• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PAKAN DAN PREFERENSI BERSARANG KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus) DI HUTAN PENDIDIKAN UNHAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI PAKAN DAN PREFERENSI BERSARANG KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus) DI HUTAN PENDIDIKAN UNHAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

POTENSI PAKAN DAN PREFERENSI BERSARANG KUSKUS

BERUANG (

Ailurops ursinus

) DI HUTAN PENDIDIKAN

UNHAS

Amran Achmad1, Putu Oka Ngakan1, Risma Illa Maulany1, dan Asrianny1 1

Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar. Tlp. 0411-585917 Fax 0411-589592 Email:amhutan@yahoo.com

ABSTRAK

Kuskus Beruang Sulawesi yang berstatus endemik dan dilindungi, di temukan di areal Hutan Pendidikan Unhas. Karena statusnya sebagai hutan pendidikan, maka salah satu bentuk pendekatan pengelolaan dan pemanfaatan hutan adalah melakukan pengelolaan tanpa merusak ekosistem yang berada di dalamnya melalui pemanfaatan hutan dengan mengedepankan aspek rekreatif, estetik, dan edukatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pakan dan preferensi bersarang Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) di Hutan Pendidikan Unhas. Data yang dikumpulkan meliputi data vegetasi pada habitat kuskus, jenis tumbuhan pakan dan preferensi pakan, serta pohon sarang dan pemilihan pohon sarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 jenis tumbuhan pada tingkat pohon dan tiang yang tercatat dalam plot sampel, hanya 15 % (4 jenis) yang merupakan pakan kuskus. Tumbuhan pakan yang paling disenangi oleh Kuskus Beruang adalah Dracontomelon dao, dan Palaquium obovatum. Semua pohon yang digunakan bersarang oleh Kuskus Beruang, juga merupakan pohon pakan, yang terdiri dari atas empat jenis, yakni Dracontomelon dao, Palaquium obovatum, Diospyros celebica dan Ficus sp.

Kata kunci: Potensi pakan, preferensi bersarang, Kuskus Beruang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Marga Kuskus adalah merupakan satwa berkantung (marsupialia) yang endemik di Indonesia Timur yang penyebarannya meliputi Papua, Maluku, Sulawesi, dan Timor (Farida, dkk., 2005). Salah satu jenis Kuskus yang endemik di Sulawesi adalah kuskus beruang (Ailurops ursinus). Genus Ailurops yang hidup endemik di Sulawesi adalah kuskus beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) yang hanya dapat ditemukan di daratan Pulau Sulawesi, Peleng, Muna, Buton, dan Togian, sedangkan saudaranya, kuskus beruang Talaud (Ailurops melanotis) juga merupakan hewan endemik yang hanya hidup di Pulau Salibabu, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Flannery, 1995)

Kuskus Beruang Sulawesi yang berstatus endemik dan dilindungi, juga di temukan di areal Hutan Pendidikan Unhas (Achmad, dkk, 2013). Karena statusnya sebagai hutan pendidikan, maka salah satu bentuk pendekatan pengelolaan dan pemanfaatan hutan adalah melakukan pengelolaan tanpa merusak ekosistem yang berada di dalamnya melalui pemanfaatan hutan dengan mengedepankan aspek rekreatif, estetik, dan edukatif. Pemanfaatan hutan dari aspek rekreatif, estetik, dan edukatif dapat diwujudkan melalui berbagai macam cara, dan salah satu diantaranya adalah melalui pemanfaatan satwaliar yang endemik dan dilindungi sebagai objek ekowisata (Achmad, dkk. 2012). Kuskus beruang sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai objek ekowisata karena bentuknya yang unik, yakni mempunyai kantong untuk membesarkan anaknya, serta menggunakan ekornya

(3)

sebagai alat pengait/pelilit pada ranting jika satwa ini berpindah tempat atau mengayun pada dahan pohon. Karena pergerakannya yang lambat, maka objek ini dapat diamati dengan waktu yang lama, sehingga akan memberikan kepuasan tersendiri bagi pengunjung ekowisata.

Mengingat status Kuskus Beruang sebagai satwa yang dilindungi dan endemik di pulau sulawesi, maka pengelolaannya harus diarahkan kepada pelestarian populasi melalui manajemen habitat, dan pemanfaatan species non konsumtif melalui kegiatan ekowisata. Untuk mencapai sasaran pengelolaan satwa endemik ini, salah satu yang perlu dikaji adalah mengenai potensi pakan dan preferensi bersarang dari satwalar tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pakan dan preferensi bersarang kuskus beruang (Ailurops ursinus) di Hutan Pendidikan Unhas

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pengelola Hutan Pendidikan Unhas, terutama pengelola Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata hutan Pendidikan Unhas dalam melakukan pelestarian Kuskus beruang dan sekaligus memanfaatkan species tersebut untuk kegiatan ekowisata.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.

Kegiatan penelitian potensi pakan dan preferensi bersarang, berlokasi di Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas Kabupaten Maros. Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu mulai bulan Februari sampai bulan Oktober 2014.

2.2 Cara Pengumpulan Data

2.2.1 Pengumpulan Data Potensi Pakan

Pengumpulan data secara umum dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi langsung. Data yang dikumpulkan adalah Jenis pakan yang dikonsumsi dan aktivitas kuskus beruang sulawesi dalam memanfaatkan pakan, serta potensi jenis pakan (kerapatan, dominansi dan frekuensi) pada areal penelitian.

Ada tiga cara pengumpulan data dalam pengamatan jenis dan potensi pakan Kuskus

1) Pengumpulan data jenis pakan yang dimakan, dilakukan dengan metode observasi langsung yang menyangkut jenis pakan yang dimakan oleh Kuskus. 2) Pengumpulan data frekuensi pakan yang disukai, dilakukan dengan melihat

jenis dan bagian tumbuhan yang dimakan selama pengamatan aktivitas makan. 3) Pengumpulan data status ekologi jenis pakan dalam areal pergerakan.

Pengamatan jenis pakan kuskus, dilakukan dengan cara mencatat jenis tumbuhan yang dipilih untuk dimakan, serta mencatat bagian tumbuhan yang dikomsumsi (daun, buah, bunga dan kulit ranting) dengan metode scan sample. Selain pendataan jenis tumbuhan pakan, juga dicatat frekuensi pemanfaatan jenis dan bagian tumbuhan yang diamati untuk mengetahui makanan kesukaan.

(4)

Pengumpulan data jenis tumbuhan, baik berstatus pakan maupun bukan pakan, dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni menempatkan plot berdasarkan dua tipe tutupan vegetasi, yakni hutan alam tanpa campuran pinang dan hutan alam dengan campuran palm (pinang). Selain itu, penempoatan plot juga diletakkan berdasarkan kelerengan terjal, landai dan datar. Berdasarkan kombinasi di atas, dibuat plot sebanyak tujuh unit dengan ukuran 20 m x 20 m untuk mengukur tingkat pohon. Plot ini kemudian dibagi kedalam sub plot berukuran 10 m x10 m untuk mengukur tingkat tiang.

2.2.2 Pengumpulan Data Preferensi Bersarang

Pengamatan dimulai pada saat bertemu dengan Kuskus. Obyek pengamatan akan diikuti terus, dan apabila obyek berhenti di salah satu pohon dan berada pada pohon tersebut selama lebih dari 60 menit untuk beristirahat dan atau pun makan, maka pohon tersebut dikategorikan sebagai pohon.

Komposisi dan struktur hutan pada daerah di sekitar pohon sarang dikumpulkan dengan menggunakan plot empat persegi panjang. Pohon sarang yang ditemukan merupakan titik pusat plot. Dari pohon sarang ini, kemudian diukur sejauh lima meter ke bagian kiri dan kanan pohon sarang, dan sejauh 10 meter ke arah bagian depan dan belakang pohon sarang. Batas jarak empat penjuruh ini yang dijadikan dasar umtuk membuat plot berukuran 10 m x 20 m, dengan arah tegak lurus garis kontur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik habitat yang diinginkan oleh Kuskus Beruang untuk memilih pohon sarang.

Data yang dikumpulkan pada kegiatan ini meliputi; (1) Jenis pohon, (2) Diameter batang setinggi dada, (3) Tinggi total, (4) Tinggi bebas cabang, dan (5) Struktur vegetasi

2.3 Metode Analisis Data

Potensi ekologi pakan kuskus, akan dihitung nilai kepentingannya, berdasarkan nilai kerapatan, dominansi dan frekuensi jenis (Haryono, 1998). Rumus yang digunakan adalah:

Luas Bidang Dasar = 1 πd2

4

Kerapatan (K) = Jumlah Individu suatu jenis

Luas plot

Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan suatu jenis x 100%

kerapatan seluruh jenis

Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukannya suatu jenis

Jumlah seluruh jenis

Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100%

Frekuensi seluruh jenis

Dominansi (D) = Jumlah bidang dasar

Luas plot

Dominansi Relatif (DR) = Dominansi suatu jenis

(5)

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR

Preferensi bersarang Kuskus Beruang ditentukan dengan mendeskripsikan dan membandingkan karakteristik jenis pohon sarang dengan pohon lain di sekitar pohon sarang yang termasuk di dalam plot sample. Karakteristik habitat disekitar pohon tidur digambarkan melalui deskripsi tutupan tajuk dan struktur vegetasi yang ada dalam plot sample tersebut.

3. HASIL PENELITIAN 1. Status Pakan

Jenis pakan kuskus beruang sangat khas. Tidak semua jenis tumbuhan yang ditemukan pada habitat satwa ini adalah merupakan pakannya. Dari 26 jenis tumbuhan pada tingkat pohon dan tiang yang tercatat dalam plot sampel, hanya 15 % (4 jenis) yang merupakan pakan kuskus, yakni Dracontomelon dao,

Palaquium obovatum, Diospyros celebica dan Ficus sp. Bandingkan dengan

penelitian Saragi dkk., (2010) yang menemukan 19 jenis tumbuhan yang dijadikan pakan oleh Kuskus di habitata alaminya di Nabire Papua. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa riskannya kehidupan Kuskus Beruang pada habitat yang diteliti, karena hanya ada empat jenis tumbuhan yang diketahui dengan pasti menjadi pakannya.

Untuk mengetahui status pohon pakan, maka dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui karakter ekologi dari tumbuhan yang ada pada habitat kuskus. Hasil analisis Indeks Nilai Penting dari semua jenis tumbuhan pada tingkat pohon dan tiang yang ditemukan dalam plot sampel, diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Tumbuhan dan Pakan Kuskus Beruang Di Lokasi Penelitian

No Nama Jenis KR FR DR INP

Bagian Yang Dimakan

Daun Kulit Ranting 1 Alstonia scholaris 0,97 2,38 0,82 4,17 2 Areca catechu 33,01 9,52 5,23 47,77 3 Arenga pinnata 8,74 4,76 8,77 22,27 4 Arthrophyllum diversifolium 0,97 2,38 0,56 3,91 5 Artocarpus heterophyllus 3,88 4,76 4,74 13,39 6 Artocarpus sericocarpus 0,97 2,38 0,88 4,23 7 Diospyros celebica * 1,94 4,76 1,77 8,47  8 Dracontomelon dao* 6,80 9,52 14,97 31,29   9 Ficus sp.* 0,97 2,38 3,21 6,56  10 Palaquium obovatum* 11,65 9,52 38,15 59,33   11 Ganophyllum taicatum 0,97 2,38 0,17 3,53 12 Garcinia celebica 2,91 2,38 0,34 5,64 13 Knema cinerea 0,97 2,38 0,10 3,45 14 lancium domesticum 4,85 4,76 1,89 11,51 15 Mangga 1,94 4,76 3,87 10,58

(6)

16 Myristica fragrans 0,97 2,38 0,11 3,46 17 Neolitsea cassiaefolia 4,85 4,76 5,26 14,88 18 Pterocarpus indicus 2,91 2,38 3,51 8,80 19 Puca 1,94 4,76 1,97 8,67 20 Syzygium sp 0,97 2,38 0,50 3,85 21 Toona sureni 0,97 2,38 0,46 3,81 22 X1 0,97 2,38 1,16 4,51 23 X2 0,97 2,38 0,50 3,85 24 X5 0,97 2,38 0,39 3,74 25 X6 0,97 2,38 0,56 3,92 26 X7 0,97 2,38 0,10 3,45

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa selama penelitian ini berlangsung, bagian tumbuhan yang dimakan hanyalah daun dan kulit ranting. Tidak ditemukannya satwa ini memakan bagian tumbuhan berupa buah ataupun bunga, lebih disebabkan karena selama pengumpulan data lapangan, musim berbunga dan berbuah dari tumbuhan tersebut belum tiba. Menurut Dwiyahreni, dkk., (1999), Kuskus Beruang di Cagar Alam Batuangus memakan buah Dracontomelon dao.

Prefensi pakan atau pakan kesukaan adalah jenis tumbuhan pakan yang lebih diperlukan dibandingkan jenis tumbuhan pakan lain yang terdapat dilingkungan suatu organisme. Frekuensi pemanfaan pakan dan bagian pakan yang paling disenangi oleh Kuskus Beruang di Hutan Pendidikan Unhas, diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Frekuensi Pemanfaatan Bagian Tumbuhan Yang Dimakan Oleh Kuskus Beruang

No. Nama Ilmiah Nama Lokal

Bagian Tumbuhan Yang Di Makan Pucuk/ Daun Muda Daun Tua Kulit Ranting Jumlah Pengambilan

1. Dracontomelon dao Dao 218 591 7 816

2. Palaquium obovatum Nyato 31 320 10 361

3. Ficus sp. Beringin 2 70 - 72

4. Diospyros celebica Kayu hitam - 10 - 10

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa tumbuhan pakan yang paling disenangi oleh Kuskus Beruang adalah Dracontomelon dao, kemudian

Palaquium obovatum dimana bagian tumbuhan yang dimakan berupa pucuk/daun

muda, daun tua dan kulit ranting. Selanjutnya adalah Ficus sp., dan Diospyros

celebica, dengan frekuensi pemanfaatan yang jauh lebih rendah dibandingkan

dengan dua pakan yang pertama. Bagian yang dimakan dari tumbuhan pakan

Ficus sp., adalah daunnya, baik yang mudah mauapun yang tua, namun frekuensi

pengambilan pada daun tua jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daun muda. Untuk tumbuhan pakan Diospyros celebica, hanya daun tua yang dimakan dengan frekuensi pengambilan yang paling kecil.

Dibandingkan dengan Kuskus Beruang yang ada di Cagar Alam Tangkoko-Duasaudara, jumlah jenis tumbuhan pakan di wilayah tersebut jauh lebih besar, yakni sebanyak 22 jenis (Dwiyahreni, dkk., 1999). Lebih jauh

(7)

dijelaskan bahwa Dracontomelon dao dan Palaquium amboinensis adalah merupakan pakan yang disenangi.

2. Preferensi Bersarang

Semua pohon yang digunakan bersarang oleh Kuskus Beruang adalah merupakan pohon pakan dari satwa tersebut. Pada dasarnya mereka akan memilih pohon pakan yang ukuran pohonnya tinggi. Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui bahwa selama penelitian berlangsung, ditemukan 12 pohon sarang yang digunakan oleh kuskus untuk makan dan tidur. Ke 12 pohon ini terdiri dari atas empat jenis, yakni Dracontomelon dao sebanyak 6 pohon, Palaquium obovatum

sebanyak 4 pohon, serta masing-masing 1 pohon untuk jenis pohon Diospyros

celebica dan Ficus sp.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, nampak bahwa Kuskus lebih mengutamakan pemilihan pohon sarangnya karena ketersediaan pakannya, sehingga selama perjumpaan, kuskus akan berhenti untuk istirahat ketika menemukan pohon yang menjadi pakannya. Selama perjumpaan, tercatat bahwa pohon sarang yang dipilih oleh Kuskus mempunyai ketinggian antara 12 m sampai 30 m. Karakteristik 12 pohon yang dipilih oleh Kuskus untuk menjadi pohon sarang, diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakterisik 12 pohon sarang Kuskus Beruang di Lokasi Penelitian

No. Jenis Pohon Keliling Batang (cm) Tinggi Total (m) Tinggi Bebas Cabang (m)

1. Dracontomelon dao 185 23 18 2. Palaquium obovatum 189 23 8 3. Dracontomelon dao 185 25 14 4. Palaquium obovatum 84 30 8 5. Diospyros celebica 131 19 12 6. Palaquium obovatum 188 27 15 7. Dracontomelon dao 68 19 7 8. Dracontomelon dao 199 22 13 9. Ficus sp. 69 12 4 10. Dracontomelon dao 133 21 12 11. Dracontomelon dao 90 21 14 12. Palaquium obovatum 89 23 8

Tabel 3 memperlihatkan jika jenis pohon Dracontomelon dao adalah merupakan pohon yang paling banyak digunakan sebagi pohon sarang, disusul oleh Palaquium obovatum, kemudian Diospyros celebica dan Ficus sp. namun dari hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa dari keempat jenis pohon yang digunakan sebagai pohon sarang dan sekaligus merupakan pakan Kuskus Beruang, Palaquium obovatum mempunyai Indeks Nilai Penting tertinggi, kemudian disusul oleh Dracontomelon dao, Diospyros celebica dan Ficus sp.

Nilai Kerapatan Relative, Frekuensi Relative, Dominansi Relative dan Indeks Nilai Penting keempat jenis pohon sarang Kuskus Beruang, diperlihatkan pada Tabel 4.

(8)

Tabel 4. Kareterisik ekologi empat jenis pohon sarang/pakan

No Nama Jenis KR FR DR INP

1 Palaquium obovatum 11,65 9,52 38,15 59,33

2 Dracontomelon dao 6,80 9,52 14,97 31,29

3 Diospyros celebica 1,94 4,76 1,77 8,47

4 Ficus sp. 0,97 2,38 3,21 6,56

Hasil analsis vegetasi di sekitar pohon sarang dalam radius 10 m x 20 m memperlihatkan bahwa sangat kurang pohon yang besar seperti yang dipilih sebagai pohon sarang. Dari 12 plot yang diletakkan pada pohon sarang, hampir selalu pohon sarang adalah merupakan pohon terbesar. Contoh struktur vegetasi pada salah satu pohon sarang, diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur vegetasi di sekeliling pohon sarang Kuskus Beruang

4. KESIMPULAN DAN SARAN

 Sebanyak empat jenis pohon sarang dan sekaligus sebagai pohon pakan Kuskus beruang yang ditemukan selama penenlitian ini berlangsung, yakni

Dracontomelon dao, Palaquium obovatum, Diospyros celebica dan Ficus sp.

Dracontomelon dao, Palaquium obovatum adalah merupakan jenis pakan

yang paling banyak dikonsumsi oleh Kuskus beruang.

 Kuskus beruang memilih pohon pakan sebagai pohon sarang dengan tinggi pohon lebih banyak diatas 12 meter.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Universitas dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin, yang telah memberi bantuan dana untuk melaksanakan penelitian ini melalui Hibah BOPTN 2014.

(9)

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Achmad, A., N.P. Oka., A. Umar dan Asrianny. 2012. Identifikasi Tutupan Vegetasi dan Potensi Fisik Untuk Pengembangan Ekowisata Di Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol.1, No.2: 87-102. ISSN 2302-299X.

[2] Achmad, A., N.P. Oka., A. Umar dan Asrianny. 2013. Potensi

Keanekaragaman Satwa Liar Untuk Pengembangan Ekowisata Di

Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas.. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol.1, No.2: 79- 92. ISSN 2302-299X.

[3] Dwiyahreni, A. A., dkk. 1999. Diet and Activity of The Bear Cuscus, Ailurops

ursinus, in NorthSulawesi, Indonesia. Journal of Mammalogy, 80, 905-912.

[4] Farida, W. R., dkk. 2005. Pemilihan Jenis Tumbuhan Sumber Pakan dan Tempat Bersarang Kuskus (Phalanger sp.) di Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur. Biodiversitas, 6, 50-54.

[5]Flannery, T. 1994b. Possums of the World; A Monograph of the

Phalangeroidea. Sidney: Roberth Brown & Asscociates.

[6] Saragi, E.W., M.J. Sadsoeitoeboen and F. Pattiselanno. 2010. The diet of spotted cuscus (Spilocuscus maculatus) in natural and captivity habitat. BIOSCIENCE, 2 (2), 78-83.

Gambar

Tabel 1. Jenis Tumbuhan dan Pakan Kuskus Beruang Di Lokasi Penelitian
Tabel 2. Frekuensi Pemanfaatan Bagian Tumbuhan Yang Dimakan Oleh Kuskus Beruang
Tabel 3. Karakterisik 12 pohon sarang Kuskus Beruang di Lokasi Penelitian
Gambar 1.  Struktur vegetasi di sekeliling pohon sarang Kuskus Beruang

Referensi

Dokumen terkait

Saat penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing melalui pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen, adapun langkah pembelajaran yang mengalami

Saat total luasan lahan Indonesia yang menjadi landbank dari 25 grup bisnis yang dikendalikan oleh taipan ini sama dengan 51% dari total area yang ditanami kelapa sawit di

bahwa untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pelayanan kepada wisatawan agar dapat menikmati kunjungan wisata dengan aman, halal dan juga dapat memperoleh

bisnis yang dikombinasikan dengan jalur koordinasi dengan seluruh anak telah dilakukan penataan organisasi yang difokuskan pada pengembangan anak perusahaan dan mekanisme

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatayati yang menilai kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi CAPD dengan

Salah satu wadah untuk menampung karya tulis Pejabat Fungsional Teknisi Litkayasa (PTL) adalah Buletin Teknik Pertanian, yang diterbitkan sejak tahun 1996 dan sudah diakui oleh