• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Persalinan - NINDITA NIKEN PARAMASTUTI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Persalinan - NINDITA NIKEN PARAMASTUTI BAB II"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Persalinan a. Definisi

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2008; h. 100).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir (Sumarah, 2008; h.1)

Bentuk persalinan

1) Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

3) Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan dari luar dengan jalan rangsangan.

b. Tanda dan gejala persalinan

1) Penipisan dan pembukaan serviks

(2)

3) Lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (Wahyu, 2013;h.210).

c. Tanda bahaya persalinan

1) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mules 2) Perdarahan sebelum melahirkan dan setelah lahir 3) Air ketuban berbau busuk dan berwarna keruh

4) Tali pusat atau anggota badan bayi keluar terlebih dahulu 5) Ibu tidak kuat mengedan

6) Ibu kejang-kejang

7) Distasia bahu (Margharet,2013;h.221)

d. Pembagian waktu pesalinan 1) Kala I

a) Definisi

Kala I adalah pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan pembukaan serviks sampai diameter 10 cm (Icesmi, 2013; h. 213).

b) Pembagian fase kala I

(1) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara bertahap, pembukaan servik kurang dari 4cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8jam

(3)

(a) fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm

(b) fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

(c) fase deselarasi pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (Margareth, 2013; h. 213)

2) Kala II a). Definisi

Kala II adalah persalinan yang dimulai dari pembukaan serviks lengkap (10 cm) sampai bayi lahir (Icesmi, 2013; h. 217)

b.) Tanda dan gejala

1). Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

2). Ibu mersakan adanya peningkatan tekanan pada rectum/ vaginanya.

3). Perineum menonjol.

4). Vulva - vagina dan sfingterani membuka. 5). Meningkatnya lendir bercampur darah. 6). Pembukaan serviks telah lengkap.

(4)

c) Persiapan pertolongan kala II (1) Sarung tangan

(2) Perlengkapan pelindung diri

(3) Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

(4) Penyiapan Tempat dan Lingkungan Untuk Kelahiran Bayi

(5) Persiapan ibu dan keluarga (6) Amniotomi

(7) Membimbing ibu untuk meneran (8) Membantu posisi ibu saat meneran

(9) Membantu kelahiran kepala, bahu dan badan bayi (Wiknjosastro, 2008).

3) Kala III

a. Definisi

Dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya placenta

b. Tanda lepasnya placenta

(1) Perubahan bentuk uterus, bentuk uterus yang semula discoid menjadi globuler akibat dari kontraksi uterus

(2) Semburan darah mendadak dan singkat.

(3) Tali pusat memanjang

(5)

(1) Pemberian oksitosin (2) Penegangan tali pusat Terkendali

(3) Masase fundus uteri 4) Kala IV

a. Definisi

Dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu kembali kebentuk normal (Widyastuti, 2008; h. 166)

b. Asuhan dan pemantauan pada kala IV

(1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus.

(2) Evaluasi tinggi fundus, umumnya terletak dibawah pusat.

(3) Menilai jumlah perdarahan

(4) Periksa adanya robekan

(5) Evaluasi keadaan umum ibu dengan memeriksa tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kontraksi uterus, jumlah urin dn jumlah perdarahan setiap 15 menit sekali pada 1 jam post partum dan tiap 30 menit sekali pada 2 jam postpartum. Untuk pemeriksaan suhu dilakukan setiap jam.

(6)

e. Penapisan Kondisi Patologis 1). Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir (Prawirohardjo, 2009).

a). Tanda dan gejala

(1) Plasenta Akreta Parsial / Separasi a. Konsistensi uterus kenyal b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedang – banyak e. Tali pusat terjulur sebagian f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta lepas sebagian h. Syok sering

2). Plasenta Inkarserata

a. Konsistensi uterus keras b. TFU 2 jari bawah pusat c. Bentuk uterus globular d. Perdarahan sedang e. Tali pusat terjulur f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta sudah lepas h. Syok jarang

3). Plasenta Akreta

(7)

b. TFU setinggi pusat c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedikit / tidak ada e. Tali pusat tidak terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta melekat seluruhnya

h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat (Prawirohardjo;2009,h.39).

f. Kegawatdaruratan 1) Atonia Uteri

Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Sumarah, 2008; h. 154).

Menurut Icesmi ( 2013; h. 243) Atonia uteri yaitu suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sebagian besar perdarahan masa nifas (75-80%) adalah akibart adanya atonia uteri

a. Tanda dan gejala

(8)

tanda-tanda syok : tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ektremitas dingin, gelisah dan mual. (Sukarni, 2013 ; 244)

b. Penatalaksanaan

- Masase fundus uteri dan merangsang puting susu

- Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara i.m, i.v, atau s.c

- Pemberian misoprostol 800-1000 per rektal

- Kompresi bimanual eksternal dan atau internal (Margareth, 2013; h. 244)

2) Distosia Bahu

Menurut Marmi (2012 ; 233) menjelaskan distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sakral promotory karena itu tidak bisa lewat masuk kedalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium akan tetapi mendapatkan halangan dari tulang sakrum (tulang ekor)

a) Penanganan

(9)

bentuk cairan. Apabila his menyebabkan rasa sakit yang berlebihan diberikan injeksi pethidin 50 mg. Pada permulaan kala 1 diberikan 10 mg morvin, lalu berikan antibiotic secukupnya apalagi kalo ketuban sudah lama pecah (Sukarni, 2013 ; 264)

b) Penatalaksanaan medis

Menjelaskan bahwa pada pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar). Pemantuan elektolit pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus glukosa parenteral sesuai dengan indikasi hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif (Icesmi, 2013 ; 265).

3) Kehamilan Kembar

Menurut (Margareth, 2013 ; 253) kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Angka perbandingan kehamilan kembar dan tunggal (Hukum Hellin) adalah 1:89

1). Tanda dan gejala

(10)

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan janin multipel serta terdengarnya 2 denyut jantung janindalam rahim (Marmy, 2012; h.232)

g. Asuhan Persalinan Normal

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersioh dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. Persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut (Sarwono, 2010) :

1)

Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2)

Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3)

Memakai celemek plastik.

4)

Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun & air mengalir.

5)

Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6)

Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7)

Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

(11)

8)

Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

9)

Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

10)

Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

11)

Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

12)

Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

13)

Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

14)

Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

15)

Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

16)

Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

17)

Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

(12)

19)

Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

20)

Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.

21)

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

22)

Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

23)

Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

24)

Melakukan penilaian selintas :

a) Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak aktif ?

(13)

26)

Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

27)

Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.

28)

Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

29)

Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

30)

Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

31)

Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

32)

Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

33)

Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

34)

Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

(14)

hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

36)

melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

37)

Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

38)

Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

39)

Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

40)

Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

(15)

42)

Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

43)

Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.

44)

Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

45)

Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

46)

Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

47)

Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

48)

Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

49)

Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

50)

Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

51)

Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

(16)

53)

Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.

54)

Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

55)

Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

56)

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

57)

Melengkapi partograf. 3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Menurut (Wiknjosastro, 2008) Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan yang aterm (37– 42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti,2010;h.201).

Menurut Sarwono (2010; h.117) Prematur atau bayi baru lahir sangat rendah (BBLSR), (<32minggu atau <1500gram aterm) Pada evaluasi dalam penilaian APGAR yaitu :

A : Appearance (warna kulit) P : Pulse (denyut nadi)

G: Grimace (reaksi terhadap rangsangan) A: Activity (kontraksi otot)

(17)

b. Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah:

2. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis segeralah membersihkan jalan nafas.

3. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelim atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan.

4. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru lahir harus dibungkus hangat

5. Pencegahan infeksi

Cara pencegahan infeksi pada bayi yaitu dengan cara mencegah terjadinya perdarahan pada bayi dengan memberikan vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg diberikan secara IM (intra muscular). Dan diberikan obat tetes mata atau salep mata.

c. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir.

(18)

1. Persalinan bersih dan aman

Melaksanakan persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.

2. Memulai Pernafasan Spontan

Segera lakukan penilaian awal 0 – 30 detik. Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat. Stabilisasi temperatur tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap hangat.

3. ASI dini dan eksklusif

Anjurkan ibu memberikan ASI dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir dan berikan ASI saja selama 6 bulan pertama.

4. Pencegahan Infeksi.

Tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep antibiotik (tetrasiklin 1 % atau eritromisin 0,5 %) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan (JNPK-KR, 2009).

5. Pemberian Imunisasi

a) Hepatitis B 0 (uniject) 0 – 7 hari dan polio 1, b) BCG pada 1 bulan.

(19)

f) Campak 9 bulan. g) Memberi vitamin K

Menurut Prawirohadjo,2008 Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg I.M

6. Perawatan tali pusat

Selama tali pusat belum lepas, perlu dilakukan perawatan secara cermat agar tidak terjadi infeksi. Beberapa cara merawat tali pusat, diantaranya:

a)

Usahakan setiap kali akan dan setelah merawat tali

pusat harus mencuci tangan terlebih dahulu.

b)

Jaga kebersihan tali pusat dan sekitarnya dan

diupayakan tali pusat selalu dalam keadaan kering.

c)

Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.

d)

Supaya tali pusat lebih cepat lepas, tali pusat tidak

di tutup oleh kasa steril ataupun oleh kasa alkohol atau kasa betadine sehingga mendapat udara cukup biarkan kering dengan sendirinya.

e)

Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak

(20)

f)

Kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang

longgar.

g)

Membersihkan tali pusat minimal 1–2 kali sehari

c. Penilaian Untuk Tanda-tanda Kegawatan

Menurut Sarwono(2010;h.32)Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda sebagai berikiut:

1. Sesak napas

2. Frekwensi pernafasan 60 kali/menit 3. Gerak retraksi di dada

4. Malas minum

5. Panas atau suhu tubuh badan bayi rendah 6. Kurang aktif

7. Berat lahir rendah (1500-2500 gr) d. Kunjungan Neonatal

Menurut Sarwono,(2010;h.2) Menjelaskan bahwa Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap)adalah jumlah neonatal yang mendapatkan pelayanan sesuai standar 3 kali (KN1, KN2, KN3), dengan ketentuan (Hidayat, 2008): Kunjungan neonatal hari ke-1 (KN 1) adalah jumlah neonatus umur ≥ 24 jam – 2 hari yang kontak dengan

(21)

pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai dengan standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas)

e. Ciri-ciri bayi baru lahir

(a) Berat badan 2500-4000gram (b) Panjang badan 48-52cm (c) Lingkar dada 30-38cm

(d) Lingkar kepala 33-35cm (Marmi, 2012; h. 8)

f. Reflek-reflek

(a) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

(b) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

(c) Reflek graps atau menggenggam baik 2. Nifas

a. Pengertian

(22)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu (Sarwono, 2010;h.34).

b. Tahapan Masa Nifas

Adapun tahapan masa nifas (postpartum puerperium) menurut (Suherni, 2009) adalah:

1) Puerperium Dini : Masa kepulihan, yakni saat ibu diperbolehkan Berdiri dan berjalanjalan.

2) Puerperium Intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ- organ genetal kira-kira 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil

(persalinan mempunyai komplikasi).

c. Perubahan-Perubahan Fisiologis masa nifas 1) Perubahan uterus

(23)

Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium (Varney, 2008;h.401). Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni,2009;h.69) dan menurut Siti Shaleha;2010;h 56) yaitu: (a) Lochea Rubra (Cruenta)

Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel darah desidua (Desidua yakni sel-selaput tenar rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau). (b) Lochea Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

(c) Lochea Serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

(d) Lochea Alba

Cairan putih yang terjadinya selama 2 minggu. (e) Lochea Purulenta

Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah berbau busuk.

(f) Locheohosis

(24)

(a) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan kembali.

(b) Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.

(c) Perubahan pada perineum

Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada sirkumfarensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, 2009;h67). 4) Perubahan pada sistem pencernaan

(25)

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain (Suherni, 2009).

5) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada 1) keadaan/status sebelum persalinan 2) lamanya partus kala II yang dilalui 3) Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Suherni, 2009).

6) Perubahan tanda-tanda vital (a) Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.

(b) Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Hal ini terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.

(26)

Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.

(d) Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Tidak lain karena ibu dalam kedaan pemulihan/dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat postpartum (>30x per menit) mungkin karena ikutan tanda-tanda syok (Suherni, 2009).

d. Perubahan-perubahan psikis ibu nifas

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut (Suherni, 2009;h.89)

1. Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

2. Fase taking hold

(27)

mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan gampang marah.

3. Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

e. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi. 2) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,

mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Suherni,2009;h 65). g. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk (Ambarwati, 2008;h.89) :

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibunifas dan bayinya.

(28)

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifasmaupun bayinya

2.1 Tabel kunjungan masa Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan

I

6-8 jam

post

partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegahperdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan

harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru

lahir dalam keadaan baik.

II

6 hari post

partum

Memastikan involusi uterus barjalan

dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus

uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan

cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak

ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

(29)

III

2 minggu

post

partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV

6 minggu

post

partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama

masa nifas.

Memberikan konseling KB secara dini.

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Teori Manajemen Kebidanan Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Estiwadani,dkk, 2008).

Teori persalinan asuhan kebidanan pada proses persalinan dalam metode varney yaitu :

Langkah ini dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

(30)

meliputi data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid (Estiwadani;2008.h 27).

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang diperoleh dari apa yang klien katakana atau keluhkan. Data tersebut dapat ditentukan tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi dengan klien

1) Identitas Klien

a) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu beserta nama panggilan sehari-hari agar dalam memberikan pelayanan tidak terjadi kekeliruan (Niken;2008.h140)

b) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui resiko yang akan terjadi seperti kurang dari 20 tahun, karena alat reproduksinya belum matang, psikis dan mentalnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Hesty;2008.h 46).

c) Agama

Untuk mengetahui keyakinan yang klien anut untuk membimbing dan mengarahkan klien dalam berdoa (Dwana; 2008.h 141).

(31)

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Estiwadani;2008.h 146).

e) Pendidikan

Menurut Meilani, 2008 h.141 Menjelaskan untuk megetahui tingkat pendidikanyang nantinya penting dalam memeberikan pendidikan kesehatan atau KIE pada klien sesuai dengan tingkat pendidikannya

f) Pekerjaan

Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sociala ekonominya, karena ini mempengaruhi dengan gizi klien tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan dengan permasalahan kesehatan atau untuk mengetahui tingkat social ekonomi (Widyastuti, 2008 h.141).

g) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah dalam melakukan kunjungan rumah, mengetahui tempat tinggal klien dan keadaan lingkungan sekitarnya (Ambarwati, 2008).

2) Keluhan Utama

Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan persalinan normal. Ibu merasakan sering kenceng-kenceng teratur dan mengeluarkan lendir darah (Saiffudin, 2006)

3) Riwayat Menstruasi

(32)

jumlah darah, sifat darah (cair atau ada bekuan,warnanya, baunya), ada dismenorhoe atau tidak, haid yang terakhir (Saffudin,2010)

4) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidaknya perkawinan, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anak (Wiknjosastro, 2010) 5) Riwayat kehamilan, persalian dan nifas yang lalu

(a) Riwayat Kehamilan

Menayakan pada ibu ini kehamilan yang keberapa, apakah pernah mengalami keguguran, jumlah anak hidup, apakah sebelumnya pernah memakai Kb, hipertensi, perdarahan waktu hamil muda (Hesty, 2008 h.142)

(b) Riwayat Persalinan

Untuk mengetahui persalinan yang dilakukan spontan atau buatan, lahir aterm, preterm, posterm, ada tidaknya perdarahan saat persalinan, ditolong siapa, dimana tempat persalinannya (Westy;h.19). (c) Riwayat Nifas

Untuk mengetahui apakah pernah mengalami perdarahan, infeksi, bagaimana proses laktasi dan apakah ada jahitan pada perineum (Manuaba, 2008).

(33)

Untuk mengetahui jumlah anak, jenis kelamin, hidup atau mati, berat badan lahir. (Hesty, 2008 h.142)

(e) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil menggunakan KB atau tidak, jika pernah berapa lama penggunaannya, dan jenis kontrasepsinya (Varney, 2010).

(f) Riwayat penyakit

(1) Riwayat penyakit yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit akut atau kronis seperti; jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma, yang dapat mempengaruhi dalam masa nifas (Retna, 2008).

(2) Riwayat penyakit sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang sedang diderita yang ada hubungannya dengan perdarahan yang dialami ibu seperti anemia, hipertensi (Meilani;2008.h 143)

(3) Riwayat penyakit keluarga

(34)

kesehatan klien, yaitu apabila ada penyakit yang menyertainya (Retna, 2008).

b. Menjelaskan perilaku kebutuhan sehari-hari :

1) Nutrisi: pada ibu hamil sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi karena akan berpengaruh terhadap bayi yang akan dilahirkan, sedangkan kebutuhan gizi untuk ibu nifas akan berpengaruh pada kesembuhan luka perineum. (Weni;2010 h.52)

2) Aktivitas seksual: Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bilaterdapat keguguran berulang atau mengancam kehamilan dengan tandainfeksi, pendarahan, mengeluarkan air. Pada kehamilan tua sekitar 14 harimenjelang persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapatmembahayakan. Bisa terjadi bila kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa terangsang karena, sperma mengandung prostaglandin. Pada ibu nifas aktifitas seksual dapat dilakukan ketika selesai masa nifas atau ketika darah nifas sudah tidak lagi keluar dari vagina (Yuni;2010 h.89).

3) Istirahat tidur: anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan, waktu untuk istirahat yang cukup untuk ibu hamil maupun nifas pada siang hari 2 jam dan malam hari 7- 8 jam (Puji;2010 h.124).

(35)

sekali terkena infeksi, oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi,seperti: kebersihan pakaian, tempat tidur, pakaian dalam dan lingkungan (Sujiyatini;2010 h.105).

5) Kepercayaaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan BBL Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi proses kesejahteraan bagi ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL (Sukarni;2013 h.63)

d. Pemeriksaan objektif

Menurut Sulistiawati dkk,2010;h.226) Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan

c. Menurut Manuaba;2010.h 279 Menjelaskan Pemeriksaan Umum Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut: 1) Keadaan umum

Dilakukan untuk mengetahui keadaan umum kesehatan klien. Kesadaran apakah komposmentis, apatis, latergi, somnolen, sopor atau koma.

a) Tinggi badan dan berat badan sebagai penilaian keadaan gizi pasien apakah normal, kurang dan lebih (Manuaba;2012 h.158).

(36)

Tekanan darah normal adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg (Sarwono;2010 h.9).

(2) Nadi

Gelombang yang di akibatkan adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan (vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi vertikel melawan dinding aorta, normalnya nadi 60-80 kali permenit (Wiknjosastro;2010 h.10).

(3) Suhu

Derajat panas yang di pertahankan oleh tubuh (Saifuddin;2010 h.11).

c). Pemeriksaan fisik 1. Kepala

Pemeriksaan dilakukan secara insfeksi dan palpasi, dilakukan dengan memperhatikan bentuk kepala yang abnormal, distribusi rambut berpariasi pada setiap orang kulit kepala dikaji dari adanya peradangan, luka maupun tumor

2. Muka

(37)

3. Mata

Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang digunakan inspeksi dan palpasi, mata yang diperiksa simteris apa tidak, kelopak mata, konjungtiva, sklera

4. Telinga

Untuk mengatahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/ membrane timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi, dilihat simteris apa tidak, gangguan pendengaran apa tidak

5. Hidung

Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus, kebersihanya dan apakah ada nyeri tekan apa tidak

6. Mulut

Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut lihat warna bibir, apakah ada stomatitis apa tidak

7. Leher

(38)

8. Dada

Mengkaji kesehatan pernafasan, retraksi dan mendengar bunyi jantung dan paru

9. Perut

Untuk mengkaji adanya distensi, nyeri tekan dan adanya massa, apakah ada pembesaran dan konsistensi

10. Punggung

Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk 11. Genetalia

Mengkaji seperti apakah ada masalah dalam buang air kecil, adanya luka, bengkak maupun nyeri pada genetalia (Tambunan dkk, 2011; h.66) Diagnosis

Setelah ditentukan masalah utamanya maka tindakan yang dilakukan bidan merumuskan suatu pernyataan yang mencakup kondisi pasien penyebab dari prediksi yang sudah dilakukan pemeriksaan (Niken;2008 h.131).

Perencanaan

(39)

Pelaksanaan

Langkah pelaksanaan dilakukan bidan dengan rencana yang telah ditetapkan, pada penanganan kasus yang dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan apabila pasien mengalami kegawatdaruratan yang sudah bukan wewenang bidan, pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu singkat, efektif, hemat serta berkualitas (Dwana;2008 h.132). Evaluasi

Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan (Hesty;2008 h.133).

5) Catatan perkembangan menggunakan pendekatan SOAP

Menurut Helen Varney, alur berfikir seorang bidan pada saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dokumentasi dalam bentuk SOAP :

1. Subyektif (S)

(40)

dan hasil bertanya pada pasien, suami dan keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat haid, kehamilan, persalinan, KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, penyakit keturunan, riwayat psikososial, dan pola hidup).

2. Obyektif (O)

Menggambarkan tentang pendokumentasian hasil analisa dan pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. Tanda gejala obyektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan. Cara pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

3. Assesment (A)

Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif maupun obyektif, dan sering juga digunakan secara terpisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :

(41)

b) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpan sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu kesehatan tetapi tidak dalam diagnosa potensial.

4. Planning (P)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan evaluasi berdasarkan assesment SOAP untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam Planning

1) Perencanaan

Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi

2) Implementasi

(42)

3) Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan 6) Landasan Hukum

Bidan dalam memberikan asuhan harus berdasar hukum perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatan yaitu klien sebagai penerima jasa kesehatan

mempunyai dasar hukum dan merupakan peraturan pemerintah, yang berarti sama-sama mempunyai hak dan kewajiban.

Sehingga penyimpangan terhadap hukum dapat dihindarkan (Norma, 2013; h.265)

Landasan hukum yang dipakai seorang bidan dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif dari persalinan, bbl dan nifas adalah :

Seorang bidan mempunyai kewenangan memberikan pelayanan menurut KepMenKes RI No 1464/MENKES/PER/10/2010 TENTANG IZIN dan PRAKTEK BIDAN yang terdiri dari beberapa pasal Pasal 9 bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB.

(43)

dua kehamilan yaitu pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. Bidan mempunyai wewenang untuk episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, fasilitas / bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu ekslusif, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan surat keterangan cuti bersalin (pasal 10)

(44)

Bidan juga memberikan pelayanan kesehatan dalam menjalankan program Pemerintah berwenang untuk pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) serta pencegahan penyalahgunaan Narkotikka, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan bidan yang dilatih untuk itu (pasal 13)

Selain landasan hukum tersebut bidan juga harus memiliki 24 Standart Pelayanan kebidanan. Adapun salah satu standart pelayanan yang sesuai dengan kewenangan bidan sebagai berikut

(45)

Referensi

Dokumen terkait

Sales Sales Orders Orders Sales Sales Order Order Data Data Sales Sales Order Order Report Report Enter Sales Enter Sales Orders Orders Edit Sales Edit Sales Orders

Penerapan database dalam sistem informasi disebut dengan database system yaitu suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu

Untuk mengkaji pengembangan kawasan perumahan dari aspek status tanah untuk perumahan di Kecamatan Gedebage, perlu dikaji sebaran status hak atas tanah di Kota

Konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang?. Jenis makanan dan anjuran porsi yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi yang menghasilkan limbah lebih sedikit dan lebih tidak membahayakan lingkungan serta untuk mencari peluang

Click to view Web Link, click Chapter 5, Click Web Link from left navigation, then click Touchpad and Pointing Stick below Chapter 5?. Other

Abon adalah jenis makanan kering berbentuk khas dibuat dengan daging, direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipress.

Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh di Bantaran