Membangun Struktur & Kultur Baru
Dalam Transportasi Umum
Dr. Yayat Supriatna, MSP
Planologi – Universitas Trisakti
Makna Pembangunan Kota
2EKONO
MI
POLITIK
FISIK
LINGKUNG AN KESEHAT AN AGAMAHUKUM
PEMB.
MANUSIA
Struktur
Proses
Kultur
Inklusi Sosial Kultur yang Distrukturkan Struktur yang MembudayaKultur yang Diproses kembali Proses yang Dibudayakan Struktur yang Diproses Proses yang Distrukturkan
“ Struktur”:
Pola hubungan interaksi yg telah terlembaga secara resmi atau tidak yg bersifat mengatur, memaksa, membatasi,tindakan masyarakat.Resmi/legal:
Undang-Undang (Lalu Lintas & Angkutan Jalan, Tata Ruang) Kebijakan Pemerintah (Kenaikan BBM, Tarif Angkutan Umum,
Aplikasi Transportasi/Gojek/Uber )
Program Pemerintah (Pembangunan LRT Jabodetabek, Bantuan
Penyediaan Bus Kota, Pembinaan Operator Angkutan)
Anggaran Pembangunan (Dana Pusat, Prov, Kab/Kota, BUMN,BUMD,
Dana PSO)
Tidak Resmi:
Demografi/ kepadatan penduduk
Kondisi Jalan dan trotoar yang rusak dan tidak terpelihara Kondisi angkutan umum yang buruk dan tidak aman
Harga Motor yang murah dan mudah didapat Separator (jalur khusus) Bus Trans Jakarta
“Kultur / Budaya”:
Segala sistem nilai, norma, sistem kepercayaan, adat istiadat, tradisi yang telah mendarah daging (internalized) pada individu/ komunitas sehingga memiliki “kekuatan” membentuk keyakinan, pola berpikir, sikap dan perilaku anggota masyarakat
Sistem kepercayaan, nilai-nilai, agama
Tradisi, adat istiadat, kebiasaan (mis : tidak
pakai helm)
Mobil dan Motor sebagai simbol kekayaan
Aplikasi teknologi Transportasi (transportasi on
line) sebagai budaya baru masyarakat
Disiplin Lalu Lintas sebagai masalah kultural
Mengantri tiket, membuang sampah dan
merokok diangkutan umum
Budaya Kerja, budaya disiplin, budaya tertib
Baik buruknya sistem layanan SIM dan STNK
merupakan produk budaya / nilai-nilai
“Proses Sosial” :
Segala dinamika ”interaksi” manusia diluar ikatan struktur dan kultur.
Interaksi Menteri dengan warga masyarakat untuk
perbaikan layanan.
Dialog antara Kapolda Metro Jaya dgn masyarakat dlm
acara Coffee Break.
Diskusi dan wacana untuk masalah pengaturan Genap
Ganjil: di warung kopi, di kelurahan sampai seminar atau
workshop.
Kesempatan bernegosiasi: demo/protes akibat kemacetan,
berdamai dengan petugas ketika ada razia lalulintas.
Apakah setiap solusi terkait masalah transportasi
melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi ?.
Komponen
Struktur
Kultur
Proses
Struktur
Struktur Kultur yang DistrukturkanProses yang Distrukturkan
Kultur
Struktur yangMembudaya Kultur
Proses yang Dibudayakan
Proses
Struktur yangDiproses
Kultur yang Diproses
kembali
Proses
Komponen
Struktur
Kultur
Proses
Struktur
Struktur
• Motor bukan untuk angkutan umum. (UU)
• Motor bukan moda untuk angkutan mudik. (kebijakan pem-an).
• Kredit Motor yang murah. (Aturan Pasar)
Kultur yang Distrukturkan
• Sanksi Sosial yang dijalankan melalui peraturan.
• Keselamatan penting untuk perjalanan.
• Displin berlalu lintas melalui kurikulum pendidikan di sekolah (polisi cilik)
Proses yang Distrukturkan
• Dialog/ Musyawarah harus menjadi bagian dari kebija k an Pem-an. (perda,pergub)
• Gagasan masyarakat harus bagian dari kebijakan.
Kultur
Struktur yang Membudaya
• Tertib aturan lalu lintas menjadi budaya masyarakat.
• Masyarakat tidak lagi berdamai dan taat aturan..
• Aparatur/petugas konsisten dalam menjalankan aturan.
Kultur
• Tidak disiplin karena nilai kebiasaan yang sudah lama tertanam dalam pikiran dan perbuatan..
• Kebiasaan menjadi panutan warga dalam bertindak/ perilaku.
Proses yang Dibudayakan
• setiap hasil keputusan untuk kepentingan publik
merupakan hasil kesepakatan bersama.
• Partisipasi menjadi keharusan.
Proses
Struktur yang Diproses
• Menegoisasikan kembali
keputusan, boleh tidak Taxi on line beroperasi,
• Sepakat Tidak menggunakan kekerasan dlm setiap tindakan unjuk rasa.
Kultur yang Diproses kembali
• Merubah kebiasaan untuk tidak merokok di angkutan umum.
• Kebiasaan “damai itu indah” harus dihindarkan petugas.
Proses
• Pembinaan masyarakat harus terus dilakukan.
• Keputusan tidak selalu diambil sepihak tetapi selalu bersama-sama.
Angkutan umum yg membangun kultur baru
Belajar dari PT. KAI dalam mengelola angkutan umum di Jabodetabek.
1. Membangun tata kelola angkutan umum dengan kultur yang melayani
dan memanusiawikan penumpang.
2. Merubah tata kelola sistem tarif angkutan yang lebih murah (melalui
PSO) dan sistem ticketing dengan menggunakan kartu dan mesin tiket.
3. Merubah tata kelola stasiun, sistem perparkiran, kebersihan dan
keamanan perjalanan.
4. Membangun sistem jadwal perjalanan yang lebih memperpendek “jeda
jarak” (headway) antara 5 sd 10 menit dan pemberitahuan posisi
perjalanan kereta.
5. Membangun disiplin karyawan dengan insentif dan disinsentif, sehingga
kultur layanan tetap terjaga.
6. Membangun ruang dialog, melalui “media sosial” dan pendekatan
Struktur Baru
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rute Percontohan : SutanJuhi
Elemen kunci sistem operasi bus kota, memungkinkan monitoring dan evaluasi untuk menyediakan
model perbaikan yang lebih luas
Sistem
Operasi
Bus Kota
Jadwal dan timetable bus Halte bus formal Spsifikasi bus kota yang tepat (low-floor) Mobility inclusion (ramah disabilitas) Standar pelayanan tinggi Sistem tiket elektronik Pelatihan pramudi dan awak bus Publikasi yang baikStruktur & Kultur Baru
Rute SutanJuhi
Jika KETEPATAN WAKTU headway tidak
terlalu lama, maka Trayek Sutanjuhi, akan menjadi pilihan pengguna.
WAKTU tempuh yang lebih cepat
membuat SutanJuhi memiliki keunggulan dibandingkan moda angkutan lain.
WAKTU memiliki makna penting
sebagai pilihan ekonomi (Money), Kesempatan atau Peluang, Perilaku Disiplin, Insentif dan Disinsentif Pekerja.
WAKTU sebagai Kultur yang mengatur
pilihan perjalanan atau moda.
Kultur disiplin TEPAT WAKTU akan
muncul dari Jadwal Perjalanan yg
memberikan kepastian bagi pengguna.
Jadwal dan Time Table :
Nilai dan Makna
Struktur & Kultur Baru
Rute SutanJuhi
HALTE yang bersih, tertata dan rapih akan
mendorong warga untuk menggunakan Bus
Kota.
Jarak antar HALTE yang tidak terlalu jauh
dengan perkantoran & permukiman akan
mendorong warga untuk berjalan kaki.
HALTE yang bebas dari PKL, parkir motor,
pemanfaatan fungsi lain akan membuat pengguna merasa nyaman.
HALTE yang terawat mencerminkan Kultur kepedulian pengelola terhadap layanan publik.
HALTE yang rapi, terjaga dan tersedia
jadwal bus kota dan rambu pendukung lainnya, mencerminkan pengguna
dimanusiawikan.
Struktur & Kultur Baru
Rute SutanJuhi
Ramah Disabilitas perwujudan bentuk
inklusi bagi semua warga.
Kesetaraan dan memanusiawikan bagi
yang membutuhkan kebutuhan khusus.
Negara hadir dan bertindak
melindungi semua warga.
Pembangunan infrastruktur
mensyaratkan adanya komponen kebutuhan khusus.
Perlindungan dan pemberian layanan
yang tidak membedakan kekurangan fisik dan mental.
Desain sarana dan prasarana jalan dan
trotoar memprioritaskan perlindungan bagi disabilitas.
Struktur & Kultur Baru
Rute SutanJuhi
Standar keselamatan adalah menjadi
prioritas.
Kenyamanan, keamanan, keselamatan
wajib terpenuhi.
Gender, Manula, Anak-anak dan
Kebutuhan khusus harus tersedia layanannya.
Standar pelayanan tinggi tidak
terpenuhi operator dikenai sanksi.
Layanan buruk driver diberhentikan. Dukungan antar stakeholder untuk
mendapatkan kelancaran dan kemudahan perjalanan.
SPM tidak terpenuhi PSO dihentikan.
Standar Pelayanan
Tinggi
Struktur & Kultur Baru
Rute SutanJuhi
Membangun kultur baru untuk
membuat warga semakin Mandiri.
Menghilangkan kebocoran atau
kerugian bagi operator.
Membangun budaya disiplin
Membangun budaya efisiensi dan
penghematan.
Mempercepat sistem layanan masuk
dan keluar halte dan bus.
Membangun budaya tertib aturan. Membangun budaya selalu siap
bergerak dan memahami prosedur SOP transportasi.
Membangun intergrasi tiket antar
moda.
Sistem Tiket
Elektronik
Struktur & Kultur Baru
Rute SutanJuhi
Membangun kultur disiplin dan taat
aturan bagi awak bus.
Membangun kultur melayani, bukan
asal dilayani.
Membangun budaya kepedulian dan
mengajarkan ketertiban bagi penumpang.
Membangun budaya disiplin lalu lintas. Membangun budaya keselamatan
perjalanan.
Membangun budaya kerja korporasi
yang melindungi konsumen.
Menghindari resiko terjadinya
gangguan perjalanan.
Menghindari budaya ugal-ugalan
dijalan.