Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 1
KAJIAN POTENSI KETERSEDIAN AIR MENGGUNAKAN MODEL NERACA AIR BULANAN THORNTHWAITE-MATHER
(STUDI KASUS : SUB DAS SUBAYANG KAMPAR KIRI HULU)
Cuprtino Tamba1),Manyuk Fauzi,Imam Suprayogi2)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2)Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293 E-mail :Gunungmas60@yahoo.com
ABSTRACT
Water quantity is an important factor in evaluating water resources. It must be measured directly, However not all of the watersheds has hydrology station, the quantity or the amount of the water can be measured by modeling. One of the simple models in estimating the potential of water each month is Thornthwaite-mather method. This method is based on water balance. The rain as an interior, the evapotranspiration and the discharge of water as superficial. The characteristics of the soil physically and the occlusionof land area as a processor. The aim of this research is to getan information about the appraising of the availability of the water per month. The result of this research shows that the appraising of the potential of the availability of water assumed that 50% of the surplus of the water will be become runoff. The Runoff computation of the surface will be start as soon as the dry season ending. (S>0)in which at this point, assumption 50% is used from the surplus that will be added to the run-off for the upcoming month in and the Runoffis the amount of the availability of the water in the sub watersheds Subayang of the water in the sub watersheds Subayang.In order to get the good result of the standard comparison.The result of the water measurement is better to be checked again.
Keywords: Water potensial estimation, Direct mesurement
I. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya
alam esensial, yang sangat
dibutuhkan oleh manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki kehidupan (Kodoatie,2010). Air bertransformasi melalui daur hidrologi. Sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran
Sungai (DAS) menerima input
berupa curah hujan kemudian
memprosesnya sesuai dengan
karakteristiknya menjadi aliran.
Hujan yang jatuh dalam satu DAS sebagian akan jatuh pada permukaan
vegetasi, permukaan tanah atau badan air (Triatmodjo, 2009).
Memperkirakan kuantitas air
adalah faktor penting dalam evaluasi sumberdaya air. Kuantitas air harus diukur secara langsung, namun DAS Subayang tidak memliki stasiun hidrologi. Kuantitas atau jumlah air dapat dihitung dengan salah satu
pemodelan sederhana yang
memperkirakan potensi air bulanan
dengan metode
Thornthwaite-Mather. Penaksiran potensi air
bulanan dengan metode
Thornthwaite-Mather ini sudah
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 2
Wuryanto, Wonogiri dan hasil
penaksiran debit bulanan mempunyai korelasi yang tinggi dengan hasil pengukuran. Maka metode penak- siran potensi air bulanan ini sangat cocok diterapkan di Sub DAS Subayang mengingat di Sub DAS Subayang belum adanya stasiun hidrologi.
Permasalahan pengelolaan DAS
Subayang dan frekuensinya
mempunyai kecenderungan semakin meningkatnya penduduk, konversi
lahan untuk perkebunan karet,
permukiman, ilegal logging dan sebagainya. Ekses dari kesemuanya ini adalah timbulnya permasalahan lingkungan yang mungkin sebelum- nya tidak pernah terjadi seperti banjir
dan kekeringan. Permasalahan
lingkungan DAS Subayang ini mengakibatkan DAS berada dalam kondisi yang kritis yang bisa
mengakibatkan kekeringan dan
banjir di bulan-bulan tertentu. Maka
pemodelan ini menjadi sangat
relevan untuk dijadikan kajian
berkelanjutan di sub DAS Subayang
untuk mendapatkan pendugaan
potensi air bulanan dengan
menggunakan metode
Thorntwaite-Mather hanya mengunanakan
beberapa data yaitu data curah hujan sebagai masukan, data vegetasi sebagai penutupan lahan, data suhu udara, dan data sifat tanah fisik tanah sehingga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah air ketersedian air ataupun kekurangan (defisit) tanpa membutuhkan data tinggi muka air .
II. METODOLODI
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Daerah Aliran Sub DAS Subayang terletak di Provinsi Riau.
Secara geografis wilayah DAS SM Rimbang Baling, secara administrasi terletak di Kabupaten Kampar. DAS SM Rimbang Baling terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Sub DAS Bio bio, Sub DAS Sibayang, Sub DAS Singingi. Khusus untuk penelitian ini hanya untuk Sub DAS Subayang.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BPDAS INDRAGIRI ROKAN
2. Pengumpulan Data
Data curah hujan, digunakan data
curah hujan di stasiun Gema selama 9 tahun pengamatan
(2006-2014), diperolehdari
BPDAS Indragiri Rokan.
Data klimatologi, meliputi data
temperatur udara tahun data curah hujan di stasiun Pasar
Kampar selama 9 tahun
pengamatan (2006-2014),
diperoleh dari BPDAS Indragiri Rokan.
Peta jenis tanah dan tekstur tanah
tahun 2009, diperoleh dari
BPDAS Indragiri Rokan.
3. Tahapan Pelaksana Studi
a. Analisa Data Suhu
Di Indonesia tidak semua stasiun mempunyai data suhu udara. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat
dilakukan pendugaan suhu udara dari stasiun terdekat dengan
memper-timbangkan faktor ketinggian
tempat. Untuk penyesuaian ini
digunakan cara Mock (1973).
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 3
dimana:
ΔT = selisih temperatur udara
masing-masing stasiun (°C)
Z1 = ketinggian stasiun acuan (m)
Z2 = ketinggian stasiun curah
hujan yang diperhitungkan (m)
b. Evapotranspirasi Potensial
Metode Thornthwaite Mather
Thornthwaite mengusulkan
metode empiris menghitung
evapotranspirasi potensial dari data suhu rata-rata bulanan, standar bulan 30 hari dan jam penyinaran 12 jam.
Adapun persamaannya adalah
sebagai berikut:
⁄ ∑
Pex = 16 (10T/I)a dimana:
Pex = evapotranspirasi potensial
belum terkoreksi (mm/bln)
T = suhu udara (°C)
i = indeks panas
I = jumlah indeks panas dalam
setahun
a = indeks panas
Untuk evapotranspirasi potensial terkoreksi dikalikan dengan faktor koreksi.
PE = f.Pex dimana:
PE = evapotranspirasi potensial
terkoreksi (mm/bulan)
f = faktor koreksi (dilihat pada
tebal koreksi lintang dan waktu)
c. Kapasitas Tanah dalam
Menyimpan Air (Water Holding
Capacity)
Kapasitas tanah dalam
menyimpan air adalah jumlah air maksimum yang dapat disimpan di
dalam lapisan tanah yang besarnya ditentukan oleh porositas tanah dan kedalaman akar. Petak kapasitas
tanah dalam menyimpan air
diturunkan dari peta satuan lahan
dengan memberikan nilai Water
Holding Capacity (WHC) kepada
setiap satuan lahan atas dasar jenis tutupan lahan dan permeabelitas
tanah. Nilai WHC dapat diperoleh
dengan bantuan tabel pendugaan
yang dikombinasikan dengan
kedalaman perakaran pada berbagai tekstur tanah (Tabel 2.1).
d. Akumulasi Potensi Kehilangan
Air Tanah (Accumulation
Potential Water Loss)
Menghitung APWL dilakukan
dengan cara menjumlahkan angka pada bulan yang negatif, yaitu
menjumlahkan nilai APWL bulan
sebelumnya dengan nilai P-PE pada
bulan ke-i.
- Pada bulan-bulan kering (P<PE)
dilakukan dengan cara
menjumlahkan nilai selisih (
P-PE) setiap bulan dengan nilai (
P-PE) bulan sebelumnya.
- Pada bulan-bulan basah (P>PE),
maka nilai APWL sama dengan
nol.
e. Kelengesan Tanah
Untuk menghitung kelengasan
tanah, nilai didapatkan dengan
memperhitungkan bulan basah dan bulan kering
- Pada bulan-bulan basah (P>PE),
maka nilai ST untuk tiap
bulannya sama dengan WHC
- Pada bulan-bulan kering (P<PE),
maka nilai ST untuk tiap
bulannya dihitung dengan
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 4
Perhitungan penambahan air
(ΔST) dilakukan dengan cara
mengurangi nilai ST pada bulan yang
bersangkutan dengan nilai ST pada
bulan sebelumnya.
g. Evapotranspirasi Aktual
Nilai Evapotranspirasi aktual
bisa didapat dengan
memperhitungkan bulan basah dan bulan kering dimana,
- Untuk bulan-bulan basah
(P>PE), maka nilai AE=PE
- Untuk nilai bulan-bulan kering
(P<PE), maka nilai AE=P-ΔST
h. Perhitungan Surplus
Nilai surplus (S) atau
kelebihan lengas tanah yang terjadi didapat dengan persamaan sebagai berikut: dimana: S = Surplus (mm/bulan) P = presipitasi (mm/bulan) PE = evapotranspirasi potensial (mm/bulan)
ΔST = perubahan lengas tanah (mm)
i. Perhitungan Defisit
Defisit atau kekurangan lengas tanah yang terjadi didapat dengan menghitung selisih antara PE dengan AE (lihat Persamaan 2-26). – dimana: D = Defisit (mm/bulan) PE = evapotranspirasi potensial (mm/bulan) AE = evapotranspirasi aktual (mm/bulan) j. Perhitungan Runoff
Langkah terakhir dari
perhitungan neraca air dengan
metode Thornthwaite-Mather adalah
menghitung runoff . Runoof
diperoleh dari surplus air yang
besarnya diaumsikan 50% dan
sisanya akan keluar menjadi runoff
pada bulan berikutnya.
III. HASIL DAN
PEMBAHA-SAN
A. Kondisi Fisik Sub DAS
Subayang
Daerah Aliran Sub DAS
Subayang terletak di Provinsi Riau dengan luas wilayah 64.592,8 Ha dan panjang Sungai utama 61,5km. Secara geografis wilayah DAS SM Rimbang Baling, secara administrasi terletak di Kabupaten Kampar. DAS SM Rimbang Baling terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Sub DAS Bio bio, Sub DAS Sibayang, Sub DAS Singingi. Khusus untuk penelitian ini hanya untuk Sub DAS Subayang.
Untuk selanjutnya Sub DAS
Subayang disajikan pada Gambar 1. Sedangkan untuk data suhu mengunakan stasiun pasar Kampar mulai tahun 2006-2014. Dikarenakan Stasiun gema belum mempunyai stasiun klimatologi. Maka dalam penelitian ini menggunakan pen-dugaan suhu pada lokasi penelitian
dengan menggunakan cara Mock,
dikarenakan selisih temperatur udara masing-masing stasiun sangat kecil
mengakibatkan data suhu pada
stasiun Pasar Kampar dan stasiun Gema tidak berbeda.
Dan curah hujan bulanan yang dipergunakan data stasiun Gema selama 9 tahun mulai dari tahun 2006-2014. Pola hujannya setiap tahun berbeda-beda. Dari data curah hujan selama 9 tahun dari 2006-2014 curah hujan maksimal pada maret tahun 2008 sebesar 737 mm dan curah hujan minimal pada juni tahun 2014 sebesar 6,8 mm
Berdasarkan peta penutupan
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 5
mempunyai penutupan lahan yaitu Hutan Lahan Kering Primer dan Hutan Lahan kering Sekunder. Dari
penutupan lahan jenis yang
mendominasi adalah Hutan Lahan Kering Primer. Peta penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Penutupan Lahan
Sumber: Hasil Analisa
Dari peta jenis tanah di Sub DAS Subayang terdapat 2 jenis tanah yaitu
kambisol (lempung berdebu) dan
Podsolid (lempung pasir halus). Dari kedua jenis tanah tersebut yang mendominasi adalah jenis tanah
Podsolid yang sebagian besar
terletak dibagian hulu. Peta Jenis tanah ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Hasil penggabungan peta Tata Guna Lahan dan Tekstur tanah ini memperoleh Kapasitas tanah dalam menyimpan air dengan mengunakan
software Arcview Gis 3.2 maupun
ArcGis. Maka akan memperoleh
Nilai kelembaban tanah tertahan
atau kelembaban tanah pada
Kapasitas lapang (STo) sama dengan
Kapasitas menyimpan air (WHC).
Tabel 2. Rekapitulasi Kelembapan tanah
Sumber: Hasil Analisa
B. Potensi ketersedian Sub DAS
Subayang dengan Metode
Thornwaite-Mather
Hasil estimasi potensi air bulanan dengan metode Thornthwaite-Mather
pada Grafik Runoff. Dari Tabel 3.
dpat dilihat bahwa berdasarkan hasil perhitungan estimasi potensial air
bulanan dengan metode
Thornthwaite-Mather selama 9
tahun. Dilihat dari hasil perhitungan bahwa potensi air bulanan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu
212.969.320,65 m3/bln dan terendah
trejadi pada tahun 2012 yaitu
berkisar 18,17 m3/bln. Hal ini jika
dihubungkan dengan kejadian hujan yang terjadi di Sub DAS Subayang seperti disajikan pada perhitungan dapat dianalogikan bahwa semakin kecil curah bujan yang turun maka potensi airnya juga semakin kecil dan begitu sebaliknya.
Selanjutnya pada gambar 2 sampai gambar 10 disajikan hasil perhitungan potensi air bulanan hasil estemasi dengan metode Thornwaite-Mather. Potensi air bulanan Sub DAS Subayang dihitung mulai tahun 2006 sampai dengan 2014. Hasil potensi ketersedian air di Sub DAS
Subayang diasumsikan bahwa
surplus air akan menjadi aliran pada bulan berikutnya sebesar 50%. Hasil perhitungan estimasi potensi air bulanan hasil perhitungan dengan
metode Thornwaite-Mather di Sub
DAS Subayang disajikan pada
Gambar 2. sampai Gambar 10.
Ha Proporsi
1 hutan lahan kering primer 53,281.20 82.49 2 hutan lahan kering sekunder 11,311.64 17.51
Jumlah 64,592.84 100.00
Tahun 2009 Penggunaan lahan
No
Jenis Tekstur Proporsi Area (HA) Area Tersedia Zona Kelembaban Vegetasi tanah (%) (mm/m) Perkaran(m) (mm) 1 hutan primer lempung pasir halus 70.2 45,340.6 150.0 2.0 21,058.3
Lempung berdebu 12.3 7,940.6 200.0 2.0 4,917.3 2 hutan sekunder lempung pasir halus 2.8 1,814.5 150.0 2.0 842.8 lempung berdebu 14.7 9,497.1 200.0 2.0 5,881.2
100.0
64,592.8 32,699.6 No
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 6
Tabel 3 Rekapitulasi Runoff bulanan Sub DAS Subayang 9 tahun
Sumber: Hasil Analisa
Gambar 2. Grafik Runoff tahun 2006
Gambar 3. Grafik Runoff tahun 2007
Gambar 4 Grafik Runoff tahun 2008
Gambar 5 Grafik Runoff tahun 2009
Gambar 6. Grafik Runoff tahun 2010
Gambar 7. Grafik Runoff tahun 2011
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2006 80,321,804.15 80,321,804.15 40,160,902.08 20,080,451.04 10,040,225.52 5,020,112.76 2,510,056.38 1,255,028.19 627,514.09 313,757.05 156,878.52 34,976,392.28 2007 34,937,172.64 56,565,511.25 78,017,554.53 58,469,092.07 49,594,117.83 34,976,844.81 17,488,422.40 8,744,211.20 4,372,105.60 2,186,052.80 1,093,026.40 546,513.20 2008 23,478,708.62 31,465,926.84 157,167,702.60 162,074,302.92 89,889,514.04 44,944,757.02 22,472,378.51 11,236,189.26 5,618,094.63 2,809,047.31 1,404,523.66 690,797.62 2009 34,539.88 17,269.94 8,634.97 4,317.49 2,158.74 1,079.37 539.69 269.84 134.92 67.46 5,463,559.80 16,390,578.20 2010 128,325,303.31 73,690,042.65 36,845,021.32 18,422,510.66 9,211,255.33 4,605,627.67 2,302,813.83 1,151,406.92 575,703.46 287,851.73 143,925.86 18,608.19 2011 9,304.09 4,652.05 2,326.02 1,163.01 581.51 290.75 145.38 72.69 36.34 18.17 64,611,548.69 193,834,618.81 2012 161,528,849.01 48,458,654.70 24,229,327.35 12,114,663.68 6,057,331.84 3,028,665.92 1,514,332.96 757,166.48 378,583.24 189,291.62 48,104,505.92 173,986,120.51 2013 212,969,320.65 43,496,530.13 21,748,265.06 10,874,132.53 5,437,066.27 2,718,533.13 1,359,266.57 679,633.28 339,816.64 169,908.32 84,954.16 42,477.08 2014 21,238.54 10,619.27 5,309.64 2,654.82 1,327.41 663.70 331.85 165.93 82.96 41.48 20.74 -Tahun Bulan
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 7
Gambar 8. Grafik Runoff tahun 2012
Gambar 9 Grafik Runoff tahun 2013
Gambar 10. Grafik Runoff tahun
2014
VI. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian neraca air Sub DAS Subayang ini didasari pada analisis ketersediaan mengunakan model
neraca air bulanan
Thornthwaite-Mather. Dengan metode
Thornthwaite-Mather pendugaan
potensi ketersedian air dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan jika
pegguapan tinggi maka
mengakibatkan surplus nya rendah.
Perhitungan limpasan permukaan dimulai sesaat setelah musim kering berakhir (S > 0), dimana dalam hal ini digunakan asumsi 50% dari
surplus akan ditambahkan untuk
run-off bulan berikutnya dimana Runoff
tersebut merupakan jumlah
ketersedian air yang terdapat pada
Sub DAS Subayang. Potensi
ketersedian air bulanan maximum terjadi di bulan Januari pada tahun
2013 yaitu 212.969.320,65 m3/bln
sedangkan potensi ketersedian air bulanan minimum terjadi di oktober
pada tahun 2012 yaitu berkisar18,17
m3/bln.
Adapun saran yang dapat
digunakan sebagai rekomendasi
Pendugaan potensi Ketersedian air pada penelitian ini menggunakan asumsi-asumsi karena keterbatasan data. Untuk penelitian yang lebih detil kita membandingkan data debit sungai dari pengukuran di lokasi dengan hasil perhitungan untuk
mengetahui keakuratan metode
Thornthwaite Mather.
DAFTAR PUSTAKA Anggun, 2015. Analisa Kekeringan
Menggunakan Metode
Thornthwaite Mather pada
Sub-Sub Das Keyang Kabupaten Ponorogo.
Malang: Universitas Brawijaya.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Gadjah
Mada University Press,
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 8
Kodoartie, Robert J., dan Syarief,
Roestam., 2010, Tata Ruang Air,
CV Andi
O set, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang, 2009.
Hidrologi Terapan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Bonita, Riztri., dan Mardyanto,
Agus, 2015. Studi Water Balance
Air tanah di Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS).
Irfan, Budi dan Nugroho, Rahardyan,
2009. Perbandingan Hasil
Estimasi Potensi Air Bulanan dan Hasil Pengukuran Langsung di Sub DAS Wuryantoro, Wonogiri. Solo: Balai Penelitian Kehutanan Solo