• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2005

TENTANG

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya

meningkatkan kemampuan, mutu, produktivitas dan perluasan kesempatan kerja serta meningkatkan ketrampilan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan perlu adanya pelatihan tenaga kerja yang diselenggarakan secara terpadu melibatkan unsur-unsur terkait dari pihak pemerintah dan swasta; b. bahwa untuk mendukung

pelaksanaan pelatihan tenaga kerja, maka perlu melakukan

(2)

Pembinaan dan Pengawasan terhadap Lembaga Pelatihan Kerja yang ada di wilayah Kota Denpasar, dengan menerbitkan Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor. 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3465);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048) ;

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4389) ;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

(3)

Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1991 tentang Latihan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 3457. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3133);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA DENPASAR dan

WALIKOTA DENPASAR MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kota adalah Walikota Denpasar.

2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Denpasar. 3. Walikota adalah Kota Denpasar.

4. Kantor Tenaga Kerja adalah Kantor Tenaga Kerja Kota Denpasar.

5. Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kwalifikasi jabatan atau pekerjaan.

(4)

6. Produktivitas adalah kemampuan seseorang (Tenaga Kerja) untuk menghasilkan barang dan jasa.

7. Program Pelatihan Kerja adalah keseluruhan isi pelatihan yang tersusun secara sistematis dan memuat tentang kompetensi kerja yang ingin dicapai, materi pelatihan teori dan praktek, jangka waktu pelatihan, metode dan sarana pelatihan, persyaratan peserta dan tenaga kepelatihan khususnya instruktur, serta evaluasi dan menetapkan kelulusan peserta pelatihan.

8. Lembaga Pelatihan Kerja adalah instansi pemerintah, badan hukum, atau perorangan yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja. 9. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

10. Retribusi Perijinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

11. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 12. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu tertentu bagi wajib retribusi

untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Kota.

13. Surat Setoran Retribusi daerah, yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi terhutang ke kas daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Walikota. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat

disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retibusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang.

16. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

17. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang – undangan retribusi Daerah.

18. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak

(5)

pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II PERIJINAN

Pasal 2

(1) Setiap orang atau badan hukum yang menyelenggarakan Lembaga Pelatihan Kerja wajib memiliki izin dari Walikota.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

(3) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) baru dapat dilaksanakan apabila lembaga pelatihan kerja dimaksud mempunyai kinerja yang baik.

(4) Kriteria penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

TATA CARA DAN PERSYARATAN PERIJINAN Pasal 3

(1) Untuk memperoleh Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) permohonan diajukan secara tertulis kepada Walikota melalui Kantor Tenaga Kerja. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilengkapi persyaratan sebagai berikut :

a. foto copy surat pengesahan sebagai badan hukum atau Kartu Tanda Penduduk bagi pemohon perorangan;

b. foto copy Ijin Tempat Usaha dan atau Ijin Gangguan atau Surat Keterangan Tempat Usaha; c. daftar nama penanggung jawab lembaga, program dan tenaga kepelatihan dilengkapi dengan riwayat hidup;

d. foto copy surat tanda bukti kepemilikan atau penguasaan prasarana dan pasilitas pelatihan kerja paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan program pelatihan yang akan di selenggarakan;

e. program pelatihan kerja (kurikulum dan silabus); f. struktur organisasi paling rendah terdiri dari :

1. penanggung jawab lembaga pelatihan kerja; 2. penangung jawab program pelatihan kerja; 3. tenaga kepelatihan.

g. foto copy Deposito atas nama penanggung jawab lembaga pelatihan kerja yang besarnya sesuai dengan biaya program pelatihan kerja yang diajukan ;

h. surat penunjukan sebagai cabang dari lembaga pelatihan kerja diluar negeri sebagai lembaga pelatihan kerja yang merupakan cabang dari lembaga pelatihan kerja di luar negeri.

(3) Untuk menentukan jumlah deposito yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g, pemohon harus menyusun biaya program pelatihan kerja berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6)

Pasal 4

Dalam hal persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 telah dilengkapi, maka Kantor Tenaga Kerja melakukan verifikasi untuk membuktikan kebenaran persyaratan.

Pasal 5

(1) Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh Walikota, dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan secara lengkap dan benar.

(2) Dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Walikota menerbitkan ijin dalam waktu paling lama 6 (enam) hari kerja terhitung sejak tanggal selesainya verifikasi.

(3) Dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Walikota, membuat surat penolakan pemberian ijin kepada pemohon disertai dengan alasanya dalam waktu paling lama 6 (enam) hari kerja terhitung sejak tanggal selesainya verifikasi.

Pasal 6

Kepala Kantor Tenaga Kerja menandatangani Ijin Lembaga Pelatihan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atas nama Walikota.

BAB IV

PENAMBAHAN PROGRAM PELATIHAN Pasal 7

(1) Bagi Lembaga Pelatihan Kerja yang telah memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang akan menambah jenis program pelatihan wajib mendapat izin penambahan program pelatihan kerja dari Walikota.

(2) Permohonan izin penambahan program pelatihan dimaksud pada ayat (1) dilengkapi persyaratan sebagai berikut :

a. kurikulum dan silabus program pelatihan kerja yang baru;

b. daftar nama dan riwayat hidup instruktur pelatihan kerja bagi program yang diusulkan ;

c. tanda bukti kepemilikan atau penguasaan prasarana pelatihan kerja tempat dan gedung paling lama 3 (tiga) tahun;

d. tanda bukti memiliki pasiltas pelatihan peralatan, mesin dan fasilitas pendukung lainya sesuai dengan program pelatihan yang usulkan;

e. foto Copy saldo akhir rekening giro lembaga pelatihan kerja yang besarnya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(7)

BAB V

PENDAFTARAN DAN PELAPORAN PELATIHAN KERJA

Pasal 8

(1) Lembaga Pelatihan Kerja yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah, wajib mendaftarkan kegiatan program pelatihannya pada Kantor Tenaga kerja. (2) Lembaga pelatihan kerja perusahaan yang melakukan

pelatihan kerja bagi pekerjanya/buruhnya dan atau melatih masyarakat umum tanpa memungut biaya, wajib mendaftarkan kegiatan program pelatihannya pada Kantor Tenaga Kerja.

Pasal 9

Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disampaikan kepada Walikota Denpasar melalui Kantor Tenaga Kerja dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut :

a. surat keterangan keberadaan lembaga / unit pelatihan kerja dari instansi yang membawahi lembaga / unit pelatihan kerja ;

b. struktur organisasi induk dan atau / unit yang menangani pelatihan;

c. nama penanggung jawab ;

d. program pelatihan yang diselenggarakan ; e. daftar instruktur dan tanaga pelatihan lainnya ; f. daftar inventaris sarana dan prasarana pelatihan

kerja.

Pasal 10

(1) Atas pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diterbitkan tanda daftar paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah seluruh syarat administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipenuhi secara lengkap dan benar. (2) Apabila setelah 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tanda daftar tidak atau belum diterbitkan, maka lembaga pelatihan kerja dapat melaksanakan kegiatan pelatihan kerja.

Pasal 11

(1) Lembaga Pelatihan Kerja wajib melaporkan kegiatannya kepada Walikota melalui Kantor Tenaga Kerja paling 6 (enam) bulan sekali.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat tentang jenis kejuruan, tingkat program pelatihan kerja yang dilaksanakan jumlah peserta dan jumlah lulusan.

BAB VI

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN Pasal 12

(1) Walikota dapat menghentikan sementara pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja apabila di dalam pelaksanaannya ternyata :

a. tenaga kepelatihan tidak sesuai dengan program; b. tidak sesuai dengan kurikulum ;

(8)

c. sarana dan prasarana pelatihan kerja tidak sesuai dengan program ; atau

d. berkurangnya jumlah deposito atau giro yang dipersyaratkan.

(2) Penghentian sementara pelaksanaan penyelenggaraannya pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

(3) Selama dalam masa penghentian sementara penyelenggara pelatihan kerja dilarang menerima peserta pelatihan kerja baru untuk program pelatihan kerja yang dihentikan sementara.

Pasal 13

(1) Dalam hal penyelenggara pelatihan kerja paling singkat 6 (enam) bulan masa penghentian sementara masih belum memenuhi kewajiban yang perintahkan, maka Walikota dapat menghentikan program pelatihan kerja tersebut.

(2) Penyelenggara pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengembalikan sisa biaya pelatihan kerja kepada peserta.

(3) Penyelenggara pelatihan kerja dapat mengajukan kembali program yang telah dihentikan dengan mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Pasal 14

(1) Apabila lembaga pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 tetap melaksanakan program pelatihan kerja yang telah diperintahkan

untuk dihentikan, maka Walikota mencabut ijin lembaga pelatihan kerja yang bersangkutan;

(2) Penyelenggara program pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengembalikan sisa biaya pelatihan kerja kepada seluruh peserta pelatihan.

Pasal 15

Dalam hal lembaga pelatihan kerja tidak melaksanakan program pelatihan kerja paling lama (1) satu tahun terus menerus, Kantor Tenaga Kerja dapat mencabut izin lembaga pelatihan kerja yang bersangkutan.

Pasal 16

Kantor Tenaga Kerja dapat membatalkan tanda daftar lembaga pelatihan kerja milik perusahaan yang melaksanakan pelatihan kerja bagi mayarakat umum dengan memungut biaya dan lembaga pelatihan kerja tersebut dianggap menyelenggarakan pelatihan kerja tanpa izin.

Pasal 17

(1) Kantor Tenaga Kerja melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap lembaga pelatihan kerja. (2) Bimbingan dan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan terhadap program pelatihan kerja, ketersediaan sarana dan fasilitas, ketersediaan dan kualitas tenaga kepelatihan, penerapan metoda dan sistem pelaksanaan pelatihan kerja.

(9)

BAB VII

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 18

Dengan nama Retribusi Ijin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin kepada orang atau badan hukum yang mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja.

Pasal 19

Obyek Retribusi adalah pemberian Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja.

Pasal 20

Subjek Retribusi adalah orang atau badan hukum yang mendapat Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja.

BAB VIII

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 21

Retribusi Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja digolongkan sebagai Retribusi Perijinan lain-lain.

BAB IX

DASAR PENGENAAN TARIF RETRIBUSI Pasal 22

Dasar pengenaan tarif retribusi adalah setiap pemberian Izin Mendirkan Lembaga Pelatihan Kerja.

BAB X

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF

Pasal 23

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya survei lapangan dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan.

BAB XI

BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 24

Atas pengeluaran izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dikenakan retribusi yang ditetapkan sebagai berikut :

a. Izin mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu).

b. Izin Penambahan Program Pelatihan Kerja sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

(10)

BAB XII

WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 25

Retribusi yang terutang dipungut di Kota Denpasar tempat Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja diberikan.

Pasal 26

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIII

SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 27

Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIV

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 28

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi paling lama 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 29

(1) Pengeluaran Surat Teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagi awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari kerja sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah

tanggal surat teguran / peringatan/ surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(3) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal surat teguran atau surat pemungut atau surat lain yang sejenis disampaikan wajib retribusi belum membayar retribusi terutang maka izin tidak dapat diberikan.

BAB XV

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 30

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi , Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota.

(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(11)

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 31

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Walikota paling sedikit menyebutkan :

a. Nama dan alamat wajib retribusi ; b. Masa retribusi ;

c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti Penerimaan oleh Pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.

Pasal 32

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4) ,pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindahan bukuan sebagai bukti pembayaran.

BAB XVI

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 33

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi, antara lain, untuk mengangsur.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

(12)

BAB XVII

KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 34

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kedaluwarsa setelah melampui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran, atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib pajak Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 35

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif oleh Walikota mulai dari teguran sampai dengan penghentian kegiatan dan / atau pencabutan ijin.

(2) Teguran tertulis sebagaimana yang dimaksud ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dengan selang waktu masing-masing maksimal 1 (satu) bulan. (3) Apabila sampai dengan teguran tertulis terakhir yang bersangkutan tetap tidak memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku, dicabut dan atau dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 36

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi admnistrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIX

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 37

(1). Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kota diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2). Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ;

b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

(13)

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan dan Retribusi ; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan

bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi;

g. Menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan pemeriksaan identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah dan Retribusi ;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan ;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA Pasal 37

(1) Setiap orang atau Badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2, dan 7 Peraturan Daerah ini diancam Pidana kurungan selama lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )

adalah pelanggaran.

BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38

(1) Lembaga Pelatihan Kerja yang telah ada dan telah mempunyai izin sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini wajib mengadakan daftar ulang paling lama 6 (enam) bulan sejak ditetapkan Peraturan Daerah ini.

(2) Apabila dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan daftar ulang sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak dilaksanakan maka izin yang telah dimiliki dinyatakan tidak berlaku dan kepada yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan izin baru dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Lembaga Pelatihan Kerja yang telah ada yang belum mempunyai izin wajib mengajukan permohonan Izin berdasarkan Peraturan Daerah ini paling lama 6 (enam) bulan sejak ditetapkan Peraturan Daerah ini.

(14)

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 39

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Denpasar.

Ditetapkan di Denpasar

pada tanggal 22 September 2005 WALIKOTA DENPASAR,

PUSPAYOGA Diundangkan di Denpasar

pada tanggal 27 Juni 2006

SEKRETARIS DAERAH KOTA DENPASAR,

MADE WESTRA

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2006 NOMOR 13

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2005

TENTANG

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA

I. UMUM

Bahwa masalah ketanagakerjaan di Kota Denpasar ini merupakan masalah yang cukup komplek yaitu disamping jumlah pencari kerja yang cukup tinggi, terbatasnya lapangan kerja juga rendahnya keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja. Pembinaan terhadap sumber daya manusia (SDM) mesti dilaksanakan secara terpadu, sistematis, berkesinambungan dan bertahap antara pemerintah dan pihak swasta.

Dalam rangka pembinaan teknis terhadap ijin pendirian lembaga pelatihan kerja diperlukan pedoman berupa Peraturan Daerah sebagai acuan agar lembaga pelatihan kerja tersebut dapat berjalan dan berfungsi seperti yang diharapkan.

Bahwa dalam rangka pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelatihan kerja perlu dilaksanakan melalui mekanisme pemberian Izin Mendirikan Pelatihan Kerja.

Bahwa pemberian Izin Mendirikan Pelatihan Kerja tersebut diatas dipandang perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(15)

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1)

Tim yang dimaksud adalah yang pembentukannya ditetapkan dengan Keputusan Walikota yang keanggotaannya sekurang-kurangnya terdiri dari unsur organisasi lembaga pelatihan kerja, unit kerja yang menangani pelatihan kerja, unit kerja pengawasan tenaga kerja dan instansi terkait lainnya. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup Jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Ayat 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas.

(16)

Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup Jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup Jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan analisis data kuantitatif yang peneliti maksud di dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kapasitas kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa S1

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang “ Pengembangan Pembelajaran Matematika

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh sifat mekanik bioplastik untuk uji kuat tarik didapatkan komposisi : 5 gram pati dan 2 ml gliserol dengan nilai 2,02966

Dengan mempertimbangkan bahwa pemilihan tipe terminal LNG sebagai hub terminal di Makassar dilakukan secara kualitatif dan berdasarkan preferensi alternatif menurut kriteria

Penelitian aplikasi pembelajaran pengenalan para nabi di Alkitab untuk anak sekolah minggu Gmit Kefas berbasis multimedia menggunakan metode tahapan pengembangan

0 % KETERWAKILAN PEREMPUAN DAN MEMENUHI PENEMPATANNYA DAERAH PEMILIHAN : BANTUL 3 (PLERET, DLINGO, IMOGIRI) 0 % KETERWAKILAN PEREMPUAN DAN MEMENUHI PENEMPATANNYA DAERAH PEMILIHAN

Hal-hal lain yang beh:m dan/dtau belum cukup diatur dalam periaqiian ini akan diatur oleh PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA berdasarkan kesepakatao yang dituangkan

minyak bumi serta perengkahan biomassa (Green et al., 2006). Model ini akan digunakan pada penelitian kali ini untuk diterapkan pada optimalisasi perengkahan