan jenis pondasi yang digunakan. Suatu sistem pondasi harus dapat menjamin dan harus mampu mendukung beban bangunan di atasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa dan lain-lain. Jika terjadi kegagalan konstruksi pada pondasi, misalnya dapat terjadi hal-hal seperti kerusakan pada dinding (retak dan miring), lantai (pecah, retak dan bergelombang), penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil dan aman agar tidak mengalami kegagalan konstruksi, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi. Jika bangunan akan dibangun di daerah dengan daya dukung tanah relatif rendah atau tinggi bangunan yang tanggung (tidak tinggi ataupun rendah atau) diharapkan kombinasi Pondasi Sarang Laba-Laba mampu menjadi salah satu solusi yang tepat. Karena, jika menggunakan pondasi dalam, misalnya dengan tiang pancang, maka harga bangunan akan naik hingga 30%, sedangkan jika digunakan pondasi dangkal harus mempertimbangkan resiko penurunan bangunan secara tidak merata (irregular differential settlement) ditambah dengan total settlement.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah umum dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :

1.Apa peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba/KSLL?

2. Bagaimana metode pelaksanaan pembuatan pondasi KSLL?

3. Bagaimana efektivitas atau keuntungan pondasi KSLL di wilayah rawan gempa?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peralatan dan Bahan dalam Pembuatan Pondasi KSLL

Pembuatan Pondasi KSLL dilakukan dalam beberapa tahap. Tentu dalam pengerjaannya memerlukan alat dan bahan yang berbeda pula.

Tahap-tahap dalam pengerjaan pondasi KSLL adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan Galian Tanah

Alat yang digunakan dalam penggalian tanah adalah cangkul (tenaga manusia) atau mesin pengeruk (tenaga mesin).

2. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Dekking

Bahan dalam pembuatan rib dan betton dekking menggunakan campuran 1:5. Yaitu dengan perbandingan 1 Semen : 5 Pasir.

(3)

Alat yang digunakan adalah kawat dan palu. Sedangkan bahan untuk acuan yang digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan lain seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan.

4. Pekerjaan pembesian untuk rib

Alat yang digunakan dalah kawat bendrat. Kemudian bahan yang dibutuhkan adalah beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib, selimut beton ±3 cm.

5. Pekerjaan pengecoran untuk rib

Pengecoran dilakukan secara manual, dengan alat mini mixer (molen), gerobak artco, skopang, mesin vibrator. Mini mixer (molen) dipakai untuk mengaduk campuran semen, pasir, koral dan air. Gerobak artco dipakai untuk menjadi wadah dari hasil pengadukan dan untuk membawa hasil pengadukan ke tempat pengecoran. Skopang dipakai untuk meratakan beton yang telah dituang. Mesin vibrator dipakai untuk memadatkan adonan beton dalam pengecoran. Bahan-bahan yang digunakan untuk adukan beton adalah semen, pasir dan koral, dan air. Semen yang digunakan adalah jenis dan merk yang bermutu baik yaitu Tipe 1, karena semen tipe 1 merupakan jenis semen yang cocok untuk berbagai macam aplikasi beton dimana syarat-syarat khusus tidak diperlukan. Pasir beton yang digunakan dengan butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik, lumpur dan lain sebagainya. Koral yang digunakan juga bersih dan bermutu. Koral untuk pengecoran rib digunakan koral/steenslag ukuran ½, sedangakan untuk pengecoran plat bisa digunakan koral/steenslag 2/5. Serta air yang digunakan adalah air tawar yang bersih.

6. Pekerjaan urugan dan pemadatan pada tanah dan pasir

Alat yang digunakan adalah Tamping Rammer. Sedangkan bahannya adalah tanah bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar pekerjaan urugan pasir dan pemadatan.

7. Pekerjaan pembesian untuk pelat penutup

Alat yang digunakan adalah alat berat dan bahan yang digunakan adalah besi tulangan yang berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30, tulangan yang berbentuk jaring laba-laba dan tulangan stek.

8. Pekerjaan lantai kerja untuk plat penutup

Alat yang digunakan adalah molen dan mesin pengecor. Bahan yang digunakan adalah membuat adukan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal ±3cm.

9. Pekerjaan pengecoran beton pelat penutup

Alat yang digunakan adalah truk mixer yang berkapasitas 5 m² dan truk pompa. Spesifikasi bahan dan aturan yang digunakan pada pekerjaan sama seperti pada pengecoran rib.

(4)

2.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Pondasi KSLL

Pondasi KSLL yang ditemukan pada tahun 1975 oleh Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto telah memiliki hak paten dari tahun 2004 yang kemudian dipegang oleh PT KATAMA SURYABUMI sebagai pemegang paten dan pelaksana khusus pondasi KSLL. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan teknologi ini diperlukan kerja sama dengan pemegang hak paten. Haryono dan Maulana (2007:25) menyimpulkan sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian konstruksi, yaitu :

1. Konstruksi beton

Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi. Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku (Hilhami, 2011:17). Rib konstruksi yaitu rib yang berfungsi sebagai penyebar beban dari suatu bangunan. Kemudian rib settlement yaitu rib yang berfungsi sebagai tumpuan utama beban bangunan. Sedangakan rib pengaku yaitu rib yang berfungsi sebagai pembagi dan pengikat atau pengaku terhadap rib-rib yang lain. Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap kebawah). Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).

Gambar 2.1 Konstruksi Sarang Laba-laba Keterangan :

1a - pelat beton pipih menerus 1b - rib konstruksi

(5)

1d - rib pembagi

2a - urugan pasir dipadatkan 2b - urugan tanah dipadatkan

2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan

2. Perbaikan tanah / pasir

Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum (Standart Proctor) (Wesley, 2010:512). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.

Metode pelaksanaan KSLL adalah sebagai berikut (Hilhami, 2007): 1. Pekerjaan Galian Tanah

Pekerjaan galian tanah untuk lubang pondasi setelah papan bowplank dengan penandaan sumbu dan ketinggian setelah dikerjakan. Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk pondasi KSSL digali sampai kedalaman dan lebar tertentu. Galian tanah tahap II : dikerjakan setelah galian tanah tahap I untuk pekerjaan rib settlement (rib anti penurunan), sepanjang jalur rib settlement digali dengan lebar tertentu dari tepi ke tepi dan dari kedalaman tertentu sehingga menjamin keleluasaan pemasangan pembesian, acuan dan keamanan pekerjaan. Kemudian dilakukan juga penggalian tanah pada posisi kolom. Sagel, Kole dan Kusuma (1997:20) menyimpulkan bahwa “untuk penggalian perlu dibuat rencana”. Sudut kemiringan dari suatu lereng (kelandaian) merupakan bagian penting dari penggalian skala besar, terutama ditentukan oleh kelandaian alami dari jenis-jenis tanah kering.

(6)

2. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Dekking

Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement dibuatkan lantai kerja, dengan tujuan untuk mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai lantai kerja dan sebagai penahan acuan rib. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan tertentu dengan campuran 15. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan lantai kerja.

3. Pekerjaan Acuan untuk Rib

Bahan untuk acuan yang digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan lain seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan. Konstruksi acuan dibuat setinggi ±190 cm untuk rib settlement dan ±130 cm untuk rib konstruksi. Acuan dipasang sesuai ketebalan rib dan ditopang serta diikat kuat sehingga baik ukuran, bentuk maupun posisi rib-rib tidak berubah selama pengecoran berlangsung. Acuan dibersihkan dari segala kotoran dan siap untuk dilakukan pengecoran rib. Acuan bisa dibuka 36 jam setelah pengecoran beton.

Gambar 2.3 Pekerjaan Acuan Rib

4. Pekerjaan Pembesian untuk Rib

Memilih mutu besi beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib. Beberapa besi dirakit diluar acuan kemudian dipasang dalam acuan yang telah disiapkan, selanjutnya dipasang beugel rib. Besi beton diikat kuat dengan kawat bendrat, sehingga besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan diberi jarak dari papan acuan atau lantai kerja dengan pemasangan selimut beton ±3 cm. Dalam pemasangan besi terjadi pertemuan- pertemuan dengan prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan tersebut antara rib dengan rib (baik rib konstruksi, rib sattlement maupun rib pembagi), rib dengan kolom, dan rib dengan plat penutup.

5. Pekerjaan Pengecoran untuk Rib

Membuat adukan beton, dengan bahan semen, pasir dan koral, serta air dengan mini mixer (molen), selanjutnya adukan beton ditampung dalam gerobak artco. Setelah itu dituang dalam tempat yang akan di cor dan diratakan dengan skopang. Kemudian mesin vibrator dihidupkan dan selangnya diarahkan pada beton. Lalu kepala mesin ini

(7)

dimasukkan ke dalam adonan dan digetarkan di sekitar area tersebut selama kurang lebih sepuluh detik. Arena pergetaran antara 30-40 meter persegi. Jadi penggunaan alat ini dipindah-pindahkan sesuai luasan yang dibutuhkan. Pada saat memindahkan, mesin dimatikan terlebih dahulu. Selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama minimal 1 minggu.

Gambar 2.4 Pengecoran Rib 6. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan

Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan Tamping Rammer dengan ketebalan tertentu. Pemadatan dilakukan setelah beton rib berumur 3 hari. Pemadatan dilaksanakan sampai tanah tidak tampak turun lagi pada saat pemadatan. Pemadatan juga dilakukan di sekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 1,5 m, juga dilaksanakan lapis demi lapis.

7. Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan

Setelah pekerjaan urugan tanah dan pemadatan selesai, selanjutnya dilakukan pengurugan pasir tepat diatas tanah yang telah dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan Tamping Rammer lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu. Untuk urugan lapis I, dituntut kepadatan minimal 90% dari kepadatan optimal. Untuk urugan lapis II, dituntut kepadatan minimal 95% dari kepadatan optimal (Standar Proctor). Pada saat melakukan pengurugan tanah atau pasir, mengingat beton yang masih muda, maka dijaga agar tinggi urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari ketebalan tiap lapis tadi.

(8)

Gambar 2.5 Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan 8. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Plat Penutup

Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal ±3cm.

Gambar 2.6 Pekerjaan Plat Lantai untuk Plat Penutup 9. Pekerjaan Pembesian untuk pelat Penutup

Besi tulangan yang digunakan berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30.

Pemasangan besi langsung dilakukan diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan ditulangi. Untuk penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang tulangan yang berbentuk jaring laba-laba. Sedangkan untuk penulangan pelat tepat sepanjang jalur rib, terlebih dahulu dipasang tulangan stek yang menghubungkan dan mengikat erat antara rib dengan pelat yang dipasang zig-zag.

Gambar 2.7 Pekerjaan Pembesian Plat 10. Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup

(9)

Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan Truck Mixer yang berkapasitas 5 m² dan truk pompa untuk mempermudah dan mempercepat proses pengecoran. Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan perbaikan tanah pada bagian lain belum selesai.. Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang disyaratkan adalah 11 cm.

(10)

2.3 Efektivitas dan Keuntungan Pondasi KSLL di Wilayah Rawan Gempa

Pembuatan pondasi KSLL di wilayah rawan gempa sangat dirasakan efektivitasnya, baik dari segi ketahanan terhadap gempa maupun dari segi ekonomisnya. Selain itu KSLL juga memiliki berbagai fungsi lain selain sebagai pondasi.

1. Segi Ketahanan Terhadap Gempa

Pondasi KSLL akan menjadi pondasi yang sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa, juga mampu menjawab dilema yang timbul pada pondasi untuk gedung yang bertingkat tanggung antara 2-8 lantai yang didirikan diatas tanah dengan daya dukung rendah 0,2 kg/cm² sampai dengan 0,5 kg/cm², sehingga KSLL bukan hanya pondasi tapi sistem konstruksi bangunan bawah yang kokoh. KSLL merupakan suatu konstruksi yang monolit dan kaku sehingga menjadikan KSLL tahan terhadap gempa.

Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi, karena adanya ketahanan terhadap diferensial settlement dan pengecilan terhadap total settlement. Ketahanan terhadap diferensial settlement menjadi lebih tinggi karena bekerjanya tegangan akibat beban sudah merata pada lapisan tanah pendukung dan penyusunan rib settlement sedemikian rupa (rib-rib diagonal, disamping rib-rib arah melintang dan membujur), sehingga membagi luasan KSLL menjadi petak-petak yang tidak lebih dari 200 m², dan menjadikan KSLL memiliki ketahanan yang tinggi terhadap diferensial sattlement. Total settlement juga menjadi lebih kecil, karena meningkatkan kepadatan tanah pada lapisan tanah pendukung dibawah KSLL akibat pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan didalam KSLL dan bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL. Perbaikan tanah KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena adanya perlindungan dari rib KSLL.

2. Keuntungan dari Segi Ekonomis

Bebagai kelebihan dan kemampuan yang telah disebutkan diatas, membuat sistem ini mampu menekan biaya pada jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan bangunan dengan sistem pondasi lain. Untuk beban titik atau kolom yang cukup besar selalu dihasilkan konstruksi beton untuk rib dan plat KSLL, dengan dimensi pembesian minimum pada umumnya, hanya diperlukan volume beton rata-rata 0.20-0.45 m³, dan untuk pembesian rib dan plat cukup dengan pembesian minimum 100-150 kg/m³. Untuk konstruksi bangunan bertingkat, maka pembiayaan konstruksi perancah (scaffolding) untuk plat dan balok lantai 2 akan berkurang sehingga menjadi sama dengan perancah dan acuan untuk lantai 3 dan seterusnya. Pada umumnya diperoleh penghematan sebesar :

a. ± 30% untuk bangunan 3-8 lantai.

b. ± 20% untuk bangunan 2 lantai.

c. ± 30% untuk bangunan gedung kelas satu.

Sumber : Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir. Sutjipto

KSLL memiliki berbagai fungsi lain selain sebagai pondasi, yaitu:

a. Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga.

b. Sebagai sloof/balok pengaku.

c. Sebagai Konstruksi pelat lantai dasar.

d. Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah.

(11)

f. Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada

dibawah lantai.

g. Pasangan dan plesteran tembok dibawah lantai dasar.

h. Kolom dibawah peil lantai dasar.

i. Septictank dan resapan.

j. Bak reservoir bila diperlukan.

k. Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diukur sedemikian rupa, sehingga

(12)

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Persyaratan umum yang harus sebuah pondasi antara lain : Pondasi harus mempunyai

bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja dan Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja.

2. Klasifikasi pondasi dibagi menjadi tiga macam yaitu pondasi dalam (deep foundation)

dan pondasi dangkal (Shallow Foundation).

3. KSLL memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi

dangkal lainnya

4. Pembuatan pondasi sarang laba-laba (KSLL) di wilayah rawan gempa merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kerusakan bangunan akibat gempabumi. Dengan segala perencanaan biaya dan proyek pembangunan, solusi ini sangat membantu mengatasi masalah kerusakan bangunan di wilayah rawan gempa, seperti Indonesia.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia. 2007. Booming Konstruksi Indonesia. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Bowless, Joseph E., Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992 Haryono, R. S. C. & Maulana T. R. 2007. Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang

Laba-Laba pada Gedung BNI’46 Wilayah 05 Semarang. Tugas akhir tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Heldi. 2011. Dampak Bencana Gempa Terhadap Lingkungan Binaan Bangunan Kuno Warisan Budaya di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, (Online), (http//dampak-bencana-gempa-terhadap.html), diakses 1 April 2014.

Hilhami, S. 2011. Metode Pelaksanaan dan Perbandingan Daya Dukung Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSSL) dengan Pondasi Telapak pada Pembangunan Gedung D-III Class Politeknik Unhalu. Tugas akhir tidak diterbitkan. Padang : Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

Ryantori, Ir. & Sutjipto, Ir. 1984. Konstruksi Sarang Laba-Laba. Surabaya: PT. Dasaguna.

Sagel, I. R., Kole, I. P. & Kusuma, G. H. Ir. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta: Airlangga.

Wesley, L. D. 2010.Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan & Residu. Terjemahan Dr. Ir. Satyawan Pranyoto. 2012. Yogyakarta: Andi.

Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., dan Andriono, Takim, Dr., Ir., Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa Edisi Kedua Seri Beton 3, Erlangga, Jakarta, 199

Gambar

Gambar 2.1 Konstruksi Sarang Laba-laba Keterangan :
Gambar 2.2 Pekerjaan Galian Tanah
Gambar 2.3 Pekerjaan Acuan Rib
Gambar 2.4 Pengecoran Rib 6. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah membandingkan aktivitas antibakteri minyak atsiri ranting, kulit buah dan daun jeruk purut ( Citrus hystrix DC ) terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae ATCC

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) ternak ruminansia, khususnya ruminansia kecil, memiliki dukungan sumberdaya wilayah yang memadai untuk pengembangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Naskah Śiwāgama menceritakan tentang teologi Hindu dengan menyebutkan gelar Ida Sanghyang Widhi (sebagai asal dan tujuan dari semua yang ada, karena Beliau

 2 Unit pintu Utama terbuat dari steel hollow 30x60 cover plywood 6 mm dan plate zink alum untuk luar finish di cat, dan untuk lapisan dalam dilapis polypaper 3 mm  3 unit

Pada neonatus, orang tua dan imunocompromised gejala tidak khas Pada neonatus, orang tua dan imunocompromised gejala tidak khas Tanda / gejala meningitis akteri kelompok umur !.

Sesuai dengan simple line diagram dapat diihat bahwa untuk menjalankan fungsi sistemnya tidak memiliki subsistem. 11 Lightning

Profitabilitas dapat mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan, artinya profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena sumber internal yang semakin