• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum teknologi sediaan semi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan praktikum teknologi sediaan semi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA DAN LIKUIDA (TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL)

KRIM KETOKONAZOL

KELOMPOK 1

Riza Wulandari (10060307106) Mauliddya Nuryatin (10060309067)

Adhi Azhari (10060309025)

Emy Cahya (10060310057)

Nilawati Umar (10060310078)

Putri Andini (10060310139)

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : Senin/16 Desember 2013

ASISTEN : Tjutju S. Misbach M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

(2)

KRIM KETOKONAZOL

I. Nama Sediaan

Krim Ketokonazol “Erela 2D” II. Kekuatan Sediaan

Ketokonazol 20 mg/ gram krim (ISO Volume 44, 2009:182) III. Preformulasi Zat Aktif

Ketokonazol

 Struktur kimia

 Nama kimia : ketoconazolum  Rumus kimia : C26H28Cl2N4O4  Berat molekul : 531, 44 gram/mol

 Pemerian : berupa warna putih atau hampir serbuk putih.

 Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam alkohol, larut dalam diklorometan, dan larut dalam metil alkohol.

 Titik leleh : 148ºC dan 152ºC

 pKa : 6, 51

 Stabilitas : tidak stabil pada cahaya

 Fungsi : sebagai antifungi

 Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

 Inkompatibilitas : interaksi obat; pemberian ketokonazol bersama dengan obat

yang menginduksi enzim mikrosom hati (rifampisin, isoniazid, fenitoin) dapat menurunkan kadar ketokonazol.

Sumber : Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995,486 dan Informasi Spesialite Obat,2009,182

IV. Pengembangan Formula

a. Zat aktif :

(3)

b. Minyak :

Salah satu fasa yang bersifat non polar. Dalam formula ini digunakan vaselin flavum dan cera alba. Campuran vaselin dan cera alba digunakan untuk meningkatkan konsistensi pada sediaan. Konsentrasi yang umum digunakan untuk cera alba adalah 2% dan konsentrasi yang umum digunakan untuk vaselin adalah 25%. Vaselin yang digunakan adalah vaselin flavum, karena tidak mengalami proses pemutihan, dan banyak digunakan sebagai basis semisolida sediaan steril.

c. Air :

Digunakan air sebagai salah satu fasa cair yang bersifat polar. Dalam pembuatannya digunakan air yang telah dididihkan dan segera digunakan dalam keadaan hangat untuk melarutkan zat aktif atau zat tambahan yang larut dalam air. d. Pengemulsi :

Digunakan surfaktan karena sediaan mengandung minyak dan air yang tidak saling menyatu, ketidakcampuran sediaan yang akan mengganggu kestabilan krim. Digunakan zat pengemulsi trietanolamin (TEA) untuk krim tipe minyak/air dengan konsentrasi 1,5% karena penggunaan konsentrasi pemakaian lazim berkisar 2 – 4%. (Handbook Of Pharmaceutical Exipients Edisi 6 halaman 754).

e. Pengawet :

Digunakan pengawet karena sediaan mengandung minyak yang bersifat mudah tengik dan mengandung air yang memudahkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Pengawet digunakan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Digunakan kombinasi zat pengawet metil paraben dengan konsentrasi 0, 12% - 0, 18% dan propil paraben dengan konsentrasi 0, 02% - 0, 05%. (Handbook Of Pharmaceutical Exipients Edisi 6 halaman 442).

f. Zat pelembab :

Digunakan propilenglikol sebagai humektan dalam sediaan topikal adalah untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi kulit dapat menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Konsentrasi yang lazim digunakan adalah 5% - 8%.

g. Antioksidan :

(4)

dalam formula yaitu BHT dengan konsentrasi 0, 02% (Handbook Of Pharmaceutical Exipients Edisi 4 halaman 63).

V. Formula Akhir

 Komposisi :

Tiap 5 gram krim mengandung :

- Ketokonazol 2 %

- Trietanolamin 1,5 %

- Metil paraben 0, 18%

- Propil paraben 0, 02%

- Propilenglikol 8%

- Cera alba 2%

- Vaselin flavum 25%

- BHT 0, 02%

- Aquadest ad 100%

 Penyimpanan :

Dalam wadah tube dan terlindung dari cahaya. (DEPKES RI, 1995 halaman 486)

 Dosis :

Oleskan 1x sehari selama 2 minggu (ISO Vol.44,2009 halaman 182) VI. Preformulasi Eksipien

1. Trietanolamin

Pemerian : cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik.

Kelarutan : mudah larut dalam air dan etanol 95% dan larut dalam kloroform.

Fungsi : zat tambahan, sebagai pengemulsi.

Stabilitas : trietanolamin bisa berubah menjadi coklat, akibat pemaparan pada udara dan cahaya. Trietanolamin harus disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering. Inkompatibilitas : trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral untuk

(5)

bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Trietanolamin juga dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida untuk mengganti kelompok hidroksi dengan halogen. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Sumber : DEPKES RI, 1995, Halaman 1203; Handbook Of Pharmaceutical Exipients Halaman 663 - 664

2. Nipagin (Metil Paraben)

Pemerian : serbuk hablur halus, putih hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan : larut dalam 600 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,

dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam alkali hidroksi, larut dalam 60 bagian gliserol panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.

Fungsi : zat tambahan, sebagai pengawet.

Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.

Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talk, tragakan, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol dan atropin.

Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Sumber : Farmakope Indonesia, 1995, Halaman 551 ; Handbook Of Pharmaceutical Exipients Halaman 390 – 393

3. Nipasol (Propil Paraben)

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%, dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol, dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksi.

Fungsi : zat tambahan, sebagai pengawet.

Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.

Inkompatibilitas : magnesium alumunium silikat, magnesium trisilikat, oksida besi kuning.

Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

(6)

Pharmaceutical Exipients Halaman 526 – 528 4. Propilenglikol

Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan etanol 90% dan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak.

Fungsi : zat tambahan, sebagai pelarut.

Stabilitas : pada temperatur rendah, propilenglikol stabil bila disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering. Tetapi pada temperatur yang tinggi, di tempat terbuka, cenderung mengoksidasi, sehingga menimbulkan produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, asam asetat. Propilenglikol secara kimiawi stabil ketika dicampur dengan etanol 95%, gliserin atau air.

Inkompatibilitas : propilenglikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi, seperti potassium permanganat.

Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Sumber : Farmakope Indonesia, 1995, Halaman 712 ; Handbook Of Pharmaceutical Exipients Halaman 521 – 522

5. Cera Alba

Pemerian : padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik. Kelarutan : tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin.

Larut sempurna dalam kloroform, eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.

Fungsi : zat tambahan, sebagai peningkat konsistensi.

Stabilitas : ketika lilin dipanaskan di atas 150ºC, terjadi esterifikasi akibat menurunnya nilai asam dan titik lebur. Lilin putih stabil bila disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi.

Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya. Sumber : Farmakope Indonesia, 1995, Halaman 186; Handbook Of

(7)

6. Vaselin Flavum

Pemerian : kuning atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada 0ºC.

Kelarutan : tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzene , dalam karbon disulfide, dalam kloroform, larut dalam heksana dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri, sukar larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin.

Jarak lebur : antara 38ºC dan 60ºC

Stabilitas : bila terkena cahaya, menyebabkan warna vaselin menjadi pudar dan menghasilkan bau yang tidak enak.

Inkompatibilitas : vaselin kuning merupakan bahan inert dengan sedikit inkompatibilitas.

Fungsi : zat tambahan, sebagai emolien dalam basis salep. Wadah dan penimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Sumber : Handbook Of Pharmaceutical Exipients Halaman 421 – 422 7. Butyl Hidroksi Toluen (BHT)

Pemerian : hablur padat, putih, bau khas lemah.

Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam propilenglikol, dalam kloroform dan dalam eter.

Berat molekul : 220, 35 gram/ mol.

Fungsi : zat tambahan, sebagai antioksidan. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Stabilitas : kondisi paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan pelunturan dan hilangnya aktivitas BHT. BHT harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : tidak cocok dengan bahan pengoksidasi kuat seperti

permanganat dan peroksida karena ada reaksi dari zat asam karbol, yang dapat menyebabkan hilangnya aktivitas dan pembakaran.

(8)

8. Aqua Destilata

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Kelarutan : dapat melarutkan semua zat yang sifatnya polar.

Bobot molekul : 18, 02 gram/mol

Fungsi : zat tambahan, sebagai larutan pembawa dalam injeksi. Stabilitas : dapat stabil dalam semua keadaan fisika (es, cair dan uap). Inkompatibilitas : dalam formulasi farmasi dapat bereaksi dengan obat dan

bahan tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis pada temperatur tinggi.

Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terbuat dari kaca/plastik. Sumber : Farmakope Indonesia, 1995, Halaman 112 ; Handbook Of

Pharmaceutical Exipients Edisi 4 Halaman 675. VII. Perhitungan dan Penimbangan

 Perhitungan

Masing-masing 5 gram / tube krim ketokonazol - Ketokonazol

=1002 x 5 gram = 0, 1 gram

= 0,1 gram + (0,1 x 1005 ) = 0,105 gram

= 0,105 gram x 3 tube = 0,315 gram - Metil Paraben

=1000,18 x 5 gram = 0, 009 gram

= 0,009 gram + (0,009 x 1005 ) = 0,00945 gram

= 0,00945 gram x 3 tube = 0,02835 gram - Propil Paraben

=0100,02 x 5 gram = 0, 001 gram

= 0,001 gram + (0,001 x 1005 ) = 0, 00105 gram

= 0, 00105 gram x 3 tube = 0, 00315 gram

(9)

=1001,5 x 5 gram = 0, 075 gram

= 0, 075 gram + (0, 075 x 10020 ) = 0, 09 gram

= 0,09 gram x 3 tube = 0, 27 gram - Propilenglikol

=1008 x 5 gram = 0, 4 gram

= 0,4 gram + (0,4 x 10020 ) = 0,48 gram

= 0,48 gram x 3 tube = 1,44 gram - Cera Alba

=1002 x 5 gram = 0, 1 gram

= 0,1 gram + (0,1 x 10020 ) = 0,12 gram

= 0,12 gram x 3 tube = 0,36 gram - Vaselin Flavum

=10025 x 5 gram = 1,25 gram

= 1,25 gram + (1,25 x 10020 ) = 1,5 gram

= 1,5 gram x 3 tube = 4,5 gram

- BHT

=0100,02 x 5 gram = 0, 001 gram

= 0,001 gram + (0,001 x 10020 ) = 0,0012 gram

= 0,0012 gram x 3 tube = 0,0036 gram

- Aqua Destilata

= 5 gram + (5 gram x 10020 ) = 6 gram

= 6 gram x 3 tube = 18 gram

(10)

1,44 gram + 0, 36 gram + 4,5 gram + 0, 0036 gram)

Metil Paraben 0, 00945 gram 0, 02835 gram

Propil Paraben 0, 00105 gram 0, 00315 gram

Trietanolamin 0, 09 gram 0, 27 gram Propilenglikol 0, 48 gram 1,44 gram

Cera Alba 0,12 gram 0, 36 gram

Vaselin Flavum 1,50 gram 4,50 gram

BHT 0,0012 gram 0, 0036 gram

Aqua Destilata 11, 0799 gram

VIII. Prosedur Pembuatan

- Alat dan bahan disiapkan

- Masing-masing bahan (ketokonazol, metil paraben, propil paraben, trietanolamin, propilenglikol, cera alba, vaselin flavum, dan BHT) yang digunakan ditimbang

- Dilakukan sterilisasi awal terhadap basis yaitu TEA, propilen glikol, cera alba dan vaselin flavum dengan cara di oven pada suhu 150ºC selama 1 jam - Cera alba dan vaselin flavum dimasukkan ke dalam cawan penguap yang

telah di lapisi kain batis

- TEA dan propilenglikol dimasukkan ke dalam cawan penguap berbeda yang juga telah dilapisi kain batis

- Aqua pro injeksi dimasukkan ke dalam beaker glass secukupnya lalu di oven - Setelah dilakukan sterilisasi awal, cera alba dan vaselin flavum dimasukkan

ke dalam mortar yang telah dibakar dengan alkohol, lalu digerus

- Kemudian dimasukkan TEA dan propilenglikol ke dalam mortar, digerus hingga homogen

- Lalu dimasukkan propil paraben, metil paraben dan BHT, digerus hingga terbentuk basis krim

- Kemudian ditambahkan ketokonazol ke dalam campuran basis krim sedikit demi sedikit sambil digerus

(11)

- Dimasukkan ke dalam tube dengan digunakanya kertas perkamen dan pinset - Kemudian diberi etiket pada kemasan primer (tube)

- Kemudian tube dimasukkan ke dalam kemasan sekunder IX. Evaluasi

1. Uji Homogenitas Prosedur evaluasi :

Diletakkan sedikit krim diantara dua kaca objek. Kemudian diputar-putar, diperhatikan adanya partikel-partikel kasar atau ketidakhomogenan. Hasi evaluasi :

Diharapkan mendapatkan sediaan yang homogen ditandai dengan tidak adanya partikel-partikel kasar pada kedua sisi kaca objek.

2. Penetapan pH Prosedur evaluasi :

Sediaan krim dilarutkan dalam sedikit aquadest. Kemudian diukur pH nya menggunakan indikator universal.

Hasil evaluasi :

Diharapkan mendapatkan sediaan krim yang sesuai dengan pH kulit yaitu 5,5 – 7,5

3. Uji Tipe Emulsi Prosedur evaluasi :

Sediaan krim dilarutkan dalam sedikit aquadest. Jika larut maka tipe minyak/air, jika tidak larut maka tipe air/minyak.

Hasil evaluasi :

Diharapkan mendapatkan sediaan krim dengan tipe air/minyak agar waktu kontak sediaan dengan kulit lama. Sehingga zat aktif (ketokonazol) dapat berpenetrasi lebih banyak ke dalam kulit (bagian yang luka).

4. Uji Bobot Minimum Prosedur evaluasi :

5 gram sediaan krim dimasukkan ke dalam tube. Lalu dikeluarkan kembali dari tube. Kemudian ditimbang bobotnya.

Hasil evaluasi :

(12)

X. Wadah dan Kemasan

 Brosur

 Kemasan Primer

 Etiket

Krim ketokonazol, 2% mengandung antijamur spektrum luas sintetik

INDIKASI : untuk pengobatan topikal tinea corporis, tinea cruris dan tinea pedis yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum, dalam pengobatan tinea (pityriasis) versicolor yang disebabkan oleh Malassezia furfur (Pityrosporum orbiculare), dan dalam pengobatan kandidiasis kutan disebabkan oleh Candida spp.

DOSIS : Kandidiasis kulit, corporis tinea, tinea cruris, tinea pedis, dan tinea (pityriasis) versicolor: Disarankan Cream Ketokonazol, 2% diterapkan sekali sehari untuk menutupi daerah sekitarnya yang terkena dampak dan segera. Perbaikan klinis dapat dilihat cukup segera setelah pengobatan dimulai, namun, infeksi kandida dan tinea cruris dan corporis harus dirawat selama dua minggu untuk mengurangi kemungkinan kekambuhan. Pasien dengan panu biasanya membutuhkan dua minggu pengobatan. Pasien dengan tinea pedis membutuhkan enam minggu pengobatan. Jika seorang pasien tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah masa pengobatan, diagnosis harus ditentukan ulang KONTAINDIKASI : hipersensitivitas terhadap bahan aktif atau eksipien formulasi ini.

(13)

 Kemasan Sekunder

DAFTAR PUSTAKA

 Agoes, goeswin.2008.Pengembangan Sediaan Farmasi. ITB Bandung

 Agoes, goeswin.2009.Sediaan Farmasi Steril Seri Farmasi Industri-4. ITB : Bandung

 Anief, Moh. 2005. Farmaseutika. Yogyakarta : GadjahMada University Press.

(14)

 Farmakope Indonesia Edisi ketiga.1979. DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.

 Formularium Nasional Edisi Kedua.1978. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

 Logawa, benny danNoerono, soendani.s.1986.Teknologi farmasi sediaan steril. ITB :

Bandung

 Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

 Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients,

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pelarut heksana semua zat terlarut tidak dapat larut, karena dari ke empat zat terlart hampir semuanya senyawa ionik dan kovalen polar yang akan mudah larut dalam pelarut

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air,tetapi larut dalam

Dari tabel diatas didapatkan hasil pada uji kelarutan minyak, tabung 1 (air dan minyak sayur) menunjukkan bahwa untuk minyak sayur tengik tidak larut dalam air dan miyak sayur

Hasil yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah pada pelarut alcohol dan kloroform, ketiga jenis minyak tersebut larut dalam pelarut tersebut dan

Sifat-Sifat Minyak Atsiri Sebagian besar minyak atsiri mempunyai sifat fisika kimia sebagai berikut:  Berbau khas  Tidak larut dalam pelarut air, larut dalam eter, kloroform dan

Pembahasan Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai mengandung air

Sediaan krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.. Krim adalah sediaan setengah