• Tidak ada hasil yang ditemukan

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV. Analisis

Pada bab ini dibahas mengenai analisis terhadap citra aproksimasi dan hasil ekstraksi jalan pada citra aproksimasi tersebut untuk mendapatkan gambaran mengenai keterkaitan antara proses ekstraksi unsur jalan level dekomposisi dari transformasi Wavelet.

IV.1 Pendekatan Analisis

Analisis yang diterapkan pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama dilakukan pengkajian terhadap proses dekomposisi sedangkan pada bagian kedua dilakukan analisis terhadap hasil ekstraksi jalan pada citra asli dan citra aproksimasi.

IV.1.1 Analisis Terhadap Proses Dekomposisi

Analisis Terhadap Proses Dekomposisi dilakukan dengan menentukan statistik selisih nilai piksel antara citra aproksimasi dan citra asli. Agar resolusi yang digunakan dalam menghitung selisih dari kedua citra tersebut sama, maka citra aproksimasi perlu direkonstruksi terlebih dahulu. Adapun dalam mempertahankan variasi nilai piksel sama dengan citra aproksimasi, maka data detail yang ada dinolkan.

IV.1.2 Analisis Terhadap Hasil Ekstraksi Jalan

Analisis terhadap hasil ekstraksi jalan dilakukan dengan menghitung perbandingan jumlah-jumlah piksel, baik itu jumlah piksel terekstrak, jumlah piksel hasil overlay, dan jumlah piksel referensi. Perbandingan tersebut dinyatakan dalam nilai persentase kelengkapan (completeness) dan nilai persentase ketepatan (correctness) dari hasil ekstraksi jalan dengan persamaan (IV.1) dan (IV.2) dari [Hu dan Tao, 2007].

(2)

100%

referensi

piksel

Jumlah

overlay

hasil

piksel

Jumlah

n

kelengkapa

%

100% ekstraksi hasil piksel Jumlah overlay hasil piksel Jumlah etepatan k %  

IV.2 Penghitungan Statistik Citra Aproksimasi

Untuk dapat melakukan analisis terhadap citra aproksimasi, dilakukan proses rekonstruksi pada citra aproksimasi sehingga diperoleh citra dengan resolusi yang sama dengan citra asli (citra hasil rekonstruksi). Nilai piksel pada citra hasil rekonstruksi tersebut kemudian diselisihkan dengan nilai piksel pada citra asli.

IV.2.1 Rekonstruksi Wavelet

Proses rekonstruksi Wavelet dilakukan terhadap citra aproksimasi pada setiap level dekomposisi. Beberapa hasil proses rekonstruksi dalam penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar IV.1.

a. Citra Asli b. Dari Level 1

c. Dari Level 2 d. Dari Level 3

Gambar IV.1 Citra hasil rekonstruksi dari transformasi - db3

(IV.2) (IV.1)

(3)

IV.2.2 Penghitungan Selisih Citra Hasil Rekonstruksi

Statistik citra hasil rekonstruksi diperoleh dengan menghitung nilai minimum, rata-rata, maksimum, dan simpangan baku dari selisih nilai piksel antara citra hasil rekonstruksi dengan citra asli (Tabel IV.1) yang menunjukkan adanya penurunan kualitas citra seiring dengan peningkatan level dekomposisi. Disamping itu, sebaran nilai piksel pada citra yang ditransformasi dengan fungsi Wavelet db3dan sym3memiliki jangkauan dari lebih rendah dibandingkan dengan fungsi Wavelet haar.Lihat Gambar IV.2.

Tabel IV.1 Statistik Selisih nilai piksel dengan citra asli Citra hasil rekonstruksi haar

Min Rata-rata Max Std dev

level 1 -213 6,1685 206 31,5868

level 2 -220 12,4366 249 44,2632

level 3 -232 15,0784 248 56,8356

Citra hasil rekonstruksi db3

Min Rata-rata Max Std dev

level 1 -158 15,18 185 39,25

level 2 -163 12,44 188 49,96

level 3 -174 24,02 214 55,25

Citra hasil rekonstruksi sym3

Min Rata-rata Max Std dev

level 1 -165 17,9742 190 38,4757

level 2 -163 12,0995 187 49,8677

level 3 -174 23,5312 213 55,2167

(4)

Dilihat dari histogramnya, dengan fungsi wavelet haar akan diperoleh sebaran selisih nilai piksel yang mengikuti bentuk kurva normal (Gambar IV.3.(a)). Pada histogram sebaran dari selisih dengan fungsi wavelet db3 dan sym3, terdapat sebagian nilai piksel yang besarnya dipertahankan sama dengan aslinya (selisih nilai piksel kecil) sedangkan sebagian nilai piksel lainnya diubah (selisih nilai piksel besar). Lihat Gambar IV.3.(b) dan (c). Bentuk yang sama dari histogram pada setiap level dekomposisi menunjukkan bahwa karakteristik citra dipertahankan pada setiap level dekomposisi.

haar db3 sym3

Level 1

Level 2

Level 3

(a) (b) (c) Gambar IV.3 Histogram selisih piksel hasil rekonstruksi dengan citra asli IV.2.3 Representasi Sebaran Selisih Secara Spasial

Jika nilai piksel disubstitusi dengan dengan nilai selisihnya (Gambar IV.4), terlihat bahwa pada hasil dekomposisi dengan fungsi wavelet db3 dan sym3

(5)

(kelompok Gambar IV.4.(b) dan IV.4.(c)), terdapat pemisahan kelompok piksel berdasarkan variasinya (yang identik dengan pemisahan frekuensi) dimana:

• Piksel-piksel dengan variasi rendah selisihnya positif • Piksel-piksel dengan variasi tinggi selisihnya negatif

selisih haar selisih db3 selisih sym3

Level 1

Level 2

Level 3

(a) (b) (c) Gambar IV.4 Sebaran selisih hasil rekonstruksi

Keterangan Indeks warna :

Pada kelompok Gambar IV.4.(b) dan IV.4.(c) tersebut di atas nampak bahwa pada level 1 dan level 2, unsur-unsur dengan variasi nilai piksel rendah pada citra,

(6)

diantaranya jalan dan atap bangunan, menjadi lebih mudah diidentifikasi. Pada level 3, unsur-unsur seperti jalan dan atap bangunan sudah sulit diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan variasi selisih nilai piksel akibat perulangan proses filtering. Meningkatnya variasi nilai piksel ini secara kuantitatif dinyatakan dalam bentuk peningkatan simpangan baku selisih nilai piksel pada Tabel IV.1.

IV.3 Penghitungan Nilai Persentase Kelengkapan Dan Ketepatan

Analisis terhadap hasil ekstraksi unsur jalan dilakukan dengan menghitung jumlah piksel pada hasil ekstraksi jalan yang bersesuaian dengan piksel pada data referensi yang merupakan data vektor hasil digitasi citra yang telah dikonversi ke format raster.

IV.3.1 Pengadaan Citra Referensi (1) Digitasi citra asli

Data vektor jalan diperoleh dengan cara mendijitasi unsur jalan pada citra asli secara on-screenyang hasilnya ditunjukkan oleh Gambar IV.5

Gambar IV.5 Data vektor referensi (2) Konversi data referensi ke formatraster

Selanjutnya untuk mendapatkan data referensi pada setiap level dekomposisi, dilakukan proses konversi data vektor. Detail dari citra referensi tersebut menurun seiring dengan penurunan resolusi citra. Lihat Gambar IV.6

(7)

512 Piksel

258 Piksel 256 Piksel

131 Piksel 128 Piksel

68 Piksel 64 Piksel Gambar IV.6 Elemen garis data referensi

Penurunan resolusi citra tersebut mengakibatkan berkurangnya jumlah piksel jalan dari data referensi (Tabel IV.2) dimana penurunannya diilustrasikan pada Gambar IV.7.

Tabel IV.2 Total jumlah piksel verteks tereduksi Resolusi 512 258* 131* 68* 256 128 64 Jumlah Piksel 3031 1531 771 408 1508 756 383 *Resolusi pada hasil dekomposisi db3 dan sym3

(8)

Gambar IV.7 Total jumlah piksel garis data referensi IV.3.2 Overlay Hasil Ekstraksi Dengan Data Referensi

Overlay data hasil ekstraksi dengan data referensi dilakukan menggunakan operatorlogika andyang keluarannya hanya piksel-piksel bernilai 1 yang terdapat pada koordinat citra yang sama dari kedua data tersebut. Lihat Gambar IV.8

σ = 1

Level 1, k1= 0,94 Level 1, k2= 0,95 Level 1, k3= 0,96

Level 2, k1= 0,84 Level 2, k2= 0,85 Level 2, k3= 0,86

(9)

Level 3, k1= 0,78 Level 3, k2= 0,79 Level 3, k3= 0,80

Gambar IV.8.(b) Contoh hasil overlay pada citra db3 IV.3.3 Penghitungan Nilai Ketelitian Hasil Ekstraksi

Ketelitian ekstraksi unsur dinyatakan dengan nilai kelengkapan dan nilai ketepatan yang diperoleh dengan :

 Menghitung jumlah piksel tepi pada citra hasil ekstraksi jalan;

 Menghitung jumlah piksel tepi pada citra hasil overlay antara citra hasil ekstraksi jalan dengan data referensi;

 Menghitung nilai kelengkapan dan ketepatan menggunakan persamaan (IV.1) dan (IV.2).

Jumlah nilai piksel hasil ekstraksi jalan ditunjuukan oleh Gambar IV.9. Dapat dilihat pada gambar tersebut bahwa, semakin tinggi level dekomposisi, semakin sedikit piksel tepi yang terekstrak. Jumlah piksel tepi hasil ekstraksi jalan pada citra aproksimasi lebih rendah dibandingkan dengan jumlah piksel tepi hasil ekstraksi jalan pada citra asli.

Menurunnya jumlah piksel tepi yang terekstrak pada Gambar IV.9 menunjukkan adanya penurunan detail obyek yang dapat diamati. Perulangan terhadap proses transformasi Wavelet lebih jauh menurunkan penurunan detail obyek yang dapat diamati sehingga piksel tepi yang terdeteksi semakin sedikit.

(10)

Transformasi Sebaran Data

haar

db3

sym3

Gambar IV.9. Variasi jumlah piksel-piksel terekstrak pada citra hasil dekomposisi dan citra asli

Jumlah nilai piksel hasil ekstraksi jalan ditunjukkan oleh Gambar IV.10. Nampak bahwa jumlah piksel hasil overlay pada citra aproksimasi level 1 (dengan transformasi Wavelet) hampir menyamai jumlah piksel hasil overlay pada citra asli (tanpa transformasi Wavelet). Kesamaan ini menandakan bahwa pada citra asli terdapat lebih banyak piksel-piksel bukan jalan yang terekstrak sebagai tepi jalan dibandingkan pada citra aproksimasilevel1.

(11)

Transformasi Data

haar

db3

sym3

Gambar IV.10 Variasi jumlah piksel hasil overlay pada citra hasil dekomposisi

(1) Penghitungan persentase kelengkapan

Nilai persentase kelengkapan yang dihitung dengan persamaan (IV.1) menunjukkan bahwa ekstraksi jalan pada citra aproksimasi (menggunakan transformasi Wavelet) lebih baik jika dibandingkan dengan ekstraksi jalan pada citra asli (tanpa transformasi Wavelet). Lihat Gambar IV.11.

(12)

Transformasi Data

haar

db3

sym3

Gambar IV.11 Variasi persentase kelengkapan hasil ekstraksi

Nampak pada transformasi Wavelet dengan fungsi db3 dan sym3 (Gambar IV.11) bahwa nilai persentase kelengkapan pada level 2 mendekati nilai persentase kelengkapan pada level 1. Kedekatan tersebut menunjukkan masih adanya derau dan variasi tekstur pada level 1 yang dapat terdeteksi sebagai tepi. Derau dan variasi tekstur tersebut kemudian terfilter ulang dalam proses

(13)

dekomposisi ke level 2 sehingga unsur jalan dikenali dengan lebih baik. Namun sebaliknya, lebih rendahnya persentase kelengkapan pada level 3 dibandinglevel 1 dan 2 menunjukkan gejala adanya karakteristik data yang hilang akibat perulangan proses filtering. Oleh sebab itu berdasarkan persentase kelengkapan, maka dekomposisi level 2 masih dapat digunakan untuk melakukan ekstraksi unsur jalan.

(2) Penghitungan persentase ketepatan (correctness)

Hasil penghitungan nilai persentase ketepatan yang meningkat seiring dengan peningkatan level dekomposisi menunjukkan ketepatan hasil ekstraksi pada citra aproksimasi lebih baik jika dibandingkan citra asli. Lihat Gambar IV.12

Transformasi Data

haar

db3

(14)

sym3

Gambar IV.12.(b) Variasi persentase ketepatan hasil ekstraksi

Dalam menentukan level dekomposisi terbaik, dilakukan pembandingan menggunakan pendekatan ranking terhadap hasil-hasil analisis yang telah dilakukan. Untuk mempersingkat proses pembandingan, nilai hasil masing-masing analisis yang diambil hanya nilai terbesarnya. Lihat Gambar IV.3.

Tabel IV.3 Perbandingan hasil analisis Citra

Hasil Analisis

asli haar db3 sym3

level 0 level 1 level 2 level 3 level 1 level 2 level 3 level 1 level 2 level 3 Std dev Selisih - 31,59 44,26 56,84 39,25 49,96 55,25 38,48 49,87 55,22 % Completeness 10,99 23,47 23,55 21,93 18,62 19,33 13,48 18,68 18,94 14,22 % Correctness 4,84 10,95 13,66 20,69 9,59 11,09 30,92 9,63 22,66 31,01 Keterangan : Rank 1 2 3 Simbol

Berdasarkan level dekomposisinya, pada Tabel IV.3 nampak bahwa nilai selisih terbaik (simpangan baku terendah) dimiliki oleh citra hasil dekomposisi level 1, nilai kelengkapan terbesar terdapat pada hasil ekstraksi dari citra pada level 2, dan nilai ketepatan terbesar dimiliki oleh hasil ekstraksi jalan dari citra pada level dekomposisi 3. Dengan mensubstitusi nilai-nilai data menjadi rank dari masing-masing data kemudian menghitung jumlahnya, dapat dilihat bahwa dekomposisi

(15)

level 2 memiliki total rank terbesar sehingga dapat dikatakan sebagai level dekomposisi terbaik. Lihat Tabel IV.4

Tabel IV.4 Sebaran rank dari setiap hasil proses analisis Rank

Hasil Analisis

asli haar db3 sym3

level 0 level 1 level 2 level 3 level 1 level 2 level 3 level 1 level 2 level 3 Std dev Selisih - 3 2 1 1 2 1 3 2 1 % Completeness 1 2 3 1 1 3 1 2 3 1 % Correctness 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Jumlah 2 6 7 5 3 7 5 6 7 5

Gambar

Gambar IV.1 Citra hasil rekonstruksi dari transformasi - db3
Gambar IV.2 Grafik statistik selisih hasil rekonstruksi
Gambar IV.5 Data vektor referensi
Gambar IV.6 Elemen garis data  referensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berat badan lahir bayi sebagian besar bayi baru lahir dengan berat badan lahir cukup (BBLC) sedangkan kejadian ikterus pada bayi baru lahir mayoritas terjadi

[r]

Dari teks tersebut diceritakan bahwa Raden Patah adalah seorang raja yang sangat toleran.. Contohnya, kuil Sam Po Kong di Semarang tidak dipaksa untuk diubahlagi

Setelah dilakukan analisa setiap periode dan dikaitkan dengan ketiga metode yaitu kurva S, earned value, dan tracking yang tidak memenuhi dari kriteria indikator yang

Dalam penelitian ini ditemukan nilai b relatif kecil dan hasil pengukuran arus menunjukkan kondisi perairan relatif tenang sehingga bertolak belakang dengan Shukor et

Pertumbuhan pendapatan perseroan didorong kenaikan pendapatan penggunaan layanan utama, yakni suara , SMS, data dan value added service sebesar 5%, serta dari

Berdasarkan ciri-ciri yang ada dalam naskah, karakter yang TIDAK dimiliki oleh AVES adalah no.4 [memiliki sepasang ovarium]... Jawaban

Dede Sulaesih Dra.. Dede